Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCELUPAN 2

PENCELUPAN KAIN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI METODA


CARRIER

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Farid hafiyyan (21420064)

Rizky Intan Putra (21420073)

Halimi Ikhwan (21420074)

2K4

Dosen : Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.

Asisten Dosen : - Delicia P., AT

- Witri A, S., S.ST., M.Tr.T.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2023
PENCELUPAN KAIN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI METODA
CARRIER

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar proses pencelupan poliester
dengan zat warna dispersi dengan sistem perendaman (exhaust)
metoda zat pengemban (carrier).

II. TEORI DASAR


2.1. Serat polyester
Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan
untuk bahan tekstil, merupakan suatu polimer hasil reaksi
antara monomer asam terftalat dan etilena glikol, seperti
reaksi berikut:

Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki


keteraturan struktur rantai yang menyebabkan serat memiliki
struktur yang rapat akibat rantai yang saling berdekatan
membentuk ikatan hidrogen antara gugus -OH dan gugus -
COOH dalam molekulnya. Oleh karena itu serat poliester
bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna.
Agar dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hidrogen
antar rantai molekul yang berdekatan harus dikurangi dengan
cara menaikkan suhu. Kenaikan suhu mengakibatkan adanya
vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul,
mejadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih
plastis sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat
warna. Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier
adalah bahan poliester regular baik dalam bentuk rajutan
maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan kain
poliester microfiber karena strukturnya terlalu padat.

2.2.1 Sifat poliester

Sifat Parameter
Kekuatan tarik 4,0 – 6,9 gram/denier
Mulur 11% - 40%
Elastisitas Baik (tahan kusut)
0,4%
Moisture regain (RH 65%)
Modulus Tinggi ( pembebanan 1,7 g/d
menyebabkan mulur 2%
Berat jenis 1,38
Titik leleh 250oC
Morfologi Berbentuk silinder dengan
penampang bulat
Sifat kimia Tahan asam lemah mendidih dan
asam kuat dingin, tidak tahan alkali
kuat. Tahan oksidator, pelarut untuk
dry cleaning. Larut dalam metakresol
panas dan tahan jamur.

2.2. Zat Warna Disperse


Zat warna dispersi adalah zat warna yang kelarutannya dalam
air hanya sedikit,akan tetapi mudah didispersikan atau
disuspensikan dalam air, serta mempunyai daya substantivitas
terhadap serat-serat yang bersifat hidrofob.Zat warna dispersi
merupakan zat warna non ionik yang tidak atau sedikit larut
dalam air dan mempunyai molekul yang relatif kecil,
sederhana dan tidak mempunya igugus pelarut.Oleh karena
itu zat warna dispersi sedikit larut dalam air dan sering
digunakan untuk mencelup serat-serat hidrofob seperti
poliester.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward
adalah sebagai berikut :

1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.


2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya
dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion (non ionik) di dalam air.
4. Apabila digerus dengan halus dan didispersikan dengan
zat pendispersi dapat dihasilkan dispersi yang stabil dalam
larutan pencelupan dengan ukuran partikel 0, 5- 2, 0
mikron.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 150℃
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram
serat.

Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi


dapat digolongkan menjadi:

1. Zat warna dispersi golongan A


Zat warna ini mempunyai berat molekul yang terkecil,
tingkat ketahanansublimasinya rendah, tersublimasi penuh
(90 – 100) % pada suhu sekitar 130℃ dan mempunyai
sifat kerataannya yang baik sekali. Zat warna golongan ini
umumnya digunakan pada pencelupan dengan
menggunakan zat pengembang (carrier).
2. Zat warna dispersi golongan B
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang
sedang, tersublimasi penuh pada suhu sekitar 150℃ dan
mempunyai sifat kerataan yang baik. Zat warna ini dapat
digunakan untuk mencelup serat poliester dengan
menggunakan bantuan zat pengembang dan pada
pencelupan suhu tinggi dan pemberian tekanan.
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang
tinggi, tersublimasi penuhpada suhu sekitar 190℃ zat
warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester
dengan menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian
tekanan dan metode termosol.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang
tinggi, tersublimasi penuhpada suhu 220℃. zat warna ini
biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode pada suhu tinggi dan metode
termosol.Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna
dispersi terhadap serat poliester,maka zat warna dispersi
digolongkan berdasarkan ukuran berat molekulnya. Besar
kecilnya berat molekul zat warna dispersi sangat erat
kaitanya dengan ketahanan sublimasi zat warna. Semakin
besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi,maka
ketahanan sublimasinya semakin besar, begitu pula
sebaliknya.

2.3. Pencelupan polyester


Serat poliester mempunyai kristalinitas yang tinggi dan bersifat
hidrofob, hal ini menyababkan serat poliester sukar untuk
dicelup. Serat poliester mempunyai struktur yang kompak dan
tidak mempunyai gugus kimia yang aktif dan tidak dapat
berikatan dengan anion atau kation zat warna.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan adanya zat warna dispersi.
Zat warna dispersi mencelup serat tidak dalam fase larutan
tetapi dalam fase dispersi. Zat warna dispersi mempunyai
afinitas terhadap serat poliester karena keduanya bersifat
hidrofob. Sistem pencelupan poliester dengan zat warna
dispersi dapat dilakukan dengan menggunakan 3 cara, yaitu:
1. Sistem pencelupan dengan bantuan zat pengemban
pencelupan dilakukan dengan pada suhu 85 - 1000C
dalam suasana asam (pH 4,5 -5,5) menggunakan zat
pengemban. Dalam proses pencelupan zat pengemban
berdifusi ke dalam serat menyebabkan serat mengembang
sehingga diameter serat membesar sehingga
mengakibatkan molekul zat warna dispersi dapat masuk ke
dalam serat.
2. Sistem pencelupan suhu dan tekanan tinggi pada
pencelupan suhu tinggi selalu disertai tekanan tinggi.
Tekanan selain berfungsi menaikan ssuhu larutan celup
juga berfungsi membantu penyerapan zat warna ke dalam
serat. Pencelupan dilakukan dalam mesin tertutup tanpa
zat pengemban.
3. Sistem pencelupan Thermosol
Urutan proses pencelupan sistem termosol adalah sebagai
berikut:
- penyerapan zat warna ke permukaan serat
- pengeringan pendahuluan pada suhu 1350C
- termofiksasi pada suhu 180 – 2200C
- pencucian kontinyu yang meliputi pencucian reduksi dan
penyabunan untuk menghilangkan zat pembantu dan zat
warna pada permukan serat

\
III. DIAGRAM ALIR

Pembuatan larutan celup


dan persiapan bahan

Proses pencelupan

Reduction cleaning

pengeringan

Heat sett (170℃, 2 menit)

evaluasi

IV. RESEP
4.1. Resep pencelupan
- Zat warna dispersi (terasil red FBN CONC) : 2%
- Carrier : 1,2,3 ml/l
- Zat pendispersi : 0,5 ml/l
- Asam asetat : 0,5 ml/l (ph 5)
- Vlot : 1 : 20
- Suhu : 100℃
- Waktu : 30 menit
4.2. Resep pencucian reduksi
- Detergent :
- Na2S2O4 :
- NaOH :
- Vlot : 1 : 20
- Suhu : 80℃
- Waktu : 10 menit

V. FUNGSI ZAT
- Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain poliester
- Asam asetat : Pengatur pH larutan , pemberi suasana
asam
- Zat pendispersi : Mendispersikan zat warna sehingga
tersebar merata ke dalam larutan celup; meratakan dan
mempercepat pembasahan dengan cara menurunkan
tegangan permukaan
- Carrier : Menambahkan absorpsi zat warna kedalam serat
dan mempertinggi kelarutan zat warna dan
menggembungkan serat
- Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
dipermukaan serat dan zat pengemban yang masih
tertinggal di dalam serat pada proses cuci reduksi
- NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit
- Detergent : Membantu mengilangkan carrier

VI. SKEMA PROSES


VII. ALAT DAN BAHAN
7.1. Alat
- Gelas piala 100 cc
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Tabung rapid
7.2. Bahan
- Kain poliester
- Zat warna disperse (Terasil Red FBN Conc)
- Zat pendispersi
- Asam asetat 30%
- Na2S2O4
- NaOH 38℃

VIII. LANGKAH KERJA


A. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
B. Pilihlah zat warna disperse yang sesuai untuk metode carrier
C. Buatlah rencana proses pencelupannya meliputi, penyusunan
diagram alir proses, pemilihan skema proses, pemilihan zat
pembantu dan penyusunan resep pencelupan
D. Hitunglah kebutuhan bahan,zat warna,air, zat pembantu
pencelupan sesuai dengan resep yang anda buat
E. Lakukan proses pencelupan sesuai skema proses yang anda pilih
F. Evaluasi dan analisa pencelupannya serta bandingkan dengan
variasi percobaan teman anda dalam kelompok.
IX. DATA PERCOBAAN
Variasi Carrier 1 Variasi Carrier 2 Variasi Carrier 3
ml/L ml/L ml/L

EVALUASI KERATAAN WARNA


3 3 3

Keterangan: 1: tidak rata ; 2: kurang rata ; 3 ; Sangat Rata


EVALUASI KETUAAN WARNA
1 2 3

Keterangan: 1 : Muda; 2 : Sedikit Tua; 3 : Tua

X. DISKUSI
Pada pencelupan kain polyester menggunakan zat warna
disperse dengan metoda carrier. Sifat kain poliester yaitu hidrofob dan
memiliki derajat kristalisasi yang besar sehingga pmenyebabkan
enyerapan pada kain rendah akibat struktur amorf yang sedikit. Selain
itu, zat warna dispersi memiliki afinitas yang lebih besar terhadap
serat dibandingkan terhadap larutan sehingga zat warna dapat
bermigrasi ke dalam serat dan membentuk suatu larutan padat atau
solid solution di dalam serat poliester. Karena struktur poliester yang
rapat, diperlukan suhu dan tekanan yang tinggi (130ᵒC) pada proses
pencelupan untuk membuka rongga pada serat sehingga zat warna
dispersi dapat masuk ke dalam serat dengan baik. Namun kali ini
praktikan melakukan pencelupan menggunakan metode carrier,
dengan menambahkan zat pengemban untuk membantu zat warna
masuk kedalam serat karena zat pengemban berfungsi sebagai
pelumas yang akan berpenetrasi ke dalam serat dan merusak ikatan
antar molekul serat sehingga serat menjadi plastis dan mudah
bergeser. Zat pengemban yang hidrofob bekerja lebih baik dibanding
zat pengemban hidrofil sehingga praktikan menggunakan zat
pengemban hidrofob. Dengan lebih mudahnya zat warna masuk ke
dalam serat akibat dibantu oleh zat pengemban sehingga pencelupan
dapat dilakukan pada suhu 100ᵒC.
Selama proses pencelupan yang berlangsung selama 30 menit,
terjadi ikatan antara zat warna dispersi dengan serat poliester. Ikatan
yang terbentuk adalah ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik. Ikatan
hidrogen terbentuk akibat adanya lingkar benzena parsial bermuatan
negatif pada zat warna dispersi sehingga kaya akan elektron yang
bermuatan negatif lalu berikatan dengan atom hidrogen. Jenis ikatan
ini lemah sehingga mudah putus bila terkena panas. Akibatnya, hasil
kain akan memiliki ketahanan luntur terhadap sinar matahari yang
rendah. Sedangkan, ikatan hidrofobik terbentuk karena serat poliester
dan zat warna dispersi merupakan senyawa hidrofob sehingga
bersifat non polar. Hal ini mengakibatkan terjadinya gaya fisika
berdasarkan interaksi antara kedua molekul non polar yang berbeda
atau disebut juga gaya Dispersi London. Ikatan hidrofobik ini
menyebabkan kain hasil pencelupan memiliki ketahanan luntur warna
terhadap pencucian yang tinggi.
Setelah proses pencelupan selesai, dilakukan proses pencucian
reduksi. Proses ini berfungsi untuk mereduksi zat warna mengandung
carrier yang tidak terfiksasi ke dalam serat. Jika pencucian reduksi
tidak sempurna dan carrier masih menempel pada bahan maka akan
menyebabkan ketahanan luntur warna yang menurun.
Pada hasil pencelupan terhadap kain polyester dengan zat warna
disperse dengan variasi terhadap carrier didapatkan bahwa semua
kain kerataan yang sama dengan range di angka 3 atau sangat rata
dan untuk ketuaan kain terdapat pada kain bernomor 3 dengan variasi
carrier sebanyak 3 ml/l.
sedangkan Untuk melihat pengaruh dari penggunaan carrier maka
dapat dilihat perbandingan hasil kain dari resep 1,resep 2 dan resep
3. Semua kondisi proses kedua resep tersebut sama kecuali zat
pengemban yang digunakan, dengan perbedaan di setiap kain 1ml/l,
2ml/l, dan 3ml/l. Namun, hasil kain pada resep 1 menunjukkan ranking
ketuaan warna skala 1 yaitu muda, sedangkan resep 2 dengan skala
2 yaitu sedikit tua dan resep 3 dengan skala 3 yaitu tua . Hal ini
menunjukkan bahwa carrier yang digunakan optimum pada 3 ml/l.
Sesuai dengan urutan proses setelah dilakukannya pencelupan maka
dilakukan cuci reduksi untuk menghilangkan zat pengemban. Zat
pengemban akan menurunkan tahan luntur warna, artinya bila carrier
yang digunakan terlalu banyak kemungkinan masih ada yang tersisa
di dalam kain sehingga membuat tahan luntur warna yang menurun
dan warna yang dihasilkan lebih muda.

XI. KESIMPULAN
Bahwa pencelupan kain polyester dengan zat warna disperse dengan
moteda dan variasi pada carrier didapatkan bahwa hasil
pencelupannya memiliki kerataan yan sempurna namun untuk
ketuaannya paling baik dihasilkan dari variasi carrier sebanyak 3 ml/l
pada kain yang bernomer 3.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Karyana,. Dede., dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan 1.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
https://p2k.unkris.ac.id/id3/3073-2962/Poliester-Pes_25374_p2k-
unkris.html
XIII. LAMPIRAN
Kain 1 Kain 2 Kain 3
Carrier 1 ml/L Carrier 2 ml/l Carrier 3 ml/l
Berat kain : Berat kain : Berat kain :
= 9,42 x 20 = 9,69 x 20 = 9,60 x 20
= 188,4 ml = 193,8 ml = 192 ml
Zat warna 1% owf : Zat warna 1% owf : Zat warna 1% owf :
100 1 100 1 100 1
= 𝑥 𝑥 9,42 = 𝑥 𝑥 9,69 = 𝑥 𝑥 9,60
1 100 1 100 1 100
= 9,42 𝑚𝑙 = 9,69 𝑚𝑙 = 9,6 𝑚𝑙

Carrier : Carrier Carrier


1 2 3
= 𝑥 188,4 = 𝑥 193,8 = 𝑥 192
1000 1000 1000
= 0,1884 𝑚𝑙 = 0,3876 𝑚𝑙 = 0,576 𝑚𝑙
Dispersi : Dispersi : Dispersi:
0,5 0,5 0,5
= 𝑥 188,4 = 𝑥 193,8 = 𝑥 192
1000 1000 1000
= 0,0942 𝑚𝑙 = 0,0969 = 0,096 𝑚𝑙
Asam asetat : Asam asetat : Asam asetat :
0,5 0,5 0,5
= 𝑥 188,4 = 𝑥 193,8 = 𝑥 192
1000 1000 1000
= 0,0942 ml = 0,0969 ml = 0,096 ml
Kebutuhan larutan Kebutuhan larutan Kebutuhan larutan
(air+ asam asetat) (air+ asam asetat) (air+ asam asetat)
=188,4 - (0,1884 + =193,8 - (0,3876 + =192 - (0,576 + 9,6 +
9,42 + 0,0942 + 9,69 + 0,0969 + 0,096 + 0,096)
0,0942) 0,0969) = 181,632 ml
= 178,6032 ml = 183,5286 ml

Anda mungkin juga menyukai