Anda di halaman 1dari 14

ISOLASI KOMPOSIT

1. Pengertian Komposit
Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan.
Komposit berasal dari kata kerja “to compose” yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi
secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang
berlainan.
Dalam hal ini gabungan bahan ada dua macam :
a. Gabungan makro :
 Bisa dibedakan secara visual
 Penggabungan lebih secara fisis dan mekanis
 Bisa dipisahkan secara fisis dan mekanis
b. Gabungan mikro :
 Tidak bisa dibedakan secara visual
 Penggabungan ini lebih secara kimia
 Sulit dipisahkan, tetapi dapat dilakukan secara kimia

Karena bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan
komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran /
kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utamanya yang secara makro berbeda di dalam bentuk
dan atau komposisi material pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. (Schwartz, 1984)
Material komposit terdiri dari dua buah penyusun yaitu filler (bahan pengisi) dan
matrik. Adapun definisi dari keduanya adalah sebagai berikut:
 filler adalah bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit, biasanya
berupa serat atau serbuk. serat yang sering digunakan dalam pembuatan komposit
antara lain serat E-Glass, Boron, Carbon dan lain sebagainya. Bisa juga dari serat
alam antara lain serat kenaf, jute, rami, cantula dan lain sebagainya.
 matrik, menurut Gibson R.F, (1994) mengatakan bahwa matrik dalam
struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matrik
secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit. Matrik
memiliki fungsi :
 Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
 Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan
 Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat
 Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan tahanan listrik.

Penggunaan material komposit telah dikenal selama ribuan tahun pada alam sekitar
kita. Pada jaman mesir kuno, jerami digunakan pada dinding untuk meningkatkan performa
struktur. Kayu merupakan komposit alami yang sering digunakan selama ini. Para pekerja
kuno telah mengenal istilah komposit dengan menggunakan ter untuk mengikat alang2 untuk
membuat kapal komposit 7000 tahun yang lalu.
Perkembangan dari material komposit tidak terbatas hanya pada material bangunan
dan hal ini dapat dilihat pada abad pertengahan. Di Asia tengah, busur dibuat dari otot
binatang, getah kayu dan benang sutera dengan bahan perekat sebagai pengikat. Hasil dari
komposit yang berlapis2 (laminated) mimiliki daktilitas dan kekerasan (hardness) dari unsur
pokoknya namun kekuatan merupakan efek sinergi dari gabungan sifat material.
Beton, material yang digunakan oleh seluruh dunia dan juga material berbasis semen lainnya
juga merupakan suatu komposit. Perilaku dan sifat dari beton dapat dimengerti dan
direncanakan, diprediksi dengan lebih baik bila dilihat sebagai komposit dan begitu pula
dengan beton bertulang.
Material komposit akan bersinergi bila memiliki sebuah “sistem” yang
mempersatukan material2 penunjang untuk mencapai sebuah sifat material baru tertentu.
Seperti yang dikatakan oleh Aristotle pada 350SM “The Whole is more than just the sum of
components”. Aristotle berkeyakinan bahwa skema konseptual secara keseluruhan dari alam
perlu untuk dipersatukan dan tidak dapat ditinjau dari segi komponen yang terpisah-pisah.
Hal ini yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan struktur oleh seorang engineer.
Material komposit mempunyai beberapa keuntungan diantaranya (Schwartz, 1997) :

1. Bobot ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksi murah
4. Tahan korosi

Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang
digunakannya, yaitu:
1. Fibrous composite, yaitu komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapis
dan berpenguat fiber. Kayu adalah komposit alam yang terdiri dari serat hemiselulosa
dalam matriks lignin. Fiber yang digunakan untuk menguatkan matriks dapat pendek,
panjang, atau kontinyu. Berdasarkan jenis seratnya dibedakan atas:

a. Serat Kontinyu
Dengan orientasi serat yang bermacam-macam antara lain arah serat satu arah
(unidireksional), dua arah (biaksial), tiga arah (triaksial).

b. Serat diskontinyu
Serat menyebar dengan acak sehingga sifat mekaniknya tidak terlalu baik jika
dibandingkan dengan serat kontinyu.

Gambar 1. Fibrous composites

2. Laminated composite, yaitu komposit yang berlapis-lapis, paling sedikit terdiri dari
dua lapis yang digabung menjadi satu, dimana setiap lapisan pembentuk memiliki
karakteristik sifat tersendiri. Terdiri sekurang-kurangnya dua lapis material yang
berbeda dan digabun g secara bersama-sama. Laminated composite dibentuk dari dari
berbagai lapisan-lapisan dengan berbagai macam arah penyusunan serat yang
ditentukan yang disebut laminat.

Yang termasuk Laminated composites (komposit berlapis) yaitu :

 Bimetals
 Cladmetals
 Laminated Glass
 Plastic-Based Laminates
Gambar 2. Laminated composites

3. Particulate composite, yaitu komposit dengan penguat berupa partikel/serbuk yang


tersebar pada semua luasan dan segala arah dari komposit. Particulate composite
material (material komposit partikel) terdiri dari satu atau lebih partikel yang
tersuspensi di dalam matriks dari matriks lainnya. Partikel logam dan non-logam
dapat digunakan sebagai matriks. Empat kombinasi yang dapat digunakan sebagai
matriks komposit partikel:

 Material komposit partikel non-logam di dalam matriks non-logam


 Material komposit partikel logam di dalam matriks non-logam
 Material komposit partikel non-logam di dalam matriks logam
 Material komposit partikel logam di dalam matriks logam

Gambar 3. Particulate composites

Campuran antara matriks dan partikel penguat yang ada pada sistem material komposit
partikel dapat dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu:

 Nonmetallic In Nonmetallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit


partikel yang kedua atau lebih unsur pembentuknya (matriks dan penguat) tidak
berupa material logam, misalnya berupa ceramics matrix-glass particulate.
 Metallic in Nonmetallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit
partikel yang memiliki matriks tidak berupa material logam, sementara partikel
penguatnya berupa material logam, misalnya aluminium powder dalam matriks
polyurethane atau polysulfide rubber.
 Metallic In Metallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit partikel
yang baik matriks maupun partikel penguatnya berupa material logam, namun tidak
sama seperti model paduan logam (metal alloy), sebab penguat partikel logam tidak
melebur di dalam matriks logam.
 Nonmetallic In Metallic Particulate Composites, yaitu sistem material komposit
partikel yang matriksnya berupa material logam, namun material penguatnya tidak
berupa material logam, melainkan dari jenis material nonlogam, misalnya ceramics
particulate dalam matriks stainless steel.

2. Klasifikasi Komposit
Sesuai dengan defenisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur
penyusun. Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik dalam
bentuk serat, serpikan, partikel dan lapisan. Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu
bahan komposit, maka komposit dapat dibedakan atas beberapa bagian, antara lain :

1.Komposit Serat
Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang
diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin sebagai bahan perekat.
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau lapisan yang
menggunakan penguat berupa fiber/serat. Fiber yang digunakan bisa berupa glassfibers,
carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak
(Chopped Strand Mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang
lebih kompleks seperti anyaman.

2.Komposit Serpihan
Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang
dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar permukaannya. Suatu
komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling menahan dengan mengikat
permukaan atau dimasukkan ke dalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari
serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk
menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada
umumnya serpih-serpih saling tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat
membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena
penetrasi atau perembesan.
Jenis-jenis serat dan contoh bahannya yang dapat digunakan sebagai penguat pada
material komposit secara umum yaitu :

1. Serat Organik, contoh : Selulosa, Polypropilena, High Modulus Polythylena, dan lain-
lain.
2. Serat Anorganik, contoh : Asbes, Gelas, Metal, Keramik, Boron dan lain-lain.

Aplikasi dan pemakaian bahwa komposit yang diperkuat dengan serat secara luas dipakai
industri otomotif, industri kapal terbang, industri kapal laut, peralatan militer dan industri
perabotan rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan pesat dari material komposit,
karena mempunyai sifat yang lebih unggul, antara lain sebagai isolator yang baik.
Ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia. Dengan demikian bahan komposit tidak dapat
berkarat, anti rayap dan tahan lembab. Bahan komposit alam umumnya berharga murah.
Bahan komposit termasuk bahan yang ringan dan kuat.

3. Komposit Isolator
Komposit isolator yang terbuat dari rod kayu dilapisi dengan porselen telah
diproduksi lebih dari 70 tahun. Perkembangan moderen sekarang ini, komposit isolator
terbuat dari fiber reinforced polymer (FRP) rod atau tube yang dilapisi oleh polymer housing
yang dimulai pada pertengahan tahun 1950-an. Sejak itulah, teknologi rod dan housing-nya
itu sendiri telah dianalisis dan dites secara laboratorium untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada saat ini, komposit isolator yang modern dan lebih handal telah menggunakan
fiber glass yang melapisi epoxy rod dan housingnya menggunakan silikon rubber.
Kinerja dari suatu isolator itu tidak hanya tergantung dari kualitasnya tetapi
kemampuannya untuk menahan stress tegangan. Untuk menguji kehandalan jenis isolator ini,
maka beberapa isolator ini telah dipasang di tower dengan berbagai jenis kondisi lingkungan.
Dari analisis yang didapat, beberapa hal yang dimiliki oleh suatu isolator FRP adalah sebagai
berikut :

 Rod FRP tahan terhadap proses hidrolisis


 Rod FRP tahan terhadap proses kimiawi untuk menghindari proses fracture
 Ketebalan minimum dari sheath adalah 3 mm
 Kekuatan mekanik diimprove dengan menggunakan kompresi end fitting yang terbuat
dari forged steel.

Core Material
Inti dari material mekanik dari komposit isolator ini adalah Fiber Reinforced Rod atau
tube. Untuk keperluan tegangan tinggi, fiber dilapisi oleh epoxy resin. Epoxy resin
mempunyai sifat isolator elektrik lebih baik dari pada polyester resin, yang banyak digunakan
dalam berbagai aplikasi, untuk mengurangi cost.

Gbr. 1. Desain Isolator Komposit

Walaupun rod atau tube dilapisi oleh polymer, ada kemungkinan kelembapan akan
masuk ke dalam. Untuk menghindari hal ini, maka fiber ini juga dilapisi oleh resin hidrolisis.
Resin ini sangat sulit untuk dimasuki air. Tetapi pada kenyataannya, air bisa saja masuk
terutama dibagian-bagian seperti end fitting atau batas antar housing. Sehingga, seal sangat
penting di bagian ini. Seal yang baik adalah yang menggunakan metal stable silicon karena di
bagian ini ada 3 jenis material yang mempunyai koefisien thermal yang berbeda.
Masalah lain yang merusak FRP adalah brittle fracture. Brittle fracture adalah
mekanikal failure dari FRP. Hal ini sudah menjadi kendali sejak tahun 60-an, yaitu sejak
polymer ini ditemukan. Yang menyebabkan terjadinya brittle fracture ini adalah stress korosi
yang disebabkan oleh asam. Asam ini ada di dalam air hujan. Asam inilah yang masuk ke
dalam fiber dan merusaknya. Kejadian ini sangat jarang tetapi mempengaruhi material
komposit dari manufaktur.
Untuk mencegah brittle fracture ini, maka digunakan chemical resistant E-glass fiber
(ECR) yang tahan terhadap asam.

3.1. Housing Material


Pada sekarang ini, telah dikenal beberapa teknologi komposit dari isolator yaitu epoxy
resin, PTFE, PUR, ethylene propylene rubber (EPR) dan silicon rubber (SIR).
Bagaimanapun, untuk menghadapi mekanikal stress yang besar, maka teknologi mulai beralih
ke bahan rubber. Untuk saat ini, aplikasi tegangan tinggi menggunakan silicon rubber (SIR),
sejak sudah terbukti selama 30 tahun tahan terhadap kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Keuntungan dari silicon rubber adalah flexibility meskipun di suhu rendah, high
mechanical strength, tahan terhadap cuaca seperti ozon, radiasi ultraviolet dan panas. Selain
itu, silicon rubber juga superior di kelas hidrofobik. SIR merupakan satu-satunya housing
yang membentuk layer terhadap polusi di permukaannya. Sehingga leakage current dan
flashover dapat direduksi. Sebagai tambahan, silicon rubber tidak membutuhkan pembersihan
secara berkala.
Bagaimanapun juga, silicon elastomer dan silicon rubber merupakan varian dari
sintetik rubber yang berbeda sifatnya tergantung dari komposit kimiawi, proses vulkanisasi,
filler material, filler content dan additifnya.

a. Pengaruh dari filler


Silicon rubber yang tidak diisi oleh filler atau additif mempunyai kualitas yang rendah
karena ikatan molekulnya sangat rendah. Untuk menambah tensile strength dan kekuatan
rubber, maka digunakan silicic acid. Untuk mencegah terjadinya tracking dan erosion
resistance, maka digunakan inorganic filler. Komposisi dari filler ini sebesar 70-80% dari
total berat isolator.
Alumina Trihydrate (ATH) adalah jenis inorganic filler yang paling umum. Telah
banyak penyelidikan dengan menggunakan salt fog test, dimana semakin banyak filler yang
ditambahkan, maka memperkecil tracking dan erosion resistance.
Cost yang rendah adalah keuntungan lain menggunakan filler, khususnya inorganic
filler dibandingkan dengan silicon rubber jenis Siloxane.

Gbr. 2. Pengaruh dari filler terhadap tracking


dan erosion resistance
Untuk mengurangi cost, beberapa manufactur menggunakan powder di samping
ATH. Walaupun demikian ATH mempunyai sifat elektrik yang lebih baik.
Pada dasarnya, filler itu tidak hanya mempengaruhi mekanikal and elektrikal
performance tetapi juga densitas, hardness, viskositas dan hidrofobik. Hidrofobik yang
dimiliki oleh silikon rubber disebabkan karena Low Molecular Weight (LMW) komponen
silikon. Proses filler mempengaruhi sifat hidrofobik itu sendiri ada dua cara yaitu filler
menggantikan siloxane, artinya LMW silikon dikurangi. Di sisi lain, filler juga sebagai
barrier bagi LMW silikon, sehingga proses difusi dari LMW itu sendiri menjadi lambat.
Sebagai kesimpulan, penambahan filler juga akan mengurangi sifat hidrofobik. Dari
statement di atas dapat diambil dua garis besar yaitu :

1. Untuk memperbaiki tracking dan erosion resistance, filler content harus ditambah.
2. Untuk memperbaiki sifat hidrofobik, fill er content harus dikurangi.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, kedua hal di atas harus seimbang, tetapi
biasanya, manufaktur akan lebih cenderung ke hal yang pertama dengan menambah filler
untuk mengurangi cost.
b. Testimonial Penggunaan Silicon Rubber
Beberapa negara telah menggunakan silicon rubber sebanyak 60000 yaitu Afrika
Selatan, Canada, Australia, Naimibia, Spanyol, Swiss dan USA. Hasil yang bisa dipetik
adalah isolator silikon rubber ini mengurangi cost maintenance dan improve vandalism.
Kebanyakan silikon rubber ini tidak membutuhkan pembersihan terutama di daerah dengan
polutan tinggi dan performansinya tetap lebih baik dari EPDM dan jenis keramik. Beberapa
isolator jenis ini juga mengalami kegagalan brittle fracture.
Sejak tahun 1978, ESKOM (Afrika Selatan) telah menggunakan isolator jenis ini
untuk daerah polutan tinggi dan vandalisme tinggi terutama di daerah pantai yang memiliki
polutan garam yang tinggi. Sehingga ESKOM mengganti semua jenis isolator keramik
dengan jenis silikon rubber, karena ESKOM tidak membutuhkan cleaning yang biasanya
menggunakan helikopter untuk membersihkan.
Red Electrica de Espana (REE), Spanyol melaporkan sejumlah failure telah dikurangi
sejak mengganti isolator jenis glass dengan isolator silikon rubber. Florida Power and Light
(FPL) juga melaporkan, performansi ketahanan isolator terhadap polutan untuk jenis silikon
rubber ini lebih baik dibandingkan jenis lain baik itu dengan pembersihan atau tidak sama
sekali. Pada gambar 3, Silicon rubber (SIR) lebih baik performansinya dibandingkan dengan
EPDM housing (EPR 1 dan EPR 2) dan juga isolator keramik. Oleh karena itulah pada tahun
1991, FPL mengganti semua jenis EPR 1 dengan silicon rubber dan sejak itu, outage telah
berhasil dikurangi.
Di samping beberapa keuntungan yang telah dijelaskan di atas, didasarkan pada berat
isolator, silikon rubber juga telah mengurangi cost instalasi, di samping itu, safety pekerjaan
juga lebih baik, sedikit pekerja yang mengalami kecelakaan karena kemudahan dalam hal
instalasinya.
Gbr. 3. Banyaknya Flashover yang terjadi
menurut pengalaman FPL

3.2. Aluminium Matrix Komposit


Salah satu dari jenis komposit yang dipakai luas dalam berbagai aplikasi adalah
komposit Al/Al203. Komposit ini adalah pengembangan dari komposit bermatriks logam yaitu
aluminium, biasa disebut Aluminium Matrix Composites (AMCs) dengan alumina (Al203)
sebagai fasa penguat.
Bertitik tolak dari pengertian komposit, maka komposit Al-Al203 diharapkan dapat
menggabungkan sifat terbaik dari matriks aluminium (Al) sebagai material yang ringan,
konduktivitas panas dan listrik baik, serta ketahanan korosi tinggi (mudah membentuk lapisan
oksida yang kuat dan tahan terhadap korosi) dengan penguat alumina (Al2O3) yang memiliki
kekerasan tinggi (hard) sehingga tahan terhadap wear, kekuatan (strength) dan kekakuan
(stiffness) tinggi, sifat dielektrik yang excellent dari DC ke frekuensi GHz, konduktivitas
termal baik, kapabilitas ukuran dan bentuk yang baik, serta resisten terhadap serangan asam
kuat dan alkali pada temperatur tinggi.
Aluminium sebagai matriks pada komposit Al/Al2O3, merupakan logam dengan
kelimpahan terbesar di kerak bumi. Selain itu, logam ini memiliki melting point yang relatif
rendah yaitu 6580C, sehingga dengan penambahan unsur seperti tembaga (Cu), silikon (Si),
atau magnesium (Mg) akan menghasilkan paduan aluminium yang memiliki kekuatan yang
besar. Namun, jika dibandingkan dengan kekuatan baja paduan, maka paduan aluminium
masih berada jauh di bawahnya. Sementara itu, beberapa kekurangan dari logam ini seperti:
stiffness yang rendah, koefisien ekspansi termal yang sulit dikontrol, tidak memilki resisten
yang baik terhadap abrasi dan wear, serta sifat “miskin”nya pada temperatur tinggi.
Kombinasi dari keunggulan dan kelemahan di atas, menjadikan aluminium sebagai logam
yang paling banyak dijadikan obyek riset pada komposit yang bermatrik logam.
Tentu saja, berbeda antara aluminium dengan alumina (Al 2O3), walaupun unsur utama
penyusun kedua material ini sama. Alumina (Al2O3) banyak digunakan dalam fabrikasi
material keramik, karena merupakan bahan baku yang menghasilkan keramik dengan
performa tinggi dan hemat biaya (cost effective). Beberapa aplikasi khusus dari alumina
(Al2O3) yaitu Gas laser tubes (tabung laser gas), wear pads (Baju anti peluru), seal rings,
isolator lisrik temperatur dan voltase tinggi, Furnace liner tubes, Thread and wire guides,
electronic substrates, Senjata balistik, abrasion resistant tube and elbow liners, thermometry
sensors, laboratory instrument tubes and sample holders, instrumentation parts for thermal
property test machines, dan media gerinda.
Ikatan antar atom pada alumina merupakan ionic bonding yang kuat, tidak heran jika
memiliki karakteristik yang diinginkan. Artinya, ia tetap stabil walaupun pada temperatur
yang sangat tinggi, karena membentuk fasa kristal heksagonal alpha (α-hexagonal) yang
sangat stabil. Pada oksida keramik, fasa ini merupakan yang paling kuat dan kaku. Lebih
lanjut, fasa ini memiliki kekerasan tinggi dan sifat dielektrik yang excellent. Dengan
demikian, banyak digunakan dalam cakupan aplikasi yang sangat luas.
Alumina murni, memiliki fungsi ganda baik sebagai atmosfer pengoksidasi maupun
pereduksi sampai 19250C. Sedangkan kehilangan berat material ini dalam ruang vakum
berkisar dari 10-7 sampai 10-6 g/cm2.det di atas temperatur 17000C sampai 20000C. Kemudian
dari pada itu, alumina sangat resisten terhadap serangan segala gas kecuali fluorine, dan tahan
terhadap semua reagen terkecuali asam hydrofluoric dan phosphosric. Adapun serangan pada
suhu tinggi, alumina dengan kemurnian rendah, mudah diserang oleh partikulat gas logam
alkali.

3.3. Komposit Al/Al2O3


Telah dijelaskan, sifat-sifat dari komponen penyusun komposit Al/Al 2O3 yang terdiri dari
aluminium sebagai matriks dan alumina sebagai fasa penguat. Dalam hal ini, banyak
keunggulan dari AMCs jika dibandingkan dengan aluminium maupun paduan aluminium
yang tidak dikuatkan, yaitu:
 Greater strength (kekuatan lebih besar).
 Improved stiffness (kekakuan diperbaiki).
 Reduced density/weight (mengurangi densitas/berat).
 Improved high temperature properties (memperbaiki sifat temperatur tinggi).
 Controlled thermal expansion coefficient (koefisien ekspansi termal terkontrol).
 Thermal/heat management.
 Enhanced and tailored electrical performance (peningkatan performa dan kinerja
elektrik).
 Improved abrasion and wear resistance (memperbaiki ketahanan abrasi dan
aus).
 Control of mass (especially in reciprocating applications) (control massa
(terutama dalam aplikasi khusus), dan
 Improved damping capabilities (memperbaiki kapabilitas damping).
Keunggulan-keunggulan di atas, terlihat dari apresiasi yang lebih baik pada alumunium
murni yang semula memiliki modulus elastic 70 GPa meningkat menjadi 240 GPa dengan
diberi penguat 60% volume serat alumina yang kontinu. Sebaliknya, pemberian 60% volume
penguat dalam aluminium murni justru menurunkan koefisien ekspansi dari 24 ppm/ 0C
menjadi 7 ppm/0C. Hal ini, menunjukkan bahwa sesuatu hal yang mungkin mengadakan
perubahan terhadap properties aluminium sampai 2 atau 3 tingkat dengan penambahan
variasi volume penguat yang sesuai.
Sistem komposit AMCs menawarkan kombinasi dari properties yang sedemikian
rupa, yang dari tahun ke tahun telah dicoba dan digunakan di dalam banyak aplikasi-aplikas
structural, fungsional dan bukan structural di dalam bidang engineering yang bermacam-
macam. Kekuatan yang menggerakkan untuk penggunaan AMCs ini meliputi keunggulan
dalam aspek performa, ekonomi dan lingkungan. Penggunaan utama dari AMCs ini di dalam
sector transportasi yang memberikan keuntungan seperti pemakaian bahan bakar yang lebih
sedikit, suara yang kecil, dan menurunkan emisi di udara. Dengan melihat kecenderungan
perubahan peraturan yang semakin ketat di bidang lingkungan dan penekanan pada perbaikan
aspek keekonomian bahan bakar, penggunaan AMCs pada sektor transportasi akan
diutamakan dan tidak bisa terelakkan untuk tahun mendatang.
AMCs diharapkan dapat mengganti bahan-bahan monolitik seperti paduan
aluminium, paduan besi, paduan titanium, dan polimer berbasis komposit dalam aplikasi
tertentu. Sekarang, dengan penggantian bahan monolitik dengan AMCs dalam system
rekayasa semakin bertambah luas. Seakan ada yang memaksa kepada keperluan untuk
merancang ulang keseluruhan system untuk mendapatkan keuntungan dari penambahan berat
dan volume.
Beberapa jenis dari komposit AMCs berdasarkan bentuk reinforce, adalah sebagai
berikut (komposit Al/Al2O3, termasuk dalam no. 1, 2, dan 3):
1.      Particle-reinforced AMCs (PAMCs).
2.      Whisker-or short fibre-reinforced AMCs (SFAMCs).
3.      Continuous fibre-reinforced AMCs (CFAMCs).
4.      Mono filament-reinforced AMCs (MFAMCs).

Isolator komposit (composite insulator) telah digunakan di beberapa negara lebih dari
tiga dekade sebagai alternatif pengganti isolator porselin dan gelas. Isolator komposit
menunjukkan performansi yang bagus pada beberapa kondisi, terutama untuk daerah
berpolusi.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator komposit:
1. Ringan, kepadatan material komposit lebih rendah dibandingkan keramik maupun
gelas,hal ini menyebabkan isolator komposit ringan, sehingga mudah dalam
penanganan maupun instalasi.
2. Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak rayap yang relatif
besar menyebabkan desain isolator komposit sederhana.
3. Tahan terhadap polusi, karena bahan komposit mempunyai sifat hidrophobik
(menolak air) yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel
pada permukaannya meskipun dioperasikan pada kondisi lingkungan yang berpolusi
maka isolator komposit mempunyai ketahanan tegangan lewat-denyar yang baik.
4. Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselin, namun tidak
mengurangi performansinya.
5. Tidak terdapat lubang karena pembuatan, karena sifat komposit yang berbeda dengan
porselin dalam hal pembuatannya. Sehingga memungkinkan tidak terjadinya tembus
internal.

Sedangkan kekurangan yang dimilki oleh isolator komposit adalah:


1. Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan
antara lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi kimia
pada permukaan polimer. Sehingga dapat merusak permukaan polimer (penuaan)
yang dapat menghilangkan sifat hidrofobiknya.
2. Mahal, bahan penyusun komposit lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun
gelas.
3. Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi komposit biasanya tidak mampu untuk
menyokong dirinya sendiri. Oleh karenanya dalam instalasi dibutuhkan peralatan lain
seperti jacket (oversheath) sebagai penyokongnya.
4. Kompabilitas material, produk polimer menpunyai interface lebih dari satu sumbu
bergantung pada fungsi dan desainnya. Apabila terdapat banyak interface
menyebabkan pengaruh penting pada perekatnya. Oleh karenya harus diketahui
dengan jelas sebelum menggunakan isolator komposit, sebab dapat menimbulkan
korosi atau retakan apabila formulasinya tidak sesuai.

Anda mungkin juga menyukai