Anda di halaman 1dari 7

Ketahanan Bending Komposit Matriks Poliester Berpenguat Serat Sabut

Kelapa
Romels Lumintang, Fentje A. Rauf, Gerits D. Soplanit
Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah serat sabut kelapa dan Polyester BQTN 157 sebagai
matriks. Pembuatan komposit dengan cara hand lay-up pada cetakan spesimen pengujian bending menurut
standar ASTM D 6110.
Hasil penelitian dengan objek komposit serat sabut kelapa untuk mengetahui nilai pengujian kekuatan
bending diantara fraksi volume 0% serat 100% resin, 10% serat 80% resin, 20% serat 80% resin, 30% serat 70%
resin, 40% serat 60% resin, 50% resin 50% serat, 60% resin 40% serat dan 70% Serat 30% resin pada
spesimen. Hasil optimal pengaruh variasi serat dan resin terhadap ketahanan bending akan didapatkan pada
komposisi 30:70, 40:60, 50:50 dan 60:40.
Kata kunci: ketahanan bending, matriks poliester, serat sabut kelapa,

1.PENDAHULUAN perlakuan (treatment) untuk menghilangkan


1.1 Latar Belakang pengotor pada permukaan serat. Langkah
Berdasarkan data diatas Sulut dalam berikutnya adalah proses pencetakan dengan
angka tahun 2011, Provinsi Sulawesi Utara sebagai polimer poliester hingga komposit ini melewati
daerah dengan julukan Nyiur Melambai memiliki proses curing sehingga pengeluaran dari cetakan
areal perkebunan sekitar 267.350,79 ha sehingga untuk dilakukan tahap pengujian sifat mekanik.
memiliki potensi dari hasil perkebunan kelapa yang
sangat besar. Potensi ini terdiri buah kelapa untuk 1.2 Perumusan Masalah
kopra, tempurung kelapa untuk bahan arang aktif Berdasarkan latar belakang permasalahan yang
serta sabut untuk bahan baku serat sabut kelapa . diuraikan di atas, maka permasalahan dalam
Jika panen buah kelapa rata-rata 5,6 ton per hektar penelitian ini adalah bagaimana ketahanan bending
pertahun, jika setiap buah kelapa 35 persen dari dari material komposit matriks poliester berpenguat
setiap buah maka terdapat sekitar 1,7 ton limbah seart sabut kelapa.
sabut kelapa yang dihasilkan. Hal yang menjadi
masalah dari limbah sabut kelapa ini adalah belum 1.3 Tujuan Penelitian
dimanfatkan secara optimal sehingga menaikkan Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh nilai
nilai ekonomi dari sabut kelapa. ketahanan bending dari material komposit matriks
Pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi poliester berpenguat seart sabut kelapa.
serat sabut kelapa sebagai material penguat
komposit polimer poliester menjadi tantangan 1.4 Batasan Masalah
peneliti untuk mengangkat topik penelitian ini. Untuk mengkonsentrasikan pembahasan
Melalui teknologi rekayasa material teknik limbah maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
serat sabut kelapa dapat dihasilkan material 1. Polimer yang digunakan sebagain matriks
komposit. Material komposit diketahui mempunyai adalah poliester BQTN 157.
sifat–sifat yang unggul dibandingkan dengan 2. Sifat mekanik yang ditinjau adalah kekuatan
material awal komposit antara lain rasio antara bending
kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, kaku, 3. Cetakan bahan komposit mengikuti standar
proses pembuatannya sangat sederhana serta tahan ASTM D790-02
terhadap korosi dan beban lelah. Penelitian tentang 4. Limbah serat sabut kelapa diambil dari
material komposit hibrid poliester berpenguat perkebunan kelapa di desa Kaleosan
serbuk batang dan serat sabut menunjukkan nilai kecamatan Kalawat kabupaten Minahasa Utara
optimum tegangan tarik pada berada pada 1.5 Manfaat Penelitian
komposisi 10% berat serbuk gergaji batang kelapa Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari
dan 30 % serat sabut kelapa (Romels, dkk 2011). penelitian ini adalah:
Ada beberapa teknologi produksi pembuatan 1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian
material komposit yang dapat diaplikasikan dalam sejenisnya dalam rangka pengembangan
pembuatan komposit serat sabut kelapa skala pengetahuan tentang komposit polimer serat
industri kecil salah satunya metode pembuatan sabut kelapa.
dengan hand lay-up. Pada metode hand lay-up ini 2. Sebagai masukan serta informasi dalam
proses awal dimulai dengan persiapan dan meningkatkan kualitas produk dari proses
penyusunan serat sabut kelapa untuk memudahkan pembuatan komposit polimer serat sabut
dalam proses pencetakan selanjutnya diberikan kelapa.

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 88


3. Memberikan masukan prosedur proses
produksi komposit metode hand lay-up, 2.2 Bahan Penguat
sehingga menjadi acuan untuk pembuatan Bahan penguat yang digunakan sebagai
komposit dengan bahan dasar yang berbeda. penguat komposit sangat beragam yang antara lain
terdiri atas bahan reinforced sintesis dan alami.
2.TINJAUAN PUSTAKA Penambahan pengisi bertujuan untuk mengurangi
2.1 Material Komposit biaya, mewarnai atau menguatkankan bahan
Material komposit adalah material yang polimer. Secara umum, keupayaan penguat suatu
terdiri dari lebih dari satu macam material yang pengisi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
tetap terpisah dan berbeda dalam level ukuran dan luas permukaan, bentuk dan struktur
makroskopik selagi membentuk komponen tunggal. permukaaan serta aktifitas dan sifat-sifat kimia
Komposit berasal dari kata “to compose” yang permukaaan. Bahan pengisi dapat diklasifikasikan
berarti menyusun atau menggabung yang dapat menurut gambar berikut ini.
diartikan secara sederhana bahan komposit berarti
bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang
berbeda yang dicampur secara makroskopis. Jadi
secara sederhana bahan komposit berarti
merupakan bahan gabungan yang terdiri dari dua
atau lebih bahan yang berlainan.
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan
komposit adalah tunggal namun terdapat paling
tidak, terdapat dua unsur yang bekerja bersama
untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda
terhadap sifat unsur bahan penyusunnya. Material
komposit terdiri lebih dari satu tipe material dan
dirancang untuk mendapatkan kombinasi
karakteristik terbaik dari setiap komponen Gambar 2.2 Klasifikasi Bahan Pengisi Komposit
penyusunnya. Material komposit memiliki banyak
keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, Salah satu serat alam yang memiliki
kekuatan dan ketahanan yang lebih tinggi karakteristik istimewa yang dapat digunakan
terhaadap korosi dan aus ( Smallman & Bishop sebagai bahan penguat adalah serat sabut kelapa
2000 ) yang dapat menjadi dengan berbagai keunggulan
yang dapat dimanfaatkan.
Kelapa (Cocos nucifera L) adalah tanaman
perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari
family Palmae. Sifat-sifat serat kelapa dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Sifat Mekanis Serat Kelapa

Gambar 2.1 Pembagian bahan komposit


(Schwartz, 1992 )
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar
3.1, komposit dapat dibagi lima (5) berdasarkan
konstituennya yaitu (Schwartz, 1992) :
a. Komposit serat yang terdiri dari serat dengan
atau tanpa matriks
b. Komposit flake yang terdiri dari flake dengan
atau tanpa matriks
c. Komposit partikel yang terdiri dari partikel
dengan atau tanpa matriks
d. Komposit rangka (komposit terisi) yang terdiri
dari matriks rangka selanjar yang terisi dengan
bahan kedua
e. Komposit laminat yang terdiri dari konstituen
lapisan atau laminat.

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 89


3.2 Bahan Pengisi  Resin yang dipakai perlu memiliki
Berbagai jenis pengisi digunakan dalam viskositas rendah, dapat sesuai dengan
polimer alamiah dan polimer bahan penguat.
Dari klasifikasi serat selulosa maka serat sabut  Mempunyai penyusutan yang kecil saat
kelapa termasuk salah satu serat yang alam ini pencetakan.
seperti ditunjukkan pada gambar 2.11.  Memiliki kelengketan yang baik dengan
bahan penguat.
 Mempunyai sifat yang baik untuk
diawetkan.
Berdasarkan bentuk dari matriksnya, komposit
dapat dibedakan menjadi :
1. Polymer Matrix Composite (PMC)
Istilah polimer dapat diartikan sebagai
molekul besar yang terbentuk dengan pengulangan
unit-unit molekul yang disebut monomer. Polimer
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata , yaitu : poly berarti banyak dan meros berarti
bagian-bagian atau unit-unit dasar. Jadi polimer
adalah molekul-molekul yang terdiri atas banyak
bagian-bagian. PMC merupakan matriks yang
paling umum digunakan pada material komposit.
Karena memiliki sifat yang lebih tahan karat,
korosi dan lebih ringan. Matriks polymer terbagi 2
Gambar 2.11 Klasifikasi Serat Alam yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya
Sumber: Tudu,P. 2009 polymer termoset tidak dapat didaur ulang
sedangkan termoplastik dapat didaur ulang
2.3 Matriks sehingga lebih banyak digunakan belakangan ini.
Matriks adalah fasa dalam komposit yang
mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar
(dominan). Matriks mempunyai fungsi sebagai
mentransfer tegangan ke serat, membentuk ikatan
koheren permukaan matrik/serat, melindungi serat,
memisahkan serat, melepas ikatan, dan stabil
setelah proses manufaktur. Beberapa syarat untuk
dapat memperkuat matriks antara lain :
1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi
2. Kekuatan lentur yang tinggi
3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus Gambar 2.3 : Klasifikasi polimer untuk matrik
relatif sama komposit
4. Mampu menerima perubahan gaya dari Sumber : Matthews dan Rawlings
matriks dan mampu menerima gaya yang
bekerja padanya.
Menurut Gibson (1994), bahwa matrik Matriks polyester termasuk matriks dari
dalam struktur komposit dapat berasal dari bahan bahan polimer yang paling banyak digunakan
polimer, logam, maupun keramik. Menurut terutama untuk aplikasi konstruksi ringan, selain itu
Diharjo (1999) pada bahan komposit matrik harganya murah, resin ini mempunyai karakteristik
mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut : yang khas yaitu dapat diwarnai, transparan, dapat
 Matrik memegang dan mempertahankan serat dibuat kaku dan fleksibel, tahan air, tahan cuaca
pada posisinya. dan bahan kimia. Polyester dapat digunakan pada
 Pada saat pembebanan, merubah bentuk dan suhu kerja mencapai 79 o C atau lebih tergantung
mendistribusikan tegangan ke unsur utamanya partikel resin dan keperluannya (Schward, 1984).
yaitu serat. 2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix
 Memberikan sifat tertentu, misalnya ductility, Composites – MMC)
toughness dan electrical insulation. Metal Matrix composites adalah salah satu
Dalam memilih bahan komposit agar jenis komposit yang memiliki matrik logam.
dapat memperkuat matriks dari komposit perlu Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun
diperhatikan persyaratan sebagai berikut (Saito, 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous
1993) : Filamen MMC yang digunakan dalam aplikasi
penerbangan.

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 90


3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix ρc :density komposit
Composites – CMC) Vf : fraksi volume serat
CMC merupakan material dua fasa dengan Vm : fraksi volume matriks
satu fasa berfungsi sebagai reinforcement dan satu vf : volume serat
fasa sebagai matriks, dimana matriksnya terbuat vm : volume matriks
dari keramik. Reinforcement yang umum
digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan 2.6 Kekuatan Bending
nitrid. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu Pengujian kekuatan lentur/bending dimaksudkan
dengan proses dimox, yaitu proses pembentukan untuk mengetahui ketahanan komposit terhadap
komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam pembebanan pada titik lentur. Disamping itu
untuk pertumbuhan matriks keramik disekeliling pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
daerah filler (penguat). keelastisitasan suatu bahan. Pada pengujian ini
2.4 Katalis terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang
Katalis merupakan bahan kimia yang arahnya tegak lurus terhadap arah penguatan serat.
ditambahkan pada matrik resin yang bertujuan Pembebanan yang diberikan yaitu pembebanan
untuk proses pembekuan matrik. Katalis adalah dengan titik lentur, dengan titik sebagai bahan
suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju penahan dan titik pembebanan diletakan pada
suatu reaksi tanpa bahan tersebut menjadi ikut pertengahan panjang sampel. Persamaan berikut
terpakai; dan setelah reaksi berakhir, bahan digunakan untuk memperoleh nilai kekuatan lentur.
tersebut akan kembali kebentuk awal tanpa terjadi
perubahan kimia. Katalis yang digunakkan untuk
poliester tak jenuh adalah Methyl Ethhyl Ketone  Momen bending
Peroxide (MEKP).Bahan ini digunakan untuk …………………………(2.4)
penggunaan setting dingin. Kecepatan resin untuk
menjadi padat pada proses curing dapat dikontrol  Tegangan Bending
dengan pemberian katalis yaitu sebesar 0,5% …………………………(2.5)
sampai dengan 3% dari jumlah fraksi volume  Modulus Elastisitas Bending
matrik. Penambahan katalis yang terlalu sedikit
…………………………(2.6)
mengakibatkan proses curing tidak sempurna
(Saito, 1993 : 257). Penggunaan katalis dapat  Momen Inersia
menurunkan tingkat aktifasi energi yang …………………(2.7)
dibutuhkan, membuat reaksi terjadi lebih cepat atau  Kekakuan Bending
pada suhu yang lebih rendah. D= E x I …………………………(2.8)
Dimana :
2.5 Fraksi volume σ = Tegangan lentur ( )
Jumlah kandungan serat dalam komposit, P = gaya penekan (N)
merupakan hal yang menjadi perhatian khusus pada L = jarak dua penumpu (mm)
komposit berpenguat serat. Untuk memperoleh b = lebar sampel (mm)
komposit berkekuatan tinggi, distribusi serat d = tebal sampel uji (mm)
dengan matrik harus merata pada proses δ = defleksi (mm)
pencampuran agar mengurangi timbulnya void.
Untuk menghitung fraksi volume, parameter yang
harus diketahui adalah berat jenis resin, berat jenis 3.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
serat, berat komposit dan berat serat. Adapun fraksi 3.1 Tujuan Penelitian
volume yang ditentukan dengan persamaan Sesuai dengan tujuan yang tercantum
(Harper, 1996) : dalam usulan kegiatan penelitian maka tujuan dari
…..(2.1) penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai
………..(2.2) ketahanan bending dari material komposit matriks
poliester berpenguat serat sabut kelapa. Ketahanan
Jika selama pembuatan komposit bending ini antara lain:
diketahui massa fiber dan matrik, serta density 1. Momen Bending.
fiber dan matrik, maka fraksi volume dan fraksi 2. Tegangan Bending.
massa fiber dapat dihitung dengan 3. Modulus Elastisitas
persamaan(Shackelford,1992) : 4. Momen Inersia dan
⁄ 5. Kekakuan Bending.
……(2.3)
⁄ ⁄ Sifat-sifat mekanik ketahanan bending ini diperoleh
dimana : Wf : fraksi berat serat melalui pengujian material komposit dengan uji
wf : berat serat bending.
wc : berat komposit Berdasarkan pencapaan tujuan penelitian
ρf :density serat ini maka dibuatlah artikel ilmiah yang berisi

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 91


rangkuman hasil penelitian yang akan diterbitkan sehingga perlu disusun suatu rancangan penelitian
dijurnal Nasional ber-ISSN tidak terakreditasi yaitu untuk menjamin bahwa perubahan variabel terikat
Jurnal Tekno Mesin Edisi bulan Oktober 2019. Hal hanya karena pengaruh variabel bebas. Maka jenis
ini dibuktikan dengan surat keterangan dari penelitian yang digunakan adalah penelitian
Redaksi Jurnal yang menerangkan bahwa jurnal eksperimental.
penlitian ini sudah diterima dan sementara direview Prosedur yang dilaksanakan dari peelitian ini
oleh reviewer jurnal. mengikuti tahapan penelitian dengan alur seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.1. Penjelasannya
3.2 Manfaat Penelitian sebagai berikut:
Pada penelitian yang mengambil topik 1. Tahap Persiapan
tentang material komposit memiliki keunikan Mempelajari referensi-referensi yang berkaitan
karena walaupun mengambil objek serat dan resin dengan penelitian ini tentang limbah serat sabut
yang sama namun dengan cara pembuatan yang kelapa, material komposit, teknologi pembuatan
berbeda serta perlakuan terhadap resin serta serat komposit dan statistik analisis varians. Disamping
yang berbeda maka dapat menghasilkan material itu melakukan pengamatan sarana dan prasarana
komposit dengan karakteristik yang berbeda pula. penelitian yang akan dilakukan berupa peninjauan
Oleh karena itu melalui penelitian ini sekiranya ada alat pengujian di laboratorium Metalurgi Teknik
beberapa manfaat yang dapat ambil antara lain: Mesin
1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian 2. Proses Pembuatan Benda Uji
sejenisnya dalam rangka pengembangan Spesimen uji dibuat diawali dengan pembuatan
pengetahuan tentang komposit polimer serat komposit matriks poliester dengan penguat serat
sabut kelapa. sabut kelapa. Pada proses pembuatan spesimen uji
2. Sebagai masukan serta informasi dalam dimulai dari persiapan serat hingga tahap akhir
meningkatkan kualitas produk dari proses penmbuatan spesimen sesuai standar ASTM.
pembuatan komposit polimer serat sabut 3. Proses Pengujian
kelapa. Proses pengujian yang dilakukan yaitu spesimen uji
3. Memberikan masukan prosedur proses yang telah dibuat sesuai standar ASTM D 790-02
produksi komposit metode hand lay-up,
sehingga menjadi acuan untuk pembuatan
komposit dengan bahan dasar yang berbeda.
4. Pemilihan perlakuan untuk serat serta resin
dengan metode yang berbda masih dapat
dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

4. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini membahas tentang prosedur
dan tahapan penelitian yang dilakukan peneliti.
4.1 Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan penelitian ini
yaitu
1. Serat Sabut Kelapa,
2. Resin poliester,
3. Katalis Mekpo,
4. NaOH.
5. Mould release wax.
Sedangkan peralatan yang digunakan, yaitu:
 Cetakan komposit
 Timbangan Digital 1000 gram
 Mistar baja dan Jangka Sorong
 Alat bantu pencetakan
 Alat tulis menulis
 Komputer PC Gambar 3.1 Prosedur penelitian
4. Data Hasil Pengujian
 Kamera Digital
Hasil pengujian bending dijadikan data hasil
 Stopwatch
pengujian untuk dilakukan perhitungan kekuatan
 Oven Pemanas dan Vakum
bending dan analisis varians.
5. Analisis Varians
4.2 Prosedur Penelitian
Karena dalam penelitian ini terdapat lebih
dari satu variabel bebas yang berpengaruh,

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 92


Dengan adanya hasil perhitungan variasi fraksi Untuk Momen Bending Rata-rata terhadap Fraksi
berat terhadap ketahanan bending komposit Serat Resin dapat dipada gambar berikut,
poliester berpenguat serat sabut kelapa kelapa
7. Apakah Hipotesis 8,000.00

Momen Bending
Dari hasil analisis varians dengan tingkat
kepercayaan 95 %, apakah hipotesis pengujian 6,000.00

(Nmm)
diterima maka tidak mempengaruhi ketahanan 4,000.00
bending. Akan tetapi hipotesis pengujian ditolak
maka akan mempengaruhi ketahanan bending 2,000.00
8. Pembahasan dan Kesimpulan -
Merupakan pengambilan keputusan dari penelitian 0 20 40 60 80
ini untuk dilakukan pembahasan dan kesimpulan.
3.3 Pengolahan Data % Serat Terhadap Resin
3.4.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini,
bersumber dari data primer dan data sekunder serta Gambar 5.1 Grafik Momen Bending Rata-rata
data asumsi. terhadap Fraksi Serat Resin
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari pengukuran langsung Kecenderungan Tegangan Bending Rata-rata
pada proses pengujian komposit, yaitu: terhadap Fraksi Serat Resin dapat dipada gambar
 Momen bending grafik berikut,
 Tegangan Bending
 Modulus Elastisitas Bending 100.00
 Momen Inersia
Tegangan Bending
80.00
 Kekakuan Bending
(N/mm2)

2. Data Sekunder 60.00


Data yang diperoleh dari referensi-ferensi dan dari 40.00
peneliti sebelumnya, yaitu: 20.00
 Panjang suport pengujian bending.
-
 Tingkat kepercayaan dan tingkat
0 20 40 60 80
kesalahan serta nilai distribusi F.
% Serat Terhadap Resin
5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Hasil Yang Dicapai Gambar 5.2 Grafik Tegangan Bending Rata-rata
Hasil pengujian bending didapatkan data terhadap Fraksi Serat Resin
Gaya F (N) dan defleksi Δl (mm) selain data
pengukuran dimensi spesimen seperti tebal (mm) Kemudian untuk Tegangan Bending Rata-rata
dan lebar (mm). Berdasarkan data diatas dilakukan terhadap Fraksi Serat Resin dapat dipada gambar
pengolahan data untuk mendapatkan nilai kekuatan grafik berikut,
bending. Perhitungan yang dilakukan
8,000.00
dikelompokan dalam dua bagian yaitu data
Modulus Elastisitas Bending

7,000.00
pengujian untuk serat dan resin tanpa perlakukan
dan data pengujian untuk serat dan resin dengan 6,000.00
perlakuan. 5,000.00
(Nmm2)

4,000.00
Tabel 5.1 . Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata 3,000.00
Kekuatan Bending Tanpa Perlakuan Pada Serat dan 2,000.00
Resin 1,000.00
-
0 20 40 60 80
% Serat Terhadap Resin

Gambar 5.3 Grafik Modulus Elastisitas Rata-rata


terhadap Fraksi Serat Resin

Selanjutnya dalam perhitungan hasil pengujian


untuk serat serta resin yang diberi perlakukan juga
di dapat grafik Kekuatan Bending material
komposit dengan perlakukan.

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 93


Tabel 5. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Driscoll S. 2004, The Basics of Testing Plastics:
Kekuatan Bending Dengan Perlakuan Pada Serat Mechanical Properties, Flame Exposure, and
dan Resin General Guidelines, ASTM Manual Series.
Gibson, 1994.Principle Of Composite Material
Mechanics. New York : Mc Graw Hill,Inc.
Harper, Charles, 2004, Handbook of Plastics,
Elastomers, and Composites, Digital
Engineering Library @ McGraw-Hill.
Jones, M. R., 1975, Mechanics of Composite
Material, Mc Graww Hill Kogakusha,
Ltd.
Peters. S.T, 1998. Handbook of Composites,
second edition, Chapman and Hall,..
Romels Lumintang, 2011 Komposit Hibrid
Polimer Berpenguat Serbuk Batang dan Serat
Sabut Kelapa, Jurnal Rekayasa Mesin UB.
Saira Taj, et.al, 2007, Natural Fiber Reinforced
6. KESIMPULAN DAN SARAN Polymer Composites, University of the
6.1 Kesimpulan Punjab, Lahore, Pakistan.
Berdasarkan hasil pembahasan hasil Sanjay Kindo, 2010, Study on Mechanical
pengujian uji bending didapatkan nilai sifat Behaviour Of Choir Fiber Reinforced Polymer
mekanik komposit poliester berpenguat serat sabut Matrix Composites, Thesis DEPARTMENT OF
kelapa antara : MECHANICAL
 Momen Bending Rata-rata komposit memiliki
nilai tertinggi pada pada komposisi Serat Resin
30:70 yaitu 6,166.67 Nmm tanpa perlakuan dan
dengan perlakuan pada komposisi 60:40 yaitu
5,833.333 Nmm
 Tegangan Bending Rata-rata komposit memiliki
nilai tertinggi pada pada komposisi Serat Resin
30:70 yaitu 94.23 N/mm2 tanpa perlakuan dan
dengan perlakuan pada komposisi 50:50 yaitu
72.43624053
 Modulus Elastisitas Rata-rata komposit
memiliki nilai tertinggi pada pada komposisi
Serat Resin 40:60 yaitu 2,492.77 N/mm2 tanpa
perlakuan dan dengan perlakuan pada
komposisi 50:50 yaitu 2463.981397

6.2 Saran
 Untuk penelitian berikut dapat dilakukan
dengan metode pengujian mekanik yang
berbeda untuk mendapatkan sifat mekanik yang
lain.
 Perlu dilakukan pengujian awal serat, untuk
mengetahui tegangan tarik serat sabut kelapa.

DAFTAR PUSTAKA
Callister, W. D., 2010, Material Science and
Enginering, An Introduction 7ed, Department
of Metallurgical Enginering The University of
Utah, John Willey and Sons, Inc.
Diharjo, K., Jamasri, Soekrisno, Rochardjo
H.S.B., 2005, The Effect of Alkali Treatment
on Tensile Properties of Random Kenaf Fiber
Reinforced Polyester Composite, Part III of
Doctorate Dissertation Research Result, Post
Graduate Study, Indonesia: Gadjah Mada
University

Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 2, Oktober 2019 94

Anda mungkin juga menyukai