TEKNOLOGI PENCAPAN I
Grup : 3K3
2. Desiriana
BANDUNG
2018
PENCAPAN KAIN CAMPURAN POLISTER KAPAS (T/C) DENGAN ZAT WARNA
PIGMEN
Pembuatan polyester
OH OC COO(CH2)2O H + (2n-1)H2O
Sifat kimia
Poliester tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tatapi kurang tahan terhadap basa
kuat.
Poliester tahan terhadap zat oksidasi, alkohol, keton, sabun dan zat-zat untuk
pencucian kering.
Moisture Regain
Dalam kondisi standar moisture regain polyester 0,4 %. Dalam RH 100% moisture
regainnya hanya 0,6-0,8 %.
SERAT KAPAS
Struktur Fisik Serat Kapas
Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi oleh tingkat
kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Serat makin dewasa
dinding selnya makin tebal. Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat dipergunakan
perbandingan antara tebal dinding dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa
apabila tebal dinding lebih dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak bersamaan
sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari jumlah serat
kapas normal adalah serat yang belum dewasa. Serat yang belum dewasa adalah serat
yang pertumbuhannya terhenti karena suatu sebab, misalnya kondisi pertumbuhan yang
jelek, letak buah pada tanaman kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling
akhir, kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat membuka
dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan apabila jumlahnya
terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.
Alat:
Kasa screen dan rakel
Meja print
Mixer (untuk pembuatan pengental emulsi)
Setrika (untuk proses pengeringan, dan pengaktifan binder)
Dryer
Cangkir plastik
Pengaduk
Timbangan digital
Bahan:
Emulsifier
Air dan minyak
Zat warna pigmen
DAP (1:2)
Binder
Urea/Gliserin
Fixer
Kain yang akan dicap (bahan T/C)
3.2. Resep
R/ Pasta Cap
Zw pigmen : 20 g
Binder : 180 g
DAP (1 : 2) : 20 g Katalis
Emulsifier TS : 50 g
Air : 350 g
2. Pengemulsi pengental
Emulsifier 1000 / 1000 x 50 = 50 gram
Minyak tanah 1000 / 1000 x 650 = 650 gram
Air 1000000 x 350 = 350 gram
3.4. Fungsi Zat
Zat warna pigmen yaitu untuk memberikan motif pada bahan.
Urea yaitu zat yang dapat mengemulsikan minyak tanah dan air membentuk
emulsi yang stabil. Sebegai zat higroskopis yang dapat melembabkan pasta cap
supaya tidak kering
Minyak tanah yaitu sebagai bahan untuk membuat emulsi.
Binder yaitu sebagai zat pembentuk lapisan film, yaitu untuk mengikat zat
warna pada serat sebagai akibat polimerisasi dari binder tersebut.
Fixer yaitu sebagai zat adesif antara binder dan serat, juga mendukung
ikatan silang pada permukaan lapisan binder sehingga dapat meningkatkan
sifat ketahanan luntur hasil pencapan.
D A P yaitu sebagai katalis asam yang dapat mengeluarkan asam pada suhu
tinggi untuk membantu proses polimerisasi (pembentukan ikatan silang) dari
binder.
Emulsifier yaitu menurunkan tegangan antar muka antara air dan minyak tanah
Air yaitu sebagai bahan dasar pembuatan emulsi.
Masukkan sebagian air dan sebagian minyak tanah dalam jumlah kecil
Kocok secara merata dengan menggunakan mixer
Sambil dikocok, masukkan air dan minyak sedikit demi sedikit secara
bergantian.
Kocok terus sampai terbentuk emulsi yang kental.
Ambil pengental emulsi yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan, kemudian
masukkan zat warna pigmen ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua bagian
merata.
Pencapan
Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna
dan konstan pada meja cap.
Letakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap
Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada bagian pinggir
kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses pencapan
dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong zat warna masuk ke motif.
Lakukan proses pencapan seperti point di atas.
Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering kemudian angkat
secara hati-hati.
Lakukan proses pengeringan, dengan cara dijemur atau dengan pemanas lain.
Setelah kering, dilakukan proses curing (dengan cara penyetrikaan)
Untuk proses curing cara penyetrikaan, bahan yang akan disetrika terlebih
dahulu dilapisi kertas baru kemudian disetrika di bagian kertas di atasnya. Hal
ini untuk menghindari gambar rusak oleh gosokan setrika.
3.6.Diagram alir
Ketuaan Warna
Faktor Pencucian dan Tanpa Pencucian
Dilihat dari percobaan bahan dengan pengerjaan pencucian mempunyai
ketuaan warna yang lebih muda dari pada bahan yag tidak dicuci. Hal ini
disebabkan karena proses pencucian dapat menghilangkan zat warna yang ada di
permukaan kain, atau zat warna yang tidak terfiksasi di dalam serat. Sedangkan
pada bahan yang tidak dicuci warna lebih tua karena masih adanya zat warna yang
terdapat di permukaan kain Namun Hasil yang lebih optimal jika dilakukan proses
pencucian (wash off), karena akan membuat hasil kain lebih bersih dari warna-
warna yang hanya menempel pada permukaan kain saja.
Ketajaman Motif
Faktor Penempatan Screen
Penempatan posisi screen harus tepat, baik itu untuk gambar bagian luar
maupun dalam. Untuk bagian luar harus disesuaikan luas bidang kain dengan luas
bidang gambar, jangan sampai motifnya terpotong karena kehabisan lebar kain, dan
untuk bagian dalam harus tepat diatas motif bagian luar agar tidak terjadi
overlapping.
Faktor penambahan Fixer
Bahan yang mendapatkan penambahan fixer menghasilkan motif yang kurang
tajam. Hal ini disebabkan karena penambahan fixer akan mengakibatkan
penurunan viskositas larutan, sehingga dapat menyebabkan migrasi zat warna
dalam serat. Sedangkan bila tidak menggunakan fixer maka akan memberikan
warna yang tajam.
Penodaan
Faktor pencucian dan tanpa pencucian
Berdasarkan hasil percobaan bahan yang melalui proses pencucian akan
menghasilkan kerataan warna yang lebih baik daripada bahan yang tidak
mengalami pencucian. Hal ini disebabkan karena proses pencucian dapat
menghilangkan zat warna yang ada di permukaan kain, atau zat warna yang tidak
terfiksasi di dalam serat sehingga bahan mempunyai kerataan warna lebih baik.
Faktor pencucian screen dan perakelan
Screen yang digunakan untuk proses pencapan harus dibersihkan terlebih
dahulu, untuk menghindari penyumbatan pori-pori screen, sehingga proses
penetrasi zat warna pigmen pada bahan menjadi lebih rata.
Tekanan pada proses perakelan harus stabil, karena apabila tekanannya tidak
stabil akan menyebabkan penyebaran zat warna pigmen tidak merata pada kain.
Faktor Pencampuran Zat Warna dan Zat Pembantu
Pada proses ini, pengadukan zat yang ditambahkan harus benar-benar merata,
karena jika tidak merata akan dapat mengakibatkan terjadinya gumpalan-gumpalan
kecil yang dapat menyumbat pori-pori screen, sehingga hasil pencapan tidak
merata.
Serta juga akan mengakibatkan perbedaan ketuaan warna, warna akan tua jika
terdapat di bagian yang lebih banyak zat warnanya, dan akan lebih muda di bagian
yang lebih banyak zat pembantunya.
Sifat Fisik
Pegangan
Zat warna pigmen merupakan zat warna yang tidak mempunyai afinitas
terhadap serat. Sehingga agar zat warna pigmen dapat mewarnai kain, dalam
prosesnya dibutuhkan binder sebagai zat pengikat. Karena pada dasarnya binder
yang berpolimerisasi, membentuk ikatan dengan serat dipermukaan kain.
Akibatnya hasil pencapan mempunyai pegangan yang kaku. Untuk mengurangi
kekakuan dapat dilakukan penyetrikaan dengan mesin kalander.
Ketahanan Luntur
Berdasarkan pengamatan dari hasil pencapan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kain T/C yang telah dikerjakan dengan penyabunan setelah proses curing
memiliki ketahanan luntur terhadap gosokan yang lebih baik dibandingkan dengan kain
uji yang tidak diikuti dengan penyabunan. Karena dalam penyabunan zat warna yang
tidak terfiksasi dan zat pembantu lainnya akan hilang.
Dengan penggunaan binder yang semakin banyak maka akan semakin baik
ketahanan lunturnya. Hal ini dikarenakan binder adalah suatu zat pembentuk lapisan
film yang terdiri dari rantai panjang makro molekul yang jika diaplikasikan dengan zat
warna pigmen, maka pada permukaan serat akan terbentuk ikatan silang 3 dimensi yang
terbentuk selama proses fiksasi yang sesuai.
V. KESIMPULAN
Pencapan dengan zat warna pigmen mempunyai beberapa keuntungan antara lain
pembuatan pasta capnya sederhana, tidak perlu pengerjaan iring setelah pencapan, zat
warna dapat dicapkan bersama-sama dengan zat warna lain, perbaikan rapot mudah
dikerjakan. Disamping keuntungan tersebut terdapat pula beberapa kekurangan,
misalnya hasil pencapan mempunyai tahan gosok dan cuci yang jelek dan pegangan
yang kaku.
VI. DAFTAR PUSTAKA