Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1

PENGARUH KONSENTRASI RESIN TERHADAP PROSES


PENYEMPURNAAN TAHAN API

Dosen:
Wulan S., S.ST, M.T
Brilyan M. R. R., SST.
Desiriana

Disusun oleh:

KELOMPOK 5 / GRUP 3K4

Roihan Muhammad Iqbal (18020077)


Ryan Aditya Hardianto (18020078)
Sarah Samira Nada (18020080)
Siska Nopita Putri (18020081)

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud Praktikum
Melakukan proses penyempurnaan tahan api terhadap kain kapas dengan variasi
konsentrasi resin untuk memberikan sifat ketahanan kain terhadap api.
1.2 Tujuan Praktikum
Menganalisis hasil proses penyempurnaan tahan api pada kain kapas dengan variasi
konsentrasi resin berdasarkan uji pembakaran.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat selulosa yang memiliki struktur kimia sebagai berikut:

Sumber: Soeprijono, P. 1973. Serat-serat Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.


Gambar 1. Struktur Kimia Selulosa

Serat kapas merupakan serat selulosa yang memiliki sifat fisika sebagai berikut:
● Moisture Regain pada kondisi standar yaitu 7-8,5%.
● Kekuatan 3-5 g/denier. Kekuatan serat dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rentai, dan orientasinya. Kekuatan serat pada umumnya menurun pada waktu
basah tetapi sebaliknya kekuatan kapas dalam keadaan basah makin tinggi. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa apabila gaya diberikan pada serat kapas kering, distribusi
tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang terpuntir dan tidak
teratur. Dalam keadaan basah serat kapas menggelembung berbentuk silinder , diikuti
dengan kenaikan derajat orientasi, sehingga distribusi tegangan lebih merata dan
kekuatan seratnya naik.
● Bentuk penampang melintang seperti ginjal. Dan bentuk penampang membujur
seperti pita terpilin.
Sumber: Wilensky, Textile for Modern Living, Australia: 1993.
Gambar 2. Penampang Melintang (kiri) dan Penampang Membujur (kanan) Serat Kapas

● Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat – serat selulosa alam, kira
– kira dua kali mulur rami. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% bergantung
pada jenisnya dengan mulur rata – rata 7%.
● Kekakuan
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terhadap perubahan bentuk, dan
untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagi perbandingan antara kekuatan saat putus
dengan mulur saat putus, kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul, kekuatan rantai
selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai selulosa.
● LOI (Limited Oxygen Index)
Serat kapas memiliki nilai LOI 18,4 , yang berarti serat kapas mudah terbakar dengan
cepat.

2.2 Proses Terbakarnya Bahan Tekstil


Proses pembakaran pada dasarnya terdiri dari proses pemanasan, dekomposisi,
penyalaan, dan perambatan. Panas yang timbul akibat adanya sumber dari luar akan
menyebabkan terjadinya proses pembakaran. Panas akan menaikan temperatur bahan
tekstil sampai terjadi degradasi dan dekomposisi pada struktur polimer, dimana dari
polimer selulosa akan terbentuk sisa karbon. Selanjutnya padatan akan terurai
mengahsilkan gas yang mudah terbakar ataupun tidak.
Proses pembakaran biasanya dibagi menjadi proses menyala (flamming), membara
(glowing), dan memijar (smoldering).
a. Nyala (flame)
Suatu proses dimana terbakarnya gas yang terurai di permukaan. Proses
dekomposisis termal yang terjadi pada selulosa selalu didahului oleh proses nyala.
Proses nyala ini menghasilkan gas, cairan, arang dan padatan. Penyalaan merupakan
proses pembakaran yang terjadi secara eksotermis yang terdiri dar iuap yang mudah
terbakar dan terurai di permukaan bahan tekstil.
b. Bara (glow)
Yaitu proses eksotermis yang terjadi dan berada diatas permukaan kain. Keadaan
ini berlangsung pada jumlah oksigen yang berlimpah. Zat penghambat nyala bara
biasanya fosfat. Beberapa jenis lainya seperti sulfamat mempunyai daya penahan bara
yang kecil. Panas pembakaran pada selulosa sekitar 400-5000C, sedangkan temperatur
nyala bara api sekitar 6000C
c. Pijar (smolder)
Proses pemijaran pada umumnya terjadi di bawah permukaan dan biasanya dalam
kondisi persediaan oksigen yang sangat sedikit. Proses pemijaran ini terjadi secara
lambat dan basanya disertai dengan keluarnya asap, tetapi tanpa disertai adanya nyala
atau bara. Kemampuan meneruskan pemijaran sangat dipengaruhi oleh adanya panas
dari reaksi eksotermis yang di tahan di dekat area yang sedang berpijar.

2.3 Penyempurnaan Tahan Api


Penyempurnaan resin merupakan salah satu teknik finishing bahan kain secara kimia
yang dilakukan dengan menggunakan resin sintetik, sejenis senyawa organik yang
memiliki struktur rumit dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Pada proses finishing
tekstil berlangsung resin harus dibentuk didalam serat, karena resin pada permukaan akan
menyebabkan kekakuan bahan yang tinggi.
Resin adalah zat kimiawi yang bersifat agak kental, cenderung transparan, tidak larut
dalam air, mudah terbakar dan akan mengeras dengan cepat dan ada juga yang lambat.
Menurut beberapa sumber, resin sudah dipakai sejak zaman purba kebanyakan sebagai
pelapis pernis atau perekat contohnya adalah getah resin damar, resin gumpalan dupa
sebagai bahan pembuatan patung dan sesajian. Seiring dengan berkembangnya zaman dan
kemungkinan resin organic lebih susah diproduksi, manusia mulai membuat sintetis dari
bahan-bahan kimia.
Kain mudah terbakar (flammable) adalah kain yang akan terus terbakar, mesti tanpa
dibantu, bila terkena api sebaliknya adalah kain tahan api atau non flammable (flameproof
/ fire resistant) yang tidak terbakar bila dikenai api. Flame- retardant adalah istilah yang
dipakai untuk menerangkan sifat tidak mudah terbakar pada kain. Dimana pembakaran
berlangsung lambat dan api akan mati dengan sendirinya bila sumber nyala api ditiadakan.
Pada peristiwa pembakaran api pada kain terjadi dekomposisi kimia serat dan
menghasilkan suatu bahan tertentu yang mudah menguap dan dapat terbakar. Bila nyala
apinya padam maka tinggallah residu seperti karbon. Bagaimanan sifat bahan dalam
pembakaran ditentukan oleh jumlah bahan yang menguap. Perlu diingat bahwa sisa
pembakaran (arang) juga dapat membara dan terus terbakar. Penyempurnaan tahan api
diharapkan dapat mencegah tekstil terbakar bila terkena api dan mencegah bara api terus
menyala pada sisa pembakaran.
Setiap serat memiliki sifat yang berbeda bila dibakar. Kapas dan serat selulosa lainnya
akan menyala dan terbakar pada suhu 320OC sedangkan wol pada suhu yang lebih tinggi.
Serat-serat sintetik akan meleleh saat terbakar dan dari bahan yang terbakar akan terlepas
gumpalan gumpalan-gumpalan lelehan serat yang menyala. Sifat dan struktur serat tekstil
juga saat menentukan sifat pembakaran. Pembakaran akan cepat jika struktur kain
mendukung penyimpanan udara atau oksigen sehingga meneruskan pembakaran setelah
dinyalakan, misalnya kain yang permukaannya berbulu (napped, pile). Demikian pula
dengan kain yang struktur terbuka.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan tahan nyala api antara lain :
• Mudah terbakar (flammable), untuk kain yang meneruskan nyala api dengan cepat dan
apabila dijauhkan dari api kain akan terus terbakar.
• Anti nyala api (flame-proof), untuk kain yang tahan nyala api dan tidak meneruskan
nyala api, misalnya nyala api pada kain akan segera redam begitu api dijauhkan dari
kain.
• Tahan nyala api (flame-resistance), adalah nilai yang diperoleh pada uji kain yang
dinyatakan sebagai waktu (detik) yang diperlukan untuk meneruskan nyala api
sepanjang 100 inci kain kearah vertikal.
• Bahan asli anti nyala api (inherently flame proof), adalah bahan yang bersifat tahan
nyala api meskipun tidak diberi proses penyempurnaan anti nyala api.
• Bahan anti nyala api permanen (durably flame proof material) adalah kain yang tetap
tahan nyala api setelah proses pencucian yang berulang-ulang.
• Bahan anti nyala api sementara (temporally flame proof material), adalah kain yang
setelah proses pencucian berulang akan kehilangan sifat tahan nyala api.

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Mesin Padder - Batang pengaduk
- Mesin Stenter - Pipet ukur 10 mL
- Nampan - Bulb Filler
- Gelas piala 500 mL - Neraca
- Gelas ukur 100 mL - Alat uji bakar cara vertikal

3.1.2 Bahan
- Kain Kapas
- Resin Organo Posfat
- Teepol
- Na2CO3
- Air
3.2 Resep
3.2.1 Resep Penyempurnaan Tahan Api
- Resin Organo Posfat : 200-400-600 g/L
- WPU : 70%
- Drying : 100°C, 2 menit
- Curing : 180°C, 2 menit
3.2.2 Resep Pencucian
- Teepol : 1 cc/L
- Na2CO3 : 1 g/L
- Suhu : 70°C
- Waktu : 10 menit
IV. REAKSI YANG BERLANGSUNG

Crosslinking dengan Asam Posfat

V. DIAGRAM ALIR
Pembuatan Larutan Tolak Air

Padding (WPU 70%)

Drying (100°C)
Curing (180°C)

Pencucian Tanpa Pencucian

Uji Pembakaran
VI. TAHAPAN PROSES
6.1 Langkah Kerja
1. Alat, bahan serta mesin disiapkan.
2. Larutan dibuat dengan menambahkan resin organo posfat sesuai resep yang
ditentukan.
3. Kain kapas direndam dalam larutan kemudian diperas pada mesin padder.
4. Kain dikeringkan pada mesin stenter dengan suhu 100˚C selama 3 menit.
5. Kain dicurring pada mesin stenter dengan suhu 180˚C selama 3 menit.
6. Kain dibagi menjadi dua bagian, ada yang dilakukan pencucian pada suhu 70˚C
dengan waktu 10 menit dan ada yang tidak dilakukan pencucian.
7. Setelah pencucian, kain dikeringkan.
8. Kain dievaluasi dengan uji pembakaran.

6.2 Perhitungan Resep


6.2.1 Resep Penyempurnaan Tahan Api
Volume Air = 100 ml
200
Konsentrasi Resin 200 g/L = 1000 × 100 = 20 g
400
Konsentrasi Resin 400 g/L = 1000 × 100 = 40 g
600
Konsentrasi Resin 600 g/L = 1000 × 100 = 60 g

6.2.2 Resep Pencucian


Jumlah kain =3
Volume total air = 3 × 100 ml = 300 ml
1
Teepol = 𝑥 300 𝑚𝐿 = 0,3 𝑚𝑙
1000
1
Na2CO3 = 1000 𝑥 300 𝑚𝐿 = 0,3 𝑔
6.3 Fungsi Zat
• Resin Tahan Api : Sebagai zat yang akan berikatan dengan bahan tekstil
sehingga dapat memperlambat laju pembakaran pada bahan tekstil dengan
mekanisme tertentu berdasarkan unsur pembentuknya atau kandungannya..
• Teepol : Sebagai zat pencuci untuk menghilangkan sisa-sisa zat yang tidak
bereaksi dengan serat.
• Na2CO3 : Sebagai zat yang digunakan untuk pencucian dan sebagai pembentuk
suasana alkali.

VII. DATA PENGAMATAN


7.1 Waktu Nyala Api
Waktu nyala api (detik)
Konsentrasi (g/L)
Tanpa Pencucian Dengan Pencucian
0 27,11
200 1 detik 1 detik
400 < 1 detik 1 detik
600 < 1 detik < 1 detik

7.2 Panjang Arang


Panjang Arang (cm)
Konsentrasi (g/L)
Tanpa Pencucian Dengan Pencucian
0 28
200 19,5 21
400 14 16
600 10 11,5
VIII. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan penyempurnaan tahan api pada kain kapas dengan
variasi konsentrasi resin tahan api. Tahan api adalah istilah yang dipakai untuk
menerangkan sifat tidak mudah terbakar pada kain, dimana pembakaran berlangsung
lambat dan api akan mati dengan sendirinya bila sumber api ditiadakan. Penyempurnaan
tahan api diharapkan dapat mencegah bahan tekstil terbakar bila terkena api dan mencegah
bara api terus menyala pada sisa pembakaran.
Prinsip kerja penyempurnan tolak api yaitu resin asam fosfat akan bereaksi dengan
gugus-gugus utama dalam polimer-polimer serat, sehingga akan terjadi ikatan secara
kovalen antara polimer-polimer serat dengan resin. Kain yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah kain kapas, karena kapas memiliki nilai LOI yang kecil ( 18,4) sehingga
kain tersebut akan mudah terbakar dan pembakaran berlangsung secara cepat. Hal
tersebutlah yang menjadi pertanyaan, bagaimana variasi resin tahan api akan berpengaruh
terhadap sifat pembakaran kain kapas.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, kain yang memiliki ketahanan uji
nyala api yang paling baik adalah kain yang dilakukan penyempurnaan tahan api dengan
konsentrasi resin 600 g/L, sedangkan kain yang memiliki ketahanan uji nyala api yang
paling buruk adalah kain yang dilakukan penyempurnaan tahan api dengan konsentrasi
resin 200 g/L. Jika melihat data diatas, pengujian blanko konsentrasi 0 g/L, waktu nyala
api didapatkan hasil 27,11 detik dan panjang arang 28 cm. Terus terjadi peningkatan tahan
api seiring dengan bertambahnya konsentrasi resin. Maka semakin banyak resin yang
digunakan pada proses penyempurnaan, semakin banyak pula asam fosfat yang akan
berinteraksi dengan gugus – gugus hidroksil pada serat kapas pada saat fasa kondensasi
sehingga mempengaruhi reaksi pirolisis untuk menghasilkan produk samping yang tidak
mudah terbakar pada kapas. Jika melihat data diatas lebih dalam lagi, resin asam fosfat
tidak tahan terhadap pencucian. Hal tersebut disebabkan resin tidak berikatan lagi pada
serat yang menyebabkan panjang arang pada saat uji nyala api lebih panjang daripada yang
tidak dicuci. Namun, dapat disimpulkan semakin banyak resin asam fosfat yang
digunakan, maka semakin baik ketahanan terhadap api.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan tahan api, dapat disimpulkan semakin
tinggi penggunaan resin, maka ketahanan api pada kain pun semakin baik. Hal ini dapat
dilihat dari kain kapas dengan penggunaan konsentrasi resin 600 g/L memiliki nilai
ketahanan api yang paling baik diantara variasi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Susyami. 2005. Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
- Hendroyantopo. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
- Soeparman ,dkk,. Teknologi Penyempurnaan Tekstil, 1977, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung
- Teknologi Penyempurnaan Tekstil, 1998, Indarto, S.Teks, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Tekstil Bandung.
- Noerati. 2017. Bahan Ajar Serat Tekstil I. Bandung: Politeknik STTT Bandung.
- Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil. Bandung:
Institut Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai