TEKNOLOGI PENCELUPAN 2
Disusun Oleh:
Kelompok 7
2K4
2023
PENCELUPAN KAIN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI METODA
CARRIER
Sifat Parameter
Kekuatan tarik 4,0 – 6,9 gram/denier
Mulur 11% - 40%
Elastisitas Baik (tahan kusut)
0,4%
Moisture regain (RH 65%)
Modulus Tinggi ( pembebanan 1,7 g/d
menyebabkan mulur 2%
Berat jenis 1,38
Titik leleh 250oC
Morfologi Berbentuk silinder dengan
penampang bulat
Sifat kimia Tahan asam lemah mendidih dan
asam kuat dingin, tidak tahan alkali
kuat. Tahan oksidator, pelarut untuk
dry cleaning. Larut dalam metakresol
panas dan tahan jamur.
\
III. DIAGRAM ALIR
Proses pencelupan
Reduction cleaning
pengeringan
evaluasi
IV. RESEP
4.1. Resep pencelupan
- Zat warna dispersi (terasil red FBN CONC) : 2%
- Carrier : 1,2,3 ml/l
- Zat pendispersi : 0,5 ml/l
- Asam asetat : 0,5 ml/l (ph 5)
- Vlot : 1 : 20
- Suhu : 100℃
- Waktu : 30 menit
4.2. Resep pencucian reduksi
- Detergent :
- Na2S2O4 :
- NaOH :
- Vlot : 1 : 20
- Suhu : 80℃
- Waktu : 10 menit
V. FUNGSI ZAT
- Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain poliester
- Asam asetat : Pengatur pH larutan , pemberi suasana
asam
- Zat pendispersi : Mendispersikan zat warna sehingga
tersebar merata ke dalam larutan celup; meratakan dan
mempercepat pembasahan dengan cara menurunkan
tegangan permukaan
- Carrier : Menambahkan absorpsi zat warna kedalam serat
dan mempertinggi kelarutan zat warna dan
menggembungkan serat
- Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
dipermukaan serat dan zat pengemban yang masih
tertinggal di dalam serat pada proses cuci reduksi
- NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit
- Detergent : Membantu mengilangkan carrier
X. DISKUSI
Pada pencelupan kain polyester menggunakan zat warna
disperse dengan metoda carrier. Sifat kain poliester yaitu hidrofob dan
memiliki derajat kristalisasi yang besar sehingga pmenyebabkan
enyerapan pada kain rendah akibat struktur amorf yang sedikit. Selain
itu, zat warna dispersi memiliki afinitas yang lebih besar terhadap
serat dibandingkan terhadap larutan sehingga zat warna dapat
bermigrasi ke dalam serat dan membentuk suatu larutan padat atau
solid solution di dalam serat poliester. Karena struktur poliester yang
rapat, diperlukan suhu dan tekanan yang tinggi (130ᵒC) pada proses
pencelupan untuk membuka rongga pada serat sehingga zat warna
dispersi dapat masuk ke dalam serat dengan baik. Namun kali ini
praktikan melakukan pencelupan menggunakan metode carrier,
dengan menambahkan zat pengemban untuk membantu zat warna
masuk kedalam serat karena zat pengemban berfungsi sebagai
pelumas yang akan berpenetrasi ke dalam serat dan merusak ikatan
antar molekul serat sehingga serat menjadi plastis dan mudah
bergeser. Zat pengemban yang hidrofob bekerja lebih baik dibanding
zat pengemban hidrofil sehingga praktikan menggunakan zat
pengemban hidrofob. Dengan lebih mudahnya zat warna masuk ke
dalam serat akibat dibantu oleh zat pengemban sehingga pencelupan
dapat dilakukan pada suhu 100ᵒC.
Selama proses pencelupan yang berlangsung selama 30 menit,
terjadi ikatan antara zat warna dispersi dengan serat poliester. Ikatan
yang terbentuk adalah ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik. Ikatan
hidrogen terbentuk akibat adanya lingkar benzena parsial bermuatan
negatif pada zat warna dispersi sehingga kaya akan elektron yang
bermuatan negatif lalu berikatan dengan atom hidrogen. Jenis ikatan
ini lemah sehingga mudah putus bila terkena panas. Akibatnya, hasil
kain akan memiliki ketahanan luntur terhadap sinar matahari yang
rendah. Sedangkan, ikatan hidrofobik terbentuk karena serat poliester
dan zat warna dispersi merupakan senyawa hidrofob sehingga
bersifat non polar. Hal ini mengakibatkan terjadinya gaya fisika
berdasarkan interaksi antara kedua molekul non polar yang berbeda
atau disebut juga gaya Dispersi London. Ikatan hidrofobik ini
menyebabkan kain hasil pencelupan memiliki ketahanan luntur warna
terhadap pencucian yang tinggi.
Setelah proses pencelupan selesai, dilakukan proses pencucian
reduksi. Proses ini berfungsi untuk mereduksi zat warna mengandung
carrier yang tidak terfiksasi ke dalam serat. Jika pencucian reduksi
tidak sempurna dan carrier masih menempel pada bahan maka akan
menyebabkan ketahanan luntur warna yang menurun.
Pada hasil pencelupan terhadap kain polyester dengan zat warna
disperse dengan variasi terhadap carrier didapatkan bahwa semua
kain kerataan yang sama dengan range di angka 3 atau sangat rata
dan untuk ketuaan kain terdapat pada kain bernomor 3 dengan variasi
carrier sebanyak 3 ml/l.
sedangkan Untuk melihat pengaruh dari penggunaan carrier maka
dapat dilihat perbandingan hasil kain dari resep 1,resep 2 dan resep
3. Semua kondisi proses kedua resep tersebut sama kecuali zat
pengemban yang digunakan, dengan perbedaan di setiap kain 1ml/l,
2ml/l, dan 3ml/l. Namun, hasil kain pada resep 1 menunjukkan ranking
ketuaan warna skala 1 yaitu muda, sedangkan resep 2 dengan skala
2 yaitu sedikit tua dan resep 3 dengan skala 3 yaitu tua . Hal ini
menunjukkan bahwa carrier yang digunakan optimum pada 3 ml/l.
Sesuai dengan urutan proses setelah dilakukannya pencelupan maka
dilakukan cuci reduksi untuk menghilangkan zat pengemban. Zat
pengemban akan menurunkan tahan luntur warna, artinya bila carrier
yang digunakan terlalu banyak kemungkinan masih ada yang tersisa
di dalam kain sehingga membuat tahan luntur warna yang menurun
dan warna yang dihasilkan lebih muda.
XI. KESIMPULAN
Bahwa pencelupan kain polyester dengan zat warna disperse dengan
moteda dan variasi pada carrier didapatkan bahwa hasil
pencelupannya memiliki kerataan yan sempurna namun untuk
ketuaannya paling baik dihasilkan dari variasi carrier sebanyak 3 ml/l
pada kain yang bernomer 3.