Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCAPAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA PIGMEN


diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikkum Teknologi Pencapan 1
oleh:

Kelompok 1 : 1. Puteri Bilqis A. (22420084)

2. Siti Aisyah J. (22420086)

3. Wida Nooholisah (22420096)

4. Desty Rismayanti (22420097)

Grup : 2K4

Dosen : Wulan S. A., S.ST., M.T.

Asisten Dosen : 1. Lestari W., S.Pd, M.Tr.


2. Witri A. S., S.ST., M.Tr.T.

KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2024
I. MAKSUD DAN TUJUAN
➢ Maksud
Melakukan pencapan kain kapas menggunakan zat warna pigmen dengan variasi
waktu curing,
➢ Tujuan
• Untuk mendapatkan hasil pencapan yang baik dengan zat warna pigmen pada
kain kapas.
• Untuk memberikan efek warna pada desain dengan menggunakan zat warna
pigmen secara merata dan permanen.
• Untuk mengetahui cara pencapan yang meliputi langkah-langkah pengerjaan
pencapan dan menempatkan motif satu dengan motif lainnya pada kain.
• Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapan.

II. DASAR TEORI


2.1 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan
zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan.
Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar
pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen
gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film
inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-bagian yang
tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-
bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap
ke bahan yang akan dicap. Pencapan dengan zat warna pigmen banyak dilakukan
karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain pembuatan pasta capnya
sederhana, tidak perlu pengerjaan iring setelah pencapan, zat warna dapat
dicapkan bersama-sama dengan zat warna lain tanpa mengubah warna yang
lainnya. Namun terdapat pula kekurangnnya, antara lain hasil pencapan tidak
tahan gosok dan kaku. Pasta cap terdiri dari zat warna pigmen. Binder, pengental
dan katalis. Zat pengikat pada umumnya merupakan zat yang larul/terdispersi
dalam air dan pada suhu tinggi akan berpolimer. Pengental yang digunakan dalam
pencapan ini menggunakan pengental emulsi, pengental emulsi adalah dispersi
dari zat cair didalam zat cair lai dan tidak saling melarutkan. Pencapan
menggunakan pengental emulsi menghasilkan pegangan yang lemas, sedangkan
katalisnya adalah senyawa yang pada pemanasan tinggi dapat memberikan reaksi
asam.
2.2 Pencapan Zat Warna Pigmen
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan pada semua jenis serat. Zat
warna pigmen tidak memiliki afinitas terhadap serat maka fiksasinya ke dalam
serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara zat
warna pigmen dengan serat tergantung pada daya ikat dari binder yang
digunakan. Oleh karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian, maka zat
warna pigmen dapat diaplikasikan pada semua jenis serat. Pada proses pencapan
dengan zat warna pigmen perlu dilakukan pemilihan pengental dan zat pembantu
tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicap, penentuan urutan proses dan
resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat dan pelaksanaan proses
pencapan yang baik sehingga diproleh hasil pencapan yang sesuai persyaratan.
2.3 Zat Warna Pigmen
Zat Warna Pigmen merupakan pewarna yang bermolekul besar yang tidak larut
dalam air dan medium yang diwarnai, baik pada saat proses maupun selama
bahan tersebut dipakai. Pigmen tidak mempunyai gugus- gugus yang dapat
bereaksi dengan serat sehingga pada dasarnya pigmen berbeda dari zat warna
yang larut yang digunakan untuk tekstil. Pigmen merupakan suatu zat atau
senyawa yang dapat mewarnai suatu zat atau bahan lain. Pigmen dapat digunakan
sendiri atau dicampur dengan pigmen putih sebagai pengatur tua atau mudanya
warna. Pigmen juga dikenal sebagai pewarna cairan polimer serat.
Pigmen umumnya dipasarkan dalam bentuk terdispersi (emulsi pigmen) terutama
dibuat dari bahan baku sintetis dan tersedia cukup banyak warna. Untuk pigmen
putih digunakan bahan dasar titaniumdioksida, untuk warna metalik digunakan
campuran tembaga dan alumunium, serta untuk warna kecoklatan dibuat dari besi
oksida. Pada saat akan memeilih pigmen sintetis tersebut, harus memperhatikan
harga, ketahanan luntur warna, kecerahannya dan daya pewarnaan dari sekian
produk yang ada. Pigmen merupakan suatu zat atau senyawa yang inert, stabil
dan dapat mewarnai suatu zat atau bahan lain. Bahan yang diwarnai oleh pigmen
antara lain logam, kayu, batu, plastik, tembok, kulit, dan tekstil. Sebelum dikenal
pigmen buatan, telah banyak dipakai zat-zat organik sebagai pewarna antara lain
oksida besi, krom, timbal, tembaga, dan oksida logam lainnya yang daya
pewarnaannya terbatas. Pigmen dapat digunakan sendiri atau dicampur dengan
pigmen putih sebagai pengatur tua dan muda warna.
2.4 Pengental Emulsi
Pengental emulsi banyak dipakai untuk pencapan zat warna pigmen. Karena
suksesnya sebagai pengental pada zat warna pigmen, kemudian pengental emulsi
digunakan juga untuk pencapan zat warna lain. Berhubung zat warna emulsi
memiliki aliran pasta yang pendek maka memberikan hasil cap yang kurang
memuaskan sehingga penggunaannya dengan zat warna selain pigmen, dicampur
dengan pengental alam dari jenis alginate atau guar. Pengental semi emulsi ini
memberikan keuntungan yaitu lebih tingginya tingkat pewarnaan yang dicapai
dan waktu pengeringan yang lebih cepat dibandingkan pengental alam 100%.
Pengental emulsi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Emulsi air dalam minyak (w/o), yaitu air merupakan fasa terdispersi dan
minyak merupakan fasa pendispersi.
• Emulsi minyak dalam air (o/w) yaitu minyak merupakan fasa terdispersi dan
air merupakan fasa pendispersi
Terlepas dari apakah menggunakan sistem emulsi w/o atau o/w kesuksesan
sistem pencapan pigmen didasarkan pada tiga komponen yang sama penting,
yaitu:
• Dispersi pigmen
• Binder dan zat pengikat silang
• Pengental dan zat pembantu untuk mendapatkan sifat-sifat yang disyaratkan.
Sekarang banyak digunakan pengental semi emulsi yaitu pengental campuran
antara pengental emulsi dan pengental sintetik atau pengental alam. Adanya
pencampuran pengental tersebut karena masing-masing pengental mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga untuk mendapat hasil yang
diinginkan maka digunakan pengental setengah emulsi.
2.5 Jaringan Pengikat
Binder merupakan zat kimia yang memegang peranan penting dalam proses
pencapan dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan daya ketahanan luntur
warna. Film binder pada pencapan pigmen adalah struktur tiga dimensi. Binder
adalah suatu zat yang akan membentuk lapisan tipis yang terbuat dari
makromolekul rantai panjang yang pada saat diaplikasikan pada tekstil bersama
pigmen meghasilkan jaringan berikatan tiga dimensi. Jaringan tiga dimensi
terbentuk selama proses fiksasi (curing) pada suhu tinggi dan pada saat ini terjadi
perubahan pH sehingga terjadi salah satu self-cross-linking atau reaksi dengan
zat pengikat silang. Binder memiliki gugus reaktif dalam kopolimer yang akan
membentuk ikatan silang antar molekul-molekul kopolimer atau dengan hidroksi,
amino dan gugus lainnya dari serat pada saat proses curing. Reaksi ikatan silang
membutuhkan suhu tinggi dan katalis yang bersifat asam. Katalis yang banyak
digunakan pada pencapan dengan zat warna pigmen adalah diamonium posfat.
Binder harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain:
• Binder tidak boleh terkoagulasi pada saat proses printing. Jika terjadi
koagulasi akan menyebabkan kasa pencapan menjadi mampet.
• Film yang terbentuk dari binder harus bening, ketebalan yang rata, smooth,
dan tidak terlalu keras atau terlalu lemas.
• Sifat dari film yang terbentuk harus mempunyai adhesi yang baik dengan
serat.
• Film harus tahan terhadap gaya-gaya mekanis dan kimia.
Hasil pencapan zat warna pigmen yang baik ditandai dengan tingkat kecerahan
yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku, dan sifat daya tahan yang cukup
tinggi terhadap gosokan dan pencucian.
2.6 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman dengan
kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab
dan banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada
tempat tumbuh dan berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi
selulosa maupun serat buatan yang memiliki sifat mirip dengan selulosa telah
banyak diproduksi, kapas tetap memegang peranan penting dalam perindustrian
tekstil +51%.

Komposisi % pada Serat % pada Dinding Primer


Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7-1,2 12
Lilin 0,4-1,0 7
Protein 1,1-1,9 12
Abu 0,7-1,6 3
Senyawa Organik 0,5-1,0 14

2.6.1 Sifat Kimia Serat Kapas


• Terhidrolisis dalam asam kuat
• Oksidator berlebih menyebabkan oksiselulosa
• Menggembung dalam larutan alkali (dimanfaatkan
merserisasi)
2.6.2 Sifat Fisika Serat Kapas
• Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
• Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
• Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya dengan mulur
rata-rata 7%
• MR 7-8.5%
• Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur dengan
serat polyester

III. ALAT DAN BAHAN


➢ Alat
• Gelas plastik
• Ember plastik
• Gelas piala
• Batang pengaduk
• Timbangan
• Screen
• Rakel
• Meja cetak
• Mixer
➢ Bahan
• Kain kapas
• Zat warna pigmen
• Binder
• Minyak tanah
• Urea
• Katalis DAP
• Emulsidier
• Air

IV. RESEP
➢ Resep Pengental Induk
Minyak tanah 350 gr
Emulsifier 150 gr
Air 500 gr
➢ Resep Pasta Cap
Zat warna pigmen 20 gr
Binder 20 gr
Urea 50 gr
DAP 1:2 10 gr
Fixer 10 gr
Pengental 700 gr

V. FUNGSI ZAT
• Zat warna pigmen untuk mewarnai serat atau bahan.
• Air sebagai penyeimbang kekentalan pasta cap.
• DAP sebagai katalis untuk mempercepat proses polimerisasi binder.
• Binder sebagai zat pengikat yang membentuk lapisan film/jaringan yang sangat
tipis diatas bahan dan membentuk ikatan dengan serat sehingga hasil pencapan
memiliki ketahanan gosok yang lebih baik.

VI. SKEMA PROSES

VII. DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Persiapan pasta cap

Pencapan

Pengeringan
Curring 2 menit

160-180oC

Evaluasi

VIII. CARA KERJA


Pembuatan Pengental Induk
1. Dimasukkan emulsi yang akan digunakan pada ember plastik.
2. Air dan minyak dimasukkan sedikit-sedikit.
3. Dikocok secara merata menggunakan mixer.
4. Dikocok hingga terbentuk emulsi yang kental.
Pembuatan Pasta Cap
1. Diambil pengental emulsi sesuai kebutuhan ke dalam gelas plastik.
2. Binder, urea, katalis DAP, dan air dimasukkan ke dalam gelas plastik.
3. Zat warna pigmen dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu diaduk hingga semua
bagian merata.
Proses Pencapan
1. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan
konstan pada meja cap serta dengan tegangan yang rata.
2. Screen diletakkan diatas bahan yang akan dicap.
3. Pasta cap dituangkan pada pinggir screen.
4. Frame ditahan agar dan dilakukan proses pencapan, dengan cara screen dipoles
menggunakan pasta cap dengan bantuan rakel.
5. Pada proses pencapan rakel harus ditarik dengan kuat dan menekan ke bawah dan
ke atas.
6. Screen dilepaskan secara perlahan.
7. Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang screen dengan memposisikan
motif, agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.
8. Melakukan proses pencapan seperti poin di atas.
9. Setelah selesai, dilakukan proses drying selama 2 menit.
10.Setelah kering, dilakukan proses curing pada suhu 160-180℃ selama 2-4 menit.
11.Lakukan proses evaluasi ketuaan, kerataan, dan kekakuan.
IX. PERHITUNGAN RESEP
➢ Perhitungan Pasta Cap
20
Zat warna pigmen = 1000 × 75 = 1,5 gr
20
Binder = 1000 × 75 = 1,5 gr
10
DAP = 1000 × 75 = 0,75 gr
50
Urea = 1000 × 75 = 3,75 gr
10
Fixer = 1000 × 75 = 0,75 gr
700
Pengental / emulsi = 1000 × 75 = 52,5 gr

➢ Perhitungan Pengental Emulsi


350
Minyak tanah = 1000 × 300 = 105 gr
150
Emulsifier = 1000 × 300 = 45 gr
500
Air = × 300 = 150 gr
1000

X. DATA HASIL PERCOBAAN


Terlampir

XI. DISKUSI
Pada proses pencapan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti penggunaan
zat yang dipakai, kekentalan pasta cap, tekanan pada saat merakel dan ketepatan untuk
menempatkan posisi motif sehingga dapat menghasilkan motif yang baik. Zat warna
yang digunakan yaitu zat warna pigmen yang merupakan zat warna yang tidak
mempunyai gugus pelarut atau gugus yang dapat berikatan dengan serat, sehingga
diperlukan zat pengikat (binder) untuk menempelkan zat warna pada kain. Karena
sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek kaku.
Pada faktor kekentalan pasta cap, praktikan harus memperhatikan banyaknya
pengental dan air yang ditambahkan sehingga memperoleh viskositas pasta cap yang
sesuai. Jika viskositas pasta cap rendah, zat warna pada hasil pencapan akan keluar
dari motif (overlap). Jika viskositas pasta cap terlalu tinggi dapat menyebabkan
ketidakrataan warna pada motif karena sulitnya pasta melewati lubang-lubang kasa.
Kemudian, tekanan pada saat merakel juga perlu diperhatikan karena jika terdapat
perbedaan tekanan pada saat pencapan, hasil ketuaan dan kerataan pada kain pun juga
akan berbeda. Posisi motif juga akan mempengaruhi hasil pencapan, dimana posisi
kain harus diam pada satu tempat dan kasa juga tidak boleh bergeser saat perakelan
pasta cap.
Pada pencapan kapas dengan pigmen didapat hasil ketuaan warna pada kain yang
paling muda didapat pada kain dengan suhu curring 150°C berurutan hingga warna
paling tua pada kain dengan suhu curring 180°C hal ini dapat terjadi karena pada suhu
tinggi zat pengental berupa minyak dan air yang terdapat pada pasta menguap dan
membuat warna lebih terlihat karena tidak ada zat yang menghalangi zat warna, dan
pada warna muda minyak dan air dari zat pengental belum menguap seluruhnya
sehingga warna masih terhalangi oleh zat tersebut.
Untuk kerataan warna dan ketajaman motif dilihat dari konstruksi screennya itu
sendiri, bagaimana proses pencapannya dan juga bagaimana viskositas pasta cap yang
dibuat karena jika pasta terlalu encer maka hasil kerataan dan ketajaman motif pun
akan rendah, pada ketajaman motif bisa disebut hasil tidak terlalu jauh hanya terdapat
perbedaan 6-7% dan untuk kerataan hasil cukup berbeda karena pada setiap kain, ada
yang melewati motif hal ini dapat terjadi karena screen telah dipakai untuk kain
sebelumnya dan terdapat sebagian pasta yang menempel pada motif dan ketika di cap
warna tersebut terdorong dan warna pun melenceng ke bagian kain yang tidak masuk
pada motif screen tersebut.

Sedangkan untuk hasil handling setelah proses curing minyak dan air pada pengental
diuapkan, untuk kain awal pegangan kain terasa lembut tidak ada lengket pada
gambar, seiring variasi suhu curring semakin naik gambar pada kain terasa semakin
lengket dan pegangan menjadi tidak stabil pada gambar, hal ini dapat terjadi karena
pada suhu curring minyak dan pengental yang menguap masih tersisa sedikit disekitar
permukaan gambar sehingga gambar terasa lengket.

XII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pencapan kain kapas dengan zat warna pigmen yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kekentalan atau viskositas pasta cap sangat penting dalam proses pencapan.
Viskositas yang terlalu tinggi menyebabkan pasta cap hanya mewarnai permukaan
kain saja, sedangkan jika terlalu rendah berakibat hasil pencapan pastanya akan
menyebar keluar motif sehingga motif tidak tajam.
2. Proses perakelan sebaiknya dilakukan dalam kondisi permukaan kain rata (tidak
kusut), dengan posisi screen yang tegang dan posisi rakel yang tegak lurus.
Pemberian tekanan pada rakel juga sebaiknya tidak terlalu kuat maupun terlalu
lemah. Penekanan yang sesuai dapat menghasilkan ketuaan dan kerataan warna
serta ketajaman motif yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., akk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.
Bandung : Institute Teknologi Tekstil.
LAMPIRAN
• Kelompok 1

• Kelompok 2

• Kelompok 3
• Kelompok 4

• Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai