BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material teknik merupakan jenis material yang banyak digunakan dalam proses rekayasa
dan industri (Ashby dkk, 2007). Material teknik dikelompokkan menjadi 6 bagian, yaitu logam,
polimer, karet, gelas, keramik dan hibrida. Pada logam yang biasa digunakan adalah baja, besi
cor, logam paduan, titanium dan lain-lain. Untuk material teknik jenis hybrid, komposit adalah
bahan yang paling sering digunakan dan dikembangkan pada proses rekayasa dan industri (Ahby
dkk, 2007)
Pada perkembangan dalam bidang material teknik, kebanyakan logam diolah menjadi
peralatan rumah tangga, peralatan makan dan minum, ornamen dan alat perang seperti pedang,
baju tempur, dan tameng (shield) pada awal penemuan logam oleh umat manusia yaitu sekitar
tahun 6000 SM (Cramb, 1996). Namun dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, logam
kemudian diolah untuk perindustrian. Industri otomotif merupakan salah satu bidang industri
yang banyak menggunakan logam sebagai bahan baku produksinya. Seperti pada pembuatan
rangka mobil, rangka motor, body mobil, suku cadang mobil dan motor dan komponen mesin-
mesin kendaraan bermotor. Selain banyak digunakan pada industri otomotif, logam juga banyak
2
digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan. Pertahanan militer juga menjadi industri yang
menggunakan logam sebagai bahan baku produksi, seperti pembuatan tank, Meriam, senapan,
dan lain-lain.
Penggunaan logam untuk proses rekayasa dan industri memang cukup diminati sebagai
bahan baku. Hampir semua industri menggunakan logam sebagai bahan baku, namun logam
juga memiliki beberapa kekurangan untuk dijadikan sebagai material pada proses rekayasa dan
industri. Kekurangan logam diantaranya yaitu bersifat korosif. Untuk mengatasi kekurangan
logam yang bersifat korosif, akhir-akhir ini komposit menjadi material yang mulai banyak
digunakan sebagai bahan baku produksi. Komposit yang memiliki sifat tahan korosi dan
umumnya lebih ringan dari logam mulai banyak digunakan sebagai material pada industri dan
proses rekayasa.
Komposit adalah material yang tersusun dari campuran dua atau lebih material yang
memiliki sifat kimia dan sifat fisik yang berbeda yang nantinya menghasilkan material baru
yang memiliki sifat berbeda dengan material penyusunnya (Ary,2015). Bahan penyusun dari
komposit terdiri dari empat komponen, yaitu matrik, material penguat (reinforce), material
pengisi (filler) dan material penambah (additive).
Lee dkk (2015) melakukan penelitian tentang optimasi topologi material suatu komposit
laminate isotropic dan orthotropic. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian
Sigmund yang membahas kode optimasi topologi yang dilakukan menggunakan software
MATLAB. Kode MATLAB untuk matrik kekakuan dari komposit laminate digunakan untuk
menunjukkan perubahan dari material isotropic ke material orthotropic pada optimasi topologi
komposit laminate.
3
Akbulut dan Sonmez (2011) melakukan penelitian tentang optimasi desain komposit
laminate menggunakan algoritma annealing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meminimalkan ketebalan atau berat suatu komposit laminate. Simulasi algoritma annealing
digunakan untuk optimasi desain lay-up. Orientasi sudut serat dan jumlah layer merupakan
variabel untuk mendesain struktur komposit laminate dalam penelitian ini. Dengan
mempertimbangkan beban statis sebagai model kegagalan kritis, pembebanan maksimal dan
kriteria Tsai-Wu digunakan bersama untuk memprediksi kegagalan.
Pada proposal ini diusulkan kegiatan penelitian tentang optimasi desain komposit
laminated serat carbon dan matrik resin epoxy dengan menggunakan software simulasi ANSYS
v14.5.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana orientasi sudut serat mempengaruhi tegangan tarik maksimal dari komposit
laminated serat karbon dengan matrik epoxy.
2. Bagaimana orientasi sudut serat mempengaruhi deformasi dari komposit laminated serat
karbon dengan matrik epoxy.
3. Bagaimana orientasi sudut mempengaruhi lokasi tegangan maksimal dari komposit laminated
serat karbon dengan matrik epoxy.
Pada penelitian ini proses pengambilan data dilakukan dengan simulasi menggunakan
software ANSYS v14.5. Komposit laminated pada penelitian ini disusun dari tiga layer serat
karbon dengan konfigurasi orientasi sudut serat yang berbeda. Dimensi spesimen komposit
laminated menggunakan standar uji tarik ASTM E8/E8M-13 dengan beban penarikannya
sebesar 50 N.
4
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan, tujuan yang ingin diperoleh pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh orientasi sudut serat terhadap tegangan tarik maksimal dari komposit
laminated serat karbon dengan matrik epoxy.
2. Mengetahui pengaruh orientasi sudut serat terhadap deformasi dari komposit laminated serat
karbon dengan matrik epoxy.
3. Mengetahui pengaruh orientasi sudut serat terhadap lokas tegangan maksimal dari komposit
laminated serat karbon dengan matrik epoxy.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis, yaitu dapat memberikan referensi tambahan pada penelitian selanjutnya
dalam bidang material manufaktur khususnya komposit.
2. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan sebagai konsep awal untuk mendesain particle board
atau body kendaraan atau untuk teknologi pelapisan material.
2.1 Komposit
Berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun atau menggabung. komposit
dapat disebut juga suatu bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Komposit
merupakan suatu material yang terbentuk dari campuran atau kombinasi dua atau lebih
material yang tersusun baik secara mikro atau makro dimana sifat material tersebut berbeda
bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya (Smith, 1996).
Menurut Gibson (1994) material komposit sebagai kombinasi antara dua material atau
lebih yang berbeda bentuknya, komposisi kimianya dan tidak saling melarutkan antara
materialnya dimana material yang satu berfungsi sebagai penguat dan material yang lainnya
berfungsi sebagai pengikat untuk menjaga kesatuan unsur- unsurnya.
Komposit terbentuk dari dua material yang berbeda, yaitu :
1. Matriks, bersifat lebih ductile dan kekuatannya yang lebih rendah.
2. Penguat (reinforcement), umumnya berbentuk serat yang mempunyai sifat kurang ductile
tetapi lebih kuat.
Keunggulan komposit daripada material lain adalah :
1. Memiliki sifat mekanik yang baik, tidak korosif
2. Bahan baku yang mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah.
3. Memiliki massa jenis yang lebih rendah dibanding dengan serat mineral
Matthews dkk. (1993) mendefinisikan komposit adalah suatu material yang terbentuk
dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen,
dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran
tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik
yang berbeda dari material pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari material
konvensional pada umumnya dari proses pembuatannya melalui percampuran yang tidak
homogen, sehingga kita bebas merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan
dengan jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya.
6
Fibrous composites materials (komposit serat) terdiri dari dua komponen penyusun
yaitu matriks dan serat.
Laminated composites materials atau structural composite materials (komposit
berlapis) terdiri dari sekurang kurangnya dua material berbeda yang direkatkan
bersama sama.
Parcticulate composite materials (komposit partikel) merupakan jenis komposit
yang menggunakan partikel/butiran sebagai pengisi
1. Unidirectional laminate (satu arah), yaitu bentuk laminate dengan tiap lamina
mempunyai arah serat yang sama. Kekuatan terbesar komposit lamina ini adalah searah
seratnya.
2. Crossplien quasi-isotropic (silang), lamina ini mempunyai susunan serat yang saling
silang tegak lurus satu sama lain antara lamina
3. Random/woven fiber composite, lamina ini mempunyai susunan serat.
Dengan pembuatan laminat dimaksudkan agar struktur gabungan mampu menahan
beban multiaksial, sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan lapisan tunggal. Lapisan tunggal
hanya kuat pada arah seratnya, tetapi sangat lemah pada arah tegak lurus arah seratnya.
2. Komposit Serat
Komposit serat merupakan komposit yang terdiri dari fiber dalam matrik. Secara alami
serat yang panjang mempunyai kekuatan yang lebih dibanding serat yang berbentuk curah (bulk).
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang
menggunakan penguat berupa serat/fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa fibers glass, carbon
fibers, aramid fibers (polyaramide), dan sebagainya. Serat ini bisa disusun secara acak maupun
dengan orientasi tertentu atau bisa juga disusun dalam bentuk yang lebih kompleks seperti
anyaman. Serat merupakan material yang mempunyai perbandingan panjang terhadap diameter
sangat tinggi dan diameternya memiliki ukuran yang mendekati kristal. Serat juga mempunyai
kekuatan dan kekakuan terhadap densitas yang besar (Jacobs, 1994)
Komposit serat berdasarkan bentuk serat dibedakan menjadi beberapa bagian,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Metode elemen hingga adalah metode numerik yang digunakan sebagai salah satu solusi
pendekatan untuk memecahkan berbagi permasalahan fisik. Adapun dasar dari metode elemen
hingga adalah membagi benda kerja menjadi elemen-elemen kecil yang jumlahnya berhingga
sehingga dapat menghitung reaksi akibat beban (load) pada kondisi batas (boundary condition)
yang diberikan. Dari elemen-elemen tersebut dapat disusun persamaan-persamaan matriks yang
biasa diselesaikan secara numerik dan hasilnya menjadi jawaban dari kondisi beban yang
diberikan pada benda kerja tersebut. Metode elemen hingga (MEH) dapat mengubah suatu
masalah yang memiliki jumlah derajat kebebasan tidak berhingga menjadi suatu masalah
dengan jumlah derajat kebebasan tertentu sehingga proses pemecahannya lebih sederhana.
Metode ini merupakan metode computer oriented yang harus dilengkapi dengan program-
program komputer digital yang tepat dalam penelitian ini penulis menggunakan program
MATLAB untuk perhitungan numerik.
Ada beberapa langkah perhitungan dengan menggunakan metode elemen hingga,
diantaranya sebagai berikut :
1. Diskretisasi atau pembagian batang menjadi elemenelemen. Pada penelitiam ini batang
dibagi menjadi 5 elemen, sehingga masing-masing elemen memiliki panjang L=𝐿𝑡𝑜𝑡 /5.
Derajat kekebasan setiap titik nodalnya adalah dua, yaitu perpindahan transversal dan
perpindahan sudut. Sehingga total jumlah derajat kebebasan adalah 12, seperti pada gambar
berikut
2. Menyusun matriks massa local dan matriks kekakuan lokal (elemen) dalam koordinat
struktur Matriks massa lokal dan matriks kekakuan local. Matriks massa lokal dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2) yaitu masa persatuan panjang (m) (kg/m) dikalikan
dengan panjang balok perelemen (l) (m) dan dikalikan dengan matriks massa :
(2)
3. Untuk matriks kekakuan lokal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3) yaitu
modulus elasitisitas (E) (Kg/𝑚2 ) dikalikan dengan momen inersia balok (I) (𝑚4 ) dan dibagi
dengan panjang balok perlemen pangkat tiga (l) (𝑚3 ) kemudian dikalikan dengan matriks
kekakuan :
(3)
4. Untuk mendapatkan momen inersia balok berikut rumus perhitungan yaitu lebar balok
(b) (m) dikalikan dengan tebal balok pangkat tiga (h) (𝑚3 ) kemudian dibagi dua belas :
(4)
5. Transformasi matriks massa dan matriks kekakuan dalam koordinat lokal ke koordinat
global.
(5)
6. Untuk mencari nilai matrik kekakuan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
(6)
7. Memasukan syarat batas kedalam persamaan matriks getaran batas kemudian mereduksi
matriks.
10
(7)
9. Menentukan harga frekuensi pribadi dari persamaan karekteristik eigenvalue.
(8)
10. Menentukan nilai kekakuan dari frekuensi pribadi, dengan :
(10)
2.4 Kekuatan Tarik
Uji tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan
dengan menarik spesimen sampai putus. Pengujian tarik dilakukan menggunakan mesin uji
tarik atau universal testing standar.(Standar ASTM D638-03).
Tegangan tarik maksimal suatu spesimen hasil pengujian tarik dapat dihitung dengan
rumus berikut :
𝐹
σ=𝐴 (11)
Dengan :
σ : Tegangan (Mpa)
F : Gaya (N)
Serat karbon, grafit karbon atau CF adalah bahan yang terdiri dari serat yang sangat tipis
sekitar 0,005-0,010 mm dan sebagian besar terdiri dari atom karbon. Atom karbon yang terikat
bersama kristal mikroskopis yang sejajar dengan sumbu panjang serat. Hal ini yang membuat
serat karbon merupakan serat yang sangat kuat untuk serat seukurannya. Beberapa ribu serat
karbon dipintal bersama untuk membentuk sebuah benang, yang dapat digunakan dengan
sendirinya atau ditenun menjadi kain
Serat karbon memiliki banyak pola pintal yang berbeda dan dapat dikombinasikan
dengan resin plastik dan dicetak untuk membentuk material komposit seperti plastik yang
diperkuat serat karbon (CFRP) untuk membuat bahan yang memiliki strength-to-weight ratio
tinggi. Densitas serat karbon juga lebih rendah daripada densitas dari baja, sehingga ideal untuk
aplikasi yang memerlukan bahan yang ringan.
sifat yang tetap sekalipun bentuk dan arah butir-butir molekulnya berbeda-beda. Karena itulah
material-material ini disebut material isentropik. (National Historic Chemical Landmark, 2003)
Berikut ini adalah beberapa factor yang mempengaruhi karakteristik dari serat karbon :
1. Tipe serat karbon dan resin yang digunakan.
2. Rasio campuran serat karbon dan resin.
3. Bentuk serat karbon: searah, bersilangan, berkaitan, atau tidak tentu.
Epoxy adalah suatu kopolimer, terbentuk dari dua bahan kimia yang berbeda. Ini disebut
sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau polimer rantai pendek
dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoxy resin Paling umum yang dihasilkan dari
reaksi antara epiklorohidrin dan bisphenol-A, meskipun yang terakhir mungkin akan digantikan
dengan bahan kimia yang serupa. Pengeras terdiri dari monomer polyamine, misalnya
Triethylenetetramine (Teta). Ketika senyawa ini dicampur bersama, kelompok amina bereaksi
dengan kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat
bereaksi dengan kelompok epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan sangat silang, dan
dengan demikian kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing", dan dapat dikontrol
melalui suhu, pilihan senyawa resin dan pengeras. (De Garmo, Paul E. et al., 1997 ).
inert, meskipun 'pengerasan' cenderung lebih kimia aktif dan harus dilindungi dari atmosfer dan
kelembaban. Laju reaksi dapat diubah dengan menggunakan pengerasan yang berbeda, yang
dapat mengubah sifat produk akhir, atau dengan mengendalikan suhu.
Berikut adalah alasan utama resin epoksi sering digunakan sebagai matriks polimer
yaitu: Kekuatan tinggi, Viskositas dan tingkat alirannya rendah, yang memungkinkan
membasahi serat dengan baik dan mencegah ketidakberaturan serat selama pemrosesan, dan
tingkat penyusutan rendah yang mengurangi kecenderungan mendapatkan tegangan geser yang
besar ikatan antara epoksi dan penguatnya.
Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang sama dengan arah tegangan kerja
kekuatan komposit adalah kekuatan maksimal. Kekuatan komposit tipe anisotropic ini
bervariasi secara linier dengan fraksi volume serat. Apabila orientasi serat membuat sudut ∅
dengan arah tegangan tarik yang diterapkan, maka terjadi penurunan gradien kurva kekuatan
untuk nilai 𝑉𝑓 (fraksi volume serat) yang lebih besar dari Vmin. Efek pengurangan ini diperoleh
dengan memasukkan faktor orientasi, Bila sudut orientasi serat ∅ bertambah mulai dari nol,
maka faktor orientasi η turun menjadi kurang dari satu.
Gambar 2.6 Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat (diagram
skematik untuk komposit serat kontinu satu arah)
Sumber : Smallman, 2000
presisi pada orientasi tertentu terhadap sumbu orthogonal (00 dan 900) Urutan penumpukan
paling sederhana dan optimal adalah (0/90/90/0). Urutan lain yang lebih isotropic adalah
(0/+45/-45/-45/+45/0) dan (0/+60/-60/-60/+60/0). Penumpukan lapisan dibuat simetris terhadap
bidang tengah laminasi untuk mencegah distorsi dan untuk memastikan respon merata terhadap
tegangan kerja (Smallman, 2000).
2.8 Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana.
Polimer mempunyai berat molekul di atas 10.000. Bahan dengan berat molekul yang besar ini,
mempunyai struktur dan sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom pembentuk yang lebih
besar dibandingkan senyawa yang berat atomnya rendah. Umumnya polimer dibangun oleh
satuan struktur tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarik-menarik yang disebut ikatan
kovalen, dimana ikatan setiap atom dari pasangan menyumbangkan satu electron untuk
membentuk sepasang electron (Surdia, 1995)
Pada temperatur relatif rendah bahan dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan,
ekstrusi dan seterusnya sehingga ongkos pembuatan relatif rendah dibandingkan dengan
material logam dan keramik.
Berat jenis polimer rendah dibandingkan dengan logam dan keramik, yaitu sekitar 1,0 –
1.7 gr/𝑐𝑚3 yang memungkinkan menjadikan barang kuat dan ringan.
Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer mungkin juga
dibuat konduktor dengan jalan mencampurnya dengan serbuk logam, butiran karbon dan
sebagainya
15
e. Produk dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. Produk-produk dengan sifat yang cukup
berbeda dapat dibuat tergantung pada cara pembuatannya.
g. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu cukup diperhatikan pada penggunaannya.
h. Kekerasan permukaan yang sangat kurang kekerasan bahan polimer masih jauh dibawah
bahan logam dan keramik.
i. Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil (Surdia, 1995).
Struktur dan sifat antarmuka serat - matriks memainkan peran utama dalam menentukan
sifat fisis dan mekanis dari material komposit. khususnya, perbedaan besar antara sifat elastis
dari matriks dan serat harus diteruskan melalui antarmuka atau, dengan kata lain, tekanan yang
bekerja pada matriks ditransmisikan ke serat di seluruh antarmuka. perhatikan contoh sederhana
yang diilustrasikan pada Gambar 2.7a, dimana material komposit diwakili oleh lembaran bahan
alternatif dengan perbedaan sifat elastis. Karena tidak adanya ikatan kimia, ikatan fisika atau
ikatan mekanis antara lapisan, komposit tidak memiliki kekuatan tarik ke arah normal terhadap
bidang lapisan (AA’). Dengan kekuatan dan modulus di arah BB’, sejajar dengan lapisan,
kekuatan komposit tergantung pada cengkeraman sampel pada pegangan jika tidak ada ikatan
dan ada perekat sederhana dibuat untuk lapisan luar (Gambar 2.7b) kekuatan ini terbatas pada
kekuatan dari luar lapisan karena beban yang diterapkan diambil sepenuhnya oleh lapisan ini.
16
Gambar 2.7 Ilustrasi diagram skematik ikatan antar muka dari lapisan material komposit (a)
Ilustrasi arah tarikan pada material komposit (b) ilustrasi ikatan antar muka
antara material komposit dan pemegan (c) ilustrasi distribusi beban pada material
komposit yang diikat dengan penjepit
17
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan tarik mkasimal, deformasi, dan
lokasi tegangan pada spesimen komposit laminated menggunakan software simulasi ANSYS
v14.5 dengan parameter yang seperti dijelaskan pada diagram berikut :
Pengembangan
Material Teknik
1. Variabel bebas :
Variabel bebas pada penelitian ini adalah orientasi sudut serat karbon dengan
besarnya sudut serat adalah sebagai berikut :
45ᵒ/90ᵒ/-45ᵒ
45ᵒ/90ᵒ/45ᵒ
60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ
2. Variabel tekrikat :
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah satu buah software ANSYS
v14.5 dan satu buah komputer dengan spesifikasi sebagai berikut :
Spesimen komposit yang akan disimulasi harus didesain dan digambar terlebih dahulu
pada software ANSYS dengan format CAD. Prosedur atau langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
19
3. Menentukan jumlah layer dan orientasi serat sesuai variabel penelitian dari spesimen
yang telah dibuat
Setelah melakukan beberpa prosedur penelitian diatas maka didapatkan spesimen
kompsit laminated sesuai ASTM D638-03 dengan dimensi dan bentuk spesimen seperti pada
gambar berikut (satuan dalam mm) :
20
1. Processing Phase
Meshing
Merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses simulasi.
Tujuan dari meshing ini adalah untuk membagi spesimen sebelum disimulasi menjadi
elemen-elemen .
Menentukan kondisi batas dan kondisi awal pembebanan
2. Solution Phase
3. Postprocessing Phase
Pada tahap ini hasil dari proses simulasi telah didapat. Seperti nilai tegangan, nilai
deformasi, dan lokasi tegangan kritis yang terjadi pada spesimen komposit laminated
setelah simulasi selesai.
Untuk melakukan penelitian ini diusulkan biaya dan justifikasinya sebagai berikut:
Jumlah= 5.500.000
24
Penelitian ini direncanakan selama 11 (sebelas) minggu dengan jadwal sebagai berikut:
Setelah dilakukan proses simulasi dengan beberapa parameter yang telah dijelaskan
maka didapat data sebagai berikut.
Tabel 5.1 Tegangan maksimal hasil simulasi menggunakan software ANSYS v14.5
Jenis Spesimen Tegangan Tarik Maksimal (MPa)
Model 1 (45/90/-45) 3.55 MPa
Model 2 (45/90/45) 2.62 MPa
Model 3 (60/45/-60) 0.944 MPa
26
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat hasil simulasi menunjukkan bahwa spesimen
komposit serat karbon model 1 dengan orientasi sudut serat 45/90/-45 memiliki kekuatan tarik
paling tinggi yaitu sebesar 3.55 MPa kemudian komposit serat karbon model 2 dengan orientasi
sudut serat 45/90/45 memiliki kekuatan tarik sebesar 2.62 MPa dan yang terakhir komposit
serat karbon model 3 dengan orientasi sudut serat 60/45/-60 dengan nilai kekuatan tariknya
sebesar 0.944 MPa.
Gambar 5.2 Grafik hubungan orientasi sudut serat terhadap kekuatan tarik komposit
Pada gambar 5.2 menejelaskan grafik hubungan antara orientasi sudut serat karbon
terhadap kekuatan tarik hasil simulasi menggunakan software. Pada grafik tersebut dapat
diamati bahwa nilai tegangan tarik tertinggi ada pada komposit karbon dengan orientasi sudut
serat 45ᵒ/90ᵒ/-45ᵒ dengan nilai kekuatan tariknya sebesar 3.6 MPa kemudian komposit dengan
orientasi sudut 45ᵒ/90ᵒ/45ᵒ memiliki kekuatan tarik sebesar 2.6 MPa dan komposit dengan
orientasi sudut serat 60ᵒ/90ᵒ/45ᵒ memiliki kekuatan tarik terkecil yaitu sebesar 0.9 MPa. Hasil
simulasi ini sesuai dengan teori hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat
(diagram skematik untuk komposit serat kontinu satu arah).
27
Gambar 5.3 Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan orientasi serat (diagram
skematik untuk komposit serat kontinu satu arah)
Sumber : Smallman, 2000
Proses simulasi pada penelitian ini juga menghasillkan datadeformasi komposit serat
karbon yang merupakan respon dari beberapa variable bebas pengujian. Berikut ini adalah hasil
regangan komposit serat karbon setelah proses simulasi
Tabel 5.2 Deformasi Maksimal hasil simulasi menggunakan software ANSYS v14.5
Jenis Spesimen Deformasi Maksimal (mm)
Model 1 (45/90/-45) 0.0644 mm
Model 2 (45/90/45) 0.0869 mm
Model 3 (60/45/-60) 0.107 mm
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa hasil simulasi komposit model 1 (45ᵒ/90ᵒ/-
45ᵒ) memiliki nilai deformasi terendah daripada kedua model komposit dengan nilai 0.0644
mm. Nilai deformasi tertinggi ada pada komposit model 3 dengan orientasi sudut serat (60ᵒ/45ᵒ/-
60ᵒ) dengan nilai deformasi sebesar 0.107 mm.
Gambar 5.4 Grafik hubungan orientasi sudut serat terhadap deformasi komposit
29
Pada gambar 5.4 menjelaskan grafik hubungan orientasi sudut serat terhadap deformasi
komposit hasil simulasi menggunakan software. Pada grafik tersebut dapat diamati bahwa
deformasi tertinggi ada pada komposit model 3 dengan orientasi sudut serat 60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ dengan
nilai deformasi 0.107 mm kemudian deformasi terendah ada pada komposit model 1 dengan
orientasi sudut serat 45ᵒ/90ᵒ/-45 dengan nilai deformasi 0.0644 mm.
Respon ini terjadi karena model komposit 3 dengan orientasi sudut serat 60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ
penyusunan orientasi sudut seratnya lebih besar daripada kedua model komposit dengan rientasi
sudut serat sebesar 45ᵒ/90ᵒ/45ᵒ dan 45ᵒ/90ᵒ/-45ᵒ. Sehingga jika komposit diberi pembebanan
uniaksial maka terjadi kegagalan geser yang lebih besar pada komposit model 3 daripada
komposit model 2 dan model 1 yang mengakibatkan serat pada komposit model 3 meregang
lebih besar daripada model 2 dan model 1 yang juga berarti menurunkan kekuatan komposit itu
sendiri sehingga komposit model 3 (60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ) memiliki deformasi tertinggi dan kekuatan
tarik terendah.
Berikut ini adalah deformasi hasil simulasi menggunakan software tiap orientasi sudut
serat.
Berikut ini adalah lokasi atau titik tegangan maksimal yang terjadi pada komposit pada
saat diberi pembebanan. Dengan menggunakan software analisis maka didapat lokasi tegangan
maksimal komposit adalah sebagai berikut.
31
Warna merah pada gambar 5.8, 5.9, dan 5.10 menunjukkan lokasi atau titik tegangan
maksimal dari ketiga model komposit. Pada komposit model 1 dan dua lokasi tegangan
maksimal hampir sama yaitu ada pada bagian takik dari spesimen uji. Namun hal yang berbeda
ditunjukkan pada komposit model 3. Lokasi atau titik tegangan maksimal ada pada ujung
spesimen. Hal ini menunjukkan bahwa komposit merupakan anisotropic material. Komposit
anisotropic material adalah komposit yang penguatnya memberikan penguatan tidak sama
terhadap arah yang berbeda, sehingga segala pengaruh tegangan atau regangan dari luar akan
mempunyai nilai kekuatan yang tidak sama (baik arah transversal maupun longitudinal).
Dengan kata lain pada pengujian tarik, spesimen diberi takik dengan tujuan agar
konsentrasi tegangan terpusat pada takik tersebut bila spesimen diberi pembebanan sehingga
spesimen uji putus atau terdeformasi pada daerah takik tersebut. Pada simulasi ini spesimen
komposit model 1 dan dua letak atau titik tegangan maksimal sudah tepat pada daerah takik
sehingga spesimen terdeformasi pada daerah takik. Namun pada spesimen komposit model 3
lokasi tegangan maksimal justru terjadi pada ujung spesimen yang seharusnya ada pada bagian
takik. Sehingga pada spesimen komposit model 3 terjadi deformasi pada ujung spesimen.
33
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian setelah melalui tahapan analisis dan pembahasan, maka
beberapa simpulan yang bisa didokumentasikan sebagai pengetahuan empiris dari penelitian
tentang orientasi sudut serat komposit, adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar orientasi sudut serat maka akan menurunkan kekutan komposit
tersebut. Kekuatan tarik tertinggi ada pada komposit dengan orientasi sudut serat
45ᵒ/90ᵒ/-45ᵒ dengan nilai 3.55 MPa dan kekuatan tarik terendah ada pada komposit
dengan orientasi sudut serat 60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ dengan nilai 0.944 MPa
2. Semakin besar orientasi sudut maka deformasi yang terjadi juga semakin besar.
Deformasi terbesar ada pada komposit dengan orientasi sudut serat 60ᵒ/45ᵒ/-60ᵒ
dengan nilai deformasi sebesar 0.107 mm dan deformasi terkecil ada pada komposit
dengan orientasi sudut serat 45ᵒ/90ᵒ/-45ᵒ dengan nilai 0.0644 mm
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang mungkin dapat
dilkakukan pada penelitian selanjutnya, diantaranya sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
ASTM. D 638 – 02 Standard test methods for tensile properties of unreinforced and
reinforced plastics and electrical insulating material. Philadelphia, PA :
American Society for Testing and Materials.
Ashby Michael. 2016 Material Selection in Menchanical Design, 5th Edition. Butterworth-
Heinemann
Cramb W. Allan. 1996. A Short History of Metal, Carnegie Mellon University, Departement
of Material Science and Engineering
Subagia Ary I.D.G. 2015. Studi Eksperimen Sifat Mekanis Hibrid Komposit Epoxy Dengan
Penguat Serat Karbon dan Serat Basalt Pada Beban Tarik. Proceding
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV
Dong Kyu Lee, Shin Soomi, Tuan Anh Luu, Lee Jaehong 2015, Computional MATLAB-
based Optimal Design of Laminated Composite Plate, Department of
Architectural Enginering Sejong University, Soul University
Akbulut Mustafa and Sonmez O. Fazil. 2011. Design Optimation of Laminated Composites Using
a New Variant of Simulated Annealing, Department of Mechanical
Engineering Bogazici University, Istanbul, Turkiye
Jacobs, J.A., Kilduft T.K. 1994. Engineering Material Technology Structure, Processing,
Property and Selection 2. Prentice Hall,Inc A Simon Schuster Company,
USA. 18(6): 825-840
Jones, M. R., 1975, Mechanics of Composite Material, Mc Graww Hill Kogakusha, Ltd.
35
Matthews, L.F. dan Bawlings,D.B. 1993. Composite Materials Engineering and Science.
Chapman & Hall., London. Glasgow. New York. Tokyo
Melbourne.Madras.
36
DATA PRIBADI
1. N A M A : Dr. Wirawan, B.Eng.(Hons), MT.
2. TEMPAT, TANGGAL LAHIR : Kediri, 02 Maret 1963
3. NIP : 19630302 19910301 003
4. PANGKAT / GOL. : Lektor / III d
5. JABATAN : Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin
6. BIDANG KEAHLIAN : Manufaktur, Konversi energi
7. TUGAS : Ketua Tim Penelitian
PENDIDIKAN FORMAL
- SDN Cerme I, lulus 1976
- SMPK Gringging, lulus 1979
- SMAN 2 Kediri, lulus 1982
- Politeknik Unibraw, Jurusan Teknik Mesin (D3), lulus 1985.
- The Huddersfield Polytechnic, The U.K., Design & Manufacture Eng. (S1), lulus 1989
- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Rekayasa Manufaktur (S2), lulus 2004
- Universitas Brawijaya Malang, Jurusan Teknik Mesin, Konversi Energi (S3), lulus 2015
RIWAYAT PEKERJAAN.
- Sataf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang Th. 1989 – sekarang.
PENGALAMAN PENELITIAN
No. Judul Tahun Tugas
1. Pengaruh Perbandingan Luas Permukaan/Volume Ruang 2014 KETUA
Bakar, Kecepatan, dan Perbandingan Ekivalen Campuran
Reaktan Terhadap Kinerja Pembakaran Mikro Sebagai
Pembangkit Daya Densitas Tinggi.
2. Analisis Kekuatan Tarik Besi Beton Ulir Berdasarkan 2015 ANGGOTA
Diameternya
IDENTITAS DIRI
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Samsul Hadi, MT.
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Staf Pengajar
4 NIP/NIK/Identitas lainnya
5 NIDN 0024066006
6 Tempat dan Tanggal Lahir Malang, 24 Juni 1960
7 E-mail sukunindah@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 081334732402
9 Alamat Kantor Jl. Soekarno Hatta No. 9 Malang
10 Nomor Telepon/Faks (0341) 404420
11 Lulusan yang Telah
Dihasilkan
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi IKIP Negeri UNIBRAW Malang
Malang
Bidang Ilmu Tek. Mesin Teknik Mesin
Tahun Masuk-Lulus 1984 2010
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Perencanaan Eksperimen Perbandingan
motor bensin 4 Kinerja Kolektor Pemanas Air
langkah Tenaga Matahari Dengan
Hambatan Aliran Staggered
Cross Flow Dan Kolektor
Konvensional
Nama Pembimbing/Promotor Drs. Mo’adi Prof. Ir. Sudjito. Soeparman.
Ph.D
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan. saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap dan Gelar : Purwoko, S.T., M.T.
2. Tempat, Tanggal lahir : Ngawi, 6 Pebruari 1962
3. NIP : 196202061985031007
4. Pangkat /Golongan : Penata Tk I/IIID
5. Jabatan : Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin
6. Bidang Keahlian : Konversi Energi
7. Tugas : Anggota Team Penelitian
PENDIDIKAN
D3 Politeknik ITB, Mesin Produksi, Lulus 1989
S1 Universitas Brawijaya, Fakultas Teknik, Mesin Konstruksi, Lulus 1995
S2 Universitas Brawijaya, Pascasarjana, Konversi Energi, Lulus 2004
RIWAYAT PEKERJAAN
Staf Pengajar Politeknik Negeri Malang 1983 sampai sekarang.
PENELITIAN
1 2015 Analisis Tentang Convection Heat Transfer Dan Pressure DIPA Ketua
Drop Aliran Salt Water
Dalam Pipa
2 2014 Investigasi Tentang Heat Transfer Pada Pipa Dengan Double DIPA Ketua
Internal Spirally Fluted Dengan Aliran Laminer Fasa Tunggal
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa (1) penelitian yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri; bukan merupakan alihan penelitian, tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai hasil penelitian, tulisan atau pikiran saya sendiri, (2) saya sanggup untuk
menyerahkan artikel hasil penelitian untuk dipublikasikan di jurnal UPT P2M atau menyerahkan
salinan artikel yang telah dipublikaskan, minimal jurnal ilmiah ber-ISBN atau prosiding seminar
nasional, serta memenuhi luaran penelitian lainnya seperti yang direncanakan dalam penelitian,
(3) saya setuju hasil penelitian dan karya lain yang terkait dengan penelitian ini untuk
dipublikasikan dan/atau diunggah (upload) di website http://p2m.polinema.ac.id atau media
elektronik Polinema.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan penelitian ini hasil jiplakan (plagiat),
dan saya tidak dapat memenuhi pernyataan saya ini maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan saya tersebut.