LAPORAN
Disusun Oleh
NPM: 16020082
Grup : 1K3
BANDUNG
April 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada
usaha untuk terus berinovasi dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil
memiliki keunggulan dibandingkan dengan serat sintetis. Sebagai komponen
penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai keunggulan antara
lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat terbiodegradasi
di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat
mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.
FA = Wu - Wa
Ada tiga kemungkinan peristiwa yang terjadi jika sebuah benda, atau
dalam percobaan ini serat, dimasukkan ke dalam zat cair. Tiga kemungkinan itu
adalah sebagai berikut:
a. Mengapung
Serat dinyatakan mengapung jika serat berada tepat dibawah lapisan
permukaan air atau sedikit muncur keluar dari permukaan air. Benda akan
terapung jika berat jenis serat lebih kecil dari massa jenis zat cair dan besar
gaya apung (FA) sama dengan berat serat (WB).
b. Melayang
Serat dikatakan melayang jika benda berada dalam zat cair, tapi tidak
berada di dasar zat cair. Benda melayang jika berat jenis benda sama atau
hampir sama dengan berat jenis cair dan besar gaya apung (FA) sama atau
hampir sama dengan berat serat (WB).
c. Tenggelam
Serat dikatakan tenggelam jika berada di dasar zat cair. Benda tenggelam
jika berat benda lebih besar dari berat jenis zat cair dan gaya apung (FA)
lebih kecil dari berat benda (WB).
Untuk penentuan berat jenis digunakan dua macam cairan yang dapat
tercampur secara sempurna atau homogen di dalam berbagai perbandingan
takaran sehingga mengahasilkan larutan dengan berat jenis antara 0,87 sampai
1,6. Larutan yang dapat digunakan antara lain campuran karbontetraklorida
dengan berat jenis 1,6 dan xilena yang memiliki berat jenis 0,87.
Untuk membuat larutan dengan berat jenis antara 0,87 sampai 1,6 dibuat
campuran tetraklorida dan xilena dengan perbandingan sebagai berikut:
1 10 0 1,600
2 9 1 1,527
3 8 2 1,454
4 7 3 1,381
5 6 4 1,308
6 5 5 1,235
7 4 6 1,162
8 3 7 1,089
9 2 8 1,016
10 1 9 0,943
11 0 10 0,870
Dalam industri tekstil identifikasi serat sangat penting, kadar dan jenis
tekstil dalam tekstil perlu diketahui dengan tepat, karena kadar dan jenis serat
akan mempengaruhi sifat kain dan sangat menentukan cara pengolahan yang
harus dilakukan, terutama dalam pencelupan dan penyempurnaan.
Identifikasi serat didasarkan pada beberapa sifat khusus dari suatu serat yaitu :
- sifat kimia
- sifat fisika
- morfologi
Pengujian sifat kimia dari serat dapat dilakukan secara makro tanpa
menggunakan mikroskop atau dengan cara mikro dengan menggunakan
mikroskop. Cara kimia makro digunakan untuk mengidentifikasikan serat yang
terdiri dari serat campuran. Pengujian sifat kimia serat dapat dibedakan atas:
1. uji pelarutan
2. uji pewarnaan
3. uji pembakaran
Uji pembakaran dilakukan secara makro, sedangkan uji pelarutan dan uji
pewarnaan dapat dilakukan secara makro maupun mikro. Uji pembakaran serat
adalah cara yang dilakukan untuk menggolongkan atau menentukan serat.
Untuk memperkirakan golongan serat secara umum digunakan uji
pembakaran, tetapi untuk serat-serat campuran cara ini dianggap kurang
meyakinkan karena hasilnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Uji
pembakaran ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut :
- pengamatan cara terbakarnya
- pengamatan bau
- pengamatan warna dari asap yang terbentuk
- pegamatan sisa pembakarannya.
Berdasarkan pengamatan diatas tentunya cara uji pembakaran tidak dapat
digunakan untuk mengidetifikasi dan meneliti serat secara khusus.
Kriteria tentang uji pembakaran yaitu dapat dilihat sebagai berikut :
1. Apabila serat terbakar cepat dan meninggalkan abu berbentuk serat dan
berbau seperti kertas terbakar, maka ciri ini menunjukkan bahwa serat
tersebut termasuk serat selulosa.
2. Apabila serat meleleh dan meninggalkan bulatan kecil diujungnya dan
disertai dengan bau menyengat seperti bau asam cuka maka keadaan ini
menunjukkan serat rayon asetat.
3. Apabila serat terbakar tanpa meninggalkan abu dan berbau seperti rambut
terbakar serta meninggalkan bulatan kecil diujungnya, maka ciri tersebut
menunjukkan bahwa serat tersebut termasuk serat protein.
4. Apabila sewaktu terbakar mengeluarkan bau seperti plastik terbakar dan
meninggalkan abu yang berbentuk bulatan kecil yang tak teratur maka ciri-
ciri tersebut merupakan ciri-ciri serat poliamida, serat poliester dan serat
poliakrilat.
Berikut ini adalah Klasifikasi serat berdasarkan sumber:
Uji pembakaran ini adalah cara yang paling tua untuk mengidentifikasi
serat. Cara ini hanya dapat digunakan untuk memperkirakan golongan serat secara
umum dan tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk campuran serat. Alat yang
digunakan untuk percobaan ini hanyalah sumber nyala api. Korek api merupakan
sumber yang tidak baik, sebab korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau
yang keras, yang akan mengganggu bahan yang diperiksa. Nyala api yang paling
baik adalah nyala api dari pembakar bunsen yang mempergunakan bahan bakar
gas. Atau dapat pula nyala api dengan bahan bakar alkohol.
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan
panjang 4-5 cm dan diberi puntiran. Puntiran diberikan agak kuat, supaya
terbakarnya agak lambat, sehingga untuk bermacam-macam serat memerlukan
waktu yang hampir sama. Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan
perlahan-lahan. Waktu serat dekat nyala api dimatikan. Apakah bahan meleleh,
menggulung atau terbakar mendadak.
Pada saat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api, dan
pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api. Bila nyala
api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api maka segera dicatat bau
dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Tetapi kalau serat tetap
menyala, maka nyala dimatikan dengan jalan meniup dan dicatat bau yng
dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu setelah nyala api padam perlu dicatat
apakah serat mengeluarkan asap atau tidak). Kiranya perlu dicatat pula bentuk,
warna, dan kekerasan dari abu sisa pembakaran.
Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan abu terbentuk serat dan berbau
seperti kertas terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat selulosa. Apabila
serat tidak terbakar sama sekali, maka keadaan ini menunjukkan serat gelas atau
asbes. Serat gelas dapat dilihat dari lelehan filamennya yang berbentuk zat padat
kasar, dan filamennya sendiri sangat keras. Adanya zat penyempurnaan pada serat
gelas ditunjukkan oleh bau cat terbakar dan asap sedikit. Apabila serat terbakar
tanpa ada abu, berbau rambut terbakar, meninggalkan bulatan kecil hitam
diujungnya, maka keadaan ini menunjukkan serat protein. Apabila bau yang
ditimbulkan sama seperti diatas tetapi tidak meninggalkan abu, maka hal ini
menunjukkan serat sutera yang diberarti.
Apabila serat meleleh dan membentuk bulatan kecil ujungnya, tanpa
berbau rambut terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat asetat rayon, nylon,
dynel, orlon, atau dacron. Sedangkan adanya bulatan kecil yang keras
menunjukkan nylon. Bau seperti amida dan adanya bulatan kecil yang keras
menunjukkan nylon. Bau segak dengan bulatan kecil tak teratur menunjukkan
Orlon, dynel atau vinyon. Bau yang keras dan adanya bulatan kecil tak teratur
menunjukkan dacron atau Saran.
2.1.2. Uji Berat Jenis
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika yang penting untuk identifikasi
serat. Berat jenis serat dapat ditentukan dengan bantuan suatu zat cair yang
diketahui berat jenisnya, dimana serat tidak tenggelam dan juga tidak terapung.
Untuk itu diperlukan dua zat cair yang tercampur sempurna didalam berbagai
perbandingan dan menghsilkan campuran zat cair dengan berat jenis antara 1,0
sampai 1,6.
Beberapa zat cair yang dapat digunakan antara lain,yaitu campuran antara :
1. Karbon tetra klorida (berat jenis 1,60) dengan xilena (berat jenis
0,87)
2. Karbon tetra klorida (berat jenis 1,60) dengan n-heptana (berat jenis
1,10)
3. Perklor etilena (berat jenis 1,63) dengan xilena (berat jenis 0,87)
Berat jenis diketahui dengan bantuan suatu zat cair yang diketahui berat
jenisnya, dimana serat dapat terapung, tenggelam atau melayang. Untuk
menentukan berat jenis digunakan dua macam cairan yang dapat tercampur
sempurna di dalam berbagai perbandingan sehingga menghasilkan larutan dengan
berat jenis 1,0 sampai 1,5. Larutan yang dapat digunakan antara lain
karbontetraklorida (CCl4) dengan berat jenis 1,6 dan xylena dengan berat jenis
0,8.
(𝑵𝒐 𝑪𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒂𝒏)
𝟐
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Uji Pembakaran
Pembakar bunsen
Pinset
Korek api
Selotipe
Alat pelindung diri
Uji Berat Jenis
Tabung reaksi
Rak tabung
Pengait tembaga
Alat pelindung diri
Uji Pembakaran
1. Beberapa helai serat yang akan diperiksa dipuntir kira-kira sebesar
batang korek api dengan panjang ± 5cm.
2. Contoh serat didekatkan pada nyala api dari samping secara
perlahan-lahan. Saat serat dekat nyala api, diamati apakah serat
meleleh, menggulung atau terbakar cepat.
3. Pada saat serat menyala. Diperhatikan dimana terjadinya nyala api.
Bila api segera padam segera identifikasi bau dari serat yang
terbakar.
4. Jika api terus menyala, api dimatikan dengan cara ditiup kemudian
diidentifikasi bau yang dikeluarkan serat tersebut.
5. Setelah nyala api padam, diperhatikan apakah serat mengeluarkan
asap atau tidak, kemudian dilihat sisa pembakaran yang ditinggalkan
serat tersebut.
6. Hasil pemeriksaan dibuat di lembar jurnal praktikum
7. Lakukan evaluasi uji pembakaran.
Uji Berat Jenis
1. Tabung reaksi yang bersih diisi dengan larutan campuran CCl4 dan
xylena yang telah diketahui berat jenisnya, diurutkan dari yang
terbesar sampai berat jenis yang terkecil.
2. Serat yang akan diuji berat jenisnya diambil 2-3 helai kemudian
dibentuk bulatan kecil.
3. Bulatan serat dimasukkan satu persatu ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan yang telah diketahui berat jenisnya tersebut.
4. Kemudian diamati apakah serat mengapung, melayang atau
tenggelam.
5. Serat yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan terapung pada larutan tersebut.
6. Serat yang mempunyai berat jenis lebih besar dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan tenggelam pada larutan tersebut.
7. Serat yang mempunyai berat jenis sama dengan larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan melayang-melayang di tengah-tengah
larutan tersebut.
8. Berat jenis serat ditentukan dengan mengamati larutan pada posisi
serat melayang, hal ini menunjukkan berat jenis larutan sama dengan
berat jenis serat.
9. Apabila posisi serat tenggelam pada larutan dengan berat jenis lebih
kecil dari berat jenis serat, dan terapung pada larutan dengan berat
jenis lebih besar dari berat jenis serat, maka berat jenis serat ada di
antara berat jenis keduanya (rata-rata antara berat jenis serat larutan
yang seratnya tenggelam dan yang seratnya tenggelam).
10. Catat dan gambarkan hasil pemeriksaan pada lembar uji berat jenis
serat.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Terlampir
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Diskusi
Uji Pembakaran
Saat uji pembakaran, ada beberapa hal yang menarik dapat diamati.
Pertama dari pengamatan warna asap. Hampir semua serat mengeluarkan asap
putih saat api dipadamkan dari serat. Namun pada serat poliester, poliakrilat, dan
poliester rayon berwarna hitam. Hal ini membuat saya menyimpulkan bahwa asap
yang dihasikan oleh poliester dan poliakrilat berwarna hitam. Pada serat campuran
poliester, hanya campuran poliester rayon yang mengelluarkan asap berwarna
hitam, sedangkan pada pembakaran serat campuran poliester kapas dan poliester
wool mengeluarkan asap putih. Ada kemungkinan pada serat poliester rayon
tersebut kandungan poliester lebih dominan ketimbang rayon. Sedangkan ada
serat poliester kapas kandungan kapas lebih dominan dan pada serat poliester
wool kandungan woolnya lebih banyak dari poliester, sehingga warna asap
cenderung mengikuti warna asap kapas dan wool yang berwarna putih. Hal
lainnya yang menarik adalah warna asap yang dihasilkan dari pembakaran
poliamida dan nilon adalah putih. Padahal 1 nilon merupakan serat buatan yang
bukan merupakan kondensasi dari selulosa seperti halnya rayon.
Dari pengamatan bau, serat-serat selulosa seperti kapas, rayon viskosa, dan
rami mengeluarkan bau khas kertas terbakar. Pada serat protein seperti wool dan
sutera mengeluarkan aroma rambut terbakar. Jika dibandingkan, aroma wool saat
terbakar lebih kuat dari sutera karena menurut literatur, wool memiliki kandungan
sulfur atau belerang yang membuat aromanya lebih kuat setelah terbakar
ketimbang sutera.
Sisa pembakaran dari seluruh serat selulosa yang diujikan berubah menjadi
abu halus. Hal ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi pada serat ketika
dipanaskan atau dibakar. Dengan sifat ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa
melakukan pemintalan leleh pada serat selulosa. Jenis pemintalan serat buatan
berbahan dasar selulosa biasanya menggunakan cara pemintalan basah seperti
pada pembuatan serat rayon viskosa dan rayon kuproamonium. Pada pembakaran
serat protein yaitu wool dan sutera, serat tidak meneruskan pembakaran setelah
dijauhkan dari sumber api. Sisa pembakaran yang dihasilkan berupa arang yang
remuk saat dipegang.
Selanjutnya akan dibahas dari hasil pengamatan berat jenis serat. Hampir
tidak ada serat yang tepat melayang pada larutan tertentu. Sebagian besar
mengapung pada suatu larutan kemudian tenggelam pada larutan berikutnya. Pada
perobaan kali ini, serat kapas, rayon biskosa, rami, wool, dan poliester kapas
mengapung pada larutan 1 sampai 3 namun tenggelam pada larutan 4 sampai 11.
Alternatif yang dilakukan untuk menentukan berat jenis serat-serat tersebut adalah
dengan merata-ratakan berat jenis larutan pada transisi dari serat yang tenggelam
dengan yang mengapung. Seperti pada hasil ini, kita meratakan berat jenis larutan
3 dan 4. Maka dari perhitungan ini diperoleh angka 1,4175. Hasil ini tidak terlalu
akurat karena menurut literatur, serat kapas memiliki berat jenis 1,5 sampai 1,56.
Jika sesuai dengan literatur, seharusnya serat kapasnya hanya mengapung pada
larutan 1 dengan berat jenis 1,6 dan tenggelam pada larutan 2 (1,527) sampai 11.
Berat jenis sutera dari hasil pengujian sudah hampir mendekati sama
dengan literatur dimana pada pengujian serat sutera melayang pada larutan 5
(1,308) dan berdasarkan literatur berat jenis sutera (yang sudah dihilangkan
serisinnya) adalah 1,25. Jika mengikuti literatur, seharusnya serat tenggelam pada
larutan 5 dan melayang sedikit tenggelam pada larutan 6 (1,235).
Pada serat poliester dan poliester wool serat mengapung pada larutan 1
sampai 5 dan tenggelam pada larutan 6-11. Dari rata-rata berat jenis karutan 5 dan
6 diperoleh angka 1,2715. Hasil ini pun agak berbeda dengan literatur karena
menurut literatur berat jenis dari poliester adalah 1,38. Seharusnya serat poliester
melayang pada larutan 4.
Berat jenis poliakrilat yang didapat dari hasil uji yaitu 1,1985 nyaris
mendekati sama dengan literatur dimana berat jenis poliakrilat adalah 1,17 dan
1,18 pada jenis-jenis tertentu.
Berat jenis poliamida/nylon yang diperoleh dari pengujian pun nyaris sama
dengan literatur tercantum diliteratur. Serat nylon mengapung sedikit melayang
pada larutan 7 dan tenggelam pada larutan 8. Hasil rata-rat kedua larutan itu
adalah 1,1255 dan pada literatur tercantum bahwa jenis serat nylon adalah 1,14.
Selain itu ada satu serat yang justru tenggelam pada larutan 1 tapi justru
pada larutan 2 dan 3. Hal itu jelas tidak wajar karena jika pada larutan yang berat
jenisnya lebih rendah dari larutan 1 saja serat tersebut mengapung, seharusnya
pada larutan dengan berat jenis lebih tinggi serat tersebut mengapung juga. Ada
kemungkinan ada kotoran yang tidak sengaja terbawa pada serat. Kotoran ini pula
yang kemungkinan membuat berat jenis serat yang hasilnya berbeda dengan
literatur semakin meningkat.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Uji Pembakaran
(Noerati, 2013)