Anda di halaman 1dari 11

1

PEMANFAATAN AMPAS TEBU SEBAGAI PENGUAT KOMPOSIT


BERMATRIK POLIMER RESIN POLYESTER YUKALAC
Agus Pramono, Abdul Azis, R. Ahmad Ambiyar Bewu
Teknik Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon -Banten
agus.pramono.stmt@gmail.com

ABSTRAK

Alkalisasi adalah salah satu metode modifikasi permukaan serat yaitu mereaksikan serat
dengan basa alkali untuk menghilangkan komponen serat yaitu hemiselulosa, lignin, dan pektin
yang kurang efektif dalam menentukan kekuatan interface. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kekuatan tarik yang optimal dari struktur komposit serat tebu dengan matriks poliester
dengan fraksi volume 15%, 20%, 25% dan metode alkalisasi pada serat mengunakan 3%, 5%, 7%
larutan NaOH serata mengetahui jenis patahan makro pada spesimen yang memiliki harga optimal
dari pengujian tarik. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah serat tebu yang disusun
secara acak dengan fraksi volume 15%, 20%, 25%, mengunakan poliester Yukalac 157 yang
merupakan resin cair dengan viskositas yang relatief rendah yang dapat mengeras dalam suhu
ruang digunakan sebagai matriknya. Pembuatan dengan cara hand lay up, pengujian tarik
dilakukan dengan standar ASTM 638. Hasil pengujian tarik didapatkan harga rata-rata optimal
tensile strength pada alkali 3% dan vf reinforce 25% yang semakin meningkat sampai
2,748N/mm2, yield strength 0.871 N/mm, elongasi 4,972%. Pengamatan struktur makro
didapatkan jenis patahan yang terjadi adalah Patahan broken fiber.

kata kunci : komposit, biofiber, reinforced serat tebu, matrik resin polyester Yukalac.

1. PENDAHULUAN Penggunaan dan pemanfaatan


Kata komposit berasal dari kata material komposit sekarang ini semakin
to compose yang berarti menyusun atau berkembang, seiring dengan meningkatnya
menggabung, secara sederhana bahan penggunaan bahan tersebut yang semakin
komposit berarti bahan gabungan dari dua meluas mulai dari yang sederhana seperti
atau lebih bahan yang berlainan. Sehingga alat - alat rumah tangga sampai sektor
komposit adalah suatu bahan yang industri baik industri skala kecil maupun
merupakan gabungan atau campuran dari industri skala besar. Komposit mempunyai
dua material atau lebih pada skala keunggulan tersendiri dibandingkan dengan
makroskopis untuk membentuk material material baja diantaranya: ringan,
baru yang lebih bermanfaat. Komposit dan permukaan halus, umur pakai panjang, tahan
alloy memiliki perbedaan dari cara korosi, tahan aus, tahan beban impak dan
penggabungannya yaitu apabila komposit mampu bentuk yang baik. (Febrianto, 2011)
digabung secara makroskopis sehingga Serat alami merupakan salah satu material
masih kelihatan serat maupun matriknya natural fibre alternatif dalam pembuatan
(komposit serat) sedangkan pada alloy / komposit, secara ilmiah pemanfaatannya
paduan digabung secara mikroskopis pun terus dikembangkan. (Taurista, 2005)
sehingga tidak kelihatan lagi unsur-unsur
pendukungnya ( Jones, 1975).
2

Indonesia yang terletak di kawasan Komposit dibentuk dari dua jenis material
tropis dengan sebagian besar penduduknya yang berbeda, yaitu:
masih bercocok tanam (agraris), merupakan 1. Penguat (reinforcement), yang
salah satu Negara penghasil tebu terbesar. mempunyai sifat kurang ductile
Dengan luas lahan mencapai 373,816 hektar tetapi lebih rigid serta lebih kuat.
pada tahun 2009 dengan penghasilan tebu 2. Matrik, umumnya lebih ductile
sebanyak 84,91 ton / ha dari proses tetapi mempunyai kekuatan dan
pengolahan gula dengan hanya mengambil rigiditas yang lebih rendah
airnya, sedangkan 35 40% dari berat tebu
yang digiling berupa ampas serat hanya
dimanfaatkan sebagai bahan bakar industry
atau mungkin dibuang sehingga menjadi
limbah. Serat alami mulai dilirik
penggunannya karena selain mudah didapat,
murah, dapat mengurangi polusi lingkungan,
sehingga komposit ini mampu mengatasi
permasalahan lingkungan, serta tidak
membahayakan kesehatan.(Apri , 2009)
Tebu memiliki kandungan zat
ekstraktif terutama gula atau pati sehingga
dapat menghambat proses perekatan dan
akan menurunkan sifat mekanik dari
material komposit tersebut. Menurut
Maloney (1993), zat ekstraktif berpengaruh Gambar 2.1 Pengertian Komposit
terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan (Urquhart, 1991)
perekat dan daya tahan papan partikel yang
dihasilkannya. (Apri, 2009) Dengan memperhatikan diagram fasa
Dalam penelitian ini penulis tersebut maka baja karbon rendah adalah
menggunakan serat ampas tebu yang
1
jenis baja hypoeutektoid karena prosentase
mungkin selama ini kurang dapat unsur pemandu karbonnnya tidak melebihi
dimanfaatkan untuk menjadi suatu produk 0,8%.
dengan manfaat maksimal dan nilai jual Penggunaan baja karbon rendah masih
yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mendominasi pada dunia industri, karena
mendapatkan data tentang kemampuan memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika
mekanis dan fisis berupa kekuatan tarik dan dibandingkan dengan baja karbon lain.. Sifat
bending serta gambaran makro dan mikro. mekanik yang dimiliki oleh baja karbon
Yang nantinya diharapkan dari penelitian ini rendah sangat dipengaruhi oleh ukuran butir
akan dapat diterapkan untuk menghasilkan ferit yang dimiliki oleh baja karbon jenis ini.
suatu bahan komposit yang lebih bermanfaat Karena kadar karbon yang sangat rendah
maka baja ini lunak dan tentu saja tidak
2. TINJAUAN PUSTAKA dapat dikeraskan, dapat ditempa, dituang,
2.1 Material Komposit mudah dilas dan dapat dikeraskan
. Ribuan tahun lalu material permukaannya(case hardening).
komposit telah dipergunakan, dengan
memanfaatkannya sebagai penguat serat 2.2 Klasifikasi Material Komposit
alam. Dinding bangunan tua di Mesir Berdasarkan Bentuk Komponen
yang telah berumur lebih dari 3000 Strukturalnya
tahun ternyata terbuat dari tanah liat 2.2.1 Komposit serat (Fibrous
yang diperkuat jerami (Jamasri, 2008). Composites)
Seorang petani memperkuat tanah liat Komposit serat adalah komposit
dengan jerami, para pengrajin besi yang terdiri dari fiber dalam matriks.
membuat pedang secara berlapis dan Secara alami serat yang panjang
beton bertulang merupakan beberapa jenis mempunyai kekuatan yang lebih dibanding
komposit yang sudah lama kita kenal. serat yang berbentuk curah (bulk).
Merupakan jenis komposit yang hanya
3

terdiri dari satu lamina atau satu lapisan 4. Hybrid composite (komposit
yang menggunakan penguat berupa diperkuat serat kontinyu dan serat
serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa acak).
berupa fibers glass, carbon fibers, aramid
fibers (poly aramide), dan sebagainya.
Fiber ini bisa disusun secara acak
maupun dengan orientasi tertentu bahkan
bisa juga dalam bentuk yang lebih
kompleks seperti anyaman. Serat Gambar 2.5. Hybrid composite (Gibson,
merupakan material yang mempunyai 1994)
perbandingan panjang terhadap diameter 2.2.2. Komposit Partikel (Particulate
sangat tinggi serta diameternya berukuran Composites)
mendekati kristal. serat juga mempunyai Merupakan komposit yang
kekuatan dan kekakuan terhadap densitas menggunakan partikel serbuk sebagai
yang besar (Jones, 1975). penguatnya dan terdistribusi secara
Kebutuhan akan penempatan merata dalam matriknya.
serat dan arah serat yang berbeda
menjadikan komposit diperkuat serat
dibedakan lagi menjadi beberapa bagian
diantaranya:
1. Continous fiber composite Gambar 2.6. Particulate Composite
(komposit diperkuat dengan serat Komposit ini biasanya
kontinu). mempunyai bahan penguat yang
dimensinya kurang lebih sama, seperti
bulat serpih, balok, serta bentuk-bentuk
lainnya yang memiliki sumbu hampir
sama, yang kerap disebut partikel, dan
bisa terbuat dari satu atau lebih material
Gambar 2.2. Continous fiber composite yang dibenamkan dalam suatu matriks
(Gibson, 1994) dengan material yang berbeda.
2. Woven fiber composite (komposit Partikelnya bisa logam atau non logam,
diperkuat dengan serat anyaman). seperti halnya matriks. Selain itu adapula
polimer yang mengandung partikel yang
hanya dimaksudkan untuk memperbesar
volume material dan bukan untuk
kepentingan sebagai bahan penguat (Jones,
1975).
Gambar 2.3. Woven fiber composite 2.2.3 Komposit Lapis (Laminates
(Gibson, 1994) Composites)
Merupakan jenis komposit terdiri
dari dua lapis atau lebih yang digabung
menjadi satu dan setiap lapisnya
memiliki karakteristik sifat sendiri.
3. Chopped fiber composite
(komposit diperkuat serat
pendek/acak)

Gambar 2.7. Laminated Composites


Gambar 2.4. Chopped fiber composite Komposit ini terdiri dari bermacam-
(Gibson, 1994) macam lapisan material dalam satu
matriks. Bentuk nyata dari komposit
lamina adalah:( Jones, 1999)
4

1. Bimetal keretakan atau terputusnya serat. Selain itu,


Bimetal adalah lapis dari dua buah logam jenis pengisi dapat juga mempengaruhi
yang mempunyai koefisien ekspansi kekuatan komposit karena pengisi
termal yang berbeda. Bimetal akan lignoselulosik yang berlainan mempunyai
melengkung seiring dengan berubahnya kandungan selulosa, lignin dan hemiselulosa
suhu sesuai dengan perancangan, yang berbeda. Misalnya dalam serat tandan
sehingga jenis ini sangat cocok kosong sawit mengandung 65% selulosa
untuk alat ukur suhu. dan 95% lignin sedangkan serat kelapa
2. Pelapisan logam mengandung 32-43% selulosa dan 40-45%
Pelapisan logam yang satu dengan yang lignin.
lain dilakukan untuk mendapatkan sifat
terbaik dari keduanya. 2.4 Serat Selulosa sebagai penguat
3. Kaca yang dilapisi komposit polimer
Konsep ini sama dengan pelapisan Dalam beberapa dekade yang lalu,
logam. Kaca yang dilapisi akan lebih penelitian dan ilmu rekayasa telah tertarik
tahan terhadap cuaca. pada material serat sebagai penguat
4. Komposit lapis serat komposit polimer. Dalam hal ini serat
Dalam hal ini lapisan dibentuk dari komposit yang digunakan adalah aramid,
komposit serat dan disusun dalam carbon dan serat glas sebagai plastik.
berbagai orientasi serat. Komposit jenis Menurut Wambua dkk (2003) serat glas
ini biasa digunakan untuk panel sayap adalah paling banyak digunakan untuk
pesawat dan badan pesawat. penguat polimer karena harganya murah
dibandingkan dengan aramid dan carbon dan
2.3 Faktor-faktor Pengaruh begitu juga dengan sifat mekaniknya serat
Komposit glas jauh lebih baik. Namun bagaimanapun
Sifat komposit yang berdasarkan baiknya serat glas ini mempunyai beberapa
serat tergantung kepada bahan pengisi, kelemahan seperti yang ditunjukkan pada
penyebaran serat dan interaksi antara tabel 2.1. Tabel 2.1 membandingkan serat
matriks dengan serat (Abdul Khalil, 2000). glas dan serat alam dan jelas terlihat
Selain itu, sifatnya bergantung kepada ikatan dukungan untuk komposit serat alam jauh
permukaan antara matriks dengan serat, sifat lebih baik untuk dikembangkan di kemudian
serat, ukuran serat, bentuk serat, jumlah hari. Karbon dioksida bersifat netral pada
serat dalam matriks, teknik pemerosesan dan serat alam dan atraktif sedangkan karbon
penyebaran serat dalam matriks. Selain dioksida pada serat glas tidak netral
daripada komposisi kimia yang dapat sehingga dapat berdampak negatip terhadap
menentukan sifat sesuatu komposit yang udara. Hal ini dipercaya menjadi pendukung
dihasilkan, ia juga turut dipengaruhi oleh dari efek masalah lingkungan dan dapat
beberapa keadaan serat seperti bagaimana berhubungan dengan keadaan iklim di dunia
serat itu diperoleh, ukuran dan bentuk serat. (Larbig, Schezer, Dahlke dan Poltrock,
Ukuran dan bentuk serat sangat diperlukan 1998). Serat yang digunakan untuk penguat
untuk tujuan yang tertentu seperti plastik biasanya adalah serat glas. Komposit
pemerosesan dan perekatan dengan matriks. yang menggunakan serat glas sebagai
Selain itu (Rozman, 2002) kandungan serat penguat telah banyak digunakan dalam
biasanya juga dapat mempengaruhi kekuatan bidang otomotif, industri sport, kontruksi
mekanik komposit. Dalam hal penyebaran, bahan bangunan dan dalam bidang
pengisi adalah penyebab tanpa aerospace. Selain itu sejumlah besar
pengetumpukan atau pengelompokan, atau menggunakan serat glas sebagai penguat
dengan kata lain serat tersebar di sekitar plastik karena harganya yang rendah
matriks. Dua faktor yang dapat dibandingkan dengan serat aramid dan
mempengaruhi sebaran pengisi ialah karbon dan mempunyai sifat mekanis yang
interaksi antara sesama pengisi dan panjang baik. Saat ini, perhatian lebih besar pada
pengisi. Menurut Razaina (1998), interaksi serat alam.
antara sesama pengisi lignoselulosik melalui
ikatan hidrogen menyebabkan Tabel 2.1. Perbandingan antara serat
pengetumpukan serat yang mengakibatkan alam dan serat gelas
5

Serat alam Serat gelas modifikasi permukaan serat yaitu


mereaksikan serat dengan basa alkali untuk
Density 1.16-1.6 g/cm3 2.5 g/cm3 menghilangkan komponen serat yaitu
hemiselulosa, lignin, dan pektin yang kurang
Harga Rendah Rendah efektif dalam menentukan kekuatan
interface.(Dhyah, 2009)
Recycle Ya Tidak
Pengaruh perlakuan alkali
Recycle Ya Tidak terhadap sifat permukaan serat alam
selulosa telah diteliti dimana kandungan
Koms Energi Rendah Tinggi optimum air mampu direduksi sehingga
Distribusi Lebar Lebar
sifat alami hidropholic serat dapat
memberikan ikatan interfecial dengan
CO2 Netral Tidak netral matrik secara optimal (Bismarck, 2002).
Abrasi Tidak Ya

Disposal Biodegradasi Tdk biodegr

(Balatinez & Woodhams,1993)

2.5 Katalis Mekpo


Katalis digunakan untuk membantu
proses pengeringan resin dan serat dalam
komposit. Waktu yang dibutuhkan resin
untuk berubah menjadi plastik tergantung
pada jumlah katalis yang dicampurkan.
Penelitian ini menggunakan katalis metil
ethyl katon peroxide (MEKPO) yang
berbentuk cair dan bewarna bening. Semakin
banyak katalis yang ditambahkan pada resin
maka makin cepat pula proses curring-nya,
tetapi apabila kelebihan katalis material Gambar 2.9. Mekanisme Alkalisasi
yang dihasilkan akan getas atau resin bisa
terbakar. Penambahan katalis yang baik 1% NaOH merupakan larutan basa
dari volum resin. Bila terjadi reaksi akan yang tergolong mudah larut dalam air dan
timbul panas antara 6000C 9000C. Panas termasuk basa kuat yang dapat terionisasi
ini cukup untuk mereaksikan resin sehingga dengan sempurna. Menurut teori arrhenius
diperoleh kekuatan dan bentuk plastik yang basa adalah zat yang dalam air
maksimal sesuai dengan bentuk cetakan menghasilkan ion OH negatif dan ion
yang diinginkan. positif. Larutan basa memiliki rasa pahit,
dan jika mengenai tangan terasa licin
(seperti sabun). Sifat licin terhadap kulit itu
disebut sifat kaustik basa.
Salah satu indikator yang
digunakan untuk menunjukkkan kebasaan
adalah lakmus merah. Bila lakmus merah
dimasukkan ke dalam larutan basa maka
berubah menjadi biru.
Gambar 2.8 Resin Yukalac 157 dan katalis

2.6 Perlakuan Alkali ( NaOH )


Sifat alami serat adalah Tabel 2.2 Komponen Kimia Beberapa Serat
Hyrophilic, yaitu suka terhadap air Penting
berbeda dari polimer yang hydrophilic,
alkalisasi adalah salah satu metode
6

Serat Lignin (%) Selulosa Hemiselulosa perasan tebu (Muliah, 1975 dalam
Muharam, 1995).
(%) (%)

Sabut Tebu 40-50 32-43 0,15-0,25 Tabel 2.5 Sifat Mekanis Beberapa Serat
Penting
Mesocarp 19 65 -
Sawit Serat Kekuatan Tarik Pemanjangan
(MPa) (%)
Sabut 11 60 -
Sabut Tebu 140 25
Sabut 40-50 32-43 0,15-0,25
Mesocarp 80 17
Pisang 5 63-64 19 Sawit
Sabut 140 25
Sisal 10-14 66-72 12
Pisang 540 3
Daun nanas 12,7 81,5 -

Sisal 580 4,3


2.7 Karakteristik Tebu (Saccharum
Officinarum) Daun nanas 640 2,4
Botani Tebu (Saccharum
Officinarum) merupakan tanaman Sreekala er al (1997) dalam Hakim (2002)
perkebunan semusim, yang mempunyai sifat
tersendiri, sebab di dalam batangnya
terdapat zat gula. Tebu termaksut keluarga
rumput - rumputan (famili Graminae). Akar 3. ALUR PENELITIAN
tanam tebu adalah akar serabut dan tanaman 3.1 Bahan Yang Digunakan
ini termasuk dalam kelas monocotiledone Penelitian ini menggunakan
(Supriadi, 1992). bahan-bahan sebagai berikut
Tanaman tebu mempunyai batang yang :
tinggi kurus, tidak bercabang, dan tumbuh 1........Serat..Tebu
tegak. Tanaman yang tumbuh baik tinggi Serat tebu dicuci dahulu untuk
batangnya bisa mencapai 3 sampai 5 meter menghilangkan kotoran yang ada
batangnya terdapat lapisan lilin berwarna pada serat, kemudian dijemur. Setelah
putih keabu-abuan. Batangnya beruas-ruas dijemur dilakukan proses pengovenan
dengan panjang ruas 10 sampai 3 cm. Daun untuk mengurangi kadar air.
berpangkal pada buku batang dengan
kedudukan yang berseling (Penebar
Swadaya, 2000).
Tebu dapat hidup dengan baik pada
ketinggian tempat 5 500 meter di atas
permukaan laut (mdpl), pada daerah
beriklim panas dan lembab dengan Gambar 3.1 Serat tebu
kelembaban >70 %, hujan yang merata
setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu 2. NaOH
udara berkisar antara 28 340C (Slamet, NaOH digunakan untuk
2004). menghilangkan kotoran atau lignin
Ampas tebu (bagase) adalah bahan sisa pada serat. NaOH merupakan
dari batang tebu yang telah mengalami larutan basa dan terkesan licin.
ekstraksi nirahnya dan banyak mengandung
parenkim serta tidak tahan disimpan karena
mudah terserang jamur. Istilah bagase
(bagasse) ini mula-mula dipakai di negara
perancis untuk ampas dari perasan minyak
zaitun (olive), lalu oleh Persatuan Teknisi Gambar 3.2 Larutan NaOH
Gula Internasional dipakai untuk residu hasil
7

3. Resin Polyester Yukalac dengan fraksi volume yang


157 ditentukan
Matrik yang digunakan 10. Pembuatan spesimen dengan
Resin Polyester tipe 157 dengan metode wet hand lay up dengan
bahan tambahan katalis yang stndar ASTM D 638 untuk uji
berfungsi sebagai pengeras resin. Tarik dan ASTM D 790 untuk uji
bending.
11. Pemberian Reinforce secara acak (
chopped strand mad ) dengan fraksi
volume 15%, 20%, 25%.
12. Menguji kekuatan komposit dengan
alat uji tarik
13. Menguji kekuatan komposit dengan
alat uji bending
14. Mengobservasi bagian patahan
Gambar 3.3 Resin Yucalak 157 & Katalis dengan foto mikro bagian patahan
4. Glass wax
Glass wax berupa lilin
yang berfungsi sebagai pelapis cetakan
komposit agar mudah dilepaskan dari
cetakan.

Gambar 3.5 Cetakan komposit

3.3 Proses Pembuatan Spesimen.


Proses pengerjaan
spesimen dengan metode wet hand
Gambar 3.4 Glass wax lay up, langkah-langkah yang
3.2 Prosedur Penelitian dilakukan dalam pengerjaan
1. Memilih ampas tebu yang telah spesimen katalis dicampur pada
bersih dari kotoran. resin sebesar 1% dari berat resin
2. Menimbang ampas tebu sebelum dan kemudian diaduk hingga rata,
proses alkalisasi. sapukan lapisan resin pertama pada
3. Melakukan proses alkalisasi pada cetakan. Lalu serat yang telah
ampas tebu dengan kadar larutan ditimbang diletakan diatasnya,
3%; 5%; dan 7% NaOH selama 2 langkah tersebut diulangi hingga
jam. serat dan resin yang telah
4. Melakukan pencucian dengan air ditentukan habis, biarkan
selama 5 menit untuk mengering total, setelah beberapa
menghilangkan sisa-sisa larutan jam kemudian dan hasil sampel
NaOH yang tertinggal pada ampas sudah mengering sampel diangkat
tebu. dan dipotong sesuai dengan
5. Mengeringkan serat tebu pada ketentuan pada spesimen yang akan
udara terbuka selama 24 jam. dilakukan karakterisasi.
6. Memanaskan dioven dengan suhu
600C selama 10 menit untuk
menghilangkan sisa sisa kristal
air pada serat tebu.
7. Menimbang hasil serat tebu yang
didapat.
8. Pembuatan cetakan dengan
mengunakan kaca
9. Menimbang serat tebu sesuai
8

Dari pengujian tarik pada biofiber komposit


dengan reinforce serat tebu didapatkan harga
rata-rata tensile strength tertinggi pada
alkalisasi 3% dengan fraksi volume
25%:75% dengan nilai sebesar 14.217
N/mm2, dan nilai rata-rata tensile strength
terandah pada alkalisasi 9% dan fraksi
volume sebesar 25%:75% sebesar 5.651
Gambar 3.6 Hasil Cetakan Komposit Serat N/mm2.
Tebu dengan Matriks Polyester
Tabel 4.1. Hasil Uji Tarik Biofiber
Komposit Dengan Reinforce Serat Tebu
Dan Matrik Poliester

No. % Fraksi Tensile Yield %

Alka Volume Strength strength


Elongation
(N/mm2)
lisasi (N/mm)
Gambar 3.7 Spesimen Uji Tarik Komposit
Serat Tebu 1 3% 15% - 9.843 0.780 0.409

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 85%

4.1 Sifat Mekanik Komposit 2 3% 20% - 13.072 0.664 2.748


Sifat mekanik yang diuji pada penelitian ini
meliputi pengujian kekuatan tarik, pengujian 80%
bending, foto makro dan mikro. Analisa kuat
tarik dan kemuluran campuran matriks 3 3% 25% - 14.217 0.681 2.719
polimer dengan variasi komposisi reinforce 75%
yang berbeda merupakan faktor penting
untuk menentukan sifat mekanik dari bahan
4 5% 15% - 13.491 0.823 2.339
komposit yang diinginkan. Hasil dari
pengujian didapatkan maksimum load dan 85%
yield load. Harga load dalam satuan N/mm2.
Hasil dari pengujian ini diolah kembali 5 5% 20% - 13.570 0.664 3.728
untuk mendapatkan kekuatan tarik,
kemuluaran, dan elastisitas. 80%

4.2 Sifat Mekanik Biofiber Komposit 6 5% 25% - 10.084 0.871 4.912


Dengan Uji Tarik
75%
Sifat mekanik yang diuji disini
meliputi kekuatan tarik dan kemuluran.
Pengujian sifat mekanik memberikan kurva 7 7% 15% - 10.736 0.700 3.070
tegangan dan regangan. Sementara hasil uji 85%
sifat mekanik biofiber komposit dengan
reinforce serat tebu dan matrik poliester 8 7% 20% - 12.500 0.671 2.046
dapat dilihat pada tabel 4.1. dimana
pengujian dilakukan di laboratorium 80%
metalurgi dengan mengunakan alat uji tarik
geotech u25 dan didapatkan hasil yang 9 7% 25% - 5.651 0.677 2.865
paling optimal pada persen alkalisasi 3%
dimana hasil biofiber komposit memberikan 75%
tren yang terus meningkat.
9

Hal tersebut menunjukan bahwa Pada grafik alkalisasi 5% dan 7%


penggunaan serat tebu sebagai reinforce didapatkan grafik dengan tren yang naik
meningkatkan sifat kuat tarik dan kemuluran fraksi volume 20%:80% dan lalu menurun
biokomposit dengan matriks polimer, ini pada fraksi volume 25%:75% hal tersebut
terjadi karena campuran komposit sudah disebabkan oleh proses alkalisasi yang
berada pada titik jenuh sehingga molekul- seharusnya bertujuan untuk melarutkan
molekul resin terdispersi dan berinteraksi lapisan yang menyerupai lilin di permukaan
diatara struktur rantai polimer, dan serat, seperti lignin, hemiselulosa, dan
menyebabkan rantai-rantai polimer lebih kotoran lainnya. Dengan hilangnya lapisan
sulit bergerak karena halangan sterik. Hal lilin ini maka ikatan antara serat dan matrik
inilah yang menyebabkan kekuatan tarik menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan tarik
meningkat disamping karena adanya gaya komposit menjadi lebih tinggi. Namun
intermolekul antar rantai polimer. Grafik perlakuan alkalisasi yang lebih lama dapat
peningkatan kekuatan struktur biokomposit menyebabkan kerusakan pada unsur
dengan reinforce serat tebu dan matriks selulosa. sedangkan selulosa itu sendiri
poliester dapat dilihat pada Gambar 4.1. sebagai unsur utama pendukung kekuatan
serat. Yang berakibat serat yang dikenai
perlakuan alkali terlalu tinggi mengalami
degradasi kekuatan yang signifikan. Sebagai
akibatnya, komposit yang diperkuat serat
tebu dengan perlakuan alkali yang lebih
tinggi memiliki kekuatan yang lebih rendah.
Hal tersebut sesuai dengan (Dhyah,
2009) perubahan kekakuan dan kekuatan
komposit serat diakibatkan peluruhan lignin
dengan adanya alkalisasi. Peluruhan lignin
pada permukaan serat akan meningkatkan
sifat mekanik serat dan meningkatkan
mechanical interlocking pada antarmuka
serat dengan matriks, namun alkalisasi yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan peluruhan
lignin dan hemiselulosa yang berlebihan
sehingga ikatanantar mokrofibril menjadi
Gambar 4.1. Grafik Hasil Uji Tarik rusak. Hal ini selanjutnya akan menurunkan
Biofiber Komposit Dengan Reinforce sifat mekanik serat dan kompositnya.
Serat Tebu Dan Matrik Poliester
4.3 Pengamatan Struktur Patahan
Dari grafik alkalisasi 3% Makro dan Mikro
didapatkan hasil tren yang terus meninggkat Pengambilan foto makro dan
seiring dengan penambahan fraksi volume mikro bertujuan untuk mengetahui
pada biokomposit hal tersebut sesuai dengan jenis/bentuk patahan dan pola kegagalan
(Dhyah, 2009) menunjukan bahwa metode yang terjadi pada spesimen komposit
rekayasa permukaan dengan metode akibat pengujian tarik. Objek yang diambil
alkalisasi, dan fraksi volume mempengaruhi dari penampang patahan dan dari
kekuatan tarik dan mulurnya material permukaan patahan untuk pengujian tarik.
biokomposit, ini terjadi karena proses
alkalisasi dapat menghilangkan komponen 4.4 Pengamatan Struktur Patahan
serat yaitu hemiselulosa, lignin, dan pektin Makro
yang kurang efektif dalam menentukan Pengamatan struktur makro
kekuatan interface. Dan menurut (Bismarck, dilakukan pada bentuk patahan benda uji.
2002) Pengaruh perlakuan alkali terhadap Berikut ini adalah data gambar-gambar foto
sifat permukaan serat alam selulosa telah patahan makro dan mikro, seperti
diteliti dimana kandungan optimum air ditunjukkan pada gambar.
mampu direduksi sehingga sifat alami
hidropholic serat dapat memberikan ikatan
interfecial dengan matrik secra optimal.
10

14.217 N/mm2. Dan Kekuatan


optimum pada biofiber komposit

6. DAFTAR PUSTAKA

Apri Heri I.,2009. Papan Partikel Dari


Gambar 4.2 Patahan biofiber komposit Ampas Tebu, Departemen
sampel A3 dengan alkalisasi 3% dan Kehutanan., Fakultas Pertanian
fraksi volume 25%:75% Universitas Sumatra Utarai
ASTM. D 638-02 Standart test method for
Pada gambar 4.3 yaitu sampel A3 dengan tensile properties of plastics.
alkalisasi 3% dan fraksi volume 25% serat Philadelphia, PA : American
tebu dan 75% poliester dimana sampel uji Society for Testing and Materials.
tarik tersebut memiliki harga rata-rata tensile ASTM. D 790 02 Standard test methods
strength yang tinggi 14.217 N/mm2. Patahan for flexural properties of
terlihat berwarna buram dan berserat dimana unreinforced and reinforced plastics
patahan tersebut menandakan bahwa sampel and electrical insulating material.
memiliki sifat yang lebih ulet (ductile). Philadelphia, PA : American
Society for Testing and Materials.
Budiski Keneth G.,2003. Eginering Material
Properties and Selection,
Prentience Hall, New Jersey
Davis Hamer E., 1982. The Testing of
Enginering Material, Mc-Granhill
Book Company, Inc New York
Gambar 4.3 Patahan biofiber komposit Diharjo, K., dan Triyono, T., 2003, Buku
sampel A9 dengan alkalisasi 7% dan Pegangan Kuliah Material
fraksi volume 25%:75% Teknik,Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Pada gambar 4.3 yaitu sampel A3 Gibson R.F., 1994. Principle Procesing and
dengan alkalisasi 7% dan fraksi volume 25% Composite Material, Mc-Granhill
serat tebu dan 75% poliester dimana sampel Book Company, Inc New York
uji tarik tersebut memiliki harga rata-rata Jufri Moh., 2010. Pembuatan Komposit
tensile strength yang terendah 5.651 N/mm2. Berbasis Polister Dengan Penguat
Patahan terlihat tidak disertai patahnya serat. Serat Alam. UMM, Malang
Yang menyebabkan sampel tersebut Jones, M. R., 1975, Mechanics of Composite
memiliki harga tensile strength yang rendah. Material, Mc Graww Hill
Kogakusha, Ltd.
5. Kesimpulan Shackelford J. F., 1996, The Mechanical
Dari data hasil penelitian kekuatan Properties Composite., Acta.
struktur biofiber komposit serat tebu, dapat Metall. Mater, 40 pp. 177-184
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Smith William F.,1999, Principle of
1. Metode alkalisasi pada serat tebu Material Science and Enginering,
dapat mengoptimalkan kekuatan Mc-Granhill Book Company, New
biofiber komposit berpenguat serat York
tebu, Namun alkalisai lebih dari 3% Surdian Tata., 1989. Pengetahuan Bahan
dapat menurunkan kekuatan Teknik, PT. Pradian Pramita,
biofiber komposit dengan penguat Jakarta
serat tebu. Taurista A. Y. Dkk 2005. Komposit Lamina
2. Kekuatan optimum pada biofiber Bambuserat Woven Sebagai Bahan
komposit dengan pengujian tarik Alternatif Penganti Fiber Glass
didapatkan pada alkalisasi sebesar Pada Kulit Kapal, ITS, Surabaya
3% dengan perbandingan fraksi Van Vlack, 2005, Ilmu dan Teknologi
volum 25% : 75% dimana Bahan, Erlangga Jakarta.
didapatkan kekuatan tarik sebesar
11

Anda mungkin juga menyukai