Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN 2

PENCAPAN KAIN POLIESTER-KAPAS MENGGUNAKAN ZAT WARNA


DISPERSI – BEJANA

Disusun Oleh : Kelompok 1


Nama : Mochammad Reyhand A (20420049)
Dita Kurnia (21420026)
Nenden Sri Rahayu (21420028)
Devi Apriani Putri (21420033)
Grup : 3K2
Dosen : Sukirman, S.ST., MIL.
Asisten : Brilyan M. R. R., SST.
David Christian, SST.

KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT
BANDUNG 2023
BAB I
PENDAHU
LUAN
I. Maksud dan Tujuan

1.1. Maksud
Untuk mengetahui untuk mengetahui hasil pencapan kain
polyester-kapas yang dilakukan dengan menggunakan zat warna
dispersi dan zat warna bejana metoda dua tahap .
1.2. Tujuan
• Dapat mengetahui prinsip dasar dalam proses pencelupan pada kain campuran.
• Mengetahui dan terampil dalam melakukan proses pencelupan kain campuran
menggunakan metode kontinyu.
• Dapat membandingkan hasil celup dari jenis zat warna yang divariasikan.
• Mengetahui pengaruh dari variasi penggunaan jenis zat warna pada kain
campuran
yang dihasilkan.
• Mengetahui pengaruh dari variasi penggunaan proses fiksasi pada kain campuran
yang dihasilkan.

II. Teori Dasar

2.1. Kain poliester-kapas


Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang
terbuat dari masing - masing seratnya. Faktor yang merupakan suatu keuntungan
dalam pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat buruk dari poliester
merupakan sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula sebaliknya. Sehingga dari
pencampuran kedua jenis serat ini, sifat - sifat yang kurang dari salah satu jenis
serat dapat diimbangi dengan sifat - sifat yang baik dari serat lain.
Bahan - bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang
memiliki sifat- sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang baik,
sifat cuci pakai yang baik, dan lipatan yang lama. Sifat - sifat yang baik dari serat
poliester tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat selulosa pada
kondisi tertentu. Serat selulosa yang dicampur dengan serat poliester ini akan
memberikan bahan campuran dengan sifat yang baik, diantaranya: Rasa yang
nyaman dalam pemakaian.
2.2. Zat warna bejana
Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang tidak larut dalam air dan
tidak dapat mewarnai serat selulosa secara langsung. Dalam pemakaiannya, zat
warna ini harus dibejanakan (direduksi) terlebih dahulu membentuk larutan yang
mempunyai afinitas terhadap serat selulosa. Setelah berada di dalam serat, maka
bentuk leuko tadi dioksidasi kembali menjadi bentuk semula yang tidak larut
dalam air. Oleh karena itu hasil celupannya mempunyai tahan cuci yang sangat
baik. Selain itu juga mempunyai sifat tahan sinar dan tahan larutan hipoklorit
dengan baik. Larutan zat warna yang dibejanakan tersebut, disebut juga larutan
leuko. Warnanya lebih muda atau berbeda dengan warna pigmen aslinya. Afinitas
larutan leuko terhadap serat selulosa sangat besar, sehingga sering menimbulkan
celupan yang tidak rata. Untuk mengatasinya sering dilakukan pencelupan cara
”pigmen padding” di mana zat warna yang tidak mempunyai afinitas tersebut
didistribusikan merata pada bahan sebelum direduksi dan dioksidasi.
Ukuran molekul zat warna bejana ada 4 macam, yaitu :
1. Bentuk bubuk (powder), mempunyai kadar tinggi, digunakan untuk
mencelup dalam mesin-mesin dengan perbandingan larutan celup
yang besar, seperti bak, Jigger atau Haspel.
2. Bentuk bubuk halus (Fine powder), lebih mudah dibejanakan dari
pada bentuk bubuk dan penggunaannya sama dengan bentuk bubuk.
3. Bentuk bubuk sangat halus (micro fine powder), terutama digunakan
untuk pencelupan cara “pigmen padding”.
4. Bentuk colloidal, digunakan untuk pencelupan kontinyu.
Berdasarkan cara pemakaiannya, maka zat warna bejana digolongkan
menjadi 4 golongan sebagai berikut.
1. Golongan IK (Indanthren Kalt) Mempunyai afinitas yang kurang
baik, sehingga memerlukan tambahan elektrolit. Pemakaian reduktor
dan alkali sedikit, dibejanakan dan dicelup pada suhu rendah (20 – 25
C).
2. Golongan IW (Indanthren Warn) Memerlukan penambahan elektrolit
untuk penyerapannya. Pemakaian reduktor dan alkali agak banyak
dibejanakan dan dicelup pada suhu hangat (40–50 C).
3. Golongan IN (Indanthren Normal) Tidak memerlukan penambahan
elektrolit, karena mempunyai daya serap yang tinggi. Pemakaian
reduktor dan alkali banyak, dibejanakan dan dicelup pada suhu panas
(50–60 C).
4. Golongan IN Special (Indanthren Normal Special) Menyerupai
golongan IN, hanya pemakaian alkali dan reduktor, suhu
pembejanaan dan pencelupannya lebih tinggi (60 C).
Menurut struktur kimianya zat warna bejana dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu golongan antrakwinon dan golongan indigoida. Golongan antrakwinon pada
pembejanaan warna larutannya lebih tua dari pada warna sesungguhnya,
sedangkan golongan dindigoida mempunyai warna kuning muda.

2.3. Zat warna dispersi


Zat warna dispersi adalah zat wara organik yang dibuat secara sintetis,
kelarutannya dalam air sedikit sekali dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
tersebut digunakan untuk mewarnai serat sintetik atau serat tekstil yang bersifat
hidrofob. Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak
mengandung gugus pelarut.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan bantuan suhu
dan tekanan yang tinggi seperti udara panas (baking); pengukusan suhu tinggi (HT
steam) dan pengukusan tekanan tinggi (HP steam) .
Zat warna dispersi tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi sempurna
dengan bantuan zat pendispersi sehingga dapat dicampurkan dengan zat warna
reaktif dalam satu pasta cap
Mekanisme masuknya zat warna dispersi pada serat poliester

Mekanisme menjelaskan : zat warna dispersi berpindah dari


keadaan agregat dalam pasta Cap masuk kedalam serat sebagai bentuk
molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang keCil sekali,
tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh
bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna
yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan kesetimbangan.
Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat
akan terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi
dalam bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat.
PenCelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan serat, selanjutnya
terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam serat. Adsorpsi dan difusi
zat warna ke dalam serat dapat diperCepat dengan menaikkan temperatur
proses. Ketika proses fiksasi serat poliester akan memiliki gaya dipol antar
serat, gaya ini terjadi karena atom karbon bermuatan parsial positif (d+)dan
atom oksigen bermuatan parsial negatif (d-). Gaya dipol akan renggang pada
saat pemanasan di atas 80 0C sehingga zat warna bisa masuk ke dalam serat. Pada
suhu tinggi, rantai-rantai molekul serat pada daerah amorf mempunyai
mobilitas tinggi dan pori-pori serat mengembang. Kenaikan suhu menyebabkan
adsorpsi dan difusi zat warna bertambah. Energi rantai molekul serat bertambah
sehingga mudah bergeser satu sama lain dan molekul zat warna dapat masuk
ke dalam serat dengan Cepat. Masuknya zat warna ke dalam serat dibantu
pula dengan adanya tekanan tinggi dan adanya Carier.
Rantai molekul serat poliester tersusun dengan pola zigzag yang
rapi dan Celah-Celah yang akan dimasuki zat warna sangat sempit. Rantai
molekul sangat sulit untuk mengubah posisinya. Akibatnya molekul zat warna
sulit menembus serat dan penCelupan akan berjalan sangat lambat bila
dilakukan tanpa pemanasan dengan suhu tinggi. Zat warna akan menempati
bagian amorf dan terorientasi dari serat poliester. Pada saat penCapan serta
fiksasi berlangsung, kedua bagian tersebut masih bergerak sehingga zat warna
dapat masuk di antara Celah-Celah rantai molekul dengan adanya ikatan antara
zat warna dengan serat. Ikatan yang terjadi antara serat dengan zat warna
mungkin merupakan ikatan fisika, tetapi dapat pula merupakan ikatan
hidrogen yang terbentuk dari gugusan amina primer pada zat warna dengan
gugusan asetil pada molekul serat

2.4. Kain kapas

Serat kapas merupakan jenis serat selulosa, dimana struktur


polimernya adalah selulosa yang terdiri dari monomer serat. Kapas salah
satu serat selulosa dimana serat selulosa mengandung banyak gugus
hidroksil. Berikut struktur molekul serat kapas :

Gambar 1.1 Struktur Molekul Serat Kapas

Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang


merupakan pengulangan dari a-anhidroglukosa. Pada serat kapas
memiliki gugus hidroksil (- OH) yang memberikan sifat
penyerapannya terhadap air. Meskipun demikian, selulosa yang
banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut didalam
air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang
sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul
selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa didalam air.
Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari
molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut
membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah
menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang
tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat,
menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta
atau larutan. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam, dan alkali kuat dengan
disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian
atom oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya
lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya. Serat kapas
memiliki penampang serat membujur dengan bentuk memanjang,
pipih seperti pita yang terpuntir, dan penampang melintang yang
umumnya berbentuk seperti ginjal. Berikut gambar dari penampang
serat kapas :

Gambar 1.2 Penampang Melintang dan Penampang Membujur

a. Sifat Fisika
1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem.
Beberapa kapas yang seratnya panjang, warnanya
lebih krem dari pada jenis kapas yang serat-seratnya
lebih pendek. Warna krem ini disebabkan oleh
pengaruh penyimpanan yang lama, debu, atau
kotoran. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum
pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-biruan
yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.

2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh
kadar selulosa yang dikandungnya. Dalam keadaan
basah serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan serat ketika dalam
keadaan kering. Hal ini disebabkan karena dalam
keadaan basah, serat akan menggelembung sehingga
berbentuk silinder yangvakan menyebabkan
berkurangnya bagian-bagian serat yang terpuntir,
dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan
diterima di sepanjang serat secara lebih merata.
Kekuatan serat kapas dalam keadaan kering berkisar
3,2 - 5,2 g/denier dan dalam keadaan basah lebih
tinggi lagi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di
antara serat-serat selulosa alam yang lainnya. Mulur
serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung dari
jenis serat kapasnyadan rata-rata mulurnya adalah 7%.
4. Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap
air dan memiliki pengaruh yang nyata pada sifat-sifat
serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh, dan kekuatannya rendah. Moisture Regain
(MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan
kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 – 8,5%.
5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.
b. Sifat Kimia
1. Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu
rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada
proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya
oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
2. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila
dipanaskan pada suhu 120°C selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih
tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya
hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240°C.
3. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah gugus
aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam
suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan
cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan
mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan
turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan yang berlebihan,
penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu
diatas 140°C.

 Serat Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk
bahan merupakan suatu polimer hasil reaksi antara monomer asam
teftalat dan etilena glikol, seperti reaksi berikut :

Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan


struktur rantai yang menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat
akibat rantai yang saling berdekatan membentuk ikatan antar rantai
molekul polimer berupa gaya dipol Oleh karena itu serat poliester bersifat
hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Kenaikan suhu
mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar
molekul, menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih
plastis sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat warna. Serat
poliester adalah serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilena
glikol dengan asam tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi.
Hasil polimerisasi berupa chip atapun polimer leleh, yang kemudian di
lakukan proses spinning untuk membentuk fiber. Pembentukan fiber
dilakukan dengan temperatur di atas titik leleh poliester, dengan bantuan
gear pump yang menentukan ukuran fiber yang keluar melalui spinneret.
Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber yang
diinginkan, seperti bulat ,segitiga, dan lain-lain. Selanjutnya ribuan helai
serat panjang ini disatukan dan ditarik serta diletakkan di dalam can. Serat-
serat dari bebarapa can kemudian ditarik (draw) bersama sama sehingga
didapatkan serat dengan ketebalan tertentu biasanya dinyatakan dengan
satuan denier. Adapun sifat dari serat poliester sebagai berikut :
Tabel 1. Sifat Serat Poliester
Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0 – 6,9 gram/denier
Mulur 11% - 40%
Elastisitas Baik (tahan kusut)
Moisture Regain 0,4%
Modulus Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan
mulur 2%)
Berat Jenis 1,38
Titik Leleh 250˚C
Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang bulat

2.5. Pencapan
Pencapan pada kain tekstil mungkin lebih sesuai jika
digambarkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan desain-desain pada
kain tekstil. Hasil pencapan tidak lepas dari suatu nilai-nilai seni,
sedangkan teknologi yang diterapkan /diaplikasikan diharap dapat
menjamin mutu atau kualitas dari hasil seni tersebut untuk keperluan
tersebut diperlukan selain selera seni yang tajam, juga keahlian tentang
teknologi pencapan yang memadai.
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat
warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang akan
diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. Kemudian dari
gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif
dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana
dalam screen ini bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya
sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat
meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap.
2.5.1. Metode Pencapan
Metode pencapan dikenal beberapa macam yang sering dilakukan berdasarkan cara
mengaplikasikan pada bahan tekstil dan bahan yang dipakai, antara lain :
1. Pencapan Langsung, yaitu pasta cap yang mengandung zat warna dicapkan
langsung pada bahan tekstil yang masih utuh atau telah berwarna (hasil celupan).
Termasuk dalam hal ini adalah pencapan diatas warna dasar blok atau motif
warna hasil proses pencapan sebelumnya (tumpang) yang umumnya warna motif
lebih tua daripada warna dasar. Hasil warna motif yang diinginkan pada pencapan
ini sudah langsung dapat dilihat.
2. Pencapan tidak langsung, yaitu pencapan ang tidak langsung diperoleh warna
motif pencapan yang diinginkan karena adanya zat pembantu yang bersifat
merintangi fiksasi, merusak zat warna atau merusak serat termasuk pencapan
rusak (etsa atau discharge), yaitu bahan tekstil yang telah berwarna hasil cap atau
celup lalu dicap dengan pasta cap yang mengandung zat perusak sehingga warna
putih tekstil tampak Kembali yang disebut etsa putih.
3. Pencapan langsung, yang termasuk pencapan tersebut adalah pencapan alih
panas, yaitu pencapan yang dilakukan pada kertas kemudian dialihkan pada
bahan tekstil dengan bantuan panas.Pencapan rambut serat, pencapannya
ditaburkan pada permukaaan bahan tekstilyang telah dilapisi perekat dengan
pencapan- pencapanyang menggunakan kombinasi metode-metode pencapan
yang telah dikenal tersebut, termasuk pencapan khusus.
2.6. Zat Pengental
Seperti halnya pada pencelupan, dimana pada umumnya menggunakan air sebagai
medium pembawa zat warna tekstil untuk dapat sampai pada serat kain, maka demikian
halnya dengan pencapan diperlukan juga suatu medium. Tentu saja air tidak dapat
digunakan, karna sifat air yang selalu menyebar, maka akan mengakibatkan zat warna
menyebar ke luar dari desain sehingga hasilnya tidak baik. Oleh karna itu sebagai
gantinya digunakan pengental. selain sebagai medium, pengental tersebut berfungsi untuk
melekatkan zat warna tetap pada tempatnya sesuai desain yang ditentukan. pengental di
masukan kedalam
larutan zat warna dan zat pereaksi, hingga erupakan suatu pasta dengan kekentalan tertentu.
Pengental tidak boleh terlalu kental ataupun encer.
 Pengental Alginat
Alginat merupakan pengental yang sering digunakan dalam proses pencapan. Alginat

merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear
panjang. Pada pencapan, alginat dicampur dengan zat warna reaktif atau zat warna
dispersi. Pada pasta pencapan, bagian yang terbesar adalah pengental dengan porsi
80% atau lebih berfungsi sebagai media dan berperan sebagai pengantar zat warna
masuk ke dalam serat dan mencegah terjadinya migrasi agar motif warna tetap tajam.
Alginat memiliki fungsi penting, yaitu :

1. Sebagai zat pengental yang digunakan dalam proses pencapan,


2. Membawa dan menghantarkan zat pewarna kain,
3. Melawan kapilaritas dari bahan kain,
4. Meningkatkan daya adhesi zat warna yang belum terfiksasi dalam serat, dan
5. Bertindak sebagai pelindung agar zat warna tidak mengendap selama
proses pengecapan berlangsung.
Penggunaan alginat sebagai bahan pasta pengental pada proses pencapan tekstil
digunakan secara menyeluruh. Penggunaan alginat sebagai bahan pengental sangat
efisien dengan konsentrasi 1,5% sudah mencukupi untuk masuk ke dalam serat tekstil,
selain itu juga hasil pencapan sangat memuaskan karena membuat warna dan gambar
lebih tajam atau lebih cemerlang. Hal ini terjadi karena struktur kimia alginat
memungkinkan untuk mengikat zat pewarna, dan mudah melepaskannya pada bahan
tekstil. Persyaratan teknis agar alginat dapat digunakan sebagai pengental dalam proses
pencapan yaitu memenuhi standar kadar air maksimum 15% dan viskositas 1000-2000
cPs.
 Pengental CMC
Karboksi metil selulosa (CMC) merupakan turunan dari selulosa yang
dikarboksimetilasi, adalah eter polimer linier dengan gugus karboksimetil
(CH2OCH2COONa) yang terikat pada beberapa gugus OH dari monomer
glukopiranosa. Struktur CMC didasarkan pada β-(1 4)-D-glucopyranose polymer dari
selulosa. CMC berupa senyawa anion yang bersifat biodegradable, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak beracun, memiliki rentang pH sebesar 6,5 sampai 8,0 dan stabil
pada rentang pH 2 – 10, serta larut dalam air.3 Derajat polimerisasi (DP) CMC
menunjukkan daya pengentalnya, semakin panjang rantai molekulnya, maka
larutannya semakin kental.Carboxy Methyl Cellulose (CMC) adalah turunan dari
selulosa dan ini sering dipakai dalam industri untuk mendapatkan tekstur yang baik.
Fungsi CMC ada beberapa terpenting, yaitu sebagai pengental, stabilisator, pembentuk
gel dan sebagai semi-pengemulsi.
2.6.1. Syarat-Syarat Zat Pengental
1. Tidak Berwarna
Sebaiknya pengental yang akan di gunakan tidak berwarna. apa bila
pengental yang akan kita gunakan berwarna, maka akan mempengaruhi
warna dari zat warna itu sendiri, terutama untuk warna muda.
2. Stabil Dalam Penyimpanan
Bahan pengental sebisa mungkin harus stabil dalam penyimpanan yang
lama, sehingga tidak menimbulkan perubahan fisik maupun kimia.
3. Mempunyai Daya Ikat
Pengental harus bisa mengikat zat-zat yang dicampurkan dalam pasta
pencapan.
4. Tidak Mengadakan Reaksi Kimia

Selain mampu mengambil dan mengikat zat-zat yang dicampurkan kedalamnya, pengental
tersebut tidak boleh mengadakan reaksi dengan zat-zat tersebut. Sehingga dapat merubah
sifat pengental maupun zat-zat yang dicampurkan.

5. Dapat Dihilangkan Kembali

Sebagaimana fungsinya yang hanya bersifat sementara, yaitu sebagai medium. Maka
setelah zat warna terfiksasi dalam serat, maka pengental tersebut dihilangkan kembali.
pada umumnya penghilangannya dilakukan dengan pencucian dalam air panas tampa
penambahan zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi zat warna. Oleh karena itu dengan
jalan pencucian tersebut pengental harus mudah dihilangkan kembali.
BAB II

PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


 Alat
- Baker gelas
- Batang pengaduk
- 2 buah gelas
- Gelas ukur
- Mixer
- Rakel
- Kasa
- Timbangan analitik
 Bahan
- Kain polyester-kapas
- Zat warna bejana
- Zat warna dispersi
- Pengental
- Natrium karbonat
- Zat anti reduksi
- NaOH
- Na2S2O4
- H2O2 30%
- Urea
- Zat pendispersi
2.2 Fungsi Zat
1) Zat warna dispersi : Sebagai zat yang memberikan warna pada kain
2) Zat warna bejana : Sebagai zat yang memberikan warna pada kain
3) Urea : Zat higroskopis untuk menjaga kelembapan zat warna
4) Pengental : Pengental yang berfungsi untuk memindahkan zat warna ke kain
5) Zat pendispersi : mengurangi reduksi pengetal atau redukstor terhadap zat warna
6) Natrium bikarbonat: memberikan kestabilan pasta cap yang tinggi dengan hampir semua jenis
zat warna reaktif.
7) Zat anti reduksi : Sebagai pencegah terjadinya reduksi pada saat proses pencapan
8) NaOH : Memberikan suasana alkali pada saat proses blok alkali

2.3 Cara Kerja


1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Menghitung kebutuhan pasta cap
3) Membuat pasta cap sesuai dengan perhitungan resep
4) Melakukan proses pencapan sesuai diagram alir
5) Mengevaluasi dan menganalisi hasil pencapan

Diagram Alir

Thermofiksasi
Persiapan pasta Drying Blok
Pencapan (Baking)
cap 100 o C Alkali
150 - 180 o C

Thermofiksasi Drying
Cuci
Pengeringan Oksidasi (Steam) 100 o C
Sabun
125 o C

Evaluasi

2.4 Resep Standar


Resep Pencapan Resep Pencucian
Zat warna 20 g Teepol 1 g/l
dispersi
Zar warna 20 g Na karbonat 1 g/l
bejana
Zat pendispersi 22 g Wetting 1 g/l
Pengental 10% / 700g Agent
Zat anti reduksi 29 g Waktu, Suhu 10’,
Urea 100 g 90oC
Balance x gram

Resep Blok Alkali


NaOH 50 g
Na2CO3 50 g
Na2S2O4 120 g
Pengental 10% / 700g
Balance x gram
Resep Oksidasi
H2O2 30% 2 ml

2.5 Resep Variasi


VARIASI WAKTU
RESEP
VARIASI 1 VARIASI 2 Variasi 3 Variasi 4
Na2S2O4 120 g
Waktu thermofiksasi
(Steam) 5’ 10’ 15’ 20’
2.6 Perhitungan Resep
1) Peritungan Pencapan
20
a. Zw Dispersi = ×75=1 ,5 gr
1000
20
b. Zw Bejana = ×75=1 ,5 gr
1000
22
c. Zw Pendispersi = ×75=1 ,65 gr
1000
100
d. Urea = ×75=7 , 5 gr
1000
20
e. Zw Anti Reduksi = ×75=1 ,5 gr
1000
700
f. Pengental = ×75=52 ,5 gr
1000
g. Balance =75−66 ,15=8 , 85 gr

2) Perhitungan Blok Alkali


50
a. NaOH = ×100=5 gr
1000
50
b. Na2CO3 = ×100=5 gr
1000
120
c. Na2S2O4 = ×100=1 2 gr
1000
700
d. Pengental = ×100=70 gr
1000
e. Balance = 100 – 92 = 8 gr
Hasil Praktikum

NO. Variasi Hasil Uji

Waktu
1 5’
Waktu
2
10’

Waktu
3
15’

Waktu
4
20’
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Diskusi
Pencapan kain T/C pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan zat warna dispersi dan
bejana. Kain T/C (Poliester-Kapas) masing-masing memiliki sifat yang berbeda diantara yaitu
hidrofob dan hidrofil. Oleh karena itu digunakan dua jenis zat warna yaitu zat warna dispersi untuk
pencapan serat poliester dan zat warna bejana untuk pencapan serat kapas. Kain poliester memiliki
sifat hidrofob. Hal ini mengakibatkan serat memiliki moisture regain atau penyerapan air yang relatif
kecil. Jika dilihat dari sifatnya, serat poliester memiliki MR 0,1-0,3%. Maka dari itu, untuk
memudahkan penyerapan zat warna pada kain poliester dikerjakan penambahan urea sebagai zat
higroskopis untuk melembabkan pasta cap supaya difusi berjalan lancar. Sedangkan pada serat kapas/
selulosa perlu adanya proses fiksasi yang cukup panjang menggunakan zat wama bejana perlu
membuat zat warna bejana yang tidak larut menjadi larut dengan proses membuat senyawa leuko.
Dalam pencapan kali ini, dilakukan fiksasi dengan proses baking dengan uap kering untuk zat warna
disperse dan proses lanjutan blok alkali reduktor untuk zat warna bejana yang bertujuan membuat
senyawa leuko yang larut dan selanjutnya proses steaming. Ikatan yang akan terjadi antara serat
dengan zat warna adalah ikatan hidrogen dan hidrofobik. Untuk variasi yang digunakan pada
praktikum ini adalah variasi waktu pada proses steam dengan waktu proses yang berbeda mulai 5
menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit, sedangkan untuk proses yang lainnya dilakukan sama. Pada
hasil evaluasi kali ini berfokus pada ketuaan warna, kerataan warna, dan ketajaman motif.
a. Ketuaan warna
Pada hasil ketuan warna kain hasil pencapan kain poliester- kapas (TC) menggunakan zat
warna dispers- bejana dengan variasi waktu proses steam menghasilkan hasil kain yang
berbeda-beda. Pada kain pertama dengan waktu 5 menit warna yang dihasilkan tampak pudar
dibandingkan kain kedua dengan waktu steam 10 menit dan kain ketiga keempat dengan
waktu 15 dan 20 menit yang lebih tua dan kain dengan waktu steam 10 menit (kain kedua)
tampak memiliki warna paling tua. Hal itu bisa terjadi karena pada proses steam dengan
menggunakan uap terjadi proses fiksasi dimana lama waktu fiksasi mempengaruhi banyaknya
zat warna yang terfiksasi sehingga zat wama dan serat dapat berikatan dan pada proses
pembangkitan warna/oksidasi warna dapat terlihat dengan sempurna.
\

Grafik Ketuaan Warna


b. Kerataan warna
Pada hasil kerataan warna kain ke dua dengan waktu steam 10 menit warna paling baik dan
kain ke pertama dengan waktu steam 5 menit mendapat kerataan kain paling rendah pada
variasi waktu steam ini. Menurut kami hal tersebut bisa terjadi karena pada saat steam zat
warna tidak berikatan dengan sempurna dengan serat sehingga pada proses pencucian banyak
zat warna yang luntur dan menghasilkan kerataan pada kain menurun.
Grafik Kerataan Warna
c. Ketajaman motif
Pada proses pencapan ketajaman suatu motif adalah hal yang perlu diperhatikan karena
dengan motif terlihat tajam maka hasil pencapan terbilang berhasil. Pada hasil pencapan ini
ketajaman motif paling bagus pada variasi steam yang ke dua dengan waktu 10 menit dan
yang paling rendah dengan variasi steam 5 menit kain ke 1, proses steam yang lama membuat
suatu zat warna mampu timbul dan menghasilkan motif yang bagus dan tajam tapi tentunya
harus disertai dengan suhu uap.

Grafik Ketajaman Motif


3.2 KESIMPULAN
Pada hasil praktikum pencapan kain campuran poliester-kapas (TC) menggunakan zat warna dispersi
bejana dengan variasi waktu steam 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit menghasilkan hasil
pencapan paling baik pada variasi waktu steam 10 menit, mulai dari evaluasi ketuaan warna, kerataan
wama dan ketajaman motif.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, dkk, “Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan”. Bandung :


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1978
Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.
Bandung : Institute Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai