TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KOMPOSIT
2.1.1 Pengertian Komposit
Bahan komposit menunjukkan artian bahwa dua atau lebih material
digabung pada skala makroskopis untuk membentuk material ketiga yang
berbeda. Material-material yang berbeda dapat digabung dalam skala mikroskopis
seperti memadukan logam. Bila suatu komposit dirancang dengan baik maka akan
memberikan kualitas yang bagus daripada komponen atau konstituen
penyusunnya. Beberapa sifat yang dapat dikembangkan dengan membentuk bahan
komposit yaitu [1] : kekuatan (strength), kekakuan (stiffness), tahanan korosi
(corrosion resistance), tahanan aus (wear resistance), daya pikat (attractiveness),
berat, perioda lelah (fatigue life), sifat ketergantungan suhu (temperature-
dependent behavior), insulasi termal, konduktivitas termal, dan insulasi akustik
(acoustical insulation).
Secara umum, tidak semua sifat-sifat di atas dikembangkan pada waktu
yang bersamaan karena dikhawatirkan malah akan mengganggu sifat material itu
sendiri misalnya insulasi termal dan konduktivitas termal. Tujuan pembentukan
bahan komposit itu sendiri yaitu untuk membentuk suatu bahan baru yang
memiliki sifat khusus untuk keperluan tertentu pula.
Bahan komposit memiliki sejarah penggunaan yang sangat panjang.
Penggunaan komposit untuk pertama sekali tidak diketahui tetapi beberapa
sejarah menunjukkan bahwa bahan komposit telah digunakan. Misalnya
penggunaan jerami untuk meningkatkan kekuatan bata. Plywood yang dapat
digunakan sebagai bahan pengganti kayu karena memiliki kekuatan dan tahanan
termal yang baik. Dewasa ini, bahan komposit matriks-resin dengan penguat serat
memiliki perbandingan kekuatan dan kekakuan terhadap berat yang sangat tinggi
telah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi dalam industri mobil dan
penerbangan [1].
a) Perekatan (bonding) antara serat dan matriks sangat baik dan kuat,
sehingga serat tidak mudah lepas dari matriks (debonding).
b) Aspect ratio, yaitu perbandingan antara panjang dan diameter serat harus
cukup besar. Hal ini disyaratkan agar tegangan geser yang terjadi pada
permukaan antara serat dan matriks kecil.
2.4 ALKALISASI
Alkalisasi pada serat merupakan proses modifikasi permukaan serat
dengan cara perendaman serat ke dalam basa alkali. Reaksi berikut
menggambarkan proses yang terjadi saat perlakuan alkali pada serat:
Fiber – OH + NaOH Fiber-O-Na+ +H2O
Tujuan dari proses alkalisasi adalah mengurangi komponen penyusun serat
yang kurang efektif dalam menentukan kekuatan antarmuka yaitu hemiselulosa,
lignin atau pektin. Dengan pengurangan komponen lignin dan hemiselulosa, akan
10
11
12
13
14
ζ= (2.1)
dimana :
Fmaks = Beban yang diberikan terhadap penampangspesimen (N)
A0 = Luas penampang awal spesimen sebelum diberikan pembebanan (m2)
ζ = Enginering Stress (Nm-2)
15
dimana :
ε = Enginering Strain
l0 = Panjang mula-mula spesimen sebelum pembebanan
Δl = Pertambahan panjang
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E= (2.3)
dimana :
E = Modulus Elastisitas atau Modulus Young(Nm-2)
ζ = Enginering Stress (Nm-2)
ε = Enginering Strain
Dari gambar kurva hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan
panjang kita dapat membuat hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs
strain). Selanjutnya kita dapat gambarkan kurva standar hasil eksperimen uji tarik
[16].
16
ζb = (2.5)
Eb = (2.6)
dimana:
M = momen bending
ζb = kekuatan bending (MPa)
P = beban yang diberikan(N)
L = jarak antara titik tumpuan (mm)
b = lebar spesimen (mm)
d = tebal spesimen (mm)
δ = defleksi (mm)
Eb = modulus elastisitas (MPa)
Sedangkan kekakuan dapat dicari dengan persamaan [11] :
(2.7)
17
18
(2.12)
dimana :
HI : Harga Impact (J/mm2)
Esrp : energi serap (J)
Ao : Luas penampang (mm2)
19
20
21
22
23
24
25