TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
2.1.1 Pengertian Komposit
Komposit adalah bahan yang terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang
berlainan digabung [Kroschwitz, 1987]. K. Van Rijswijk et.al dalam bukunya Natural
Fibre Composites [2001] menjelaskan komposit adalah bahan hibrida yang terbuat
dari resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan
fisik. Komposit dan alloy memiliki perbedaan dari cara penggabungannya yaitu
apabila komposit digabung secara makroskopis sehingga masih kelihatan serat
maupun matriknya (komposit serat) sedangkan pada alloy atau paduan digabung
secara mikroskopis sehingga tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya [Jones,
1975]. Ilustrasi ikatan dan sifat fisik polimer dapat dilihat pada Gambar 2.2..
5
6
telah berumur lebih dari 3000 tahun ternyata terbuat dari tanah liat yang diperkuat
jerami [Jamasri,2008]. Seorang petani memperkuat tanah liat dengan jerami, para
pengrajin besi membuat pedang secara berlapis dan beton bertulang merupakan
beberapa jenis komposit yang sudah lama kita kenal.
Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan jelas,
sedangkan pada alloy / paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya.
Salah satu keunggulan dari material komposit bila dibandingkan dengan material
lainnya adalah penggabungan unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur
pembentuknya tersebut. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan dapat
saling melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada pada masing-masing material
penyusunnya. Material komposit mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
(Schwartz, 1984) :
1. Bobotnya ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksinya murah
4. Tahan korosi
5. Ketahanan gesek/aus (Wear resistance)
6. Berat (Weight)
7. Ketahanan lelah (Fatigue life)
8. Meningkatkan konduktivitas panas
9. Tahan lama
Karena komposit menggunakan serat atau material teknik yang lain sebagai
penguat, biaya bahan baku dan biaya produksi akan menjadi tinggi. Secara alami
kemampuan tersebut diatas tidak ada semua pada waktu yang bersamaan (Jones,
1975). Sekarang ini perkembangan teknologi komposit mulai berkembang dengan
pesat. Komposit sekarang ini digunakan dalam berbagai variasi komponen antara lain
7
untuk otomotif, pesawat terbang, pesawat luar angkasa, kapal dan alat-alat olah raga
seperti ski, golf, raket tenis dan lain-lain. Umumnya pembuatan komposit terdiri dari dua
buah penyusun yaitu matrik dan filler (penguat/pengisi). Adapun definisi dari keduanya
yaitu:
1. Filler
Filler adalah bahan pengisi bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan
komposit, biasanya berupa serat atau serbuk. Serat yang sering dipakai dalam
pembuatan komposit antara lain serat E-Glaas, Boron, Carbon dan sebagainya.
Bisa juga dari serat alam antara lain serat kenaf, rami, jute, daun nenas, batang
pisang dan lain sebagainya.
2. Matrik
Matrik bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Secara umum
matrik berfungsi untuk mengikat serat menjadi suatu struktural komposit.
Matrik berfungsi antara lain:
a. Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
b. Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan
c. Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat
d. Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan
tahanan listrik.
Komposit ini terdiri dari bermacam-macam lapisan material dalam satu matriks.
Bentuk nyata dari komposit lamina adalah [ Jones, 1999]:
1. Bimetal
Bimetal adalah lapis dari dua buah logam yang mempunyai koefisien ekspansi
thermal yang berbeda. Bimetal akan melengkung seiring dengan berubahnya suhu
sesuai dengan perancangan, sehingga jenis ini sangat cocok untuk alat ukur suhu.
2. Pelapisan logam
Pelapisan logam yang satu dengan yang lain dilakukan untuk mendapatkan sifat
terbaik dari keduanya.
3. Kaca yang dilapisi
Konsep ini sama dengan pelapisan logam. Kaca yang dilapisi akan lebih tahan
terhadap cuaca.
4. Komposit lapis serat
11
Dalam hal ini lapisan dibentuk dari komposit serat dan disusun dalam berbagai
orientasi serat. Komposit jenis ini biasa digunakan untuk panel sayap pesawat dan
badan pesawat.
FRP (Fiber Reinforced Plastics) mempunyai dua unsur bahan yaitu serat (fiber)
dan bahan pengikat serat yang disebut dengan matriks. Unsur utama dari bahan
komposit adalah serat, serat inilah yang menentukan karakteristik suatu bahan seperti
kekuatan, keuletan, kekakuan dan sifat mekanik yang lain. Serat menahan sebagian
besar gaya yang bekerja pada material komposit sedangkan matriks mengikat serat,
melindungi dan meneruskan gaya antar serat [Van Vlack, 2005].
Secara prinsip, komposit dapat tersusun dari berbagai kombinasi dua atau lebih
bahan, baik bahan logam, bahan organik, maupun bahan non organik. Namun
demikian bentuk dari unsur-unsur pokok bahan komposit adalah fibers, particles,
leminae or layers, flakes fillers and matrix. Matrik sering disebut unsur pokok body,
karena sebagian besar terdiri dari matriks yang melengkapi komposit [Van vlack,
2005].
1. Serat
Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang
menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung
dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter serat mendekati
ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada
material [Triyono,& Diharjo k, 2000].
Selain itu serat (fiber) juga merupakan unsur yang terpenting, karena seratlah
nantinya yang akan menentukan sifat mekanik komposit tersebut seperti kekakuan,
keuletan, kekuatan dsb. Fungsi utama dari serat adalah:
12
Menurut Diharjo [1999], bahan matrik yang sering digunakan dalam komposit
antara lain :
a. Polimer.
Polimer merupakan bahan matrik yang paling sering digunakan. Adapun jenis
polimer yaitu:
Thermoset, adalah plastik atau resin yang tidak bisa berubah karena panas
(tidak bisa di daur ulang). Misalnya : epoxy, polyester, phenotic.
Termoplastik, adalah plastik atau resin yang dapat dilunakkan terus menerus
dengan pemanasan atau dikeraskan dengan pendinginan dan bisa berubah
karena panas (bisa didaur ulang). Misalnya : Polyamid, nylon, polysurface,
polyether.
b. Keramik.
Pembuatan komposit dengan bahan keramik yaitu keramik dituangkan pada serat
yang telah diatur orientasinya dan merupakan matrik yang tahan pada temperatur
tinggi. Misalnya :SiC dan SiN yang sampai tahan pada temperatur 1650 C.
c. Karet.
Karet adalah polimer bersistem cross linked yang mempunyai kondisi semi
kristalin dibawah temperature kamar.
d. Matrik logam
Matrik cair dialirkan kesekeliling sistem fiber, yang telah diatur dengan perekatan
difusi atau pemanasan.
e. Matrik karbon.
Fiber yang direkatkan dengan karbon sehingga terjadi karbonisasi.
14
Pemilihan matrik harus didasarkan pada kemampuan elongisasi saat patah yang
lebih besar dibandingkan dengan filler. Selain itu juga perlunya diperhatikan berat
jenis, viskositas, kemampuan membasahi filler, tekanan dan suhu curring, penyusutan
dan voids.
Voids (kekosongan) yang terjadi pada matrik sangatlah berbahaya, karena pada
bagian tersebut fiber tidak didukung oleh matriks, sedangkan fiber selalu akan
mentransfer tegangan ke matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab munculnya crack,
sehingga komposit akan gagal lebih awal. Kekuatan komposit terkait dengan void
adalah berbanding terbalik yaitu semakin banyak void maka komposit semakin rapuh
dan apabila sedikit void komposit semakin kuat.
2.1.4 Komposit Berpenguat Serat Alam
Serat alam (natural fiber) merupakan serat yang bersumber langsung dari alam
(bukan merupakan buatan atau rekayasa manusia). Serat alami biasanya didapat dari
serat tumbuhan seperti serat bambu, serat pohon pisang serat nanas dan lain
sebagainya [Jamasri dkk, 2005].
Pada saat ini pemakaian bahan alam sebagai komposit berpenguat serat alam
dapat menawarkan keuntungan terhadap lingkungan, mengurangi konsumsi energi,
ringan, pengurangan emisi organik yang mudah menguap dan pengurangan
ketergantungan terhadap bahan yang tidak bisa diperbaharukan. Pada gambar
dibawah ini menunjukkan prospek aplikasi komposit berbasis serat alam di Amerika
Serikat, hal ini menunjukkan komposit berpenguat serat alam (NFC) akan segera
mengubah trend global mengenai komposit dan merupakan material yang baik dalam
pemlihan bahan.
15
Gambar 2.8 Data Pertumbuhan untuk Aplikasi Komposit Berbasis Bahan Alam
di Amerika Serikat (Drzal dkk, 2003)
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat peningkatan yang sangat signifikan
terhadap penggantian logam atau bahan teknik lainnya terhadap komposit berpenguat
serat dalam kurun waktu beberapa tahun. Serat alam lebih baik dibanding serat kaca
apabila modulus spesifik diaanggap, akan tetapi dari segi kekuatan tariknya serat kaca
lebih unggul dibanding serat alam. Berikut ini adalah tabel sifat mekanis komposit
serat alam.
Tabel 2.1 Sifat Mekanis Komposit Serat Alam
Spesifik graviti Kekuatan Tarik Modulus Modulus
(MPa) (GPa) Spesifik
Serat
Jute 1,3 393 55 36
Sisal 1,3 510 28 22
Lenan 1,5 344 27 50
Sunhemp 1,07 389 35 32
Nanas 1,56 170 62 40
E-Glass 2,5 3400 72 28
[Sumber: Saheb & Jog, 1999]
16
Tabel 2.2 Jumlah Rumpun dan Produksi Nanas (kg) Menurut Kabupaten di Provinsi
Riau Tahun 2014
Produksi
Jumlah Produksi Produktivitas
No Kabupaten/Kota Nanas
(rumpun) (kg) (kg/rumpun)
(%)
1. Kuantan Singingi 8.061 40.000 4,96 0,04
2. Indragiri Hulu 820.683 1.371.000 1,67 1,28
3. Indragiri Hilir 9.308.434 26.547.000 2,85 24,71
4. Pelalawan 11.882 59.000 4,97 0,05
5. Siak 8.625.587 10.720.000 1,24 9,98
6. Kampar 8.601.519 20.179.000 2,35 18,78
7. Rokan Hulu 23.669 113.000 4,77 0,11
8. Bengkalis 560.206 2.912.000 5,20 2,71
9. Rokan Hilir 121.066 486.000 4,01 0,45
Kepulauan 21.608 74.000 3,42 0,07
10.
Meranti
11. Pekanbaru 1.977 8.000 4,05 0,01
12. Dumai 11.842.540 44.929.000 3,79 41,82
Jumlah/Total 39.947.232 107.438.000 43,29 100,00
[Sumber: BPS Provinsi Riau, 2015]
Pengambilan serat daun nanas pada umumnya dilakukan pada usia tanaman
berkisar antara 1 sampai 1,5 tahun . Serat yang berasal dari daun nanas yang masih
muda pada umumnya tidak panjang dan kurang kuat. Sedang serat yang dihasilkan
dari tanaman nanas yang terlalu tua, terutama tanaman yang pertumbuhannya di alam
terbuka dengan intensitas matahari cukup tinggi tanpa pelindung, akan menghasilkan
serat yang pendek kasar dan getas atau rapuh (short, coarse and brittle fibre)
18
[Hidayat, 2008]. Oleh sebab, itu untuk mendapatkan serat yang kuat, halus dan
lembut perlu dilakukan pemilihan pada daun-daun nanas yang cukup dewasa yang
pertumbuhannya sebagian terlindung dari sinar matahari.
Meski akan mempengaruhi terhadap sifat fisis dan mekanis serat (terutama
berat, kekuatan tarik dan mulur serat), penelitian menunjukkan bahwa treatment yang
dilakukan pada serat daun nanas tersebut, hasil dari proses dekortikasi ataupun water
retting, dengan bahan kimia misal NaOH, H2SO4 atau bahan-bahan kimia lainnya
dengan konsentrasi tertentu, akan memudahkan dalam penguraian atau pemisahan
antar serat dari ikatannya (bundle of fibres), hal ini disebabkan terlepasnya beberapa
impurity materials atau gummy substances yang terdapat pada ikatan serat nanas
tersebut.
Tabel 2.6 Komposisi Kimia Serat Nanas pada Metode Proses Pemisahan Serat
yang berbeda (Doraiswarmy dkk., 1993)
Komposisi Kimia % Komposisi
Decortication Water Retting
Alpha cellulose 79,36 87,36
Hemi cellulose 13,07 4,58
Lignin 4,25 3,62
Ash 2,29 0,54
Alcohol-benzene extractions 5,73 2,72
b. Kelembaban
Pengaruh kelembaban ini akan mengakibatkan bertambahnya absorbsi air,
akibatnya akan menaikkan regangan patah, sedangkan tegangan patah dan
modulus elastisitasnya menurun.
c. Laju Tegangan
Apabila laju tegangan kecil, maka perpanjangan bertambah dan mengakibatkan
kurva tegangan-regangan menjadi landai, modulus elastisitasnya rendah.
Sedangkan kalau laju tegangan tinggi, maka beban patah dan modulus
elastisitasnya meningkat tetapi regangannya mengecil.
Hubungan antara tegangan dan regangan pada beban tarik ditentukan dengan
rumus sebagai berikut [Surdia, 1995]
𝑃
P = σ . A atau σ =𝐴 …............................................. [2.1]
Catatan:
P = beban (N)
A = luas penampang (mm2)
σ = tegangan (MPa).
𝛥𝐿
ε= ...................................................... [2.2]
𝑙𝑜
Dimana:
ε = Regangan (mm/mm)
ΔL = pertambahan panjang (mm)
lo = panjang daerah ukur (gage length), mm
Dimana:
E = Modulus elastisitas tarik (MPa)
σ = Kekuatan tarik (MPa)
ε = Regangan (mm/mm)
Pada ASTM D 638 untuk uji tarik dengan suhu 230C dan 50% relatif humiditi
dengan posisi sampel vertical pada alat Dhumbel Shape. Bentuk cetakan dan dimensi
sampel dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 2.10 Bentuk cetakan sampel pada ASTM D 638 (Mokhtar dkk, 2007)
25
Nilai
Dimensi
mm (inchi)
Ketebalan < 7mm (0,28 in), T 1,00 (0,13)
Lebar bagian kecil, W 13 (0,5)
Panjang bagian kecil, L 57 (2,25)
Lebar keseluruhan, WO 19 (0,75)
Panjang keseluruhan, LO 165 (6,5)
Panjang antar 2 bagian sempit, G 50 (2,0)
Jarak antar kedua genggaman, D 115 (4,5)
Radius fillet, R 76 (3,0)
[Mohktar dkk, 2007]
3𝑃𝐿
𝜎𝑓 = 2𝑏𝑑2 ............................................................................................. [2.4]
𝐿3 . 𝑃
Eb = ......................................................................................... [2.5]
4 𝑏 𝑑3 𝛿
dimana:
σb = kekuatan bending (MPa)
P = beban yang diberikan(N)
L = jarak antara titik tumpuan (mm)
b = lebar spesimen (mm)
d = tebal spesimen (mm)
δ = defleksi (mm)
Eb = modulus elastisitas (MPa)
Sedangkan kekakuan dapat dicari dengan persamaan (Lukkassen, D., Meidel,
A., 2003) :
1
I= 𝑏𝑑3 ............................................................................................. [2.6]
12
D = EI ............................................................................................. [2.7]
dimana :
D : kekakuan (N/mm2)
E : modulus elastisitas (N/mm2)
I : momen inersia (mm4)
b : lebar (mm)
d : tinggi (mm)
28
2.7 Perpatahan
Kegagalan dari bahan teknik hampir selalu tidak diinginkan terjadi karena
beberapa alasan seperti membahayakan hidup manusia, kerugian dibidang ekonomi
dan gangguan terhadap ketersediaan produk dan jasa. Meskipun penyebab kegagalan
dan sifat bahan mungkin diketahui,pencegahan terhadap kegagalan sulit untuk
dijamin. Kasus yang sering terjadi adalah pemilihan bahan dan proses yang tidak
tepat dan perancangan komponen kurang baik serta penggunaan yang salah. Menjadi
tanggung jawab para insinyur untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan dan
mencari penyebab pada kegagalan untuk mencegah terjadinya kegagalan lagi
(Calliester, 2007).
Patah sederhana didefinisikan sebagai pemisahan sebuah bahan menjadi dua atau
lebih potongan sebagai respon dari tegangan static yang bekerja dan pada temperatur
yang relative rendah terhadap temperatur cairnya. Dua model patah yang mungkin
terjadi pada bahan teknik adalah patah liat (ductile fracture) dan patah getas (brittle
fracture). Klasifikasi ini didasarkan pada kemampuan bahan mengalami deformasi
plastik. Bahan liat (ductile) memperlihatkan deformasi plastik dengan menyerap
energi yang besar sebelum patah. Sebaliknya, patah getas hanya memeperlihatkan
deformasi plastik yang kecil atau bahkan tidak ada. Setiap proses perpatahan meliputi
dua tahap yaitu pembentukan dan perambatan sebagai respon terhadap tegangan yang
diterapkan. Jenis perpatahan sangat tergantung pada mekanisme perambatan retak
(Callister, 2007).