Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN

Perbandingan Kain Poliester Kain Kapas dan Kain T/C Pada Proses Penganjian
Menggunakan CMC 5% Terhadap Penambahan Berat dan Kekakuan Kain

Disusun Oleh Kelompok 3

Nabila Maulidiyah (16020068)

Amalia Yustika (16020074)

Muchdiat Abdul Razak (16020075)

Moch Iklil Hamdani (16020082)

Nur Azizah Nasution (16020088)

Maulya Ekaningtyas (16020095)

Grup : 2K3

Dosen : Wulan S, S.ST, M.T.

Asisten : 1. Ir. Elly K, Bk. Teks, M.Pd.

2. Desti M, S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2018
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara proses penyempurnaan
penganjian dengan menggunakan kanji CMC 5% terhadap kain poliester, kain kapas,
dan kain T/C.
b. Tujuan
➢ Untuk memberikan lapisan film yang rata pada kain yang akan memperbaiki.
kenampakkan, memperbaiki kekuatan tarik dan menambah kekakuan bahan.
➢ Untuk mengetahui bagaimana hasil dari evaluasi (penambahan berat dan
kekakuan kain) menggunakan kain poliester, kain kapas, dan kain T/C setelah
dilakukan proses penganjian.
➢ Untuk mengetahui perbandingan kain yang optimum dengan proses penganjian
menggunakan CMC 5%.
II. Teori Dasar

2.1. Serat poliester

Poliester pertama kali mulai dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T.
Dickson, yaitu para ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd.
Pembuatan serat poliester yang pertama kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun 1952
perusahaan ICI (Imperial Chemical Industries, Ltd ) di Inggris mulai memproduksi serat
poliester secara komersial. Oleh Imperial chemical Industries, Ltd 9ICI), hasil
penelitian J.R
Whinfield dan J.T Dickson ini diberi nama “Terylene”. Menyusul kemudian pada tahun 1953,
E.I Du pont de Numours di Amerika Serikat memberi nama “Dacron”. Kedua poliester tersebut
memiliki senyawa kimia pembentuk yang sama yaitu etilena tereftalat. Proses polimerisasi
asam tereftalat dan etilena glikol dilakukan dalam kondisi suhu tinggi dan ruang hampa.
Susunan rantai molekul Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan
polietena tereftalat yang merupakan satu ester dari komponen dasar asam dan alkohol, yaitu asam
tereftalat dan etilena glikol. Ini merupakan pengembangan pembuatan poliester yang
pada mulanya terbuat dari dimetil teraftalat sebagai asamnya dan etilena glikol sebagai
alkoholnya dan dikenal dengan nama Terylene. Penggunaan asam tereftalat sebagai bahan
baku poliester menyebabkan beberapa perbedaan sifat poliester, diantaranya titik leleh
poliester yang dihasilkan lebih tinggi dan hampir larut dalam glikol. Pembuatan poliester dari
asam tereftalat lebih menguntungkan dibandingkan poliester dari metil tereftalat. Serat
poliester dibuat dengan cara pemintalan leleh. Serpihan-serpihan poliester dilelehkan dan
dilewatkan melalui lubang spineret yang mempunyai bentuk dan diameter tertentu.

Gambar 2.1.1. Penampang Serat Poliester


Filamen yang terjadi ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula,
sedangkan untuk filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Untuk memperoleh
benang stapel, dapat dilakukan dengan mengeritingkan filamen dan dipotong-potong dengan panjang
tertentu. Sifat kimia poliester adalah sebagai berikut :
1. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.
2. Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat –zat pencucian
kering.
3. Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan terhadap asam kuat dalam
keadaan dingin.
4. Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.
5. Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung
gugus –gugus aktif sehingga sukar untuk dicelup.

Sifat fisika Poliester Sifat fisika merupakan sifat yang berhubungan dengan kukuatan,
sifat fisika poliester meliputi :
1. Kekuatan dan mulur Serat poliester mempunyai kekuatan dan mulur yang tinggi,
yang dalam keadaan kering dan basah tidak mengalami perubahan. Kekuatan
serat poliester sebesar 4,0 -6,9 g/d dan mulur poliester sebesar 11 –20%.
2. Elastisitas Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester bersifat tahan
kusut. Jika benang pliester ditarik kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi dalam 1 menit
adalah:
Penarikan 2% ………. Pemulihan 97%
Penarikan 4% ………. Pemulihan 90%
Penarikan 8% ………. Pemulihan 80%
3. Moisture regain Moisture regain poliester pada kondisi standar (27 0C dan RH 65%)
sebesar 0,4%. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6 – 0,8%.
4. Berat jenis Berat jenis poliester adalah 1,38 gram/cm3
5. Titik leleh Poliester tidak akan menguning pada suhu tinggi. Poliester mulai meleleh pada
suhu 250 – 2900C dan terbakar, namun tidak meneruskan nyala api.
6. Ketahanan sinar Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup
lama, tetapi ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat lain.
7. Mengkeret Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya
akan mengakibatkan serat poliester mengkeret.
8. Morfologi Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya
terdapat bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder
dinding kulit yang tebal 9. Pembakaran Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api
tidak dapat menjalar karena serat yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan
pembakaran.
2.2. Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari rambut biji tanaman
yang termasuk dalam jenis Gossypium, misalnya:

a. Gossypium arboreum (berasal dari India)


b. Gossypium herbarium
c. Gossypium barbadense (berasal dari Peru)
d. Gossypium hirsutum ( berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan
Kepulauan Hindia Barat)

Warna kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit Cream. Beberapa jenis
kapas yang seratnya panjang warnanya lebih Cream. Pigmen yang menimbulkan warna
pada kapas belum diketahui dengan pasti. Pigmen alam ini tidak dapat hilang pada
proses pemasakan, dan hanya dapat dihilangkan dengan proses pengelantangan.

Sifat-sifat serat kapas:

• Tahan terhadap penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal.


Kekuatan menurun oleh oksidator karena terjadi oksi-selulosa.
• Kekuatan menurun oleh zat penghidrolisa (asam) karena terjadi hidroselulosa.
• Alkali berpengaruh sedikit kecuali alkali pekat,
• Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan suhu yang
hangat.
• Kekuatan serta dalam keadaan basah lebih tinggi dibandingkan keadaan kering.
• Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1.58 dan melintang
sumbu serat adalah 1.53.
• Berat jenis serat kapas antara 1.5-1.56.

Komposisi Kapas

Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa akan
menyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu zat selain
selulosa dihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat kapas dicantumkan
pada Tabel 2.1.1.
Tabel 2.2.1. Komposisi Serat Kapas

Senyawa Kandungan (%)

Selulosa 94

Protein 1,3

Pektin 1,2

Lilin 0,6

Abu 1,2

Pigmen dan zat lain 1,7

Morfologi serat kapas jika dilihat dibawah mikroskop mempunyai penampang


memanjang seperti pita yang terpilin dan penampang melintang seperti ginjal dengan
lubang ditengah yang disebut lumen.
Gambar 2.2.1 . Morfologi Serat

Beberapa karakteristik serat kapas tercantum dalam Tabel 2.1.2 berikut :


Tabel 2.2.2 Karakteristik Serat Kapas

Daya serap : Hidrofilik, Moisture Regain : 8.5 %.

Elastisitas : Kurang baik.

Kimia : tidak tahan terhadap asam yang kuat, tidak tahan terhadap alkali,
tidak tahan terhadap bahan kimia yang berlebihan.

Pembakaran : terbakar habis, tidak meniggalkan abu.

Stabilitas dimensi : dapat terjadi penyusutan jika dilakukan pencucian yang tidak
sesuai.

Kekuatan : 2 – 3 gram/denier, kekuatan akan meningkat 10 % lebih kuat


ketika basah.

Mulur : Mulur serat kapas berkisar antara 4-13 % bergantung pada


jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.

Gambar 2.2.2 Struktur Serat Kapas


2.3. Kanji

Zat kanji/pati (starch) atau bahasa lainnya amilum, yang berarti tepung halus,
adalah suatu substansi glukosida yang terdapat banyak sekali pada spesies tanaman. Zat
kanji tersebut terdiri dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan ukuran dan
bentuk beragam bergantung pada jenis tanamannya.
Tanaman memproduksi zat kanji dengan cara pengasimilasian CO 2 dan ditimbun
pada biji atau pada umbinya dalam bentuk karbohidrat. Secara komersial zat kanji
diperoleh dengan merendam parutan ubi atau tepung biji tanaman yang mengandung
banyak zat kanjinya dalam air dingin.
Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam, bila diberi air panas kemudian
didinginkan maka zat-zat kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang terjadi
oleh adanya hibridasi, Penggembungan dan akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut.
Zat kanji merupakan campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin yang
berasal dari penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat menyebabkan zat
kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat tidak larut (amilopektin) dan yang
larut dalam air (amilosa). Zat kanji dengan kandungan amilopektin tinggi dapat
menimbulkan masalah pada proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim
amylase sekalipun.
Macam-macam zat kanji
Berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kanji/pati
2. Kanji yang dimodifikasi
3. Turunan-turunan selulosa (CMC)
4. Kanji dengan bahan dasar PVA
5. Poliakrilat (PAC)
6. Galaktomanan (GM)
7. Kanji-kanji poliester (PES)
8. Homopolimer dan kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena
9. Lilin dan lemak
10. Pereafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya.
Komposisi dasar kimia zat-zat kanji tersebut di atas adalah:
Tabel 2.3.1. Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji
Komposisi Kimia
Unsur
Kanji Pati CMC PVA PAC
Karbon 44,4 42,4 54,4 40,5
Hidrogen 6,2 5,5 9,1 7,9
Oksigen 49,4 48,0 36,4 36,0
Nitrogen - - - 15,4

Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65-70 oC dan menjadi suatu
larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun amilopektin dapat diidentifikasi dengan
iodium. Zat kanji dapat mengandung kelembaban hingga 20 %. Pada medium asam
kedua substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi glukosa dan dekstrin.
Kanji Karboksimetilselulosa (CMC)
Molekul CMC merupakan turunan glukosida. Rantai glukosidanya mengandung
3 gugus alcohol, dimana fungsi alcohol primernya tersubstitusi. Derajat substitusinya
bervariasi dari 0,68 hingga 0,85 yang akan membedakan kelarutan dan viskositasnya.
CMC dibuat dari reaksi alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.
CMC banyak digunakan dalam industri tekstil karena mudah dihilangkan dari
bahan dengan proses penghilangan kanji. Keunggulan sifat CMC terutama terletak pada
pembentukan film dan daya penganjiannya lapisan film yang terbentuk tidak seperti
“kulit” dan tidak terpengaruh oleh kelembaban udara yang rendah. Pada penggunannya
kekurangannya bersifat korosif bila tercampur dengan garam. Larutannya mudah
menimbulkan endapan, pada kelembaban udara yang tinggi dapat “mencair” dan
menjadi lengket, dan menggembung kembali dalam larutan penghilang kanji
Syarat-syarat kanji yang dalam penganjian :
1. Membentuk film
Sebagai pelindung, sehingga bahan tidak berbulu. Film dapat menutupi serat-serat
yang menonjol keluar dari permukaan yang menyebabkan bahan menjadi berbulu.
2. Menaikkan kekuatan
Sehingga bahan menjadi lebih tahan terhadap tarikan dan tegangan.
3. Fleksibel
4. Adesi
Adesi antara kanji dengan bahan tergantung pada gaya tarik menarik antara film
kanji dengan bahan. Gaya tarik menarik ini pada umumnya terdiri dari ikatan
hidrogen dan gaya van der walls. Dimana, gaya tarik menarik dari ikatan hidrogen
jauh lebih besar dari gaya van der walls. Pada umunya adesi yang baik terjadi
karena terbentuknya ikatan hidrogen antara serta dengan kanji.
5. Penetrasi
Penetrasi yang sempurna dapat menimbulkan kekakuan bahan, oleh karena itu hal
ini perlu diperhatikan.
6. Kekenyalan
7. Lemas
8. Tahan jamur dan bakteri
kanji harus tahan jamur, sehingga dalam penyimpanan tidak akan timbul jamur dan
bakteri yang dapat merusak bahan.
9. Mempunyai daya rekat
Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji
Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan jalan
memberikan puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu untaian benang yang
panjang. Diantara serat-serat tersebut, akan terdapat suatu rongga-rongga yang halus
sehingga pada benang tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji, maka rongga-rongga
kosong yang halus tersebut akan terisi oleh larutan kanji. Oleh karena kanji mempunyai
daya rekat, maka serat satu dengan yang lainnya akan terikat, sehingga benang akan
tampak lebih padat. Larutan kanji selain masuk kedalam rongga-rongga serat, juga
melapisi bagian luar dari benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.
Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan hidrogen
dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi karena pada molekul kanji terdapat
gugus-gugus R-OH, begitu juga dengan serat selulosa. Disamping itu, atom
hidrogen mempunyai kecenderungan untuk menggabungkan diri dengan atom oksigen
dari gugus-gugus R-OH yang lain oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan
molekul serat.

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat
➢ Piala gelas 500 ml
➢ Batang pengaduk
➢ Gelas ukur 100 ml
➢ Baki plastik
➢ Panci
➢ Cangkir plastik
➢ Timbangan digital
➢ Mesin padder
➢ Mesin stenter
➢ Kompor gas
➢ Penggaris
➢ Shirley stiffness tester
3.2. Bahan
➢ Kain poliester
➢ Kain kapas
➢ Kain T/C
➢ CMC 5%
➢ Air
3.3. Resep
➢ CMC : 5%
➢ Suhu pemanasan : 40°C
➢ Air : 200 ml
➢ WPU padding : 70%
1. Fungsi Zat
➢ CMC : Untuk memperbaiki kenampakan tekstur, mengikat air sehingga
molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC.
2. Diagram Alir

Evaluasi awal (berat awal)

Pembuatan larutan kanji


(CMC 5%)

Pemanasan larutan kanji


(40°C)

Perendaman kain

Padder

Pengeringan (mesin stenter)

Evaluasi akhir (penambahan


berat dan kekakuan kain)

3. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan Bahan, hitung keperluan zat
2. Buat larutan kanji (CMC 5%), larutkan dengan air, dan panaskan sampai 40⁰ C
3. Rendam bahan ke dalam larutan kanji menggunakan baki plastik
4. Bahan di Padder dengan WPU 70%
5. Lakukan pengeringan di mesin stenter
6. Lakukan evaluasi pada penambahan berat bahan dan kekakuan kain.
4. Skema Proses
IV. DATA PENGAMATAN

4.1. Berat bahan

➢ Awal
- Poliester : 12,51 g
- Kapas : 6,42 g
- T/C : 4,93 g
➢ Akhir
- Poliester : 12,78 g
- Kapas : 6,75 g
- T/C : 5,09 g

4.2. Perhitungan resep

Pada praktikum penyempurnaan penganjian kami menggunakan variasi berbagai


macam kain: Kain poliester, kain kapas dan kain T/C menggunakan kanji CMC 5%
metode padding.
5
Kebutuhan CMC : = 100 x 200 = 10 gram

Kebutuhan air : 200 ml

V. EVALUASI
5.1. Penambahan berat
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 − 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥
Rumus: = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥

12,78−12,51
1. Kain Poliester: x 100% = 2,58%
12,51
6,75−6,47
2. Kain Kapas: x 100% = 5,14%
6,47
5,09−4,93
3. Kain T/C: x 100% = 3,25%
4,93
5.2. Kekakuan kain

5.2.1. Kain Poliester

No Kain 1 (cms) Kain 2 (cms) Kain 3 (cms)

1 4,35 4,2 4,35

2 4,25 4,15 4,5

3 3,5 3,7 3,9

4 3,25 4,3 4,25

Ẍ 4,09 4,09 4,3

5.2.2. Kain Kapas


No Kain 1 (cms) Kain 2 (cms) Kain 3 (cms)

1 3,1 4,15 4,65

2 3,45 4,35 4,15

3 4,45 3,4 3,9

4 3,8 3,45 3,5

Ẍ 3,7 3,84 4,05

5.2.3. Kain T/C


No Kain 1 (cms) Kain 2 (cms) Kain 3 (cms)

1 4,4 4,75 4,55

2 4,45 5 4,5

3 4,85 4,9 3,9

4 4,85 4,3 4,25

Ẍ 4,64 4,74 4,3


5.2.4. Gramasi

Berat gramasi kain

1. Kain poliester : 0,36 g


2. Kain kapas : 0,29 g
3. Kain T/C : 0,2 g

𝟏𝟎𝟎𝐱𝟏𝟎𝟎
Rumus gramasi : x berat gramasi kain
𝟓𝐱𝟓

100x100
1. Kain polyester : x 0,36 = 144 g/m2
5x5
100x100
2. Kain kapas : x 0,29 = 116 g/m2
5x5
100x100
3. Kain T/C : x 0,2 = 80 g/m2
5x5
5.2.5. Perhitungan kekakuan kain

Rumus kekakuan kain

KL = 0,1 x gramasi x rata-rata lengkung

1. Kain poliester (1)

KL = 0,1 x 144 x 4,09

= 58,896 g/m2

Kain poliester (2)

KL = 0,1 x 144 x 4,09

= 58,896 g/m2

Kain poliester (3)

KL = 0,1 x 144 x 4,1

= 61,92 g/m2

2. Kain kapas (1)

KL = 0,1 x 144 x 3,7

= 42,92 g/m2
Kain kapas (2)

KL = 0,1 x 144 x 3,84

= 44,54 g/m2

Kain kapas (3)

KL = 0,1 x 144 x 4,05

= 46,98 g/m2

3. Kain T/C (1)

KL = 0,1 x 144 x 4,64

= 37,12 g/m2

Kain T/C (2)

KL = 0,1 x 144 x 4,74

= 37,92 g/m2

Kain T/C (3)

KL = 0,1 x 144 x 4,3

= 34,4 g/m2

VI. DISKUSI

Penyempurnaan kanji pada kain adalah pengerjaan pada kain bertujuan untuk
memberikan lapisan film yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan,
menstabilkan dimensi dan menambah berat kain. Hasil penganjiannya sangat
dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada serat. Penyempurnaan
kanji atau finish kanji bersifat sementara dan daya tahan cucinya sangat rendah.

Telah dilakukan percobaan penyempurnaan kanji pada kain kapas, poliester dan
poliester-kapas menggunakan kanji CMC yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kanji CMC pada tiga jenis kain contoh uji terhadap % penambahan berat dan kekakuan
kain. CMC merupakan kanji sintetik yang berbahan dasar dari alam. Penyempurnaan
kanji dilakukan dengan metode padding dengan konsentrasi CMC 5 gram yang
dilarutkan dalam 200 ml air hangat. Kemudian kain dicelupkan ke dalam larutan kanji
lalu dipader untuk proses penetrasi kanji ke dalam serat pada kain. Setelah dipader kain
dikeringkan lalu disetrika dengan tujuan menstabilkan dimensi kain.
Berdasarkan hasil percobaan, % penambahan berat kain kapas menunjukkan nilai
yang paling besar yaitu 5,14%. Berdasarkan literature, secara kimiawi CMC merupakan
kanji yang bersifat hidrofil sehingga berikatan baik pada kapas namun buruk pada
poliester. Penambahan binder pada CMC akan meningkatkan ikatan CMC dengan serat
hidrofob. Dan pada hasil percobaan sesuai dengan literature % penambahan berat yang
paling besar yaitu kapas.

Kemudian, berdasarkan hasil percobaan kekakuan kain Poliester memiliki nilai


yang paling besar, nilai kekakuan menujukan sebesar 61,92 g/m2. Hal ini menunjukkan
bahwa masuknya kanji CMC kedalam kain poliester dan melapisi pada serat dikain
tersebut. Berdasarkan literature, secara kimiawi CMC merupakan kanji yang bersifat
hidrofil sehingga berikatan baik pada kapas namun buruk pada sintetik. Mengapa
demikian, karenan penambahan binder CMC akan meningkatkan ikatan CMC dengan
serat hidrofob. Kekakuan itu terjadi dikarenakan binder CMC berada pada serat dan
melapisi seluruh permukaan serat, hal tersebut menjadikan suatu serat pada kain tidak
mudah bergesekan dengan antar serat yang lain, sehingga menyebabkan kain contoh uji
memiliki nilai kekakuan. Pada hasil percobaan dan literature tidak sesuai karena
evaluasi kekakuan dilakukan pada hari berikutnya tidak langsung pada saat setelah
praktikum, dan pada saat kain nya tertekuk ketika dibawa pulang. Dan bisa terjadi tidak
sesuai literature dikarenakan efek mengevaluasi kurang teliti

VII. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian penyempurnaan penganjian pada serat kapas, polyester, tetoron
cotton (TC) dengan menggunakan kanji CMC (Carboxyl Methyl Celulose) didapatkan
hasil pengujian evaluasi pada bahan sesudah pengujian penyempurnaan penganjian,
didapatkan bahwa :

• Penambahan berat bahan


Penambahan berat pada kain kapas paling optimum yaitu 5,14%.
• Kekakuan kain
Pada evaluasi kekakuan kain, kain poliester mendapatkan nilai yang paling besar
yaitu 61,92 g/m2. Hasil ini tidak sesuai dengan teori karena terjadi kesalahan
praktikum, pada saat evaluasi kain tertekuk.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

S. Hendroyantopo, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil.

Soeparman, Surdia, Budiarti, Hendrodyantopo. 1973. Teknologi Penyempurnaan.


Bandung, IN.

Soeparman, Dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung: Institut


Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai