Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN 2

PENCELUPAN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI SISTEM KONTINYU


METODA THERMOSOL

Disusun oleh :

Kelompok 6

Reynaldi Ega Hassyim (21420065)

Dzikri Abdul Fatah (21420075)

Rizal Irfansyah (21420077)

2K4

Dosen : Rr. Wiwiek G.M.,S.ST.,MT

AsistenDosen : - Delicia P., A.T

- Witri A, S.,S.T.,N,Tr.T

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
I. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari prinsip prinsip dasar proses pencelupan polyester
dengan zat warna disperse sistem kontinyu metoda thermosol

II. Dasar Teori


2.1 Serat Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Dacron terbuat dari
asamnya dengan reaksi sebagai berikut:
Sedangkan terylene dibuat dari dimetil ester tereftalat dengan etilena glikol.
Karakteristik dari serat poliester adalah sebagai berikut :
1. Morfologi
Penampang membujur membentuk silinder dengan penampang melintangnya
berbentuk bundar.
2. Sifat fisika
a. warna serat umumnya putih
b. kekuatan terylene 4,5 - 7,5 g/denier dan dacron 4 - 6,9 g/denier
c. mulur terylene 2,5 - 7,5 %, dan dacron 4 - 11 %
d. moistur regain (MR) 0,45%
e. berat jenisnya 1,38
f. titik leleh 2500C

3. Sifat kimia
a. tahan asam lemah, suhu mendidih, dan asam kuat dingin
b. tahan oksidator, alkohol, dan zat untuk pencucian kering
c. larut dalam metakresol panas
d. tahan serangga, jamur, dan bakteri
e. tidak tahan alkali kuat

2.2 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zaat warna yang kelarutannya dalam air hanya sedikit,
akan tetapi mudah didispersikan atau disuspensikan dalam air, serta mempunyai daya
substantivitas terhadap serat-serat yang bersifat hidrofob.
Zat warna dispersi merupakan zat warna non iionik yang tidak atau sedikit larut
dalam air dan mempunyai molekul yang relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai
gugus pelarut. Oleh karena itu zat warna dispersi sedikit larut dalam air dan sering
digunakan untuk mencelup serat-serat hidrofob seperti poliester.
Beberapa jenis zat warna dispersi yaitu antrakuinon, azo dan difenilamina.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward adalah sebagai berikut :
1. mempunyai berat molekul yang relatif kecil.
2. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif besar.
3. Umumnya tidak mengion ( non ionik ) di dalam air.
4. Apabila digerus dengan halus dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat
dihasilkan dispersi yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran partikel 0,5
- 2,0 mikron.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.

Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi dapat digolongkan menjadi:


1. Zat warna dispersi golongan A
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang terkecil, tingkat ketahanan
sublimasinya rendah, tersublimasi penuh ( 90 - 100 % ) pada suhu sekitar 130 0 C dan
mempunyai sifat kerataannya yang baik sekali. Zat warna golongan ini umumnya
digunakan pada pencelupan dengan menggunakan zat pengembang (carrier).
2. Zat warna dispersi golongan B
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang sedang, tersublimasi
penuh pada suhu sekitar 1500 C - 1700 C, dan mempunyai sifat kerataan yang baik.
Zat warna ini dapat digunakan untuk mencelup serat poliester dengan menggunakan
bantuan zat pengembang dan pada pencelupan suhu tinggi dan pemberian tekanan.
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi
penuh pada suhu sekitar 1900C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup
poliester dengan menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian tekanan dan
metode termosol.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi
penuh pada suhu 2200 C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester
dengan menggunakan metode pada suhu tinggi dan metode termosol.
Untuk membedakan sifat pencelupan zat warna dispersi terhadap serat poliester,
maka zat warna dispersi digolongkan berdasarkan ukuran berat molekulnya. Besar
kecilnya berat molekul zat warna dispersi sangat erat kaitanya dengan ketahanan
sublimasi zat warna. Semakin besar berat molekul yang dimiliki zat warna dispersi,
maka ketahanan sublimasinya semakin besar, begitu pula sebaliknya.

2.3 Pencelupan poliester


Serat poliester mempunyai kristalinitas yang tinggi dan bersifat hidrofob, hal
ini menyababkan serat poliester sukar untuk dicelup. Serat poliester memppunyai
struktur yang kompak dan tidak mempunyai gugus kimia yang aktif dan tidak dapat
berikatan dengan anion atau kation zat warna.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan adanya zat warna dispersi. Zat warna
dispersi mencelup serat tidak dalam fase larutan tetapi dalam fase dispersi. Zat warna
dispersi mempunyai afinitas terhadap serat poliester karena keduanya bersifat
hidrofob.
Sistem pencelupan poliester dengan zat warna dispersi dapat dilakukan dengan
menggunakan 3 cara, yaitu:
1. Sistem pencelupan dengan bantuan zat pengemban
pencelupan dilakukan dengan pada suhu 85 - 1000C dalam suasana asam (pH 4,5
- 5,5) menggunakan zat pengemban. Dalam proses pencelupan zat pengemban
berdifusi ke dalam serat menyebabkan serat mengembang sehingga diameter serat
membesar sehingga mengakibatkan molekul zat warna dispersi dapat masuk ke
dalam serat.
2. Sistem pencelupan suhu dan tekanan tinggi
pada pencelupan suhu tinggi selalu disertai tekanan tinggi. Tekanan selain
berfungsi menaikan ssuhu larutan celup juga berfungsi membantu penyerapan zat
warna ke dalam serat. Pencelupan dilakukan dalam mesin tertutup tanpa zat
pengemban.
3. Sistem pencelupan Thermosol
Mekanisme Pencelupan Metoda Thermosol
Pada pencelupan metoda thermosol zat warna berpindah dari larutan celup
ke permukaan bahan melalui proses rendam-peras (padding) dikuti dengan
pengeringan awal dan thermofiksasi. Besarnya tekanan peras dari rol %( wet pcik
up/ %WPU) akan menentukan banyaknya larutan yang dapat terbawa oleh kain.
Untuk kain yang bersifat hidrofob seperti poliester, %WPU yang digunakan
biasanya adalah 50% - 60%. Apabila %WPU in dinaikkan dapat menyebabkan
migrasi zat warna di permukaan bahan sehingga timbul belang.
Proses pengeringan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang ada
pada bahan yang dapat menurunkan efiseinsi panas pada proses termofiksasi
nantinya. Pada proses termofiksasi, bahan dilewatkan pada mesin thermosol
bersuhu 200°C -220°C selama 1 2- menit. Proses ini mengakibatkan serat poliester
menjadi plastis dan terbentuk rongga-rongga antar ranti polimer. Sementara itu
suhu yang tinggi in menyebabkan zat warna dispersi menyublim berubah fasa dari
solid menjadi fasa uap. Uap zat warna ini dapat terabsorbsi ke dalam serat
polyester yang struktur rantai polimernya lebih longgar. Pada saat kain keluar dari
rang termosol, terjadi proses pendinginan sehingga suhu kain turun, struktur serat
poliester kembali menjadi rapat dan zat warna disperse berubah fasa kembali dari
uap menjadi solid dan terperangkap di dalam serat. Semakin besar molekul zat
warna dispersi yang digunakan akan semakin besar pula tekanan uap zat
warnanya, sehingga semakin banyak zat warna yang mampu terabsorbsi ke dalam
serat.

Urutan proses pencelupan sistem termosol adalah sebagai berikut:


 penyerapan zat warna ke permukaan serat
 pengeringan pendahuluan pada suhu 1350C
 termofiksasi pada suhu 180 - 2200C
- pencucian kontinyu yang meliputi pencucian reduksi dan penyabunan untuk
menghilangkan zat pembantu dan zat warna pada permukan serat

III. Pecobaan
3.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
- gelas ukur dan alat pencelupan - kain polyester
lainya - zat warna dispersi
- mesin pencelupan thermosol - zat pendispersi
- asam asetat 30%
- zat anti migrasi
- Na2S2O4
- NaOH
- Teepol

3.2 Resep
 Resep pencelupan
- Zat warna disperse : 10-40 g/L
- Zat pendispersi : 2 m/L
- Zat anti sadah :0,5 g/L
- Zat anti migrasi : 5 g/L
- asam asetat : pH 5
- WPU : 60%
- Pre-dry : 100°C x 2-3 menit
- Termofiksasi : 200°C-210°C x 1-2 menit

 Resep Pencucian Reduksi


- Na2S2O4 : 4 g/L
- NaOH padat : 2 g/L
- Suhu : 80°C
- Waktu : 10 menit
- Vlot : 1:20

3.3 Fungsi Zat


- Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain poliester
- Asam asetat : Pengatur pH larutan dan pemberi suasana asam
- Zat pendispersi : Mendispersikan zat warna, meratakan dan mempercepat
pembasahan dengan cara menurunkan tegangan permukaan
- Zat anti migrasi : Mencegah migrasi zat warna saat proses pengeringan awal
- Na2S2O4 : Menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dipermukaan
serat dan zat pengemban yang masih tertinggal di dalam
serat pada proses cuci reduksi
- NaOH : Membantu mengaktifkan Natrium Hidrosulfit

3.4 Diagram Alir

Pembuatan larutan celup dan persiapan bahan (heatsett


190°C,2 menit)

Padding WPU60%
Pre-dryeing(100°Cx 2 menit)

Thermofiksasi(200°C-220°C,1-2 menit)

Pencucian Reduksi

Pengeringan

Evaluasi

3.5 skema proses

3.6 Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pilihlah zat warna dispersi yang sesuai untuk metoda thermosol.
3. Buatlah rencana proses pencelupan dan penyusunan resep.
4. Hitung kebutuhan zat warna, air, zat pembantu yang digunakan.
5. Lakukan proses pencelupan sesuai skema proses.
6. Evaluasi dan Analisa kain hasil pencelupan.

3.7 Perhitungan Resep


zat warna terasil yellow sd dan terasil red w-ps
a. Resep Pencelupan
- Kebutuhan larutan = 200 ml
40
- Zat warna dispersi = x 200=8 gr
1000
2
- Zat pendispersi = x 200=0,4 gr
1000
5
- Zat antimigrasi = x 200=1 ml
1000
0,5
- Zat anti sadah = x 200=0,1 ml
1000

b. Resep Cuci Reduksi


 Resep 1
- Berat bahan = 8,01 g
= 8,01, x 20
= 160,2 ml
1
- Detergent = x 160,2=0,1602ml
1000
4
- Na2S2O4 = x 160,2=0,6408 gr
1000
2
- NaOH = x 160,2=0,3204 gr
1000
- Kebutuhan air = 160,2 – (0,1602+0,6480+0,3204)= 159,07 ml

 Resep 2
- Berat bahan = 9,37 g
= 9, 37x 20
= 187,4 ml
1
- Detergent = x 1 87,4=0,1874 ml
1000
4
- Na2S2O4 = x 1 87,4=0,7496 gr
1000
2
- NaOH = x 1 87,4=0,3748 gr
1000
- Kebutuhan air = 187,4 – (0,1874+0,7496+0,3748)= 186,08 ml

 Resep 3
- Berat bahan = 7,73 g
= 7,73 x 20
= 154,6 ml
1
- Detergent = x 1 54,6=0,1546 ml
1000
4
- Na2S2O4 = x 1 54,6=0,6184 gr
1000
2
- NaOH = x 1 54,6=0,3092 gr
1000
- Kebutuhan air = 154,6 – (0,1546+0,6184+0,3092)= 153,36 ml

3.8 Hasil Percobaan


NO Sample Kain Ranking ketuaan Ranking Kerataan

1.

2.

3.

keterangan:
kerataan :
ketuaan :

IV. Pembahasan
Berdasarkan data hasil praktikum dengan menngunakan variasi pada waktu
thermosol dengan rentang waktu 1,2,dan 3 menit menghasilkan kerataan dan
warna hasil pencelupan pada setiap contoh uji berbeda. Warna hasil
pencapan yang paling cukup rata dan warna muda adalah pada variasi 1 yang
diproses dengan waktu termofiksasi selama 1 menit dan kerataan sangat baik
juga warna paling tua hasil pencapan pada variasi 3 yang ditermofiksasi
dengan waktu termofiksasi 3 menit, semakin lama waktu termofiksasi yang
digunakan maka kerataan warna pun semakin baik.
Terlihat dari grafik di bawah ini:

Grafik Ketuaan Warna


3.5
3
Level warna ketuaan

2.5
2
1.5
1 Ketuaan
0.5
0
1 2 3
sampel

(Gambar grafik ketuaan pada kain)

Grafik Kerataan Warna


3.5
Level Kerataan ketuaan

3
2.5
2
1.5
1 Kerataan
0.5
0
1 2 3
sampel

(Gambar Grafik ketuaan dan kerataan)

Hal tersebut diduga disebabkan apabila tekanan uapnya terlalu rendah


pencelupannya menjadi tidak efektif dimana fiksasi zat warna di dalam serat
dilakukan dengan cara menggunakan panas dari aliran udara panas,
kemudian zat warna bermigrasi ke dalam serat dengan adanya panas,
sehingga zat warna tersebut akan teradsorpsi oleh serat. Pengaruh panas
tersebut dipengaruhi waktu yang digunakan untuk proses termofiksasi. Oleh
karena itu, semakin lama proses termofikasai maka akan semakin tinggi suhu
termofiksasi yang digunakan sehingga serat polyester tersebut akan semakin
membuka dan zat warna akan semakin mudah masuk ke dalam serat yang
menyebabkan warna hasil pencapannya semakin tua.

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pencelupan dengan zat warna disperse metode thermosol
pada termofiksasi dengan variasi waktu 1,2 dan 3 menit dapat disimpulkan
bahwa kain sampel thermosol variasi waktu 3 menit memiliki kerataan paling
baik ketuaan dan kerataan warnanya, sedangkan kain 1 memiliki warna yang
paling muda dan kerataan yang cukup baik.

VI. Daftar Pustaka


Ichwan,. M., dkk. 2013. Bahan Ajar Praktek Pencelupan II. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil [ 3 Maret 2023]

Anda mungkin juga menyukai