2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses pencapan pada kain poliester
dengan zat warna dispersi
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh suhu termofiksasi pada pendapan poliester dengan zat
warna dispersi
C SE 2000C 2100C V V V
D S 2100C 2200C V V x
C2H5
O2N N N N
C2H4OH
2. Golongan Antrakuinon
NO2 O OH
OH O NH
3. Golongan Difenil amin
N SO2NH
NH
2.3.3. Sifat-sifat
1. Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina.
2. Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian dapat
mengkristal lagi.
3. Sifat dasar adalah non ionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2, dan
gugus –NHR, dansebagainya yang bertindak sebagai gugus pemberi (donor)
hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat (gugus karbonil).
4. Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat warna
dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1 miligram/l), tapi mempunyai kejenuhan
yang tinggi pada serat pada kondisi pencelupan.
5. Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan menyebabkan zat
warna dispersi stabil dalam air.
6. Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam serat adalah tinggi (10 –
50 mg/g serat).
Ikatan yang utama antara zat warna disperse dengan poliester adalah ikatan
hidrofobik, namun untuk beberapa kasus dapat pula terjadi ikatan hydrogen atau
ikatan dwi kutub.
Dalam perdagangan umumnya zat warna disperse mengandung gugus
aromatic dan alifatik yang mengakibatkatkan gugus fungsional seperti : -OH, -
NH2,-NHR. Gugus fungsional tersebut merupakan pengikat dipol atau dwi kutub
juga membentuk ikatan hydrogen dengan gugus karboknil atau gugus asetil. Berikut
adalah reaksi terjadinya ikatan hydrogen pada proses pencelupan serat poliester
dengan zat warna dispersi.
δ- δ+ δ- δ+
O2N N N N H C
O
Ikatan hidrogen
H
OH
2.3.4. Teknik pencapan
Secara umum pencapan zat warna dispersi terdiri dari beberapa cara yaitu
sebagai berikut;
1. Pencapan dengan fiksasi steam tekanan normal
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu
lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dilakukan
fiksasi pada uap jenuh dengan suhu 100-102OC selama 20-30’. Jenis zat warna
yang dapat digunakan adalah zat warna tipe B, untuk mendapatkan kerataan
warna digunakan zat warna dalam bentuk pasta dan atau ditambahkan sedikit
carrier.
2. Pencapan dengan fiksasi steam tekanan tinggi
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu
lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dilakukan
fiksasi pada uap jenuh dengan suhu 128-130OC (2,5-3atm) selama 20-30’. Jenis
zat warna yang dapat digunakan adalah zat warna tipe B dan C, untuk
mendapatkan kerataan warna digunakan zat warna dalam bentuk pasta dan atau
ditambahkan sedikit carrier.
3. Pencapan dengan fiksasi suhu tinggi
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu
lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dilakukan
fiksasi pada uap lewat jenuh (termik) dengan suhu 160-185OC selama 8-1’.
Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat warna tipe C. Untuk
mendapatkan kerataan warna dan ketuaan warna yang baik digunakan zat
higroskopik (urea) minimum 50g/kg pasta cap (10% pasta cap) dan digunakan
pengental dengan kandungan high solid conten <12%.
4. Pencapan dengan fiksasi udara panas
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu
lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dilakukan
fiksasi pada uap lewat jenuh (termik) dengan suhu 180-210OC selama 8-1’.
Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat warna tipe C. Untuk
mendapatkan kerataan warna dan ketuaan warna yang baik digunakan zat
higroskopik (urea) minimum 50g/kg pasta dan digunakan pengental
emulsi/semi emulsi.
2.4. Pasta cap
Penggunaan komposisi pasta cap dialuakun dengan memilih kesesuaian zat
warna terhadap jenis serat yang akan dicap. Selanjutnya adalah seleksi terhadap
kesesuaian jenis pengental, zat-zat pembantu, metoda pencapan yang digunakan
dan kondisi-kondisi pengeringan, fiksasi zat warna serta kondisi setelah pencapan,
misalnya pencucian.Pasta cap dibuat dengan disesuaikan selain terhadap jenis
serat/kain juga terhadap jenis mesin yang akan digunakan, sifat ketahanan warna
yang diminta dan beberapa sifat hasil pencapan lainnya yang digunakan. Resep
pasta cap secara garis besar yaitu zat warna, zat pembantu pelarutan (misalnya
urea), air, pengental (misalnya tapioka), zat kimia untuk fiksasi zat warna, zat anti
reduksi, zat anti busa.
Tingkat kekentalan/viskositas pasta cap tergantung beberapa faktor, antara
lain metoda proses pencapan, jenis dan struktur kain yang akan dicap, kehalusan
motif cap dan lain-lain.Dalam pencapan pengental berfungsi unutk mendapatkan
kekentalan pasta cap, memindahkan atau melekatkan zat warna kedalam bahan,
memperoleh warna yang rata, penetrasi yang baik, dan batas warna motif yang
tajam.
III. Percobaan
Alat Bahan
Kasa screen bermotif Zat warna dispersi
Batang pengaduk Zat pendispersi
Rakel Asam sitrat
Mixer Pengental alginat
Kompor Kain poliester
Baki Air
Neraca Urea
Gelas ukur N𝑎2 𝐶𝑂2
Mesin stenter N𝑎2 𝑆2 𝑂4
3.3 Resep
3.2.1 Resep Pasta Cap
- Zat warna dispersi (Foron Yellow) = 20 g/L
- Zat pendispersi = 20 g/L
- Asam sitrat = 20 g/L
- Alginat = 700 g
- Variasi urea = 0 g/L
- Balance =
- Variasi suhu termofikasasi = 160°C , 170°C, 180°C,
190°C dan 200°C
- Waktu = 2 menit
1. Zat warna dispersi : Sebagai zat yang memberikan warna pada kain.
2. Urea : Zat higroskopis untuk menjaga kelembaban zat
warna.
3. Zat pendispersi : Untuk mendispersikan zat warna dispersi supaya
terdispersi di dalam pasta cap.
4. Alginat : Pengental yang berfungsi untuk memindahkan zat
warna ke kain.
5. Asam sitrat : Sebagai pemberi suasana asam untuk membentuk
tempat-tempat positif.
6. Balance : Membentuk viskositas pasta cap yang sesuai
7. Pembasah : Menyabunkan atau melepaskan zat-zat yang
tidak terfiksasi oleh serat berada di
permukaan bahan.
8. Na2 S2 O4 : Sebagai reduktor untuk menghilangkan zat
warna yang tidak terfiksasi.
9. Na2 CO2 : Memberikan suasana alkali pada pencucian.
3.6 perhitungan
- Pembasah = 0,3 g
- Na2 S2 O4 = 0,3 g
- Na2 CO2 = 0,3 g
(dibuat untuk satu kelas)
IV. Contoh Resep dan Skeema Proses
Pencucian RC
- Pembasah : 1 g/L
- Na2S2O4 : 1 g/L
- Na2CO3 : 1 g/L
Suhu : 90oC
Waktu : 10 – 15l
V. Data Pengamatan
• Metode Steaming
- Variasi Urea 20 g/l (Kelompok 1)
Waktu 5 menit Waktu 10 menit Waktu 15 menit Waktu 20 menit
VI. Pembahasan
Pencapan merupakan proses pemberian warna pada kain dengan warna yang
tidak merata membentuk motif yang diinginkan. Pencapan zat warna dispersi ini
sangat cocok ketika dilakukan dengan serat polieser karena memiliki sifat hidrofob.
Zat warna dispersi yang biasa digunakan untuk proses pencapan adalah zat warna
dispersi jenis azo, antrakuinon, difenilamin, kumarin, atau kuinolin yang bersifat
tidak larut dalam air (terdispersi). Zat warna dispersi memiliki sifat yang tidak larut
dalam air sehingga harus ditambahkan zat pendispersi agar zat warna mudah
terdispersi dalam pasta cap. Zat warna dispersi yang digunakan pada proses
pencapan ini dalam bentuk bubuk, dimana dalam fasa ini memiliki tingkat
kemurnian 20-40%. Untuk mendapatkan pewarnaan yang baik, maka diperlukan
pengerjaan pada kondisi suhu yang tinggi sehingga dalam proses fiksasinya berada
pada suhu tinggi dengan adanya bantuan zat pendispersi.
Serat poliester memiliki sifat hidrofob dan memiliki kristalin yang tinggi serta
zat warna yang terbentuk yaitu dalam fasa terdispersi. Fasa terdispersi ini
menunjukkan bahwa zat warna tidak larut didalam air ataupun dalam pengentalnya
itu sendiri hanya saja terdispersi menjadi intramonomolekuler. Zat warna dalam
bentuk agregat dan monomolekuler larut dalam jumlah yang sangat sedikit tapi akan
lebih mudah masuk kedalam bahan (serat polyester), yaitu absorbsi pada pori-pori
permukaan serat difusi dalam serat dan terjadi ikatan saat fiksasi.
Proses pewarnaan zat warna dispersi pada serat poliester merupakan distribusi
zat warna yang bersifat padat kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur,
yaitu zat warna merupakan zat padat yang larut dalam medium serat (solid
solution), ikatan yang terjadi antara serat polyester dengan zat warna disperse
adalah ikatan hidrofobik dan ikatan van der waals. Gugus OH, -NH2, NHR dari zat
warna sebagai pemberi (donor) hydrogen. Sebagai pengikat dwi kutub (dipole)
membentuk ikatan hydrogen dengan karbonil C=O atau asetil –C-O-C-CH3= O dari
serat.
Pada praktikum pencapan dengan zat warna disperse pada kain polyester
dilakukan variasi konsentrasi urea, suhu termofiksasi, waktu steaming yaitu;
konsentrasi urea 0 g/L sampai 40 g/L dan suhu 160℃ sampai 200℃ untuk
mendapatkan hasil optimum berdasarkan ketuaan warna, kerataan warna, dan
ketajaman motif. Dari evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
4
Urea 0 g/L
3
Urea 20 g/L
2 Urea 40 g/L
1
0
160˚C 170˚C 180˚C 190˚C 200˚C
Diagram Batang Evaluasi Kerataan Warna
pada Pencapan Poliester dengan Zat
Warna Dispersi
6
4
Urea 0 g/L
3
Urea 20 g/L
2
Urea 40 g/L
1
0
160°C 170°C 180°C 190°C 200°C
3 Urea 0 g/L
Urea 20 g/L
2
Urea 40 g/L
1
0
160°C 170°C 180°C 190°C 200°C
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pencapan dengan zat warna dispersi pada kain
poliester, maka dapat disimpulkan bahwa pada metode thermofikasasi, suhu yang
digunakan dapat mempengaruhi ketuaan, ketajaman, dan kerataan warna pada kain
hasil pencapan. Sedangkan pada penambahan konsentrasi urea tidak berpengaruh,
dan memiliki titik optimum sebesar 0-20g/l pada penggunaan urea.