2. Teori Dasar
Serat Poliester
Serat poliester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul polimer poliester
linier dengan susunan paling sedikit 85 % berat senyawa dari hidroksi alkohol dan asam
tereftalat.
Serat poliester memiliki daya ke bentuk asli yang sangat baik. Sifat ini sangat
penting untuk bahan – bahan pakaian. Kekusutan pada bahan celana dari serat poliester
akan lekas menjadi rapih kembali dibandingkan serat nilon. Sifat tersebut serupa dengan
serat wol.
Daya serap serat poliester terhadap air lebih sedikit dibandingkan dengan nilon. Oleh
karena serat poliester sedikit menyerap air dan mudah kembali kebentuk semula pada
tarikan yang kecil, maka serat tersebut sangat baik untuk bahan tekstil yang dilipat
permanen dan bersifat cuci dan pakai.
Daya serap terhadap air sangat rendah antara 0,4 – 0,8 % pada kondisi standar (suhu
21 0C dan kelembaban relatif 65 %). Tetapi keuntungan serat poliester sukar dikotori oleh
kotoran yang larut dalam air dan juga lekas kering. Kekurangannya poliester tidak enak
dipakai, sukar dicelup dan menimbulkan listrik statis. Serta peka terhadap panas.
Kekuatan poliester dalam keadaan basah hampir sama dengan dalam keadaan
kering. Kekuatan poliester dapat tinggi disebabkan karena proses peregangan dingin pada
waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya pengkristalan molekul dengan baik,
demikian pula berat molekulnya dapat tinggi. Kekuatan poliester berkisar 4,0 – 7,5 gram /
denier dengan mulur 40 % - 25 %.
Kelentingannya yang baik, cepat kering dan peka terhadap panas menyebabkan serat
poliester banyak digunakan untuk tekstil rumah tangga, alas duduk mobil atau tutup
tempat tidur. Serat poliester pada umumnya tahan terhadap asam maupun basa yang
lemah tetapi kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan zat
pengelantang kapas. Demikian pula tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri,
sedangkan terhadap sinar matahari ketahanannya cukup baik.
C2H5
O2N N N N
C2H5
OH O NH2
Sensitifitas
Zat warna dispersi yang berupa partikel – partikel kecil tidak mungkin berada pada
keadaan terdispersi yang stabil tanpa adanya zat pendispersi (Dispersing Agent) zat
pendispersi ini berfungsi sebagai pelindung di sekeliling zat warna sehingga adanya gaya
elektrostatis yang saling tolak menolak juga dapat membantu terjadinya stabilitas.
Kestabilan dispersi zat warna di pengaruhui oleh:
a) Jenis zat pendispersi : umumnya yang digunakan adalah jenis an ionik yaitu lignin
sulfonat yang berasal dari alam tetapi ada pula yang berasal dari sintetik.
b) Kualitas dari pigmen zat warna dan ketidakmurnian pigmen zat warna
c) Bentuk kristal dari pigmen zat warna. Bentuk kristal tertentu mudah dibersihkan dan
ada yang relatip sulit .
d) Distribusi partikel ukuran zat warna
Klasifikasi zat warna dispersi
Zat warna dispersi dapat di golongkan menurut sifat sublimasinya secara umum di
bagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a) Golongan satu (A)
Zat warna dispersi ini mempunyai sifat sublimasi rendah tetapi mempunyai sifat
celup yang baik. Karena molekulnya kecil dengan sifat sublimasi yang rendah biasanya
digunakan untuk pencelupan serat rayon, serat poliamida, serat di/tri asetat, dapat juga di
gunakan untuk serat poliester yang di bantu dengan zat pengemban pada temperatur
1000C.
b) Golongan Kedua (B)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul yang relatif kecil dengan sifat
sublimasinya cukup. Memiliki sifat celup yang baik sehingga sangat baik untuk
pencelupan polyester dengan zat pengemban pada temperatur tinggi. Pada proses
thermosol hanya digunakan untuk mewarnai warna – warna muda, dengan temperatur
yang lebih rendah.
c) Golongan Ketiga (C)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul sedang dengan sifat sublimasi
yang baik. Sifat celup dan sublimasi yang baik biasa di gunakan untuk pencelupan zat
pengemban. Temperatur tinggi atau proses termosol dengan hasil yang baik.
d) Golongan Keempat (D)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul besar dengan sifat sublimasi
tinggi. Mempunyai sifat celup yang kurang baik atau sifat sublimasinya yang paling tinggi
tidak dapat di gunakan untuk pencelupan dengan zat pengemban. Tetapi sangat cocok
untuk pencelupan termosol/ temperatur tinggi berat molekul ukuran dan bentuk zat warna
dispersi memegang peranan penting, terhadap sifat pencelupan.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester aada 2 macam yaitu:
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang mellibatkan ikatan hidrogen dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zzat warna dispersi dan serat
poliester bersifat non polar. Hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan
ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor
proton seperti -OH atau -NH2. Reaksi yang terjadi antara zat warna dispersi dengan
serat poliester adalah sebagai berikut :
H
O2N N N N
H
CI. Disperse Orange
Ik. Hidrogen
O O
H O C C O n OH
H2 H2
Serat Poliester
2. Ikatan Hidrofobik
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar. Non polar ini disebut
ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik antara serat
poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi london yang termasuk ke dalam gaya
Van Der Waals ( gaya fisika ). Ikatan dari gaya Van Der Waals sesungguhnya terdiri dari
dua komponen yaitu ikatan dipol dan gaya dispersi london. Akan tetapi sifat zat warna
dispersi cenderung non polar, sehingga gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
antara zat warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi london.
Pencapan Etsa/discharge
Pencapan tumpang dapat dilakukan pada bahan yang memiliki warna lebih muda
dari warna yang dicap, tetapi pada bahan berwarna tua atau yang memiliki intensitas
warna lebih gelap pencapan tumpang tidak bisa dilakukan karena warna hasil pencapan
akan terpengaruh oleh warna dasar bahan tekstil. oleh karena itu warna dasar perlu
dirusak/dihilangkan lebih dulu dengan pencapan etsa.
Pada pencapan etsa, pasta cap mengandung zat pembantu yang berfungsi merusak
warna dasar pada bagian yang dicap. Zat pembantu tersebut bekerja merusak warna dasar
pada saat proses fiksasi, dan fiksasi yang umum dilakukan dalam pencapan etsa adalah
fiksasi penguapan (steaming).
Ada dua cara pencapan etsa yaitu :
1. Pencapan etsa putih, pasta cap hanya mengandung zat pembantu yang bekerja merusak
warna dasar sehingga pada bagian yang dicap menghasilkan corak putih.
2. Pencapan etsa warna, pasta cap mengandung zat pembantu dan zat warna sehingga pada
bagian yang dicap menghasilkan corak berwarna.
Dalam pencapan etsa pemilihan jenis pengental dan zat warna merupakan faktor
penentu keberhasilan pencapan etsa, prinsipnya warna dasar bisa dihilangkan oleh zat
perusak dan zat warna yang ditambahkan pada pasta cap harus tahan terhadap zat perusak.
Prinsip perusakan zat warna dispersi dengan alkali terjadi 2 reaksi:
1. Reaksi Hidrolisa Zat Warna dispersi oleh alkali
CN COOH
R1 H2O R1
O2N N N N O2N N N N
Alkali
R2 t> R2
Hn yang dihasilkan gugus aldehid akan merusak gugus azzo dan zat warna menjadi tidak
berwarna, seperti pada reaksi di bawah ini.
Hn
R1 N N R2 R1 NH2 + R2 NH2
tidak berwarna
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Ember 1. Kain polyester 100%
2. Gelas plastik 2. Zat warna disperse
3. Pengaduk Dianix yellow AC-E
4. Kasa datar
5. Rakel
6. Timbangan
7. Alat tulis
8. Mixer
9. Stenter
4. Resep
Resep Cap Blok Pad Atau Print Blok
ZW Dispersi azo : 60 g
Auxal : 20 g
Matexil WA-KBN : 50 g
Pengental poliprin 231 : 600 g
Ballance : 270 g
1000 g
Perhitungan Resep
Resep pasta cap putih
Perhitungan
Zat
Orang 1 Orang 2
Na2CO3 80 80
= ×50=4 g = ×50=4 g
1000 1000
Gliserin 50 50
= ×50=2,5 g = ×50=2,5 g
1000 1000
Zat Anti Reduksi 50 50
= ×50=2,5 g = ×50=2,5 g
1000 1000
Manutex RS 10% 600 600
= ×50=30 g = ×50=30 g
1000 1000
Balance 270 270
= ×50=11 g = ×50=11 g
1000 1000
Fungsi zat
Zat Fungsi Zat
Zat warna Dispersi Mewarnai serat poliester
Mendispersikan zat warna agar
Zat Pendispersi
(seolah-olah) larut dalam pasta cap
Zat higroskopis, mengatur
Gliserin
kelembaban saat fiksasi
Na2CO3 Merusak Zat warna azzo
Untuk mencegah terjadinya hidrolisa
Zat anti reduksi
zat warna
Pengental Sebagai zat anti migrasi
Mereduksi sisa-sisa zat warna yang
Hidrosulfit alkali tidak terfiksasi/hanya menempel d
permukaan bahan
5. Diagram Alir
Persiapan Pencapan
Print Blok
Pengeringan
100oC 1 menit
Cuci Reduksi
Cuci Panas
Cuci Dingin
Pengeringan
100oC 1 menit
6. Evaluasi
4.5
4
3.5
3
2.5
2
N
I 1.5 Pasta cap putih, Fiksasi 170o C
L
A 1 Pasta cap putih, Fiksasi 180o C
I 0.5 Pasta cap warna, Fiksasi 190o C
Pasta cap warna, Fiksasi 200o C
0
a a a n ci
arn arn arn kua cu
w w w ka n
an an an Ke ana
tua r ata j am ta
h
Ke Ke ta Ke
Ke
EVALUASI
7. Diskusi
Pada pencapan etsa atau discharge ini menggunakan variasi suhu thermofiksasi dimana :
Ketuaan
Hasil pencapan yang menghasilkan warna paling tua yaitu kain yang difiksasi dengan
suhu paling tinggi yaitu suhu 200 0 C hal ini dikarenakan kain yang di fiksasi pada suhu
200 0C tersebut sudah mencapai suhu sublimasi zat warna dispersi . kain yang di cap
dengan pasta putih lebih muda warnanya dibandingkan dengan kain yang dicap oleh
pasta warna.
Ketajaman motif
Motif paling tajam dihasilkan pada kain yang menggunakan pasta warna dengan suhu
fiksasi 200 0C, pada suhu tersebut zat warna dispersi sudah mendekati suhu sublimasinya
sehingga proses fiksasi berlangsung efisien sekitar 90 %.
Kekakuan
Semua hasil kain cap tidak begitu kaku karena pengental yang ada pada kain ikut larut
dalam proses pencucian.
Tahan cuci
Pada proses pencapan ini menggunakan zat warna dispersi , dimana zat warna ini tidak
larut dalam air dan berikatan secara fisika dengan serat dimana gaya dispersi london yang
bekerja, hal ini menyebabkan tahan cucinya baik krena pad saat pencucian yang ikut larut
hanya pengental sedangkan zat warna sudah terperangkap dalam serat.
8. Kesimpulan
Suhu fiksasi paling tinggi yaitu 200 0C menghasilkan ketuaan dan ketajaman motif paling
baik.
Kain dengan resep pasta warna menghasilkan ketajaman motif yang paing baik pada suhu
termofiksasi 200o C.
Kain yang dicap dengan pasta cap warna motifnya lebih tajam dan lebih tua dengan pasta
putih.
9. Daftar pustaka
Rasjid Djufri, dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, Dan Pencapan.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
Jurnal praktikum pencapan 2
Karyana, Dede. Kimia Zat Warna. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Soeprijono, S.Teks, P., dkk. 1973. Serat-serat Tekstil. Bandung: Institut Teknologi
Tekstil
LAPORAN PRAKTEK PENCAPAN 2
PENCAPAN DISCHARGE PADA
POLIESTER 100% DENGAN ZAT WARNA
DISPERSI
Disusun oleh:
Nurulhusna (09.K40029)
Grup:
K-2
Dosen:
Sasmaya, S.Teks
Assdos:
Sukirman, S.ST
Desiriana
BANDUNG
2011