Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1

Proses Penyempurnaan Tahan Api pada Kain Kapas, Poliester, dan Campuran

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1

Disusun oleh :

M.Daffa Amrullah (19420046)

Grup : 2K2

Dosen Pengampu :

Sukirman, S.ST., MIL


Brilyan M.R.R.,S.ST.
Nurfadhilah Ikhsani, S.Tr.Si

KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2021
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 MAKSUD
Melakukan penyempurnaan tahan api pada kain kapas, polyester, dan kain
campuran untuk menghasilkan kain yang tahan terhadap api.
1.2 TUJUAN
 Untuk mendapatkan kain yang mempunyai ketahan terhadap api yang
cukup baik
 Mengetahui pengaruh proses pencucian terhadap hasil akhir dari
penyempurnaan

II. TEORI PENDEKATAN


2.1 KAPAS

Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari
elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur
serat kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang melintang dan
membujur.

Derajat polimerisasinya sekitar 10.000 dengan berat molekul 1.580.000. Selulosa


mengandung gugus hidroksil yaitu 1 gugus promer dan 2 gugus sekunder. Dalam hal
morfologi serat penampang membujur serat kapas berbentuk pipih seperti pita
terpilin. Penampang melintangnya berbentuk seperti ginjal yang terdiri dari : kutikula,
dinding primer, lapisan antara, dinding sekunder dan lumen.

Sifat Fisika Serat Kapas

 Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
 Kekuatan serat / bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon / inci persegi.
Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
 Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.
 Keliatan (toughness) adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja.
 Kekakuan (stiffness) adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
 Moisture Regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%.
 Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56.
 Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang tegak
lurus adalah 1,53.
Sifat Kimia Serat Kapas
Bahan biasanya direndam dalam palung dan diperas lewat pemeras atau
mangel. Pemeras tersebut harus agar bahan yang dimpregnasi rata menurut lebarnya
dan tekanan dari rol mangel harus seragam. Tekanan normal adalah 6 – 10 ton
dibandingkan terhadap tekanan dari nipnya sendiri, yaitu 200 sampai 300 lb/in.
Regangan yang diberikan pada kain harus secukupnya untuk mencegah lipatan-
lipatan, tetapi tanpa tarikan, karena tarikan yang terlalu banyak dapat mencegah
masuknya resin.
a) Terhidrolisis dalam asam kuat sehingga kekuatan turun

b) Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa

Dan beberapa efek lainnya seperti :


 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
 Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
 Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
 Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
 Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
 Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
2.2 Penyempurnaan anti mengkeret pada kapas
Kain anti api atau tahan api adalah kain yang tidak meneruskan nyala api keluar
dari dearah yang hangus. Jadi proses penyempurnaan tahan api tidak dapat membuat
kain tidak dapat dibakar sama sekali. Perhatian terutama dicurahkan terhadap bahan
dari katun, karena sutera dan wol demgan sendirinya tidak meneruskan nyala api,
biasanya hanya mengarang dan meleleh.
Pada umumnya ada dua proses anti api yaitu :
 Pengendapan garam – garam larut
 Pengendapan senyawa – senyawa yang tak larut pada atau dalam kain
Pada proses pertama dapat digunakan natrium tungstat, ammonium posfat,
ammonium sulfat, ammonium chlorida, boraks, natrium silikat dan seng khlorida.
Garam – garam ini biasanya mempunyai titik leleh yang rendah sehingga dengan
adanya nyala api garam tersebut dapat segera meleleh dan meliputi bahan dengan
suatu lapisan seperti gelas yang tak dapat terbakar segera. Kemungkinan lain ialah
bahwa garam menghasilkan uap yang tak segera terbakar.
Hal ini terjadi pada proses Perkin yaitu kain diimpregnasidalam larutan
Natrium Stanat, dikeringkan kemudian dicelup kedalam larutan ammonium sulfat,
yang mengendapkan stannic khlorida pada serat.

III. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Gelas Kimia 600 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Pengaduk
4. Nampan plasktik
5. Mesin pader
6. Mesin stenter

BAHAN
1. Kain Kapas
2. Kain Poliester
3. Kain campuran Kapas – Poliester
4. Resin Tahan Api Leguard 700
5. Urea
6. Na2CO3
7. Sabun
3.2 DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan larutan tahan api

Perendaman bahan pada larutan tahan api

Padding (WPU : 70%)

Drying (100C, 2 menit)

Curing (170C, 2 menit)

Pembilasan

Evaluasi Kain (Uji sifat nyala)


3.3 RESEP
Resep anti api
 Resin Leguard 700 : 400 g/L
 Urea : 200 g/L
 WPU : 70%
 Suhu Drying : 100°C selama 1 menit
 Suhu Curing : 140°C selama 2 menitResep Pencucian
 Teepol : 2g/L
 Natrium Karbonat : 1g/L
 Suhu : 70C

Proses Pencucian
 Sabun : 1 g/L
 Na2CO3 : 1 g/L
 Vlot : 1:20
 Suhu : 60-70°C
 Waktu : 15 menit

3.4 FUNGSI ZAT


1. PVAc Resin Tahan Api : Berfungsi sebagai zat utama yang akan memberikan
sifat tahan api pada kain
2. Urea : Berfungsi untuk menjaga kestabilan dari larutan resin semaksimal
mungkin
3. Sabun : Menghilangkan zat-zat yang tidak bereaksi dan masih menempel pada
permukaan kain
4. Na2CO3 : Memberikan suasana alkali pada larutan pencucian

3.5 Skema Proses


3.6 Perhitungan Resep
Kebutuhan total larutan : 200 m
Perhitngan Variasi Resin anti mengkeret (PVAc)
 Resin anti mengkeret 10g/L : 10/1000 x 200 = 2 g
 Resin anti mengkeret 40g/L : 40/1000 x 200 = 8 g
 Resin anti mengkeret 80g/L : 80/1000 x 200 = 16 g
 Resin anti kusut : 20/1000 x 200 = 4 ml
 Katalis : 15/100 x 200 = 4 g

Perhitungan Resep pencucian


 Teepol : 2/1000 x 200 = 0,4 ml
 Natrium karbonat : 1/1000 x 200 = 0,2 g

IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum penyempurnaan kain tahan piini digunakan variasi jenis
kain yaitu kain kapas dan kain poliesterdengan resin acrilic fosfat (Pyroguard FP-
710). Suatu kain dilakukan penyempurnaan tahan apibertujuan agar kain tersebut
memiliki kemampuan untuk tidak meneruskan nyala api. Prinsip
kerjapenyempurnan tolak apiyaituresin acrilic fosfat akan bereaksi dengan gugus-
gugus utama dalam polimer-polimer serat sehingga terjadi ikatan secara kovalen
antara polimer-polimer serat dengan resin.
Dengan memvariasikan jenis kain yaitu kain kapas yangberasal dari serat
selulosa dan kain poliester, didapatkan hasil uji nyala apipada poliesterlebih baik
dibandingkan uji nyala apipada kapas. Kain poliester tanpa pencucianhasil uji
nyala api menunjukkan waktu yang paling sebentar, api yang menyala pada
kain berdurasi sangat singkat sehingga kain tidak meneruskan api yang
berartipenyempurnaan tahan api dengan resin acrilic fosfat kurang tahan
terhadap pencucian, sedangkan pada kain kapas hasil uji nyala api menunjukkan hasil
nyala api yang lama dan pada kain kapas setelah diberikan resin tetap
meneruskan api. Hal ini dapat disebabkantidak terjadinya reaksi antara resin
acrilic fosfat dengan polimer selulosa.
Namun resin acrilic fosfat ini cenderung tidak tahan terhadap pencucian.
Hal ini dapat dilihat dari hasil uji nyala api pada kain kapas maupun poliester
yang menghasilkan nyala apai yang lebih lama dibandingkan kain tanpa
proses pencucian. Hal ini menunjukkan resin yang berikatan pada serat telah hilang.
Maka berdasarkan hasil percobaan penyempurnaan tahan api ini, kain
poliester memiliki sifat tahan terhadap api yang lebih baik dibaningkan kain
kapas setelah dilakukan proses penambahan resin acrilic fosfat. Hal ini
disebabkanresin acrilic fosfat memiliki sifat gugusan yang cenderung hidrofob,
menyebabkan resin acrilic fosfat cenderung akan bereaksi dengan serat yang bersifat
hidrofob sehingga resin acrilic fosfat akan bereaksi dengan serat poliester dan
tidak terjadi reaksi antara resin acrilic fosfat yang bersifat hidrofob dengan serat
kapas yang bersifat hidrofil.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan penyempurnaan tahan api pada kain kapas
dan poliester dengan resin Acrilic Fosfat, dapat disimpulkan bahwa sifat tahan api
yang optimum terdapat pada kain poliester tanpa pencucian dengan waktu
pembakaran 0,55 detik dan panjang pembakaran 8,5 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Hendroyantopo S, Dkk. “Teknologi Penyempurnaan”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,


Bandung,1998.

Soeparman, Dkk. “Teknologi Penyempurnaan Tekstil”. Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1977.

Susyami, N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung
: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Soeprijono, P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

Suprapto, Agus, dkk. 2005. Teknologi Persiapan Penyempurnnaan. Bandung: Sekolah


Tinggi Teknologi Tekstil

Kemal, Noerati. Pengantar Mata Kuliah Serat Tekstil . Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Teksti

Anda mungkin juga menyukai