Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN 1

(Pengaruh variasi suhu dan waktu Curing terhadap Proses Pencapan Kain Kapas
dengan Zat Warna Pigmen)

Disusun oleh
Kelompok :3
Grup : 2K3
Anggota : - Nida Alya N. (18020058)
- Nisa Ruffaidah (18020059)
- Pniel Eka P. (18020063)
- Revy Septiani (18020071)
- Reyonta Tarigan (18020072)

Dosen /Asisten Dosen: - Wulan S., S.ST, M.T.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2020
I. Maksud dan Tujuan
I.1 Maksud
Melakukan pencapan kain kapas dengan menggunakan zat warna pigmen dengan
variasi binder.
I.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh binder terhadap motif hasil pencapan kain kapas dengan zat
warna pigmen.

II. Teori Dasar


II.1 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses pemberian warna pada kain secara tidak merata sesuai
dengan motif yang telah ditentukan dan hasilnya memiliki ketahanan luntur warna. Untuk
mencapai hasil pencapan yang baik pada proses pencapan dibutuhkan kondisi yang
spesifik, peralatan khusus dan desain yang sempurna, desain memiliki nilai seni yang
tinggi dan biasanya diciptakan sebagai hasil karya seni.
Motif yangakan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada
kertas.Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang
akandijadikan motif dipisahkan dalam kertas film.Dari kertas film inilah motif dipindahkan
ke screen, dimana dalam screen ini bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan
tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar
akan berlubang dan dapat meneruskan pasta capke bahan yang akan dicap.
Beberapa alat yang digunakan dalam proses pencapan, antara lain :
1. Kasa / screen
Kasa / screen adalah kain yang berfungsi sebagai sarana pembentuk corak
gambardi atas benda - benda yang dicap (sablon).Kasa terbuat dari serat sintetis,
sepertiNylon dan Poliester yang memiliki sifat Hidrofobik sehingga kestabilan
tegangankasa terjaga, tidak mudah mulur ataupun mengkeret.
2. Rakel (squeeqee)
Rakel berguna untuk menekan tinta dari kain screen (saring) ke atas kertas
ataubahan lain yang akan disablon. Biasanya terbuat dari karet atau plastik
sintetik.Padabahan yang lunak dan tumpul biasanya mengalirkan lebih banyak tinta
pada mediacetak. Sedangkan bahan yang keras dan tajam mengalirkan lebih sedikit
tinta,sehingga mempercepat pengeringan.Ujung bundar untuk memindahkan
tintadalam jumlah banyak, misalnya untuk mencetak warna terang diatas latar
belakang gelap diatas objek datar.Juga digunakanuntuk mencetak
tintafluorescent.Satu sisi miring, untuk menyablon diatas gelas atau plastik keras
seperti kaca,pelat nama dan lain-lain yang datar dengan permukaan halus. Jumlah
tinta yangdijumlahkan sedikit.
3. Meja Cetak
Meja cetak yang digunakan khusus untuk sablon, yaitu daun meja dibuat dari
kacadengan ketebalan 5 mm. Rancangan dibuat khusus untuk sablon dengan
posisikedudukan engsel penyekat (catok) sejajar dengan permukaan kaca.

II.2 Kain Kapas


Kain kapas merupakan kain yang berasal dari serat kapas 100%.Serat kapas
sendiri berasal dari biji tanaman jenis Gossypium.Analisa serat kapas menunjukan
bahwa serat kapas tersusun atas selulosa.Selulosa merupakan polimer yang tersusun
dari kondensasi molekul-molekul glukosa.Derajat polimerisasi selulosa pada kapas kira-
kira 10.000.Morfologi dari serat kapas pada penampang membujurnya adalah seperti
pita yang terpuntir atau pita berpilin, sementara penampang melintang seperti ginjal
dengan bulatan kosong di tengahnya.
Sifat fisika serat kapas :
1. Berat jenis 1.5-1.56
2. Moisture regain (MR) 7-8.5%
3. Mulur 4-13%
Sifat kimia serat kapas :
1. Tahan alkali
2. Tidak tahan asam
3. Tidak tahan oksidator

II.3 Zat Warna Pigmen


Zat warna pigmen hanya berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus
yang dapat berikatan dengan serat dan sifatnya hanya menempel saja pada permukaan
kain sehingga dalam proses pencapan dan pencelupannya perlu dibantu dengan binder
yang berperan sebagai zat pengikat antara serat dan zat warna, sehingga ketahanan
lunturnya sangat ditentukan oleh kekuatan pelapisan zat warna oleh binder. Binder ini
dapat membentuk lapisan film dengan bantuan asam yang diperoleh dari katalis dan
adanya panas pada waktu curing.
Unsur-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen antara lain, garam-garam organik,
oksida organik, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur dalam
dimetil formamida pekat dan dimetil formadida 1:1 kecuali untuk zat warna pigmen
ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik.Zat warnaini merupakan
zat warna yang dapat digunakan untuk mencap semua jenis bahan tekstil sehingga
banyak digunakan.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Cangkir 1. Kain kapas
2. Pengaduk 2. Zat warna pigmen
3. Pipet ukur 10 ml 3. Emulsifier
4. Mixer 4. DAP
5. Neraca digital 5. Binder
6. Screen 6. Urea
7. Rakel 7. Fixer
8. Meja pencapan 8. Air

IV. Diagram Alir

PencucianCuring (150-170°C, 3-5 menit


Pengeringan (100°C, 1-2 menitPencapan
Persiapan Alat dan Bahan

V. Cara Kerja
5.1 Pembuatan Pengental (Emulsi)
1. Sebanyak 30 gram emulsifier dimasukan ke dalam ember kecil sesuai dengan
kebutuhan.
2. Ditambahkan 210 ml air dan diaduk dengan mixer sampai mengental.
3. Ditambahkan sedikit demi sedikit minyak tanah sebanyak 360 ml.
5.2 Pembuatan Pasta Cap
1. Pengental dicampurkan dengan zat warna pigmen dan zat pembantunya (DAP (1:2)
, binder, urea, dan fixer) dan pengental
2. Diaduk sampai tercampur homoge dan mencapai kekentalan yang sesuai (9.000-
15.000 cps) yang diatur dengan balance apabila belum tercapai kekentalan yang
sesuai.

5.3 Proses Pencapan


1. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan
rata pada meja cap.
2. Screen pertama diletakan tepat berada pada bahan yang akan dicap.
3. Pasta cap diletakkan pada bagian pinggir screen (tidak mengenai motif)
4. Perakelan dilakukan sebanyak 2 kali secara merata, dengan tekanan.
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong zat warna masuk ke motif.
5. Screen kemudian dilepaskan secara perlahan.
6. Dilakukan perakelan untuk screen berikutnya. Screen diletakkan sesuai dengan
motif sebelumnya.
7. Perakelan dilakukan kembali sebanyak 2 kali.
8. Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga sedikit mengering.
9. Dilakukan proses pengeringan pada mesin stenter pada suhu 100°C kemudian
dicuring dengan suhu (150°C-170°C selama 1-2 menit)
VI Resep

Resep Pengental/Emulsi
1. Emulsifier = 130 gram
2. Air = 300 gram
3. Minyak tanah = 570 gram

Resep Pasta Cap


1. Zat warna pigmen = 30 gram
2. Pengental = 660 gram
3. DAP (1:2) = 10 gram
4. Binder = 200 gram
5. Urea = 100 gram

Resep Pencucian
1. Sabun = 10 ml/l
2. NaCO3 = 10 gram/l

VII Perhitungan Resep

Pengental (Induk untuk 3 kelompok) :


130
1. Emulsifier = x 75 x 2 x 3=58,5 g
1000
300
2. Air = x 75 x 2 x 3=135 g
1000
570
3. Minyak Tanah = x 75 x 2 x 3=256,5 g
1000
Pasta Cap Biru dan Merah, masing-masing dengan resep :
1. Kebutuhan pasta cap =75 gram
30
2. Zat warna pigmen = x 75=2,25 gram
1000
660
3. Pengental = x 75=49,5 gram
1000
10
4. DAP(1:2) = x 75=0,75 gram
1000
200
5. Binder = x 75=15 gram
1000
100
6. Urea = x 75=7,5 gram
1000
VIII Fungsi Zat

1. Zat warna pigmen : Memberikan warna motif pada bahan.


2. Emulsi : Menurunkan tegangan antarmuka.
3. DAP(1:2) : Sebagai katalis untuk mempercepat fiksasi zat
warna.
4. Binder Pengikat zat warna pada permukaan kain dengan
membentuk film tipis
5. Minyak tanah : Bahan pembuatan pengental bersama dengan air
6. Urea : Zat higroskopis untuk menjaga kelembaban zat
warna.
7. Fixer : Untuk proses polimerisasi sebagai pengikat silang.
8. Balance : Membentuk viskositas pasta cap yang sesuai.
9. Sabun : Menghilangkan zat warna yang tidak terikat oleh
binder.
IX Data Hasil Praktikum
Variasi suhu dan waktu Curing
9.1 Handling
KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
(150 º ; 3 menit) (150 º ; 5 (170 º ; 3 menit) (170 º ; 5 menit)
menit)
Evaluasi Tingkat kekakuan sama

9.2 Ketuaan Warna


KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
PENGAMAT (150 º ; 3 menit) (150 º ; 5 (170 º ; 3 menit) (170 º ; 5 menit)
menit)
1 1 2 3 4
2 1 2 3 4
3 1 2 3 4
4 1 2 3 4
∑ 4 8 12 16

*Keterangan :
- Skala metoda ranking 1-4
- Nilai 1 artinya memiliki ketuaan yang rendah, dan nilai 4 artinya memiliki ketuaan
yang tinggi

9.3 Kerataan Warna


KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
PENGAMAT (150 º ; 3 menit) (150 º ; 5 (170 º ; 3 menit) (170 º ; 5 menit)
menit)
1 1 3 4 2
2 1 3 4 2
3 1 3 4 2
4 1 3 4 2
∑ 4 12 16 8
*Keterangan :
- Skala metoda ranking 1-4
- Nilai 1 artinya memiliki kerataan yang rendah, dan nilai 4 artinya memiliki kerataan
yang tinggi
X. Pembahasan
Pada proses pencapan kain kapas dengan zat warna pigmen dilakukan
pewarnaan dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai
dengan motif yang diinginkan. Zat warna pigmen merupakan zat yang dapat
mencap semua jenis bahan tekstil, tidak mempunyai gugus pelarut oleh karena
itu tidak larut dalam air maupun pelarut lainnya dan sifat zat warna tersebut
menempel hanya di permukaan kain dengan pengikat binder sehingga
bindermerupakan zat kimia yang berperan penting dalam proses pencapan
dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan daya ketahanan luntur warna.
Dari hasil pencapan yang telah dilakukan menunjukan bahwa terdapat
perbedaan kerataan warna, ketuaan warna, kekakuan dan handling pada setiap
kain. Hasil kerataan warna dapat dipengaruhi oleh kehomogenan pasta cap,
dimana pada saat akan digunakan pastikan teraduk dan tercampur rata. Dapat
dilihat bahwa kain ke-1 memiliki hasil yang kurang baik, kemungkinan
diakibatkan karena pasta cap belum teraduk secara homogen sehingga hasil
pencapannya tidak rata dibandingkan dengan hasil pencapan kain yang lain.
Hasil ketuaan warna dapat dilihat dari variasi suhu dan waktu saat curing.
Pada kain ke-4 didapatkan hasil warna yang paling tua dengan suhu curing
170°C selama 5 menit. Warna yang tua didapatkan fiksasi zat warna pigmen
kedalam serat semakin banyak seiring dengan lamanya waktu curing dan suhu
yang tinggi. Karena pada kain ke-1 dengan suhu curing 150C dan waktu 3
menit, didapatkan warna yang lebih muda dibanding yang lain.
Hasil kekakuan kain hasil celup didapatkan bahwa semua kain memiliki
tingkat kekakuan yang sama. Semua kain yang didapat masih sedikit kaku saat
dipegang. Hal ini dapat dikarenakan pencucian yang kurang maksimal jadi
masih ada binder yang menempel di motif setelah pencucian. Pencucian yang
dilakukan pun hanya dibilas, dicuci dengan sabun dan Na 2CO3 kemudian
langsung dicuci dingin dengan air mengalir. Hasil kekakuan ini berpengaruh
terhadap handling kain. Karena tingkat kekakuan semua kain sama, maka
handling semua kain hasil pencapan pun sama.
XI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa proses pencapan kain kapas dengan zat warna pigmen memiliki hasil
kerataan warna paling baik pada kain ke-3. Sedangkan kain dengan warna yang
paling tua yaitu kain ke-4.
Pengaruh variasi suhu dan waktu saat curing menyebabkan ketuaan
warna yang berbeda. Semakin tinggi suhu saat curing dan semakin lama
waktunya, maka hasil ketuaan warna yang didapatkan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pencapan dengan Zat Warna Pigmen pada Kain T/C.


https://www.scribd.com/doc/91514828/Pencapan-Dengan-Zat-Warna-Pigmen-Pada-
Kain-t
2. Mengenal Teknik Pencapan. http://www.ipapedia.web.id/2015/04/mengenal-teknik-
pencapan.html

Anda mungkin juga menyukai