Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Tujuan Praktikum
Untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaktor CSTR.

1.2

Landasan Teori

1.2.1

Pengertian Reaktor
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi

berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia
adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung
reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri. Reaktor CSTR
beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol temperatur, tetapi
waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk dan
keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan
per volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang
sangat besar (Smith, 198: 325).
Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan dalam pereaksian kimia
yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-state), yaitu CSTR (Continuos Stirred
Tank Reactor) dan Plug Flow Reaktor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi
konsentrasi komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR merupakan
reaktor model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja
dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor
seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya
digunakan pada reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalis cair.

Tujuan dalam pemilihan reaktor adalah sebagai berikut:

1.

Mendapat keuntungan yang besar

2.

Biaya produksi rendah

3.

Modal kecil atau volume reaktor minimum

4.

Operasinya sederhana dan murah

5.

Keselamatan kerja terjamin

6.

Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya


Adapun pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut:
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas.
1.2.2 Continous Stirred Tank Reactor
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam transfer
panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui selama reaksi kimia, ini
harus dijaga dan terkontrol. Continous Stirred Tank Reactor sering digunakan secara
multiply dan secara seri. Reaktan secara terus-menerus dimasukkan ke dalam vessel
pertama dan overflow diantara masing-masing saat terjadi pencampuran dalam
masing-masing vessel. Biasanya komposisi uniform dalam individual vessel, tapi ada
gradient konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan (Perry, 1999: 23-4).
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sangat bergantung pada aktifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan (agitator)
menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu bahan
didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam pola sirkulasi.
Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak, dimana bahan

yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu
terpisah dalam dua fase atau lebih. Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai
ragam operasi, dimana derajat homogenitas bahan yang bercampur tersebut sangat
berbeda-beda. Tujuan dari pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi
partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), untuk
menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair yang lain, sehingga membentuk emulsi atau
suspensi butiran-butiran halus, dan untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat
cair dengan kumparan atau material kalor. Kadang-kadang pengaduk digunakan
untuk beberapa tujuan sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair.
Dalam bejana hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana
terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor
dikeluarkan melalui kumparan tu mantel (McCabe, 2003:51).
Reaktor tangki berpengaduk yang ideal beroperasi secara isotermal pada
kecepatan alir yang konstan. Bagaimanapun kesetimbangan energi diperlukan untuk
memprediksi temperatur agar konstan pada saat panas dari reaksi cukup (atau
pertukaran panas antara lingkungan dengan reaktor tidak mencukupi) untuk membuat
perbedaan antara suhu umpan dengan reaktor. Tangki berpengaduk dapat memberikan
pilihan yang lebih baik atau bahkan lebih buruk daripada tubular flow unit pada
sistem reaksi ganda. Biasanya hal terpenting adalah nilai relatif atau energi aktivas
(Smith,1981: 327).
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tanki satu atau
lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase cair dan
biasanya digunakan dalam industri kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah
kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak banyak membutuhkan
banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor jenis ini adalah beroperasi pada
kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk secara kontinu. Continuous
Stirred Tank Reactor (CSTR) adalah reaktor yang dirancang untuk mempelajari
proses-proses pening dalam ilmu kimia. Reaktor jenis ini merupakan salah satu dari
3 tipe reaktor yang bisa bersifat interchangble pada unit service reaktor (CEX Mk

II). Reaksi dimonitor oleh probe konduktivitas sebagai konduktivitas dari larutan
yang berubah dengan konversi dari reaktan menjadi produk. Artinya, ini merupakan
proses titrasi yang tidak akurat dan tidak efisien di mana ini digunakan untuk
memonitor perkembangan reaksi yang tidak begitu penting (Tim Dosen Teknik
Kimia, 2010: 1 ).
Coil stainless didalam reaktor CSTR berguna sebagai pemindah panas
permukaan untuk memanaskan atau mendinginkan reaktan kimia. Coil itu
dihubungkan untuk memanaskan sirkulator air atau disebut juga CW-16 chiller. Coil
inlet ini berada pada posisi didepan reaktor dan return reaktor itu berada pada bagian
belakang dari reaktor. Agitator (pengaduk) turbin bekerja pada sambungan dengan
mengatur baffle (suatu alat untuk mencegah aliran) untuk menghasilkan pengadukan
dan perpindahan panas yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan menggunakan
motor listrik yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini dijalankan dengan variable
speed unit yang ditaruh didepan sevice unit. Tombol untuk plug motor listrik ini
diletakkan pada bagian belakang service unit (Tim Dosen Teknik Kimia, 2010: 3)
1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, yaitu :
1. Konsentrasi
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi yang bereaksi lebih
besar. Makin konsentrasi, makin banyak partikel zat sehingga makin banyak terjadi
tumbukan.
2. Luas Permukaan
Makin luas permukaan sentuhan zat bereaksi, makin besar frekuensi tumbukan
yang terjadi sehingga reaksi makin cepat.
3. Suhu
Dengan kenaikan suhu, energi kinetik molekul zat yang bereaksi bertambah
sehingga reaksi akan semakin cepat.
4. Katalis

Katalis memungkinkan terjadinya penurunan energi aktivasi dan memperbanyak


tahap reaksi.
1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Reaktor CSTR
Reaktor CSTR dapat digunakan jika reaksi memelurkan pengadukan dan
konfigurasi seri untuk aliran konsentrasi yang berbeda. Fase zat yang dapat
digunakan adalah liquid, gas-liquid, maupun solid-liquid. Kelebihan dari reaktor
CSTR adalah sebagai berikut :
1. Operasi kontinyu, sehingga memungkinkan produksi dalam jumlah besar.
2. Pengontrolan temperatur mudah dilakukan.
3. Mudah untuk menjalankan dua fase.
4. Biaya operasi murah
5. Mudah dibersihkan
Sedangkan kelemahan reaktor CSTR, yaitu :
1. Konversi per unit volume rendah.
2. Agitasi yang kecil dapat menyebabkan by-passing dan channeling.
3. Waktu tinggal dalam reaktor sangat terbatas karena ditentukan oleh laju alir feed
yang masuk dan keluar.
4. Dapat timbul endapan didasar akibat gaya sentrifugal.
5. Tidak efisien untuk reaksi bertekanan tinggi.
Beberapa hal penting pada CSTR adalah :
1. Temperatur dan komposisi diasumsikan seragam selama dalam reaktor.
2. Reaksi berlangsung steady-state, dengan aliran kontinyu pada reaktan dan produk
sehingga jumlah yang masuk setara dengan jumlah yang keluar reaktor.
3. Perhitungan mengasumsikan bahwa pengadukan terjadi secara sempurna sehingga
semua titik dalam reaktor memiliki komposisi yang sama.

1.2.5 Pengukuran Konduktivitas

Konduktivitas larutan yang bereaksi dalam reaktor tergantung pada tingkat


konversi dan hal ini memberikan suatu metode yang cocok untuk memonitor
perkembangan reaksi. Konsentrasi umpan dapat dihitung sebagai berikut:
Konsentrasi sodium hydroxide dalam umpan campuran:
a0

Fa
a ..................................
Fa Fb

(1.1)

Konsentrasi ethyl acetate dalam umpan campuran:


b0

Fb
b ..................................
Fa Fb

(1.2)

Jika diberikan waktu tak hingga, reaksi akan berlangsung kontinyu sehingga salah
satu atau kedua reagen tersebut terkonversi sempurna. Sehingga, konsentrasi sodium
acetate dalam reaktor pada waktu tak hingga menjadi:
c b0 jika b0 a 0 ...................................

(1.3)

c a 0 jika b0 a 0 ...................................

(1.4)

atau

dan konsentrasi sodium hydroxide dalam reaktor setelah waktu tak hingga:
a 0 jika

a 0 b0 ......................

(1.5)

atau
c a 0 b0

Hubungan konduktivitas

jika a 0 b0 ........................

(1.6)

sodium acetate pada waktu tak hingga dengan

konsentrasinya dapat dinyatakan melalui persamaan berikut:


c 0,071 0,0248 T 294 c ...............

(1.7)

untuk T 294
dengan cara yang sama, hubungan konduktivitas sodium hydroxide pada waktu tak
hingga dengan konsentrasinya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

a 0,1951 0,01848 T 294 a ........................

(1.8)
untuk T 294
Konduktivitas larutan setelah waktu tak hingga:
c a .................................

(1.9)

dan konduktivitas sodium hydroxide dalam umpan campuran:


a 0 0,1951 0,01848 T 294 a 0

...........................

(1.10)
konduktivitas awal larutan dapat juga dihitung dengan asumsi bahwa sodium acetate
sama dengan nol:
0 a 0 ...........................................

(1.11)

asumsi c0 = 0
1.2.6 Perhitungan Faktor Konversi
Dengan perhitungan dari persamaan-persamaan di atas maka harga konsentrasi
sodium hydroxide dalam reaktor pada waktu t (a1) dan konsentrasi sodium acetate
pada waktu t (c1) serta tingkat konversi (Xa dan Xc) untuk masing-masing sampel
konduktivitas yang dilakukan tiap periode waktu selama percobaan dapat dihitung
dengan persamaan-persamaan berikut:
Konsentrasi sodium hydroxide dalam reaktor pada waktu t:
0 1
a0 ........................ (1.12)
0

a1 a a 0

Dengan cara yang sama, konsentrasi sodium acetate pada waktu t adalah:
0 1

c1 c

untuk c0 = 0

.........................

(1.13)

dimana 1 merupakan konduktivitas pada waktu t. Konversi sodium hydroxide dapat


didefinisikan sebagai jumlah yang bereaksi, yang dinyatakan sebagai persentase
jumlah awal. Jumlah yang sama dapat didefinisikan untuk produksi sodium acetate,
sebagai jumlah yang dihasilkan yang dinyatakan sebagai persentase jumlah total yang
diharapkan setelah waktu tak hingga:
X0

a 0 a1
..................................
a0

(1.14)

X0

c1
..........................................
c

(1.15)

untuk c0 = 0
1.2.7 Perhitungan Konstanta Laju Reaksi
Konstanta laju spesifik (k), dapat dihitung dari konsentrasi sodium hydroxide
pada kondisi steady state dalam reaktor (a 1). Neraca massa keseluruhan untuk reaktor
dapat ditulis sebagai:
Laju perubahan dalam reaktor = Input Output + Akumulasi ....... (1.16)
Untuk reaktan a dalam reaktor dengan volume V, dapat ditulis:

d V .a1
F .a 0 F .a1 V .k .a12 ............................(1.17)
dt
Untuk reaktor kontinyu yang beroperasi pada keadaan steady, laju perubahan dalam
reaktor adalah nol dan volume dapat diasumsikan konstan, sehingga:

F a0 a1
.......................................
V a12

(1.18)

maka

Fa Fb a0 a1
V

a12

................................

(1.19)

1.2.8

Perhitungan Waktu Tinggal


Pengaruh tahap perubahan input membuat kita dapat melakukan perhitungan

waktu tinggal rata-rata jika A merupakan konsentrasi dalam tangki pada waktu t
setelah tahap perubahan dan E adalah konsentrasi input, kemudian :
A E 1 e

1
T

(1.20)

Dan :

dA E.e

dt
T

1
T

E
T

(1.21)

Maka dapat diplot :


ln

a a1
a a0

(1.22)

Terhadap waktu untuk tiap periode waktu selama percobaan, dimana


konsentrasi sodium hydroxide pada waktu t1 dan

merupakan

adalah konsentrasi awal. Slope

merupakan rata-rata waktu tinggal yang sama dengan dimana V merupakan volume
reaktor dan F adalah laju aliran total masuk reaktor.
1.2.9

Bentuk-Bentuk Persamaan Kecepatan Reaksi


Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada suhu tetap berbanding

lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing berpangkat


sebanyak molekul dalam persamaan reaksi. Kecepatan reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan :
r = k.a.b...............................................(1.23)
Jika konsentrasi awal A (a0) sama dengan konsentrasi awal B (b0), maka persamaan
(1) tersebut dapat disederhanakan menjadi :
r = k.a2.................................................(1.24)
Secara umum untuk reaksi orde n dapat dituliskan dengan :

r = k.an.................................................(1.25)
Reaksi orde dua arah pada persamaan (1.24) dapat dinyatakan dengan hubungan
konversi A(Xa) dengan waktu reaksi (t) sebagai berikut :
Xa
k .a 0 .t ..................................(1.26)
1 Xa

Pada persamaan (1.26) dapat diplotkan pada grafik

Xa
versus t, sehingga
1 Xa

diperoleh slope k.a0. Dengan diketahui awal A (a0) maka nilai konstanta kecepatan (k)
dapat dihitung.
Reaksi saponifikasi Ethyl Acetat dengan NaOH merupakan contoh reaksi orde
dua dengan batasan konsentrasi (0-0,1 M) dan temperatur (20-40o-C).
Adapun reaksi adalah sebagai berikut :
NaOH + CH3COOC2H5

CH3COONa + C2H5OH

Reaksi ini dapat dilakukan pada reaksi CSTR maupun tubular sampai kondisi steadystate. Kondisi steadi-state ini tergantung pada konsentrasi reagen, flowrate, volume
reactor dan temperatur reaksi.
Untuk reactor tubular plug flow mengikutu persamaan berikut :
a0

da

ra

a1

A.L
.......................................(1.27)
F

dengan : F = flow rate feed total (dm3/s)


A = luas cross sectional dari reactor tubular (cm)
L = panjang overall dari reactor tubular (cm)
AL
tR ..............................................(1.28)
F

dengan : tR= Waktu

Jika persamaan (1.24) dan (1.28) disubstitusikan ke persamaan (1.27), maka


persamaan menjadi :
a0

da

ka

tR ..........................................(1.29)

a1

Jika persamaan (1.29) diintegralkan maka :


1
1

k .tR .....................................(1.30)
a 0 a1

Xa

a 0 a1
........................................(1.31)
a0

Jika persamaan (1.31) disubstitusikan ke persamaan (1.30), maka diperoleh


persamaan berikut :
k .tR

Xa
.....................................(1.32)
1 Xa

Dari persamaan (1.32), menunjukkan bahwa

Xa
berbanding lurus dengan tR
1 Xa

pada temperatur reaksi konstan.


Konstanta kecepatan reaksi (k) pada persamaan di atas sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Hal tersebut dinyatakan dengan persamaan Arthenius sebagai berikut :
k A.e

E
RT

...........................................(1.33)

dengan : E = energi aktivasi


R = konstanta gas ideal
T = temperatur reaksi

Dengan dilogkan maka persamaan (1.33) menjadi :


log k log A

E
..............................(1.34)
RT

Jika diplotkan pada grafik log k vs 1/T, maka akan memberikan garis lurus.

DAFTAR PUSTAKA

Smith, J.M. 1981. Chemical Engineering Kinetic. Third Editions, McGraw-Hill


International.
Mc. Cabe, W. L., J.C Smith and P. Harriot. 2003. Unit Operation of Chemical
Engineering, 5th edition. McGraw-Hill book Co. Inc.,New York.
Tim Dosen Teknik Kimia. 2010. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.
Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Pekanbaru.
Perry, Robert H., Don W. Green & James O. Maloney. 1999. Perrys Chemical
Engineers Handbook. 7th Edition. McGraw Hill Book Company : New
York, USA.

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II


REAKTOR

OLEH
KELOMPOK 4
AISYAH DEWI RANTI

(1107111852)

KHAFID ALI MAHDI

(1107114147)

RAHMA FIFIYANA

(1107114119)

TARSENSIUS WHL

(1107120098)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

Anda mungkin juga menyukai