Anda di halaman 1dari 7

M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . .

(2017)

STUDI PENGGUNAAN RESIN BASE POLIURETAN DALAM PROSES


PENYEMPURNAAN ANTI-SNAGGING PADA PRODUK OUTDOR GEAR

*M.Rashid A, M.Arief H, Nur Adlina H, Rosi K, Siti Lia I.


Bidang Studi Kimia Tekstil, Politeknik STTT Bandung.
*Email : rashidalghifary48@Gmail.com

Abstract

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- --------------
------------------ ditulis inggris ---------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keyworsd :

1. Pendahuluan kain dan evaluasi penunjang yaitu


1.1. Latar Belakang penambahan berat.
Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak
lepas dari berbagai produk tekstil salah satunya 1.2. Tujuan
adalah tas, yang dapat digunakan untuk Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan titik
membawa berbagai macam barang. Dalam optimum dari penggunaan resin poliuretan
kegiatan outdoor seperti hiking, touring, dan terhadap ketahanan snag untuk pengaplikasian
lain sebagainya, maka dibutuhkan tas yang berupa tas outdoor.
tahan terhadap kerusakan mekanik. Untuk
memenuhi kualitas tersebut dibutuhkan 1.3. Hipotesa
penyempurnaan menggunakan resin Pemakaian resin poliuretan pada kain untuk tas
poliuretan. outdoor dimungkinkan akan meningkatkan
kualitas terhadap kerusakan – kerusakan
Resin base poliuretan dibuat dari monomer- mekanik berupa tusukan dan cabikan.
monomer uretan dan beberapa monomer yang
mengandung grup uretan. Senyawa uretan 2. Tinjauan Pustaka
mempunyai sifat termolastik, tahan terhadap air 2.1. Serat Poliester
dan mempunyai berat jenis yang rendah serta Poliester adalah suatu polimer yang
memiliki modulus elastis yang cukup baik. mengandung gugus fungsional ester dalam
Resin yang dilapiskan pada kain akan rantai utamanya. Serat Poliester merupakan
dihasilkan reaksi polimerisasi kondensasi pada serat buatan yang dibuat dengan mereaksikan
permukaan kain (terbentuk film) dan bersifat Asam Tereftalat dengan Etilena Glikol dan
thermosetting yaitu akan mengeras pada waktu proses pembuatannya dengan pemintalan leleh
pemanasan dan tetap keras pada waktu dingin. dimana reaksi dari asam tereftalat dengan
Untuk melihat pengaruh penggunaan resin etilena glikol akan dihasilkan chip serat yang
poliuretan dilakukan pengujian snagging pada padat berbentuk butiran selanjutnya akan

© Copyright Politeknik STTT Bandung 1


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

dilelehkan dan dilakukan proses penarikan 4) Ketahanan zat kimia


untuk menghasilkan serat tekstil. Pada industri Serat poliester memiliki sifat kimia yang
pemintalan polister yang modern, bahan baku berhubungan dengan ketahanannya terhadap
pemintalan leleh tidak lagi berbahan baku chip zat kimia, diantaranya:
poliester, melainkan dapat berasal dari  Tahan terhadap asam kuat pada suhu
monomer atau bahkan senyawa asam tereftalat kamar dan pada asam lemah suhu
dan etilena glikol langsung sebagai bahan baku mendidih.
monomer, sehingga proses produksi bisa  Tahan terhadap alkali lemah pada suhu
berjalan lebih singkat dan efisien. kamar, tetapi kurang tahan terhadap alkali
kuat pada suhu mendidih.
 Tahan terhadap pelarut organik, sabun,
alkohol dan oksidator.

Gambar 2-1. Struktur Serat Poliester


2.2. Serat Kapas
Serat kapas merupakan produk yang berharga
2.1.1. Sifat – sifat
karena hanya sekitar 10% dari berat kotor
1) Kekuatan dan mulur
(bruto) produk hilang dalam pemrosesan.
Poliester mempunyai kekuatan dan mulur dari
Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-
4,5gram/denier dan 25% sampai 75
lain residu disingkirkan, sisanya adalah
gram/denier dan 7,5% bergantung pada
polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini
jenisnya. Kekuatan dan mulur dalam keadaan
tersusun sedemikian rupa sehingga kekuatan,
basahnya sama dengan dalam keadaan
daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang
keringnya.
baik.
2) Moisture Regain
Pada kondisi standar yaitu RH 65% dan suhu
27oC, moisture regain serat poliester hanya
0,4% sedangkan pada RH 100% moisture Gambar 2-2. Struktur Serat Selulosa
regain serat poliester mencapai 0,6-0,8%
3) Mengkeret 2.2.1. Sifat-sifat
Benang poliester apabila dalam air mendidih 1) Kekuatan dan mulur
akan mengkeret sampai 7% atau lebih. Tetapi Kekuatan dan mulur serat kapas 3-3.5 g/dtex
apabila kain sebelumnya telah di “heat set” atau dan 4 – 13 % , dengan kekuatan per bundel
pemantapan panas, didalam air mendidih rata-rata adalah 96.700 pound per inci2 dengan
ataupun pelarut-pelarut untuk pencucian kering minimum 70.000 dan maksimum 116.000
pada titik didih tidak akan mengkeret. Heat set pound per inci2. Kekuatan serat kapas pada
akan menstabilkan dimensi kain poliester. Heat keadaan basah makin tinggi.
set ini dilakukan dengan cara mengerjakan kain 2) Moisture regain
dalam dimensi yang telah diatur (biasanya Serat kapas mempunyai afinitas yang besar
dalam bentuk lebar) pada suhu 30-40oC lebih terhadap air, dan air mempunyai pengaruh
tinggi dari suhu penggunaan kain sehari-hari, yang nyata pada sifat-sifat serat. Moisture
untuk pakaian biasanya pada suhu 190-230oC. regain serat bervariasi dengan perubahan

© Copyright Politeknik STTT Bandung 2


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Jumlah pemakaianya tergantung pada struktur


Moisture regain serat kapas pada kondisi kain.
standar berkisar antara 7 – 8,5 %.
Resin film terbentuknya bila sejumlah molekul
3) Ketahanan kimia
sederhana dengan berat molekul rendah
Serat kapas memiliki sifat kimia yang
bergabung membentuk molekul yang jauh
berhubungan dengan ketahanannya terhadap
lebih panjang. Karena karakter–karakter
zat kimia, diantaranya:
tersebut, resin base poliuretan cocok
 Beberapa zat pengoksidasi atau
digunakan untuk membuat bahan–bahan
penghidrolisa menyebabkan kerusakan
manufaktur termasuk coating tekstil.
dengan akibat penurunan kekuatan.
 Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-
ikatan glukosa, dalam rental selulosa
membentuk hidroselulosa.
 Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada
Gambar 2-3. Struktur Base Poliuretan
kapas, kecuali larutan alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat, 2.4. Penyempurnaan Anti Snagging

seperti dalam proses mempercerisasi. Pada kain sintetik khususnya kain dengan

 Pelarut-pelarut yang biasa dipergunakan konstruksi anyaman jarang (renggang),

untuk kapas adalah kupramonium hidroksida gesekan – gesekan selama pemakaian dapat

dan kuprietilena diamina. menyebabkan benang – benang filamen

 Kapas mudah diserang oleh jamur dan penyususnya keluar dari kedudukanya dan

bakteri, terutama pada keadaan lembab dan dapat merubah pola anyaman seperti timbulnya

pada suhu yang hangat. pile pada kain sehingga tetal kain berbeda.
Selain itu pada saat proses garmen, terjadinya

2.3. Resin Poliuretan tarikan – tarikan benang pada kain yang terbuat

Resin base poliuretan dibuat dari monomer- dari benang staple akan menyebabkan

monomer uretan dan beberapa monomer yang permukaan kain menjadi kasar. Efek dari

mengandung grup uretan. Senyawa uretan tarikan – tarikan pada benang tersebut dikenal

mempunyai sifat termolastik, tahan terhadap air dengan istilah snagging. Hal tersebut dapat

dan mempunyai berat jenis yang rendah serta membuat mutu produk garmen menjadi jelek.

memiliki modulus elastis yang cukup baik. Oleh karena itu kain yang terbuat dari benang

Resin yang dilapiskan pada kain akan staple perlu dilindungi dari bahaya snagging

dihasilkan reaksi polimerisasi kondensasi pada tersebut.

permukaan kain (terbentuk film) dan bersifat


thermosetting yaitu akan mengeras pada waktu Snag adalah benang atau bagian dari benang

pemanasan dan tetap keras pada waktu dingin. yang tertarik atau tercabut dari permukaan

Dispersi poliuretan ini bersifat kompatibel jika kain. Klasifikasi snag sebagai berikut :

digabung dengan zat penyempurnaan lainya.  Snag yang mempunyai protusion dan tidak
ada distortion

© Copyright Politeknik STTT Bandung 3


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

 Snag yang mempunyai distortion dan tidak 2.4.1. Mekanisme Pelapisan Tipis
ada protrusion Dengan adanya resin yang membentuk ikat
 Snag yang mempunyai distortion dan silang kopolimer uretan maka akan terbentuk
protrusion suatu lapisan film yang tipis. Proses
Pembentukan lapisan film dari resin poliuretan
Protrusion (tonjolan) adalah sekumpulan serat. dapat dijelaskan sebagai berikut :
Benang dan bagian dari benang yang nampak
menonjol di atas permukaan kain. Distortion
(pergeseran) adalah cacat yang nampak pada
permukaan susunan kain, berupa adanya
pergeseran dan penyimpangan ukuran
anyaman dalam kain atau berupa putusnya
benang dalam kain tenun, tetapi tidak menonjol
di atas permukaan kain.
Gambar 2-4. Pembentukan Lapisan Film dari

Dengan demikian, masalah snagging dapat Resin Poliuretan

diatasi dengan melakukan penyempurnaan


pelapisan untuk melindungi serat dalam Pada Gambar 2-4 (a), terlihat larutan yang

benang sehingga efek dari tarikan-tarikan pada terdiri dari partikel dispersi prakondensat

serat atau benang dapat dihindari dan tidak poliakrilat dan cairan berada di atas permukaan

menyebebkan pegangan kain menjadi kasar. subtrat (kain). Penguapan sebagian air mulai
terjadi pada Gambar 2-4 (b) diakibatkan

2.5. Pelapisan tipis adanya suhu pemanasawetan sehingga

Pelapisan tipis (fine coating) adalah pemberian partikel-partikel prakondensat poliakrilat mulai

polimer tinggi pada bahan tekstil dalam bentuk merapat. Pada Gambar 2-4 (c), terjadi

larutan dan/atau dispersi dalam air umumnya pengupan air lebih lanjut dan perubahan

lebih disukai karena lebih aman dan ramah partikel prakondensat poliakrilat yang semakin

lingkungan. Pelapis umumnya adalah polimer rapat dan terjadi proses polimerisasi. Partikel –

tinggi berupa prakondensat dan poliakrilat. partikel ini menempati ruang kosong yang

Poliuretan dan polisiloksan. ditinggalkan air dan terbentuk lapisan film dan
pra-ikatan silang tiga dimensi dengan serat.

Efek yang dipengaruhi pada bahan tekstil Serta Gambar 2-4 (d) memperlihatkan

melalui penyempurnaan pelapisan tipis ini terbentuknya lapisan film kering yang homogen

adalah permukaan kain menjadi halus dan karena terjadinya polimerisasi maksimal dan

mengkilap pegangan lentur hingga kaku efek – perpecahan partikel – partikel prakondensat

efek tersebut dapat tahan terhadap pencucian poliakrilat.

dan pencucian kering.

© Copyright Politeknik STTT Bandung 4


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

3. Metode Penelitian 3.4.2. Cara pengujian


3.1. Material dan Peralatan 1) Pasang contoh uji pada drum silinder yang
Dalam penelitian kali ini digunakan material
berbentuk tabung dengan bagian muka kain
berupa penggunaan resin dengan base
poliuretan, kain T/C dengan (berat 152g/m 2, menghadap keluar.
No.Benang pakan 38, No.Benang lusi 30, tetal 2) Pastikan kedua ujung jahitan tidak
lusi 36hl/cm, tetal pakan 25hl/cm ) konstruksi menumpuk pada satu sisi.
anyaman keper. Serta peralatan seperti Mesin
3) Pasang karet gelang pada masing-masing
Stenter, Padder, Gelas kimia, Neraca digital.
sisi contoh uji tersebut sehingga permukaan
3.2. Desain Penelitian kain diatas drum silinder benar-benar rata.
Percobaan dilakukan pada kain poliester/kapas 4) Atur counter pada posisi 600 putaran dan
dengan anyaman kepper yang telah mengalami
proses pesiapan penyempurnaan dan jalankan alat uji sehingga drum berputar.
pencelupan dengan zat warna dispersi dan 5) Setelah alat berhenti, lepaskan contoh uji
reaktif panas. Pengerjaan percobaan akan dari drum silinder.
dilakukan di laboratorium pencapan dan
6) Bandingkan hasil uji dengan foto standar
penyempurnaan Politeknik STTT, untuk
pegerjaan pengujian dilakukan pada snag dalam kotak pengamatan (viewing
laboratorium uji fisika Balai besar Tekstil cabinet). Amati bila ada perubahan warna.
KemenPerin.
7) Lakukan pengujian untuk contoh uji
-------------------------------------------------------------- selanjutnya.
--------------------------------------------------------------
3.4.3. Analisa hasil
--------------------------------------------------------------
------------------------------------------------- ditulis Kain hasil uji snag ditutup dengan karton hitam
rangkaian/diagram alir (gambar/foto) dan
yang berlubang sesuai ukuran photo standar
penjelasanya--------------------------
-------------------------------------------------------------- snag 100mm x 120mm, skala tingkat
-------------------------------------------------------------- penilaiannya adalah sebagai berikut;
---------------
 Nilai 5 sesuai dengan foto standar snag no
3.3. Resep 5 : tidak ada snag (no snagging);
--------------------------------------------------------------
 Nilai 4 sesuai dengan foto standar snag no
--------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------- 4 : sedikit ada snag (slight snagging);
---------------- ditulis resep opimum resin dan
celup-------------------------------------------------------  Nilai 3 sesuai dengan foto standar snag no
----------- 3 : snag sedang (moderate snagging)

3.4. Pengujian Snagging (ASTM  Nilai 2 sesuai dengan foto standar snag no
3.4.1. Prinsip Pengujian 2 : banyak snag (severe snagging)
Contoh uji dimentuk menyerupai tabung  Nilai 1 sesuai dengan foto standar snag no
dipasang pada drum silinder alat uji snagging 1 : sangat banyak snag (very severe
(mace snag tester) yang berputar bersamaan snagging)
dengan bergeraknya bandul berpaku (spiked
ball) di atas contoh uji secara bebas dan tidak Apabila hasil pengujian kenampakan nilai snag
beraturan. Kemudian dilakukan penilaian pada contoh uji tersebut berada di antara dua
secara visual dengan membandingkan tingkat skala nilai standar, maka penilaiannya adalah
kerusakan contoh uji terhadap Foto Standar sebagai berikut:
Snag dengan skala dari 1 sampai dengan 5.  1-2 diatara nilai 1 dan 2;

© Copyright Politeknik STTT Bandung 5


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

 2-3 diatara nilai 2 dan 3; poliuretan sebanyak 64% untuk dijadikan


 3-4 diatara nilai 3 dan 4; bahan membuat produk anti snagging.
 4-5 diatara nilai 4 dan 5; Penambahan berat bahan tersebut terjadi
Apabila dari 2 contoh uji perbedaan nilainya karena adanya resin yang membentuk ikat
lebih dari 1 tingkat, maka ulangi pengujian silang kopolimer uretan sehingga akan
dengan contoh uji baru, kemudian keempat terbentuk suatu lapisan film yang tipis pada
hasil uji tersebut dihitung rata-ratanya sampai permukaan bahan. Proses pembentukan
0,1 skala terdekat. lapisan film dari resin poliuretan dapat dilihat
pada gambar dibawah ;

4. Hasil dan Pembahasan


Percobaan yang dilakukan yaitu studi
penggunaan resin base poliuretan dalam
proses penyempurnaan anti-snagging pada
produk outdor gear. Snag adalah benang atau
bagian dari benang yang tertarik atau tercabut
dari permukaan kain, sehingga masalah
snagging dapat diatasi dengan melakukan
penyempurnaan pelapisan untuk melindungi Gambar 2-4. Pembentukan Lapisan Film dari
serat dalam benang sehingga efek dari tarikan- Resin Poliuretan
tarikan pada serat atau benang dapat dihindari
dan tidak menyebebkan pegangan kain 5. Kesimpulan
menjadi kasar. Pada percobaan dilakukan evaluasi pengujian
Kain yang digunakan pada percobaan ini anti-snagging dengan menghasilkan nilai
adalah jenis Poliester-Kapas (T/C). Sebelum sebagai berikut :
dilakukan proses penyempurnaan anti-
snagging dilakukan terlebih dahulu proses TABLE NILAI UJI

pencelupan dengan zat warna reaktif (Remazol Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan
Deep Black N 150 % Grad) dan zat warna bahwa pemakaian resin poliuretan pada kain
disperse (Disperi Black Ex-Sf 300 %). untuk tas outdoor dapat meningkatkan kualitas
Pada awal proses penyempurnaan anti- terhadap kerusakan – kerusakan mekanik
snagging dilakukan dengan memvariasikan berupa tusukan dan cabikan.
konsentrasi resin poliuretan dengan
konsentrasi 4 %; 8 %; 16 %; 32 %; dan 64 %
--------------------------------------------------------------
untuk mengetahui kondisi optimum. Dihasilkan --------------------------------------------------------------
konsentrasi optimum terdapat pada --------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------
penggunaan konsentrasi 64 %. Hal tersebut ------------------------------------------ ditulis
dikarenakan pada saat pengujian terhadap simpulan hasil pengujian dan kesesuaian dg
hipotesis----------------------------------
penambahan berat bahan mendapatkan hasil --------------------------------------------------------------
yang paling baik diantara yang lainnya. Oleh --------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------
karena itu digunakan konsentrasi resin

© Copyright Politeknik STTT Bandung 6


M.Rashid A, M.Arief H,Nur Adlina, dkk | Studi Penggunaan Resin Base Poliuretan . . . . . . (2017)

-------------------------------------------------------------- Sifat Fisik Kain Rajut Poliester Yang Dicelup


---------------------- Zat warna Dispersi Golongan Azo.
Daftar Pustaka
Bandung: STTT.
Agustina, E. K. (2010). Pengaruh Konsentrasi
Zat Pelemas Silikon (soft silicone E-28) MUHAMMAD QAMAR TUSIEF, e. (2013).
Pada penyempurnaan Anti Snagging Kain Fabric Tensile Strength as Affected by
Rajut Poliester Dengan Resin Poliakrilat Different Anti pilling Agents at Various
(meikaset N-100). Bandung: STT Tekstil. Concentration and pH Levels.
J.Chem.Soc.Pakistan, 238-242.
BASF Aktiengesellschaft . (2000). Technical
Information BASF Products For Resin MUHAMMAD QAMAR TUSIEF, N. M. (2012).
Finishing. Ludwigshafen: BASF. Effect of Different Anti Pilling Agents to
reduce Pilling on Polyester/ Cotton Fabric .
Chen, M. S. (1990). The Crosslinking
Journal Chem-Soc Pakistan, 53-56.
Structures And Physical Properties Of The
Cotton Fabrics Treated With Two-Step Wet- NM Susnyami H, d. (2005). Bahan Ajar Praktek
Cure or Poly-Set process. Taipei: National Evalusi Kain. Bandung: STT Tekstil.
Taiwan Institute of Technology.
NM Susnyami H, d. (2016). Bahan Ajar
M Akaydin, e. (2015). Effect of finishing on Penyempurnaan Tekstil 1. Bandung: STTT.
performance characteristics of woven and
Standar Nasional Indonesia. (2008). SNI
warp-knitted terry fabrics . Indian Journal of
7271:Kain-cara uji snagging-metode bandul
Fibre & Textile Research, 301-307.
berpaku (mace snag). Jakarta: BSNI.
Maula, Z. (2013). Pengaruh Konsentrasi Resin
Standar Nasional Indonesia. (2009). SNI
Kopolimer Etilen-Vinil Asetat pada
0276:Cara uji kekuatan tarik dan mulur kain
Penyempurnaan Anti Snagging Terhadap
tenun. Jakarta: BSNI.

© Copyright Politeknik STTT Bandung 7

Anda mungkin juga menyukai