Anda di halaman 1dari 14

Fakultas Hukum, Faculty of Law

1191
Seminar Rohmat,
Nasional Amarru
Hukum Muftie Holish,
Universitas NegeriIqbal Syariefudin
Semarang Law
Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1191-1204

Pengaruh Pendidikan Politik dan


Demokrasi Bagi Generasi Muda Terhadap
Tingkat Partisipasi Pelaksanaan
Pemilihan Umum
Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin*
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Pendidikan politik merupakan upaya edukatif yang sistematis dan


disengaja untuk membentuk individu yang sadar politik dan mampu
menjadi pelaku politik yang dapat bertanggung jawab secara moral dalam
mewujudkan tujuan politik itu sendiri. Untuk menunjang hal tersebut
peran pemuda menjadi kunci penting dalam penyelenggaraan kehidupan
demokrasi di Indonesia. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tegas menyatakan bahwa
kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan pemuda menjadi bagian
dari itu. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2009 tentang Kepemudaan menegaskan bahwa generasi muda
memiliki posisi dan peran yang utama dalam mewujudkan kehidupan
bangsa Indonesia yang berdemokrasi. Hal tersebut menunjukan bahwa
rakyat menjadi bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Spirit Undang-
Undang Kepemudaan yang mengamatkan pemuda dalam setiap aspek
menjadi bagian penting, namun dalam implementasinya tidak selamanya
berjalan dengan semestinya. Fakta sosiologis menunjukan bahwa belum
sepenuhnya pemuda Indonesia menyadari peran penting mereka sebagai
bagian utama dalam bagian pengambilan penyelenggaraan negara ini.
Para pemuda memiliki kewajiban moral dalam mewujudkan generasi
melek politik dan memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia dalam pembangunan demokrasi negara. Upaya edukasi
pendidikan politik dan demokrasi sejak dini terhadap para pemuda ini
tidak lain adalah untuk memberikan pedoman generasi muda Indonesia
yang berguna untuk meningkatkan kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam pelaksanaan pemilihan umum.

Kata kunci: Pemuda, Pendidikan, Politik, Demokrasi, Pemilihan


Umum

*Surel: rohmat0817@students.unnes.ac.id, muftie199@gmail.com,


iqbalsyariefudin11@gmail.com
ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
http://fh.unnes.ac.id
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1192

Pendahuluan

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mana kedaulatannya


berada ditangan rakyat. Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Dalam penyelenggaraan kehidupan negara yang berdemokrasi sudah
menjadi konsekuensi atas jaminan kebebabasan, keadilan, dan kesetaraan di
dalam masyarakat dalam segala bidang. Di dalam demokrasi itu sendiri,
terdapat nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan yang senantiasa dijunjung
tinggi dan harus dijalankan oleh setiap warganegara. Dalam hal ini
masyarakat diberikan ruang gerak untuk berperan aktif dan menjadi bagian
dari proses demokrasi itu sendiri.1 Adapun salah satu wadah dalam
memberikan peluang bagi warga negara untuk turut berperan aktif dalam
penyelenggaraan pemerintah, yaitu dengan melibatkan rakyat dalam
pemilihan penyelenggara negara. Bentuk partisipasi tersebut mereka
salurkan melalui sistem pemilihan umum.
Pemilihan umum merupakan salah bagian penting dalam proses
berdemokrasi dan sekaligus menjadi muara akhir dari adanya sebuah sistem
demokrasi. Dalam hal ini rakyat diberikan fasilitas untuk menjadi bagian
dalam proses penyelenggaraan negara. Namun, dalam beberapa proses
penyelenggaraan pemilu di Indonesia tingkat antusiasme rakyat untuk
menjadi bagian dari acara tahunan ini belum sepenuhnya digunakan dengan
bijak dan tidak sedikit mereka justru enggan untuk turut berpartisipasi.
Dilansir dari laman CNN Indonesia, partisipasi pemilih pilkada tahun 2018
belum mencapai target. Dalam laman ini dijelaskan bahwa partisipasi
pemilih pilkada 2018 di 171 daerah sebesar 73,24 persen. Jumlah tersebut
belum mencapai target sebagaimana ditetapkan oleh KPU sebesar 77, 5
persen.2
Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
belum sepenuhnya memahami pentingnya partisipasi rakyat dalam pemilu.
Untuk mencapai tingkat kesadaran yang demikian itu, masyarakat perlu
memahami hakekat dan arti penting sebuah partisipasi. Dalam praktik
demokrasi, partisipasi politik menjadi bagian penting yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau individu yang secara aktif ikut memilih pimpinan

1
Farahdiba Rahma Bachtiar, 2014, Pemilu Indonesia: Kiblat Negara Demokrasi dari
Berbagai Refresentasi, Jurnal Politik Profetik, Volume 3, Nomor 1, hlm. 2.
2
Bimo Wiwoho, 2018, Partisipasi Pemilih Pilkada 2018 Belum Mencapai Target,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180630040655-32-310334/partisipasi-
pemilih-pilkada-2018-belum-mencapai-target, diakses tanggal 4 November 2018.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1193 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

negara baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi


kebijakan pemerintah.
Adapun salah satu golongan yang perlu menjadi perhatian dalam angka
pertisipasi ini adalah para pemilih muda. Para pemilih muda ini rentan
digerakkan dan diintervensi oleh kelompok yang berkepentingan untuk
mencapai tujuan politik mereka. Padahal pemilih muda ini menjadi bagian
awal bagi mereka untuk mengenal kehidupan berdemokrasi dalam
menyalurkan pilihannya. Tingkat penasaran dan antusiasme dalam
kelompok ini cenderung tinggi dan menjadi momentum mereka sebagai
bagian dari penyelenggaraan negara yang berdemokrasi. Pemuda
merupakan warga negara Indonesia yang memasuki periode pertumbuhan
dan perkembangan dari usia 16 tahun sampai dengan 30 tahun.
Dalam hal ini, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pendidikan
politik dan demokrasi yang cenderung masih rendah di kalangan pemilih
muda. Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2008 Pasal 31 tentang fungsi partai politik yang salah satu fungsinya adalah
memerikan pendidikan politik. Pendidikan politik dan demokrasi bagi
generasi muda menjadi pokok penting dalam membangun pondasi setiap
individu untuk menciptakan kesan pertama yang baik dalam proses
pemilihan umum. Pendidikan politik menjadi penting karena memiliki
fungsi menigkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; meningkatkatkan
partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kemandirian, kedewasaan,
dan membangun kesatuan dan persatuan dalam rangka memelihara
persataun dan kesatuan negara.3
Oleh karena itu, dalam hal ini para pemilih muda menjadi bagian awal
dalam mempersiapkan pemilih yang cerdas dan mampu memahami hak dan
kewajibannya dalam kehidupan negara demokrasi. Untuk menunjang dan
mempersiapkan terpilihnya penyelenggara negara yang baik dan untuk
memberikan ruang bagi para generasi muda dalam memaksimalkan
perannya dalam proses pemilihan umum, maka salah satu cara yang dapat
dilakukan dan menjadi perhatian adalah pemberian pendidikan politik dan
demokrasi bagi para pemuda. Berdasarkan latar belakang diatas, menjadi
perhatian penulis untuk melakukan kajian terhadap pengaruh pendidikan

3
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1194

politik dan demokrasi bagi generasi muda terhadap tingkat partisipasi dalam
pemilihan umum.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Politik dan Demokrasi


Membahas mengenai pendidikan politik dan demokrasi, terdapat tiga
konsep utama, yaitu pendidikan, politik, dan demokrasi. Pendidikan adalah
proses yang dilakukan secara sengaja untuk menggali dan mengembangkan
potensi yang ada pada diri peserta didik supaya mereka memiliki
kemampuan dalam menanggapi lingkungan secara positif dan senantiasa
melakukan perubahan baik secara pengetahuan, sikap maupun perilaku yang
memiliki makna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungannya.4
Pendidikan politik dan demokrasi merupakan proses interaksi antara
pendidik (sekolah, partai politik, maupun pemerintah) dalam rangka
memberikan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai maupun
norma politik dan demokrasi yang dianggap baik dan ideal.
Berikut merupakan beberapa definisi mengenai pendidikan politik dan
demokrasi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a) Menurut Rusadi Kantaprawira5, pendidikan politik dan demokrasi
merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan rakyat agar mereka
dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
Sebagaimana paham demokrasi atau kedaulatan rakyat.
b) Menurut Alfian6. Dalam mengidentifikasi pendidikan politik dan
demokrasi dalam arti kata yang luas yaitu merupakan bentuk sosial
politik. Dimana sosial politik menjadi bagian langsung dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Pendidikan politik dan demokrasi dapat diartkan
usaha sadar dan terencana untuk mengubah proses sosialisasi
masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati nilai-nilai
yang terdapat dalam politik dan demokrasi ideal yang hendak dibangun.
Sehingga hasil pemahaman dan penghayatan tersebut dapat
mewujudkan tingkah laku politik baru dan kehidupan demokrasi yang
selaras mendukung sistem demokrasi yang ideal.

4
Eko Handoyo dan Puji Lestari, Pendidikan Politik, (Yogyakarta: Pohon Cahaya,
2017), hlm. 5.
5
Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, (Bandung:
Sinar Baru Algensido, 2004), hlm 55.
6
Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1990), hlm. 245-246.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1195 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

Dalam mengartikan kalimat pendidikan politik dan demokrasi, bukan


memaknai sebagai penggabungan kata pendidikan, politik, dan demokrasi.
Makna pendidikan politik dan demokrasi memliki makna yang lebih luas
daripada itu. Pendidikan poltik dan demokrasi merupakan bagian dari
pendidikan terhadap setiap individu yang diarahkan dengan maksud untuk
membina kemampuan setiap individu untuk mengaktualisasikan diri sebagai
rakyat Indonesia yang pemegang kedaulatan rakyat.
Upaya memberikan pendidikan politik dan demokrasi terhadap setiap
warga negara pada khususnya pemilih muda memiliki arti penting, yaitu
mampu memberikan pemahaman mengenai politik dan demokrasi terhadap
aspek-aspek kehidupan negara dan setiap permasalahannya. Tidak jarang
terkadang perbedaan pilihan dalam proses pesta demokrasi cenderung
menjadikan setiap individu memiliki ketegangan dan persaingan satu sama
lain. Dalam hal ini pendidikan politik dan demokrasi memiliki peranan
penting dalam memberikan pemahaman dan kesiapan para pemilih untuk
bersikap sebagaimana mestinya.
Pendidikan politik dan demokrasi dilaksanakan dengan harapan
menjadikan rakyat menjadi melek akan politik dan demokrasi, sehingga
mereka mampu memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai
Warga Negara Indonesia. Dalam hal ini, fokus pendidikan politik dan
demokrasi di Indonesia memiliki tujuan dan harapan untuk mengarahkan
pada tercapainya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Hal ini selaras
sebagaimana dijelaskan oleh Affandi, menurutnya pendidikan politik dan
demokrasi diselenggarakan untuk memberikan wadah dan sebagai pedoman
bagai generasi muda atau pemilih muda Indonesia yang berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang sejalan dengan haluan dan cita-cita bangsa.7
Sebagai sasaran dalam pendidikan politik dan demokrasi, generasi muda
dituntut untuk senantiasa berpartisipasi aktif dalam upaya percepatan
pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut generasi muda harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
politik dan demokrasi yang mumpuni. Hal demikian dimaksudkan agar para
generasi muda atau pemilih muda mampu menyalurkan secara langsung
dalam proses berpolitik dan berdemokrasi dalam lini kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7
Eko Handoyo dan Puji Lestari, Pendidikan Politik, (Yogyakarta: Pohon Cahaya,
2017), hlm. 18.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1196

Partisipasi Politik dan Demokrasi

Partisipasi politik dan demokrasi dapat diartikan sebagai kegiatan dari


seseorang maupun kelompok untuk ikut serta dalam kehidupan politik dan
penyelenggaraan demokrasi Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
jalan memilih penyelenggara negara yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Contoh sederhana
dari adanya partisipasi ini antara lain, memberikan suara dalam pemilihan
umum.
Secara umum bentuk partisipasi dalam politik dan demokrasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi secara konvensional dan partisipasi
nonkonvensional. Adapun yng dimaksud dengan partisipasi konvensional
adalah bentuk partisipasi politik dan demokrasi yang dapat dilakukan
dengan cara pemberian suara, ikut dalam diskusi politik, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan serta
melakukan komunikasi secara individual dengan pejabat penyelenggara
pemerintah dan administrasi. Sedangkan yang dimaksud partisipasi non
konvensional adalah bentuk partisipasi yang dilakukan dengan kegiatan
seperti pengajuan petisi, demonstransi, mogok, konfrontasi, dan lain-lain.
Bentuk partisipasi politik konvensional dapat dikatakan sebagai bentuk
partisipasi yang normal dalam penyelenggaraan negara demokrasi modern.
Sedangkan bentuk partisipasi non konvensional merupakan tindakan yang
dapat dikategorikan sebagai legal maupun non legal.
Sifat yang melekat dalam partisipasi politik dan demokrasi ini terbagi
atas partisipasi bersifat otonomi dan partisipasi bersifat mobilisasi.
Partisipasi politik dan demokrasi yang bersifat otonomi diartikan bahwa
partisipasi yang dilakukan dengan dasar kesadaran poltik masing-masing
individu dalam menentukan pilihan tanpa terintervensi oleh pihak manapun.
Sedangkan partisipasi bersifat mobilisasi, artinya partisipasi politik dan
demokrasi diarahkan dan dikerahkan oleh orang lain bukan karena
kesadaran dari individu itu sendiri. Biasanya partisipasi yang bersifat
mobilisasi ini terjadi karena adanya paksaan, tindakan kekerasan maupun
ancaman.8

8
Dwira Kharisma, Peran Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Muda, hlm.
6.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1197 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

Materi Pendidikan Politik dan Demokrasi

Upaya memberikan pendidikan politik dan demokrasi kepada generasi


muda sebagai upaya untuk mewujudkan peran generasi muda sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan yang menegaskan bahwa generasi muda memiliki posisi dan
peran yang utama dalam mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang
berdemokrasi. Hal tersebut menunjukan bahwa rakyat menjadi bagian
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda berperan aktif
sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala
aspek pembangunan nasional. Spirit Undang-Undang Kepemudaan yang
mengamatkan pemuda dalam mampu menempatkan diri dalam setiap aspek
lini kehidupan tak terkecuali dalam kehidupan politik dan demokrasi.
Dalam pelaksanaan pendidikan politik dan demokrasi di Indonesia, maka
hal tersebut harus mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut mengandung arti
bahwa pemberian materi dalam upaya memberikan pendidikan politik dan
demokrasi bagi generasi muda harus senantiasa mengacu dan tidak
bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Di Indonesia materi dan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan
politik dan demokrasi bagi generasi muda diatur dalam Instruksi Presiden
Nomor 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda,
yang menyebuatkan bahwa substansi yang diberikan dalam pendidikan ini
antara lain9:
a) Penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara.
b) Kehidupan dan kerukunan beragama.
c) Motivasi berprestasi.
d) Pengamalan kesamaan hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan
penghormatan atas harkat dan martabat manusia.
e) Pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk
mewujudkan kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik.
f) Disiplin pribadi, sosial, dan nasional.
g) Kepercayaan pada pemerintah.
h) Kepercayaan pada pembangunan yang berkesinambungan.

9
Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1198

Sarana Pendidikan Politik dan Demokrasi

Penyelenggaraan pendidikan politik dan demokrasi dapat diberikan oleh


lembaga pendidikan formal, pendidikan non formal, dan dalam pendidikan
informal. Pemerintah menjadi pihak yang efektif dalam memberikan
pendidikan politik dan demokrasi bagi generasi muda ini. Upaya sosialisasi
ini dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan pihak, diantaranya10:
a) Keluarga
Keluarga memiliki pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung sebagai media pertama pengenalan pendidikan ini. Dalam
keluarga biasanya membuat keputusan bersama dan bagi si anak
keputusan yang dibuat itu bisa bersifat otoriter. Di dalam keluarga juga
membentuk sikap-sikap politik dan demokrasi secara sederhana, yang
mana hal tersebut dapat menjadikan bekal bagi sang anak untuk
menempatkan dirinya dalam lingkup pergaulan masyarakat. Melalui
keluarga pula sang anak memiliki pondasi yang kuat dalam membekali
sang anak untuk menjadikan invidu yang memiliki nilai politik dan
demokrasi yang baik.
Dalam keluarga juga berperan sebagai pembangun persepsi
politik, seperti persepsi tentang kekuasaan, yang nantinya akan berperan
dalam membentuk kesadaran politiknya sebagai warga negara. Bahkan
pengalaman-pengalaman setiap individu adalah berinteraksi dengan
kekuasaan orang tuanya, yang secara parsial akan menentukan cara
berinteraksi dengan kekuasaan negara di kemudian hari.
b) Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memiliki peran
strategis dalam mewujudkan kesadaran politik dan berdemokrasi bagi
generasi muda. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sekolah setiap
individu akan memiliki kesadaran berdemokrasi yang cenderung lebih
tinggi dan memiliki informasi yang lebih terkait dengan peran penting
generasi muda dalam kehidupan politik dan demokrasi. Penanaman
nilai-nilai dan karakter yang baik menggunakan metode pembelajaran
yang telah ditetapkan dari kurikulum membuat lembag sekolah menjadi
lembaga terstruktur dalam memberikan pemahaman dan kesadaran
kepada setiap individu.

10
Eko Handoyo dan Puji Lestari, Pendidikan Politik, (Yogyakarta: Pohon Cahaya,
2017), hlm. 133.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1199 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

Pembentukan karakter dalam sistem sekolah, yaitu dengan cara


memainkan peranan penting dalam membentuk sensitifitas siswa
terhadap dinamika kepribadian dan mengarahkan pada pandangan
mereka terhadap pembangunan praktik politik dan demokrasi saat ini.
Hal tersebut merupakan pengaruh dari adanya:
 Kualitas pengajar. Andaikata pengajar benar-benar menguasai
materinya dan dekat dengan para siswa, yakin dengan apa yang
disampaikannya dan berkomitmen dalam perilakunya, ia akan lebih
mudah dalam menanamkan nilai tersebut.
 Hubungan guru dengan muridnya. Terkadang guru yang otoriter
membuat siswa takut untuk memberi kritik atau berbeda pendapat
dengannya, dan hal tersebut dapat memunculkan suasana
demokrastis yang tidak kondusif
 Organisasi sekolah. Sensitifitas siswa akan kemampuan dirinya
salah satunya dapat dipengaruhi tingkat kontribusi siswa lain dalam
organisasi tersebut.
c) Lingkungan Pergaulan
Lingkungan pergaulan memiliki peranan yang dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam memahami hak dan kewjiban
dalam kehidupan berdemokrasi. Lingkungan pergaulan yang baik akan
menjadi media pendukung yang baik dalam menumbuhkan nilai-nilai
seseorang dan kesadaran dalam praktik kehidupan politik dan
demokrasi. Begitu pula sebaliknya, lingkungan yang tidak mendukung
justru akan memberikan pengaruh yang salah terhadap pemahaman akan
pentingnya menumbuhkan kesadaran kehidupan berdemokrasi.
d) Partai politik dan kelompok penekan
Partai politik khususnya dalam negara berkembang, memainkan
peranan penting dalam menciptakan dan mengubah kebiasaan politik.
Partai membentuk berbagai informasi politik, ekonomi, dan sosial
kepada rakyat dengan cara sederhana namun dapat membangkitkan
kesadaran politik mereka. Selain hal itu, partai bekerja untuk
memobilisasi rakyat di belakang berbagai pandangan politik masing-
masing, tujuan serta program tertentu melalui upaya penyadaran politik.
e) Media informasi dan komunikasi publik
Media informasi yang dimaksud dalam hal ini dapat berwujud
televisi, radio, pers, buku, lembaga ilmiah dan sebagainya. Media

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1200

informasi ini melakukan fungsi menumbuhkan kesadaran politik dan


demokrasi kepada masyarakat dalam bentuk sebagai berikut:
 Kontrol sosial. Wujud dari kontrol sosial adalah pemaparan berita
dan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi dan
meletakkannya sebagi fokus perhatian. Hal tersebut merupakan
fungsi politis, karena inilah yang menentukan mana peristiwa yang
tidak harus dipublikasikan dan mana yang bisa dipublikasikan
kepada masyarakat.
 Interpretasi berbagai peristiwa. Dalam hal ini media menempatkan
diri pada konteks umum. Hal ini mempunyai pengaruh terhadap
pengarahan praktik politik dan demokrasi sebagai reaksi terhadap
peristiwa-peristiwa tersebut.
 Sosialisasi politik. Artinya proses membentuk, mengkokohkan atau
mengubah kultur politik. Media informasi dapat digolongkan
sebagai sarana atau lembaga dalam memberikan kesadaran politik
dan demokrasi.

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Pemilih


dalam Pemilu

Partisipasi generasi muda dalam praktik politik dan demokrasi


merupakan poin penting dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pemilihan umum menjadi ajang bagi setiap warga negara untuk
menyalurkan hak nya dalam biddang politik untuk memilih penyelenggara
ini. Namun, fakta empiris menunjukkan bahwa warga negara belum
sepenuhnya menggunakan haknya tersebut. Tentu saja hal tersebut didorong
oleh beberapa hal, dimana menurut para ahli beberapa faktor yang
menyebabkan tingkat partisipasi dalam pemilihan umum, antara lain:11
a) Status sosial dan ekonomi
Status sosial merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat karena
keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan status ekonomi
merupakan keadaan seseorang dalam lapisan masyarakat berdasarkan
kepemilikan harta kekayaan. Seseorang yang memilki status sosial yang
tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik dan

11
Doni Hendrik, 2010, Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi
Politik Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008,
Jurnal Demokrasi, Vol. IX, No. 2, hlm. 141.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1201 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

demokrasi, akan tetapi juga mempunyai minat terhadap suasana politik


dan demokrasi yang terjadi.
b) Situasi
Situasi politik dan demokrasi dapat juga dipengaruhi oleh keadaan yang
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
c) Afiliasi politik orang tua
Afiliasi memiliki makna bergabung dalam suatu kelompok. Afiliasi
politik dapat dirumuskan sebagai keanggotaan atau kerjasama yang
dilakukan setiap individu atau kelompok yang terlibat ke dalam aliran
politik tertentu. Afiliasi politik ini dapat mendorong kesadaran dan
kedewasaan masyarakat terhadap politik dan kehidupan berdemokrasi
untuk menggunakan hak politiknya.
d) Pengalaman berorganisasi
Organisasi merupakan suatu sistem yang mengatur kehidupan
masyarakat. Partisipasi politik dan demokarasi merupakan penentuan
sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi
sebagaimana yang terjadi dalam organisasinya.
e) Kesadaran politik
Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warganegara yang hidup
dalam negara demokrasi yang memiliki peran penting dalam setiap
penyelenggaraan negara.
f) Kepercayaan terhadap pemerintah
Kepercayaan terhadap pemerintah merupakan penilain setiap individu
kepada kinerja pemerintahan. Masyarakat yang cenderung malas
menggunakan hak pilihnya dapat disebabkan karena sudah
berkurangnya rasa kepercayaan itu.
g) Perangsang partisipasi melalui sosialisasi di media massa dan lainnya

Analisis

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak secara


langsung menunjukkan adanya suatu peraturan yang mengatur khusus
tentang pendidikan politik dan demokrasi. Akan tetapi, meningat
pentingnya pendidikan politik dan demokrasi bagi setiap warga negara,
maka upaya untuk menumbuhkan kesadaran tersebut dituangkan dalam
beberapa peraturan perundang-undangan seperti, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur hak politik,

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1202

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan Undang-


Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Mengingat pentingnya pendidikan politik bagi warga negara
Indonesia, ditunjukkan dengan mensyaratkan pendidikan politik dan
demokrasi ini dalam Anggaran Dasar Partai Politik. Sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 11 ayat (1) yang menyatakan “Partai Politik
berfungsi sebagai sarana: a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat
luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara”.12 Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan
pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap warga negara Indonesia
memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Hal tersebut telah dijamin dalam
UUD NRI Tahun 1945.
Generasi muda memiliki peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol
sosial, dan sebagai agen perubahan dalam segala aspek pembangunan
nasional. Adapun ditegaskan dalam Pasal 17 ayat (3) UU No. 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan 13 menyatakan bahwa peran katif pemuda
sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan
politik dan demokratisasi. Pendidikan politik dan demokrasi menumbuhkan
tingkat kesadaran para generasi muda sebagai agen dalam mengontrol
penyelenggaraan pemerintah melalui pemeilihan penyelenggara pemerintah.
Pendidikan politik dan demokrasi memberikan upaya terstruktur dalam
memberikan kesadaran para generasi muda akan pentingnya memberikan
suara dalam pemilihan umum. Oleh karena itu, pendidikan politik dan
demokrasi memiliki pengaruh yang penting dalam menunjang dan
meningkatkan tingkat partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum.

Kesimpulan

Upaya memberikan pendidikan politik dan demokrasi bagi setiap


warga negara merupakan usaha sadar dan terencana mewujudkan cita-cita
bangsa dalam mewujudkan hak dan kewajiban warga negara. Rendahnya
tingkat partisipasi dalam pemilihan umum salah satunya dipengaruhi oleh
belum berjalan secara maksimal usaha pendidikan politik dan demokrasi ini.

12
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
13
Pasal 17 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1203 Rohmat, Amarru Muftie Holish, Iqbal Syariefudin

Pendidikan politik dan demokrasi memiliki peranan yang penting dalam


melahirkan para pemilih pemula dalam pesta demokrasi. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan para pemilih generasi muda atau pemilih utama
kurang antusias dalam menggunakan haknya. Semakin seseorang mengerti
dan memahami prinsip kehidupan berdemokrasi dan memahami akan hak
dan kewajibannya, maka kecenderungan untuk bersikap aktif semakin
besar. Sementara itu, apabila para generasi muda belum mengetahui secara
pasti hak dan kewajibannya sebagai pemegang kedaulatan rakyat cenderung
untuk bersifat pasif.

Saran

Dalam mengimplementasikan penyelenggaraan pendidikan politik


dan demokrasi harus senatiasa dilakukan pengawasan. Rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat khususnya dikalangan pemilih pemula dalam
penyelenggaraan pesta demokrasi Indonesia mengancam atau memperlemah
tingkat partisipasi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan negara
demokrasi. Oleh karena itu, untuk menunjang berjalannya program ini, para
pihak harus mampu bersinergi dan memahami akan kedudukan dan
fungsinya masing-masing.

Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal
Alfian. 1990. Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Bachtiar, Farahdiba Rahma. 2014. Pemilu Indonesia: Kiblat Negara
Demokrasi dari Berbagai Refresentasi. Jurnal Politik Profetik,
Volume 3, Nomor 1, hlm. 1-17.
Handoyo, Eko dan Puji Lestari,. 2017. Pendidikan Politik. Yogyakarta:
Pohon Cahaya.
Hendrik, Doni. 2010. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnya
Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil
Walikota Padang Tahun 2008, Jurnal Demokrasi, Vol. IX, No. 2,
hlm. 137-148.
Kantaprawira, Rusadi. 2004. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model
Pengantar. Bandung: Sinar Baru Algensido.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1204

Kharisma, Dwira. Peran Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Pemilih


Muda.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi
Generasi Muda
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan

Sumber Online
Bimo Wiwoho, 2018, Partisipasi Pemilih Pilkada 2018 Belum Mencapai
Target, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180630040655-
32-310334/partisipasi-pemilih-pilkada-2018-belum-mencapai-target,
diakses tanggal 4 November 2018.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai