Anda di halaman 1dari 20

UJI PEMBAKARAN DAN BERAT JENIS

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Prak. Serat Tekstil

Disusun Oleh

MOCH IKLIL HAMDANI

NPM: 16020082
Grup : 1K3

JURUSAN KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

April 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang


membentuk jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal yaitu untuk membuat tali, kain, benang atau kertas. Berdasarkan
sumbernya serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alam dan serat
sintetis (Noerati, 2013).

Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada
usaha untuk terus berinovasi dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil
memiliki keunggulan dibandingkan dengan serat sintetis. Sebagai komponen
penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai keunggulan antara
lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat terbiodegradasi
di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat
mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.

Serat alam telah banyak digunakan sebagai bahan baku tekstil di


Indonesia, bahkan negara luarpun juga telah memanfaatkan serat alam ini.
Kegunaan serat alam tidak hanya sebagai bahan baku tekstil, serat alam juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya sebagai bahan peredam suara,
isolator panas, dan pengisi logam pintu kereta api. Serat alam dapat diperoleh dari
berbagai macam tanaman seperti rumput gajah, alang-alang air dan pisang raja,
yang bisa digunakan untuk memperkuat beton bangunan (Balaguru dan Shah,
1992).

1.2. Maksud dan Tujuan

 Agar praktikan mengidentifikasikan serat, yaitu dengan mengamati cara


terbakarnya serat, bau pada serat terbakar, warna asap dan sisa
pembakaran apakah terbentuk abu, lelehan atau menggumpal.
 Agar praktikan dapat mengetahui berat jenis dari bermacam-macam serat
dengan bantuan suatu zat cair yang diketahui berat jenisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


Pada praktikum pertama, praktikan melakukan uji pembakaran pada
berbagai macam serat. Uji pembakaran serat merupakan cara yang paling mudah
dilakukan karena kita dapat memperoleh hasil dengan cepat. Namun kelemahan
dari cara ini, praktikan hanya dapat memperkirakan golongan serat secara umum.
Cara ini pun tidak efektif untuk mengidentifikasi serat campuran secara akurat.
Sumber api yang paling baik untuk digunakan pada praktikum ini adalah
dengan menggunakan pembakar bunsen dengan bahan bakar alkohol atau spirtus.
Alasan untuk tidak menggunakan kayu sebagai bahan bakar karena kayu
keluarkan aroma khas kayu terbakar yang kuat, sehingga akan menyulitkan saat
hendak mengidentifikasi aroma dari serat. Sedangkan pembakar bunsen berbahan
bakar alkohol atau spirtus tidak mengeluarkan aroma yang kuat sehingga tidak
mengganggu saat mengidentifikasi aroma serat yang terbakar. Selain itu, nyala api
dengan pembakar bunsen stabil, lebih aman, dan mudah digunakan untuk
pengujian ini.
Pada uji pembakar ini, praktikan akan mengidentifikasi warna asap, bau,
sifat pembakaran, dan sisa pembakaran.dari berbagai hasil yang didapat, praktikan
dapat membedakan secara umum apakah serat tergolong serat selulosa, serat
protein, serat buatan, serat asbes, atau serat gelas.
Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan abu berbentuk serat dan
berbau seperti kertas terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat yang diuji
adalah serat selulosa. Apabila serat terbakar tanpa ada abu, berbau rambut
terbakar, dan meninggalkan bulatan kecil diujungnya maka serat yang diuji adalah
serat rambut atau protein. Apabila serat meleleh dan membentuk bulatan kecil
diujungnya dan mengeluarkan bau asam asetat, maka serat yang diujikan
kemungkinan rayon asetat. Jika yang tercium adalah bau amida dengan bulatan
kecil tak beraturan dan kemudian mengeras saat dibakar menunjukkan serat yang
diuji adalah serat nilon. Apabila bau yang dihasilkan menyengat seperti plastik
dan tebentuk bulatan kecil, maka kemungkinan serat tersebut adalah serat
poliester.
Pada praktikum berikutnya yaitu pengujian berat jenis serat. Berat jenis
sendiri adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa
enis air murni. Berat jenis serat dapat diketahui dengan bantuan suatu zat cair
yang telahdiketahui berat jenisnya dimana serat dapat mengapung, tenggelam,
atau pun melayang saat dimasukkan dalam larutan.
Teori yang mendasari percobaan ini adalah hukum archimedes tentang
berat jenis. Bunyi hukum archimedes yang digunakan adalah sebagai berikut:
“Benda yang dimasukkan atau dicelupkan sebagian atau seluruhnya dalam zat cair
akan mendapatkan gaya yang arahnya ke atas dan besarnya sama dengan berat zat
cair yang dipindahkan oleh benda itu”.
Gaya ke atas yang dialami oleh benda tersebut disebut dengan gaya
apung. Gaya apung sama dengan berat benda di udara dikurangi dengan berat
benda di dalam air

FA = Wu - Wa
Ada tiga kemungkinan peristiwa yang terjadi jika sebuah benda, atau
dalam percobaan ini serat, dimasukkan ke dalam zat cair. Tiga kemungkinan itu
adalah sebagai berikut:
a. Mengapung
Serat dinyatakan mengapung jika serat berada tepat dibawah lapisan
permukaan air atau sedikit muncur keluar dari permukaan air. Benda akan
terapung jika berat jenis serat lebih kecil dari massa jenis zat cair dan besar
gaya apung (FA) sama dengan berat serat (WB).
b. Melayang
Serat dikatakan melayang jika benda berada dalam zat cair, tapi tidak
berada di dasar zat cair. Benda melayang jika berat jenis benda sama atau
hampir sama dengan berat jenis cair dan besar gaya apung (FA) sama atau
hampir sama dengan berat serat (WB).
c. Tenggelam
Serat dikatakan tenggelam jika berada di dasar zat cair. Benda tenggelam
jika berat benda lebih besar dari berat jenis zat cair dan gaya apung (FA)
lebih kecil dari berat benda (WB).
Untuk penentuan berat jenis digunakan dua macam cairan yang dapat
tercampur secara sempurna atau homogen di dalam berbagai perbandingan
takaran sehingga mengahasilkan larutan dengan berat jenis antara 0,87 sampai
1,6. Larutan yang dapat digunakan antara lain campuran karbontetraklorida
dengan berat jenis 1,6 dan xilena yang memiliki berat jenis 0,87.
Untuk membuat larutan dengan berat jenis antara 0,87 sampai 1,6 dibuat
campuran tetraklorida dan xilena dengan perbandingan sebagai berikut:

Campuran CCl4 (Tetraklorida) Xilena (Xylol) Berat Jenis

1 10 0 1,600

2 9 1 1,527

3 8 2 1,454
4 7 3 1,381

5 6 4 1,308

6 5 5 1,235

7 4 6 1,162

8 3 7 1,089

9 2 8 1,016

10 1 9 0,943

11 0 10 0,870

Tabel 2.1. Tabel Berat Jenis

2.1.1. Uji Pembakaran

Dalam industri tekstil identifikasi serat sangat penting, kadar dan jenis
tekstil dalam tekstil perlu diketahui dengan tepat, karena kadar dan jenis serat
akan mempengaruhi sifat kain dan sangat menentukan cara pengolahan yang
harus dilakukan, terutama dalam pencelupan dan penyempurnaan.
Identifikasi serat didasarkan pada beberapa sifat khusus dari suatu serat yaitu :
- sifat kimia
- sifat fisika
- morfologi
Pengujian sifat kimia dari serat dapat dilakukan secara makro tanpa
menggunakan mikroskop atau dengan cara mikro dengan menggunakan
mikroskop. Cara kimia makro digunakan untuk mengidentifikasikan serat yang
terdiri dari serat campuran. Pengujian sifat kimia serat dapat dibedakan atas:
1. uji pelarutan
2. uji pewarnaan
3. uji pembakaran
Uji pembakaran dilakukan secara makro, sedangkan uji pelarutan dan uji
pewarnaan dapat dilakukan secara makro maupun mikro. Uji pembakaran serat
adalah cara yang dilakukan untuk menggolongkan atau menentukan serat.
Untuk memperkirakan golongan serat secara umum digunakan uji
pembakaran, tetapi untuk serat-serat campuran cara ini dianggap kurang
meyakinkan karena hasilnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Uji
pembakaran ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut :
- pengamatan cara terbakarnya
- pengamatan bau
- pengamatan warna dari asap yang terbentuk
- pegamatan sisa pembakarannya.
Berdasarkan pengamatan diatas tentunya cara uji pembakaran tidak dapat
digunakan untuk mengidetifikasi dan meneliti serat secara khusus.
Kriteria tentang uji pembakaran yaitu dapat dilihat sebagai berikut :
1. Apabila serat terbakar cepat dan meninggalkan abu berbentuk serat dan
berbau seperti kertas terbakar, maka ciri ini menunjukkan bahwa serat
tersebut termasuk serat selulosa.
2. Apabila serat meleleh dan meninggalkan bulatan kecil diujungnya dan
disertai dengan bau menyengat seperti bau asam cuka maka keadaan ini
menunjukkan serat rayon asetat.
3. Apabila serat terbakar tanpa meninggalkan abu dan berbau seperti rambut
terbakar serta meninggalkan bulatan kecil diujungnya, maka ciri tersebut
menunjukkan bahwa serat tersebut termasuk serat protein.
4. Apabila sewaktu terbakar mengeluarkan bau seperti plastik terbakar dan
meninggalkan abu yang berbentuk bulatan kecil yang tak teratur maka ciri-
ciri tersebut merupakan ciri-ciri serat poliamida, serat poliester dan serat
poliakrilat.
Berikut ini adalah Klasifikasi serat berdasarkan sumber:
Uji pembakaran ini adalah cara yang paling tua untuk mengidentifikasi
serat. Cara ini hanya dapat digunakan untuk memperkirakan golongan serat secara
umum dan tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk campuran serat. Alat yang
digunakan untuk percobaan ini hanyalah sumber nyala api. Korek api merupakan
sumber yang tidak baik, sebab korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau
yang keras, yang akan mengganggu bahan yang diperiksa. Nyala api yang paling
baik adalah nyala api dari pembakar bunsen yang mempergunakan bahan bakar
gas. Atau dapat pula nyala api dengan bahan bakar alkohol.
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran. Puntiran diberikan agak kuat, supaya
terbakarnya agak lambat, sehingga untuk bermacam-macam serat memerlukan
waktu yang hampir sama. Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan
perlahan-lahan. Waktu serat dekat nyala api dimatikan. Apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
Pada saat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api, dan
pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api. Bila nyala
api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api maka segera dicatat bau
dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Tetapi kalau serat tetap
menyala, maka nyala dimatikan dengan jalan meniup dan dicatat bau yng
dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu setelah nyala api padam perlu dicatat
apakah serat mengeluarkan asap atau tidak). Kiranya perlu dicatat pula bentuk,
warna, dan kekerasan dari abu sisa pembakaran.
Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan abu terbentuk serat dan berbau
seperti kertas terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat selulosa. Apabila
serat tidak terbakar sama sekali, maka keadaan ini menunjukkan serat gelas atau
asbes. Serat gelas dapat dilihat dari lelehan filamennya yang berbentuk zat padat
kasar, dan filamennya sendiri sangat keras. Adanya zat penyempurnaan pada serat
gelas ditunjukkan oleh bau cat terbakar dan asap sedikit. Apabila serat terbakar
tanpa ada abu, berbau rambut terbakar, meninggalkan bulatan kecil hitam
diujungnya, maka keadaan ini menunjukkan serat protein. Apabila bau yang
ditimbulkan sama seperti diatas tetapi tidak meninggalkan abu, maka hal ini
menunjukkan serat sutera yang diberarti.
Apabila serat meleleh dan membentuk bulatan kecil ujungnya, tanpa
berbau rambut terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat asetat rayon, nylon,
dynel, orlon, atau dacron. Sedangkan adanya bulatan kecil yang keras
menunjukkan nylon. Bau seperti amida dan adanya bulatan kecil yang keras
menunjukkan nylon. Bau segak dengan bulatan kecil tak teratur menunjukkan
Orlon, dynel atau vinyon. Bau yang keras dan adanya bulatan kecil tak teratur
menunjukkan dacron atau Saran.
2.1.2. Uji Berat Jenis

Berat jenis adalah salah satu sifat fisika yang penting untuk identifikasi
serat. Berat jenis serat dapat ditentukan dengan bantuan suatu zat cair yang
diketahui berat jenisnya, dimana serat tidak tenggelam dan juga tidak terapung.
Untuk itu diperlukan dua zat cair yang tercampur sempurna didalam berbagai
perbandingan dan menghsilkan campuran zat cair dengan berat jenis antara 1,0
sampai 1,6.
Beberapa zat cair yang dapat digunakan antara lain,yaitu campuran antara :
1. Karbon tetra klorida (berat jenis 1,60) dengan xilena (berat jenis
0,87)
2. Karbon tetra klorida (berat jenis 1,60) dengan n-heptana (berat jenis
1,10)
3. Perklor etilena (berat jenis 1,63) dengan xilena (berat jenis 0,87)

Berat jenis diketahui dengan bantuan suatu zat cair yang diketahui berat
jenisnya, dimana serat dapat terapung, tenggelam atau melayang. Untuk
menentukan berat jenis digunakan dua macam cairan yang dapat tercampur
sempurna di dalam berbagai perbandingan sehingga menghasilkan larutan dengan
berat jenis 1,0 sampai 1,5. Larutan yang dapat digunakan antara lain
karbontetraklorida (CCl4) dengan berat jenis 1,6 dan xylena dengan berat jenis
0,8.

Untuk perhitungan dalam berat jenis:

Dilihat No campuranya dulu yang mengapung terakhir dan tenggelam pertama,


lalu lihat berat jenisnya ditabel 2.1. diatas

(𝑵𝒐 𝑪𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒂𝒏)
𝟐
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan sebagai berikut:

 Uji Pembakaran
 Pembakar bunsen
 Pinset
 Korek api
 Selotipe
 Alat pelindung diri
 Uji Berat Jenis
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Pengait tembaga
 Alat pelindung diri

Bahan yang digunakan sebagai berikut:

 Serat Alam (Kapas, Rami, Wool, Sutera)


 Serat Buatan (Poliester, Poliakrilat, Poliamida, Rayon Viskosa, Asetat
Rayon, Cupro Amonium)
 Serat Campuran (Poliester-Kapas, Poliester-Rayon Viskosa, Poliester-
Wool)
 Xylena dan Karbontetraklorida (untuk uji berat jenis)

3.2. Cara Kerja

 Uji Pembakaran
1. Beberapa helai serat yang akan diperiksa dipuntir kira-kira sebesar
batang korek api dengan panjang ± 5cm.
2. Contoh serat didekatkan pada nyala api dari samping secara
perlahan-lahan. Saat serat dekat nyala api, diamati apakah serat
meleleh, menggulung atau terbakar cepat.
3. Pada saat serat menyala. Diperhatikan dimana terjadinya nyala api.
Bila api segera padam segera identifikasi bau dari serat yang
terbakar.
4. Jika api terus menyala, api dimatikan dengan cara ditiup kemudian
diidentifikasi bau yang dikeluarkan serat tersebut.
5. Setelah nyala api padam, diperhatikan apakah serat mengeluarkan
asap atau tidak, kemudian dilihat sisa pembakaran yang ditinggalkan
serat tersebut.
6. Hasil pemeriksaan dibuat di lembar jurnal praktikum
7. Lakukan evaluasi uji pembakaran.
 Uji Berat Jenis
1. Tabung reaksi yang bersih diisi dengan larutan campuran CCl4 dan
xylena yang telah diketahui berat jenisnya, diurutkan dari yang
terbesar sampai berat jenis yang terkecil.
2. Serat yang akan diuji berat jenisnya diambil 2-3 helai kemudian
dibentuk bulatan kecil.
3. Bulatan serat dimasukkan satu persatu ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan yang telah diketahui berat jenisnya tersebut.
4. Kemudian diamati apakah serat mengapung, melayang atau
tenggelam.
5. Serat yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan terapung pada larutan tersebut.
6. Serat yang mempunyai berat jenis lebih besar dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan tenggelam pada larutan tersebut.
7. Serat yang mempunyai berat jenis sama dengan larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan melayang-melayang di tengah-tengah
larutan tersebut.
8. Berat jenis serat ditentukan dengan mengamati larutan pada posisi
serat melayang, hal ini menunjukkan berat jenis larutan sama dengan
berat jenis serat.
9. Apabila posisi serat tenggelam pada larutan dengan berat jenis lebih
kecil dari berat jenis serat, dan terapung pada larutan dengan berat
jenis lebih besar dari berat jenis serat, maka berat jenis serat ada di
antara berat jenis keduanya (rata-rata antara berat jenis serat larutan
yang seratnya tenggelam dan yang seratnya tenggelam).
10. Catat dan gambarkan hasil pemeriksaan pada lembar uji berat jenis
serat.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

Terlampir
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Diskusi

 Uji Pembakaran

Saat uji pembakaran, ada beberapa hal yang menarik dapat diamati.
Pertama dari pengamatan warna asap. Hampir semua serat mengeluarkan asap
putih saat api dipadamkan dari serat. Namun pada serat poliester, poliakrilat, dan
poliester rayon berwarna hitam. Hal ini membuat saya menyimpulkan bahwa asap
yang dihasikan oleh poliester dan poliakrilat berwarna hitam. Pada serat campuran
poliester, hanya campuran poliester rayon yang mengelluarkan asap berwarna
hitam, sedangkan pada pembakaran serat campuran poliester kapas dan poliester
wool mengeluarkan asap putih. Ada kemungkinan pada serat poliester rayon
tersebut kandungan poliester lebih dominan ketimbang rayon. Sedangkan ada
serat poliester kapas kandungan kapas lebih dominan dan pada serat poliester
wool kandungan woolnya lebih banyak dari poliester, sehingga warna asap
cenderung mengikuti warna asap kapas dan wool yang berwarna putih. Hal
lainnya yang menarik adalah warna asap yang dihasilkan dari pembakaran
poliamida dan nilon adalah putih. Padahal 1 nilon merupakan serat buatan yang
bukan merupakan kondensasi dari selulosa seperti halnya rayon.

Dari pengamatan bau, serat-serat selulosa seperti kapas, rayon viskosa, dan
rami mengeluarkan bau khas kertas terbakar. Pada serat protein seperti wool dan
sutera mengeluarkan aroma rambut terbakar. Jika dibandingkan, aroma wool saat
terbakar lebih kuat dari sutera karena menurut literatur, wool memiliki kandungan
sulfur atau belerang yang membuat aromanya lebih kuat setelah terbakar
ketimbang sutera.

Pada pembakaran serat buatan yang polimernya terdiri dari gugus


hidrokarbon yang disubtitusikan dengan unsur tertentu seperti poliester,
nilon/poliamida, poliakrilat mengeluarkan aroma kimiawi seperti plastik terbakar
setelah dibakar. Pada pembakaran serat campuran, aroma yang tercium pun
bercampur. Dari amatan aroma yang dikeluarkan serat memperkuat dugaan
dominasi kandungan material pada serat campuran. Pada serat poliester rayon,
aroma kimiawi seperti plastik terbakar lebih dominan tercium ketimbang aroma
kertas terbakar. Pada poliester kapas, aroma kertas terbakar lumayan dominan
tercium dibanding aroma plastik terbakar. Kemudian pada pembakaran poliester
wool, aroma rambut terbakar tercium lebih kuat ketimbang aroma plastik terbakar.
Kemudian jika ditinjau dari sifar pembakaran dan sisa pembakaran. Serat kapas,
rayo viskosa, dan rami yang tergolong dalam serat selulosa cenderung
meneruskan pembakaran. Sifat serat ini membuat pabrik pembuatan tekstil dengan
serat selulosa harus waspada dengan percikan api pada mesin. Karena jika serat
selulosa yang terbakar akan membesar dan dapat menyebabkan kebakaran besar.
Itulah alasan pada mesin-mesin pengolahan serat selulosa, selalu disediakan
magnet yang berguna untuk menarik logam-logam yang terbawa kedalam mesin
yang menimbulkan percikan api jika bergesekan dengan mesin.

Sisa pembakaran dari seluruh serat selulosa yang diujikan berubah menjadi
abu halus. Hal ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi pada serat ketika
dipanaskan atau dibakar. Dengan sifat ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa
melakukan pemintalan leleh pada serat selulosa. Jenis pemintalan serat buatan
berbahan dasar selulosa biasanya menggunakan cara pemintalan basah seperti
pada pembuatan serat rayon viskosa dan rayon kuproamonium. Pada pembakaran
serat protein yaitu wool dan sutera, serat tidak meneruskan pembakaran setelah
dijauhkan dari sumber api. Sisa pembakaran yang dihasilkan berupa arang yang
remuk saat dipegang.

Pada serat-serat buatan (selain selulosa dan protein) seperti poliester,


poliakrilat dan nilon, serat meleleh saat dibakar dan mengeras setelah dijauhkan
dari api dan dibiarkan sejenak. Sifat ini menunjukkan bahwa serat dapat dibuat
dengan cara pemintalan leleh. Namun harus dicatat syarat dari pemintalan leleh
adalah temperatur dekomposisi serat harus lebih tinggi dari suhu titik leleh serat.
Seperti terlihat pada serat poliester yang saat dibakar hanya meleleh namun
sedikit yang berubah menjadi kehitaman (dekomposisi). Nilon terlihat menghitam
saat dibakar, namun berdasarkan literatur serat nilon dapat dibuat dengan cara
pemintalan lelebih. Sedangkan serat poliakrilat biasanya dibuat dengan
pemintalan basah atau kering. Kerena meskipun serat meleleh saat dibakar, namun
pada serat yang berdekatan serat berubah warna menjadi kecoklatan. Sehingga
serat poliakrilat kurang cocok dengan metode pemintalan leleh.

Pada serat campuran, sifat pembakarannya adalah gabungan dari sifat


pembakaran dari serat penyusunnya. Seperti poliester kapas dan poliester rayon
yang cenderung meneruskan pembakaran. Abu yang dihasilkan berupa abu
remuk, gabungan dari abu halus yang dihasilkan serat selulosa dan abu keras yang
dihasilkan poliester. Kemudian pada pembakaran serat poliester wool, serat tidak
meneruskan pembakaran seperti hal-halnya wol. Sisa pembakarannya pun
cenderung menyerupai wool yang berupa abu remuk yang sedikit keras karena
kandungan poliester.
 Uji Berat Jenis

Selanjutnya akan dibahas dari hasil pengamatan berat jenis serat. Hampir
tidak ada serat yang tepat melayang pada larutan tertentu. Sebagian besar
mengapung pada suatu larutan kemudian tenggelam pada larutan berikutnya. Pada
perobaan kali ini, serat kapas, rayon biskosa, rami, wool, dan poliester kapas
mengapung pada larutan 1 sampai 3 namun tenggelam pada larutan 4 sampai 11.
Alternatif yang dilakukan untuk menentukan berat jenis serat-serat tersebut adalah
dengan merata-ratakan berat jenis larutan pada transisi dari serat yang tenggelam
dengan yang mengapung. Seperti pada hasil ini, kita meratakan berat jenis larutan
3 dan 4. Maka dari perhitungan ini diperoleh angka 1,4175. Hasil ini tidak terlalu
akurat karena menurut literatur, serat kapas memiliki berat jenis 1,5 sampai 1,56.
Jika sesuai dengan literatur, seharusnya serat kapasnya hanya mengapung pada
larutan 1 dengan berat jenis 1,6 dan tenggelam pada larutan 2 (1,527) sampai 11.

Rayon viskosa pun seharunya tenggelam pada larutan 3 dan melayang


pada larutan 2 karena berdasarkan literatur, rayon viskosa memiliki berat jenis
1,52. Serat wool pun seharunya mengapung pada larutan 4 dan melayang pada
larutan 5 (1,308) karena berdasarkan literatur wool memiliki berat jenis 1,304.

Berat jenis sutera dari hasil pengujian sudah hampir mendekati sama
dengan literatur dimana pada pengujian serat sutera melayang pada larutan 5
(1,308) dan berdasarkan literatur berat jenis sutera (yang sudah dihilangkan
serisinnya) adalah 1,25. Jika mengikuti literatur, seharusnya serat tenggelam pada
larutan 5 dan melayang sedikit tenggelam pada larutan 6 (1,235).

Pada serat poliester dan poliester wool serat mengapung pada larutan 1
sampai 5 dan tenggelam pada larutan 6-11. Dari rata-rata berat jenis karutan 5 dan
6 diperoleh angka 1,2715. Hasil ini pun agak berbeda dengan literatur karena
menurut literatur berat jenis dari poliester adalah 1,38. Seharusnya serat poliester
melayang pada larutan 4.

Berat jenis poliakrilat yang didapat dari hasil uji yaitu 1,1985 nyaris
mendekati sama dengan literatur dimana berat jenis poliakrilat adalah 1,17 dan
1,18 pada jenis-jenis tertentu.

Berat jenis poliamida/nylon yang diperoleh dari pengujian pun nyaris sama
dengan literatur tercantum diliteratur. Serat nylon mengapung sedikit melayang
pada larutan 7 dan tenggelam pada larutan 8. Hasil rata-rat kedua larutan itu
adalah 1,1255 dan pada literatur tercantum bahwa jenis serat nylon adalah 1,14.

Sedangkan poliester kapas berdasarkan pengujian memiliki berat jenis


1,3445 dengan merata-ratakan berat jenis larutan 4 dan 5.
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab kesalahn penentuan
berat jenis. Salah satunya pada saat menguji serat poliester yang sulit untuk
dibentuk menjadi bulatan-bulatan yang kokoh, sehingga sering kali menyangkut
pada tabung reaksi sehingga gaya berat serat dan gaya apung tertahan oleh gaya
tarik serat dengan tabung raksi

Selain itu ada satu serat yang justru tenggelam pada larutan 1 tapi justru
pada larutan 2 dan 3. Hal itu jelas tidak wajar karena jika pada larutan yang berat
jenisnya lebih rendah dari larutan 1 saja serat tersebut mengapung, seharusnya
pada larutan dengan berat jenis lebih tinggi serat tersebut mengapung juga. Ada
kemungkinan ada kotoran yang tidak sengaja terbawa pada serat. Kotoran ini pula
yang kemungkinan membuat berat jenis serat yang hasilnya berbeda dengan
literatur semakin meningkat.

Dalam melakukan percobaan uji pembakaran ini kesalahan-kesalahan yang


dilakukan mungkin saja terjadi. Hal-hal ini misalnya disebabkan oleh:
 Pengamatan terhadap asap terkadang agak sulit dilakukan, karena ada
serat-serat yang waktu terbakar asapnya berwarna putih tetapi setelah
padam timbul asap hitam.
 Membedakan bau dari serat yang terbakar cukup sulit, karena bau yang
ditimbulkan terkadang tak dikenal, terutama dari serat-serat campuran.
 Praktikan yang melakukan praktikum sebelumnya belum pernah
melakukan praktikum uji pembakaran jadi sangat mungkin melakukan
kesalahan.
Hasil dari percobaan uji berat jenis bisa terjadi kesalahan-kesalahan yang
disebabkan:
 Zat-zat yang digunakan sudah tidak murni.
 Kurang teliti dalam melakukan praktikum
 Alat-alat yang sudah rusak.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

 Uji Pembakaran

Setelah melakukan percobaan uji pembakaran, maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
Ciri-ciri untuk serat selulosa pada saat dibakar:
 Baunya seperti kertas terbakar
 Terbakar habis jika dibiarkan apinya
 Terbentuk abu yang halus dan berwarna hitam keabu-abuan
Hal ini dapat dilihat pada uji pembakaran serat rami dan kapas.
Ciri-ciri serat protein:
 Baunya seperti rambut terbakar
 Terbentuk bulatan kecil diujung berwarna hitam dan mudah remuk
 Api tidak menjalar
Hal ini dapat dilihat pada uji serat wool dan sutera.
Ciri-ciri serat buatan apabila dilakukan pembakaran:
 Berbau seperti plastik terbakar
 Ada yang meleleh sampai habis dan ada jga yang meleleh sebentar tidak
sampai habis
 Sisa pembakaran berupa bulatan kecil diujungnya, berwarna hitam dan
keras.
Hal ini dapat dilihat pada uji pembakaran serat-serat poliester, poliakrilat, dan
poliamida.
Pengujian serat secara pembakaran hanya dapat menggolongkan serat
secara umum dan belum dapat memastikan jenis serat secara khusus, apalagi
untuk serat campuran.
Setelah melalukan praktikum pada uji pembakaran, dalam menganalisa
serat yang terbakar harus seteliti mungkin, bila tidak teliti maka analisa tentang
serat tersebut akan salah. Bahan awal serat dan jenis serat yang menjadi bahan
dasarnya sangat berpengaruh dan dapat diketahui melalui pembakaran ini. Dan
dari data percobaan yang diperoleh maka dapat disimpulkan:
SIFAT SISA
NO NAMA SERAT ASAP BAU
PEMBAKARAN PEMBAKARAN
Kertas Meneruskan Warna : Abu
1 Kapas Putih
Terbakar Pembakaran -Rapuh
Kertas Meneruskan Warna : Abu
2 Rayon Viskosa Putih
Terbakar Pembakaran -Rapuh
Tidak
Kertas Warna : Abu
3 Rami Pitih Meneruskan
Terbakar -Rapuh
Pembakaran
Tidak
Rambut Warna : Abu
4 Sutera Putih Meneruskan
Terbakar -Remuk
Pembakaran
Tidak
Rambut Warna : Abu
5 Wool Putih Meneruskan
Terbakar -Remuk
Pembakaran
Tidak
Plastik Warna : Abu
6 Poliester Hitam Meneruskan
Terbakar -Meleleh
Pembakaran
Plastik Meneruskan Warna : Abu
7 Poliakrilat Hitam
Terbakar Pembakaran -Meleleh
Tidak Warna : Kuning
Plastik
8 Poliamida/Nylon Putih Meneruskan kehitamaman
Terbakar
Pembakaran -Menggumpal
Kertas Meneruskan Warna : Putih
9 Poliester : Kapas Hitam
Terbakar Pembakaran -Remuk
Kertas Meneruskan Warna : Putih
10 Poliester : Rayon Hitam
Terbakar Pembakaran -Remuk
Rambut Meneruskan Warna : Abu
11 Poliester : Wool Hitam
Terbakar Pembakaran -Remuk

Zat Kimia Meneruskan Warna : Abu


12 Rayon Asetat Putih
(Asam) Pembakaran -Remuk

Kertas Meneruskan Warna : Abu


13 Cupro Amonium Putih
Terbakar Pembakaran -Rapuh
Sisa pembakaran: Lelehan hitam, menggumpal, keras, mudah terbakar dan
meneruskan pembakaran.
 Uji Berat Jenis
Untuk percobaan berat jenis serat yang akan diuji harus bersih dari kotoran
dan ukuran serat jangan terlalu besar (secukupnya). Apabila dalam percobaan
tidak ditemukan serat yang melayang (tidak tenggelam dan tidak terapung) maka
perhitungan berat jenis dilakukan dengan menjumlah BJ terapung dan bj
tenggelam (cari yang terdekat) kemudian dibagi dua.
NO NAMA SERAT BJ
1 Kapas 1,4905
2 Rayon Viskosa 1,4905
3 Rami 1,4905
4 Sutera 1,3445
5 Wool 1,3445
6 Poliester 1,4175
7 Poliakrilat 1,1985
8 Poliamida/Nylon 1,1255
9 Poliester : Kapas 1,4905
10 Poliester : Rayon 1,4175
11 Poliester : Wool 1,4175
12 Rayon Asetat 1,4905
13 Cupro Amonium 1,3445
DAFTAR PUSTAKA

(Noerati, 2013)

(Zimmermann et al. 2004)

(Balaguru dan Shah, 1992)

Pedoman Praktikum Identifikasi Serat Tekstil, Politeknik STTT Bandung


Juhana, Juju AT, Diktat Praktikum Serat Tekstil STTT Bandung
http://syifarifianti.blogspot.co.id/2014/04/laporan-serat.html
http://yeahkuliah.blogspot.co.id/2015/05/laporan-praktikum-serat-tekstil-
uji_10.html
http://melinda-lusiyanti.blogspot.co.id/2014/06/serat-tekstil-uji-pembakaran-dan-
uji.html

Anda mungkin juga menyukai