Anda di halaman 1dari 53

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Kekuatan Tekan Resin Komposit


Nanofiller pada Suhu Penyimpanan
yang Berbeda

Tais, Melvin Joshua

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2513
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEKUATAN TEKAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER
PADA SUHU PENYIMPANAN
YANG BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
MELVIN JOSHUA TAIS
NIM: 130600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2017

Melvin Joshua Tais


Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanofiller pada Suhu Penyimpanan yang
Berbeda
xi + 39 halaman
Resin komposit merupakan bahan restorasi yang sering digunakan dalam
kedokteran gigi. Produsen resin komposit merekomendasikan penyimpanan bahan
pada suhu 4°C jika tidak digunakan untuk memperpanjang masa pakai. Namun,
penurunan suhu akan menyebabkanpeningkatkan viskositas resin komposit dan
mempengaruhi polimerisasi dan kekuatan tekan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat perbedaan kekuatan tekan antara resin komposit nanofiller yang disimpan
pada suhu kamar 24˚C dengan disimpan di dalam kulkas dengan suhu 4˚C selama 2
minggu. Jenis penelitian ini adalah comparative design. Sampel yang digunakan
adalah resin kompositnanofiller(Filtek Z350, 3M, AS) yang telah disimpan pada dua
suhu penyimpanan yang berbeda, 24°C dan 4̊C selama dua minggu, dan dibuat
berbentuk silinder dengan ukuran diameter 4 mm dan tinggi 6 mm.Besar sampel
adalah 20 buah untuk setiap kelompok perlakuan yaitu kelompok I dengan suhu
penyimpanan 24°C dan kelompok II dengan suhu penyimpanan 4°C. Resin komposit
dimasukkan ke dalam master cast logam dan ditutupi dengan seluloid strip dan glass
slab, dan kemudian dipolimerisasi menggunakan light curing unit (Litex 680A,
Dentamerica, AS) di permukaan atas dan bawah selama 40 detik. Kemudian sampel
disimpan di dalam kotak hitam selama 24 jam sebelum diuji. Kekuatan tekan sampel
diuji dengan menggunakan Universal Testing Machine (Servopulser, Shimadzu,
Jepang) dengan beban maksimum 200 kgf dan crosshead speed 0,5 mm/menit sampai
fraktur. Data dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dengan nilai
signifikansi p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok I memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kekuatan tekan yang lebih tinggi (35,20±4,63 Mpa) dibandingkan kelompok II
(26,47±3,13 Mpa).Terdapat perbedaan kekuatan tekan yang signifikan antara resin
komposit nanofiller yang disimpan pada suhu kamar 24˚C dengan disimpan di dalam
kulkas bersuhu 4˚C selama 2 minggu.

Daftar Rujukan: 22 (Tahun 2003-2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta
kesehatan dan rezeki-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi saya ini
adalah “Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanofiller padas Suhu Penyimpanan yang
Berbeda”.
Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu saya atas keluangan waktu dan tenaganya yakni berupa bimbingan
maupun pengarahan serta motivasi yang diberikan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pertama sekali kepada keluarga tercinta, Bapak saya
Melter Jiki bin Tais dan Ibu saya Angeline Wong – Tais serta kakak dan adik–adik
saya yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada saya. Seterusnya, saya
sangat berterima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel., drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas izin penelitian yang
diberikan.
2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran Gigi Sumatera Utaratelah memberikan saran,
masukan dan bantuan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian
skripsi.
3. Rusfian, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama
pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyempurnaan skripsi
ini.
4. Kholidina Imanda Harahap, drg,. MDSc selaku dosen pembimbing II yang
telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga
penyempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan saran, masukan dan bantuan kepada penulis selama penelitian
dan penyelesaian skripsi.
6. Rahmi Syaflida, drg., Sp. BM selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi dan masukan kepada saya.
7. Maraghi Muttaqin, ST. MT selaku Kepala Laboratorium Impact & Fracture
Research Centre Majister Teknik Mesin Universitas Sumatera Utaraatas izin
melakukan penelitian dan Pak Alexander selaku laboran atas bantuannya
selama penelitian.
8. Damayanti Siregar, drg., M. KM selaku staf pengajar di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing saya dalam
pengolahan dan analisa data pada penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih belum sempurna dan penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di
kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan
manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam dunia kedokteran gigi.

Medan, Oktober
2017
Penulis,

(Melvin Joshua Tais)


NIM: 13000200

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 3

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5


2.1 Resin Komposit ........................................................................................... 5
2.2 Komposisi Resin Komposit ......................................................................... 5
2.2.1 Matriks Resin ........................................................................................... 5
2.2.2 Partikel Bahan Pengisi ............................................................................. 6
2.2.3Bahan Coupling ......................................................................................... 6
2.2.4 Fotoinisiator dan Aktivator ...................................................................... 7
2.2.5 Penghambat (Inhibitor) ............................................................................ 7
2.2.6 Modifier Optik .......................................................................................... 7
2.3 Klasifikasi Resin Komposit ......................................................................... 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel Filler............. 7
2.3.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas ............................... 9
2.3.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi ............................ 9
2.4 Sifat-Sifat Resin Komposit........................................................................ 10
2.4.1 Sifat Fisik ............................................................................................... 10
2.4.2 Sifat Mekanis.......................................................................................... 11
2.5 Polimerisasi Resin Komposit Sinar ........................................................... 12
2.5.1 Sumber Sinar .......................................................................................... 12
2.5.2 Tahapan Polimerisasi ............................................................................. 12
2.5.3 Derajat Konversi .................................................................................... 12
2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Polimerisasi Resin Komposit ........ 13
2.6 Metode Pengukuran Kekuatan Tekan ....................................................... 14

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 16


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 16
3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 16
3.3 Tempat Penelitian ...................................................................................... 16
3.4 Waktu Penelitian ....................................................................................... 16
3.5 Sampel dan Besar Sampel ......................................................................... 16
3.5.1 Sampel .................................................................................................... 16
3.5.2 Besar Sampel .......................................................................................... 16
3.6 Variabel Penelitian .................................................................................... 17
3.6.1 Variabel Bebas ....................................................................................... 17
3.6.2 Variabel Terikat...................................................................................... 17
3.6.3 Variabel Terkendali ................................................................................ 17
3.6.4 Variabel Tidak Terkendali ..................................................................... 18
3.7 Definisi Operasional .................................................................................. 18
3.8 Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 19
3.8.1 Alat Penelitian ........................................................................................ 19
3.8.2 Bahan Penelitian ..................................................................................... 20
3.9 Prosedur Penelitian .................................................................................... 21
3.9.1 Penyimpanan Bahan ............................................................................... 21
3.9.2 Pembuatan Sampel ................................................................................. 21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.9.3 Uji Kekuatan Tekan ............................................................................... 22
3.10 Analisis Data ........................................................................................... 23

BAB 4HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 24


4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 24
4.2 Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................................. 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 30


6.1 Kesimpulan................................................................................................ 30
6.2 Saran .......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Komposisi Resin Komposit Nanofiller 20

……………………………………. 23

2 Rerata dan Standard Deviasi Kekuatan Tekan Resin Komposit 24

Nanofiller.. 25

3 Hasil Uji Normalitas dengan Tingkat Kemaknaan


≤ (α

0,05)………………

4 Hasil Uji t Tidak Berpasangan (p≤ 0,05) …………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Light Curing Unit 18

…………………………………………………………. 18

2 Master Cast Brass 19

………………………………………………………… 19

3 Universal Testing Machine 21

……………………………………………….. 22

4 Resin Komposit Nanofiller Filtek Z350 XT ……………………………… 24

5 Prosedur pembuatan sampel

……………………………………………….

6 Pengujian kekuatan tekan sampel dengan Universal Testing Machine

…….

7 Grafik perbandingan rerata nilai kekuatan tekan dengan kelompok I dan

II.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Teori

2 Kerangka Konsep

3 Alur Penelitian

4 Daftar Hasil Pengujian Kekuatan Tekan

5 Hasil Analisis SPSS

6 Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Impact & Fracture Research

Centre Majister Teknik Mesin

7 Surat Konsultasi Pengolahan Data SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan restorasi estetik, terutama resin komposit, terus berinovasi baik dalam
sifat, karakteristik dan warna. Bahan restorasi resin komposit yang merupakan bahan
tumpatan yang paling digemari oleh pasien dan dokter saat ini. Hal ini dikarenakan
nilai estetik yang dihasilkan bahan restorasi ini sangat memuaskan. Di samping itu,
restorasi resin komposit juga menghasilkan ikatan yang baik terhadap enamel dan
dentin. 1, 2
Bahan restorasi resin komposit mulai berkembang dari akhir tahun 1950 dan
awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan
partikel bahan pengisi. Bowen menggunakan bahan bisphenol glycydil dimethacrylate
(bis-GMA) sebagai bahan matriks resin komposit untuk bahan restorasi gigi.
Sehingga demikian resin komposit dengan cepat menggantikan semen silikat dan
resin akrilik untuk restorasi estetik gigi anterior. Resin komposit yang digunakan
sekarang mengandung bahan pengisi anorganik, matriks resin dan coupling agent. 2
Kemajuan terbaru dalam teknologi komposit adalah penggunaan
nanoteknologi dalam perkembangan jenis bahan pengisi (filler). Nanoteknologi
adalah penghasilan bahan dan struktur fungsional dalam kisaran 1 sampai 100
nanometer (nm) dengan berbagai metode fisika dan kimia. Keunikan komposit
nanofilled adalah bahwa ia memiliki kekuatan mekanik yang setaraf dengan
mikrohibrid namun pada saat yang sama dapat mempertahankan kehalusan
permukaan. Resin komposit nanofiller juga menawarkan keuntungan dalam sifat
optik. Keunggulan lain resin komposit nanofiller antara lain kuat, tahan lama, sifat
optis dan kemampuan polesnya baik sehingga memberikan nilai estetis yang lebih
baik. 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Resin komposit memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisiknya
antara lain polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air, kekasaran
permukaan, dan kelarutan. Sifat mekaniknya antara lain modulus elastisitas,
kekerasan, dan kekuatan tekan. 4
Kekuatan tekan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan tekanan yang
dapat memperkecil ukuran benda tersebut sampai fraktur dan dapat diukur dengan
Universal Testing Machine. Kekuatan tekan dianggap sebagai indikator yang penting
dari keberhasilan restorasi karena kekuatan tekan yang tinggi diperlukan untuk
menahan tekanan parafungsional dan pengunyahan. Kekuatan tekan yang dihasilkan
harus memiliki sifat mekanis yang setaraf dengan kekuatan tekan asli gigi. Kekuatan
tekan pada resin komposit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu ukuran filler dan
polimerisasinya. Pada polimerisasi resin komposit, terdapat beberapa faktor–faktor
yang mempengaruhi derajat polimerisasinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi
polimerisasi resin komposit adalah suhu polimerisasi. 2, 5, 6
Beberapa produsen menganjurkan supaya bahan resin komposit disimpan ke
dalam kulkas jika tidak digunakan. Hal demikian bertujuan supaya masa pakai (shelf
life) dapat ditingkatkan. Namun, penurunan suhu resin komposit akan mempengaruhi
reaksi polimerisasinya. 6 Pengaruh suhu terhadap polimerisasi resin komposit dapat
dilihat pada penelitian Awliya (2007) yang mendapatkan bahwa peningkatan suhu
resin komposit dapat membantu dalam mencapai derajat konversi yang lebih baik
7
terutamanya pada bagian dalam restorasi. Munoz (2008) mendapatkan bahwa
peningkatan suhu dapat meningkatkan kadar konversi monomer serta meningkatkan
8
depth of cure komposit. Osternack dkk. (2009) pula menemukan bahwa suhu
polimerisasi komposit mempengaruhi polymerization shrinkage. 9 Torres dkk. (2011)
menyimpulkan bahwa pemanasan resin komposit sebelum disinar meningkat
kekerasan mikro secara signifikan. 10
Daronch dkk. (2006) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara
suhu dan konversi monomer. 11 Hal demikian karena peningkatan pada suhu komposit
akan menyebabkan turunnya viskositas komposit dan meningkatkan mobilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


radikal, yang menyebabkan kadar konversi yang lebih cepat dan komposit yang lebih
keras. 10
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh suhu resin komposit nanofiller sebelum dipolimerisasi terhadap
kekuatan tekan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada perbedaan kekuatan tekan antara resin komposit nanofiller yang
˚C dengan disimpan di dalam kulkas bersuhu 4˚C
disimpan pada suhu kamar 24
selama 2 minggu.

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk melihat apakah ada perbedaan kekuatan tekan antara resin komposit
˚C den gan disimpan di dalam kulkas
nanofiller yang disimpan pada suhu kamar 24
dengan suhu 4˚C selama 2 minggu.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kekuatan tekan antara
resin komposit nanofiller yang disimpan pada suhu kamar 24̊C den gan disimpan di
dalam kulkas dengan suhu 4˚C selama 2 minggu.

1.5 Manfaat Penelitian


Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan dokter gigi
mengenai pengaruh suhu penyimpanan terhadap kekuatan tekan bahan restorasi resin
komposit nanofiller polimerisasi sinar.
2. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan
masyarakat mengenai pengaruh suhu penyimpanan bahan restorasi resin komposit
nanofiller polimerisasi sinar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang ilmu material dan teknologi kedokteran gigi dan untuk penelitian lebih
lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit


Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat
unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri. Bahan ini sudah lama digunakan di
kedokteran gigi sejak tahun 1940 dan telah mengalami perkembangan pesat. Jadi,
resin komposit dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang hilang atau untuk
memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetik fasial. 2

2.2 Komposisi Resin Komposit


Bahan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu komponen organik (resin)
yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan bahan interfasial untuk
menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent. Selain mengandung tiga
komponen utama tersebut, resin komposit juga mengandung pigmen warna agar resin
komposit dapat menyerupai warna struktur gigi dan inisiator serta aktivator untuk
mengaktifkan mekanisme pengerasan. 2

2.2.1 Matriks Resin


Resin adalah komponen aktif kimia dalam komposit. Bentuknya adalah
monomer cair. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane
Dimethacrylate (UEDMA) dan Trietilen Glycol Dimethacrylate (TEGDMA)
merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. 2
Kegunaan matriks resin ini adalah untuk membentuk ikatan silang polimer
yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi pada resin komposit.
Matriks resin mengandung monomer dengan viskositas tingga (kental) yaitu BIS-
GMA yang disintesis melalui reaksi antara bisphenol A dan glycidyl methacrylate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh Bowen. Monomer dengan viskositas rendah juga terkandung didalamnya yaitu
TEGDMA dan UDMA. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon
reaktif yang dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas. 2, 3, 4, 12

2.2.2 Partikel Bahan Pengisi


Partikel bahan pengisi (filler) adalah material anorganik yang ditambahkan
pada matriks resin. Partikel bahan pengisi yang benar-benar berikatan dengan matriks
akan meningkatkan sifat bahan matriks, sifatnya seperti mengurangi pengerutan
ketika terjadi polimerisasi matriks resin, mengurangi penyerapan air dan ekspansi
koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan abrasi atau pemakaian. Filler yang digunakan dalam resin
komposit adalah partikel silika anorganik. Faktor-faktor yang penting lainnya yang
menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang
ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan. 2, 13
Berdasarkan ukuran partikel filler, komposit dibagi menjadi empat yaitu
makrofiller, mikrofiller, hibrid, dan nanofiller. Makin besar ukuran partikel maka
ikatannya makin lemah dan mudah terjadi abrasi ketika makan, minum atau
penyikatan gigi, menyebabkan yang tertinggal hanyalah resin matriks sehingga
permukaan menjadi kasar. 2, 14
Partikel bahan pengisi umumnya berupa quartz atau kaca dengan ukuran
partikel berkisar antar 0,1-100 μm yang diperoleh dengan penggilingan dan silika
dengan ukuran koloidal ± 0,04 μm yang secara kolektif disebut bahan pengisi mikro
dan diperoleh dari proses pirolitik atau pengendapan. 2, 4

2.2.3Bahan Coupling
Ikatan antara dua fasa komposit diperoleh dengan bahan coupling. Bahan
coupling adalah bahan interfasial untuk menyatukan matriks resin dan filler, bahan ini
berfungsi untuk mengikat filler ke matriks dan juga sebagai stress absorber yang akan
meneruskan tekanan dari matriks ke partikel pengisi. 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin
dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang
ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan pengikat
yang paling sering digunakan adalah organosilanes (3-metoksi-profil-trimetiksilane).
Selain itu, zirconates dan titanates juga sering digunakan. 2, 13, 14

2.2.4 Fotoinisiator dan Aktivator


Fotoinisiator dan aktivator berfungsi untuk menginduksi terjadinya light
curing. Fotoinisiator yang umumnya digunakan adalah camphoroquinone. Inisiator
ini berada di dalam pasta sebesar 0,2 %berat atau kurang. Aktivator amine yang
cocok untuk berinteraksi dengan camphoroquinone adalah dimetilaminoetil
metakrilat. 2

2.2.5 Penghambat (Inhibitor)


Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer,
bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Bahan penghambat yang umum
dipakai adalah butylated hydroxytoluane dengan konsentrasi 0,01 %berat. 2

2.2.6 Modifier Optik


Komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual dan translusensi yang
dapat menyerupai struktur gigi. Bahan pigmen yang sering ditambahkan terdiri dari
oksida logam berbeda seperti titanium dioksid dan aluminium oksid. Bahan tersebut
ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (0,001-0,007 %berat). 2

2.3 Klasifikasi Resin Komposit


2.3.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel Filler
1. Komposit tradisional (makrofiller)
Komposit tradisional sudah digunakan sejak akhir tahun 1960-an dan awal
tahun 1970-an. Kemudian sudah mengalami sedikit modifikasi selama bertahun-
tahun. Komposit tradisional disebut juga komposit konvesional/komposit berbahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengisi makro/ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang sering
digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Resin komposit tradisional
memiliki ukuran partikel relatif besar, sekitar 8-12 μm. bahan ini mempunyai
permukaan yang kasar dan cenderung berubah warna. 2, 12, 14
2. Komposit berbahan pengisi mikro (mikrofiller)
Untuk mengatasi masalah kekasaran permukaan pada resin komposit
tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silika koloidal
sebagai bahan pengisi anorganik. Partikel individu berukuran 0,04-0,4 μm. Karena
memiliki ukuran filler yang kecil komposit ini memiliki ikatan yang lemah sehingga
kekuatannya rendah, tetapi memiliki nilai estetis yang bagus dan permukaan yang
halus. 2, 3, 12
3. Komposit hibrid
Komposit hibrid merupakan kombinasi dari dua komposit dengan ukuran
partikel yang berbeda. Ada dua jenis resin komposit. Komposit mikrohibrid yaitu
gabungan komposit tradisional dan mikro. Rata-rata ukuran partikel komposit
mikrohibrid adalah 0,4-1 μm. Katagori bahan komposit ini dikembangkan dalam
rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit partikel
kecil sehingga estetisnya setara dengan komposit berbahan mikro. Sifat-sifat umum
seperti sifat fisik dan mekanik dari komposit mikrohibrid berada diantara bahan
komposit tradisional dan bahan pengisi mikro, sehingga mikrohibrid lebih unggul
sifat-sifatnya dibandingkan dengan komposit berbahan mikro. Sedangkan, komposit
nanohibrid merupakan gabungan dari komposit mikrofiller dan komposit nanofiller,
rata-rata berukuran 0,2-3 μm. Komposit nanohibrid memiliki sifat fisik dan mekanis
yang baik serta mudah dipoles (permukaannya halus). 2, 13
4. Komposit Nanofiller
Nanofiller komposit terdiri dari nanopartikel berukuran 1 – 100 nm yang
terdapat pada matriks resin. Komposit ini memiliki translusensi yang tinggi dan
karena ukuran nanopartikel yang mendekati ukuran molekul polimer maka keduanya
akan dapat berinteraksi dalam tingkat molekul pada resin matrik. Terdapat dua jenis
nanopartikel yang disintesis untuk komposit nanofiller. Yang pertama terdiri dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


nanomer partikel dengan dasar monodisperse non-aggregates dan non-
agglomeratedpartikel yang berasal dari silica atau zirconia. Sifat reologil komposit
ini buruk jika hanya partikel nanomer yang digunakan. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, maka terdapat jenis kedua yang disebut nanukluster yang terbuat dari
oksidasi nanomerik untuk membentuk clusters dimana ukuran partikel diatur
distribusinya. 3, 15
Resin komposit nanofiller memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat
memperoleh permukaan yang halus, memberikan translusensi yang baik, estetis yang
baik karena memiliki penampilan seperti enamel gigi asli, dan memiliki kekuatan dan
ketahanan yang hampir sama dengan mikrofiller. 3

2.3.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas


1. Resin komposit packable
Resin komposit ini memilik viskositas yang tinggi. Resin ini memiliki filler
70% volume. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan peningkatan viskositas resin
komposit sehingga resin komposit ini menjadi kental dan sulit mengisi celah kavitas
yang kecil. Sebaliknya, dengan semakin besarnya komposisi filler akan dapat
mengurangi pengerutan selama polimerisasi. 2, 3, 13
2. Resin komposit flowable
Resin komposit flowable memiliki viskositas/kekentalan yang rendah. Komposisi
filler yang rendah dan kemampuan alir yang tinggi sehingga dapat dengan mudah
mengisi atau menutup kavitas kecil. 4, 13

2.3.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi


1. Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini disebut juga resin komposit self-cured, yang terdiri dari dua pasta.
Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta lainnya berisi activator
tertiary amine. Kedua bahan tersebut dicampur sekitar 20-30 detik, maka amine akan
bereaksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme
pengerasan dimulai. 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam
bentuk suatu pasta dalam sebuah tube. Resin ini merupakan tipe resin komposit
paling sering digunakan pada praktek/klinik dokter gigi. Resin ini mudah
dimanipulasi karena mengeras bila sudah diaplikasikan sinar (working time dapat
dikontrol). Cahaya tampak biru memiliki panjang gelombang sekitar 468 nanometer
(nm) sebagai aktivasi setiap inisiator dan akan bereaksi dengan akselerator (amine
organik). Bila tidak disinar, maka kedua komponen ini tidak bereaksi. 2, 3
3. Resin komposit dual-cured
Resin ini merupakan sistem dua pasta, yang mengandung inisiator dan
aktivator cahaya dan kimia. Keuntungannya ketika dua pasta dicampur dan
ditempatkan, lalu di curing dengan light cure unit sebagai reaksi pengerasan awal
kemudian secara kimia akan melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak
terkena sinar sehingga pengerasan sempurna. 2, 3, 13

2.4 Sifat-Sifat Resin Komposit


Resin komposit mempunyai beberapa sifat fisis antaranya ialah
polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air dan kelarutan. Sifat
mekaniknya antara lain adalah kekuatan flexural, kekerasan permukaan dan kekuatan
tekan.

2.4.1 Sifat Fisik


1. Polymerization shrinkage
Polymerization shrinkage terjadi selama proses polimerisasi resin. Sifat ini
akan menyebabkan resin komposit tertarik menjauhi dinding kavitas sehingga terjadi
kehilangan perlekatan antara gigi dan resin komposit. Celah mikro boleh terjadi
karena adanya polymerization shrinkage. 2, 3
2. Konduktivitas termal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bahan restorasi adalah insulator yang baik terhadap suhu yang ekstrim.
Konduktivitas termal komposit dengan partikel halus lebih besar dari pada komposit
dengan partikel mikrofin karena konduktivitas pengisi anorganik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan matriks polimer. Namun, komposit tidak mengubah suhu
secepat struktur gigi, dan perbedaan ini tidak menimbulkan masalah klinis. 3
3. Penyerapan air dan kelarutan
Penyerapan air pada komposit dengan partikel microfine lebih tinggi daripada
penyerapan air pada komposit dengan partikel hibrid disebabkan oleh fraksi volume
polimer yang lebih rendah pada komposit dengan partikel halus. Komposit yang
polimerisasinya tidak adekuat memiliki penyerapan dan kelarutan air yang lebih
besar, mungkin terlihat, secara klinis dengan ketidakstabilan warna awal. 3

2.4.2 Sifat Mekanis


1. Kekuatan flexural
Kekuatan flexural adalah beban yang diberikan pada benda berbentuk batang
yang ditumpu pada kedua ujungnya dan beban tesebut diberikan di tengah-tengahnya,
selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berenti
ketika batang uji patah. Kekuatan flexural pada nanokomposit adalah 180 Mpa. 2, 3
2. Kekerasan permukaan
Kekerasan permukaan didefinisikan sebagai ketahanan permukaan dari suatu
bahan terhadap goresan atau lekukan. Kekerasan komposit adalah 22 hingga
80kg/mm2, lebih rendah dari kekerasan enamel (343 kg/mm2). 2, 3
3. Kekuatan tekan
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang
diberikan kepada bahan tanpa ada terjadi kerusakan. Kekuatan tekan dianggap
sebagai indikator yang penting dari keberhasilan restorasi karena kekuatan tekan yang
tinggi diperlukan untuk menahan tekanan parafungsional dan pengunyahan. Hegde et
al 2011 menemukan bahwa kekuatan tekan optimal nanokomposit adalah 312 - 417
MPa dan menyimpulkan bahwa kekuatan tekan nanokomposit lebih tinggi daripada
kekuatan tekan komposit mikrohibrid. Kekuatan tekan merupakan salah satu hal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penting untuk menahan kekuatan pengunyahan dan kekuatan tekan yang dihasilkan
harus memiliki sifat mekanis seperti struktur asli gigi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan tekan resin adalah ukuran filler dan polimerisasi. 2, 16

2.5 Polimerisasi Resin Komposit Sinar


2.5.1 Sumber Sinar
Polimerisasi resin komposit dilakukan dengan empat jenis sumber sinar,
antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen (QTH), Light Emiting Diode (LED),
lampu argon ion laser, dan lampu plasma. Sumber polimerisasi yang paling banyak
digunakan adalah halogen (QTH) dan LED dikarenakan biaya alat yang murah,
mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan terjadi polimerisasi
dikenal oleh hampir semua resin komposit. 2, 3

2.5.2 Tahapan Polimerisasi


Tahapan polimerisasi resin komposit sinar terdiri atas tahap inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang
tepat akan merangsang fotoinisiator camphoroquinone. Camphoroquinone yang telah
teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang terdapat pada ikatan rangkap karbon
amina organik. Amina organik yang telah kehilangan molekulnya akan menjadi
radikal bebas yang mengaktifkan polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia
yang sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi, akan
terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal.
Tahap kedua adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan monomer
terus menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir adalah
tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil. 2, 3

2.5.3 Derajat Konversi


Derajat konversi adalah persentase ikatan karbon ganda yang berkonversi
menjadi ikatan tunggal dalam membentuk rantai polimer atau persentase grup
metakrilat yang terpolimerisasi. Derajat konversi yang tinggi akan menghasilkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


resin komposit yang memiliki kekuatan lebih baik. Nilai konversi resin komposit
pada suhu kamar berkisar antara 50-70%. 2

2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Polimerisasi Resin Komposit


1. Translusensi
Translusensi bahan restorasi resin komposit mempengaruhi jumlah cahaya
yang boleh menembusi ketebalan resin komposit waktu penyinaran. Jumlah cahaya
tersebut mempengaruhi derajat konversi resin komposit yang seterusnya
mempengaruhi polimerisasi resin komposit. 6
2. Lama penyinaran
Peningkatan waktu pemaparan curing cahaya menghasilkan eksposur radiasi
keseluruhan yang lebih tinggi yang mencapai lapisan resin komposit, sehingga
polimerisasi yang lebih baik dapat diperoleh, terutama dengan lapisan komposit yang
tebal dan/atau Light Curing Unit (LCU) dengan tingkat iradiasi rendah. 6
3. Ketebalan inkremental
Peningkatan ketebalan resin komposit menyebabkan peningkatan pada
penyerapan cahaya dan penurunan pada penetrasi cahaya dalam lapisan bahan yang
disinar. Oleh itu, keseluruhan energi cahaya berkurang seiring dengan meningkatnya
ketebalan resin komposit. 6
4. Sistem penyinaran
Sifat fisik resin komposit dipengaruhi terutama oleh kekuatan lokal, panjang
gelombang, dan profil daya balok LCU yang digunakan. Dengan perkembangan
lanjutan dari unit LED baru dan penurunan penggunaan unit QTH, unit LED,
mempunyai sistem polywave yang baik, adalah metode pilihan untuk mencakup
jangkauan yang lebih luas dan mengaktifkan lebih banyak fotoinisiator. 6
5. Diameter kavitas
Seiring dengan meningkatnya diameter rongga kavitas, kemungkinan derajat
polimerisasi dan derajat konversi yang berbeda dalam restorasi yang sama juga
meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja restorasi dan membatasi
ketahanannya. 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dimensi kavitas yang kurang menyebabkan derajat konversi yang rendah,
karena kavitas yang lebih sempit memungkinkan lebih banyak penyerapan cahaya
oleh dinding kavitas. Dengan demikian, ini mencegah cahaya untuk mencapai
permukaan resin komposit dan menghasilkan derajat konversi yang lebih rendah
daripada apabila dimensi kavitasnya lebih besar. 6
6. Lokasi kavitas
Lokasi kavitas mempengaruhi teknik penyinaran resin komposit. Misalnya
adalah lebih sukar untuk menyinar resin komposit pada regio posterior dibanding
penyinaran pada region anterior. 6
7. Jarak penyinaran
Jarak penyinaran mempengaruhi jumlah energi cahaya yang mencapai
permukaan resin komposit yang seterusnya mempengaruhi polimerisasi resin
komposit. Oleh itu, disarankan supaya jarak penyinaran dilakukan seminimal
mungkin. 6
8. Suhu
Perubahan pada suhu resin komposit mempunyai pengaruhnya terhadap reaksi
polimerisasi resin komposit. Daronch dkk. (2006) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang kuat antara suhu dan konversi monomer. Peningkatan suhu polimerisasi
akan menyebabkan viskositas bahan resin komposit menjadi lebih rendah. Hal ini
menghasilkan mobilitas molekul monomer yang lebih tinggi di dalam matriks resin
dan pembentukan radikal bebas yang lebih banyak, yang seterusnya menghasilkan
derajat konversi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan sifat fisik
resin yang digunakan secara klinis, pemanasan awal melalui perangkat tertentu sangat
dianjurkan. 6, 11

2.6 Metode Pengukuran Kekuatan Tekan


Kekuatan tekan dapat diukur dengan memberikan tekanan menggunakan alat
Universal Testing Machine. Kekuatan tekan dihasilkan dari dua gaya dengan arah
menuju satu sama lainnya pada arah garis lurus. Universal Testing Machine dapat
menganalisa sifat material seperti tarikan (tension), kompresi, ataupun gaya geser.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Universal Testing Machine terdapat sebuah batang yang dijepit diantara dua
jepitan yang fungsinya sebagai tempat untuk diberi tekanan. Tekanan diberikan pada
sampel sampai terjadi fraktur, tekanan yang diberikan selanjutnya akan diukur dengan
menggunakan transducer dan deformasi yang terjadi diukur dengan ekstensometer. 2, 3
Kekuatan kompresi yang diberikan pada kedua ujung spesimen akan
menyebabkan timbulnya gaya geser sepanjang area cone shape pada kedua ujung dan
sebagai akibat gaya yang diberikan kedua cone ini akan menimbulkan gaya tarik di
bagian tengah silinder. Rumus yang digunakan untuk mengukur kekuatan tekan
adalah σᴄ (Mpa) = Fƒ∕A dimana Ϝ𝑓𝑓 (kgms-2) adalah kegagalan beban maksimal dan Α
(mm2) merupakan cross-sectional permukaan spesimen. 2, 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah comparative design

3.3 Tempat Penelitian


1. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk pembuatan dan penyimpanan
sampel.
2. Laboratorium Impact and Fracture Research Centre Majister Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara untuk menguji kekuatan tekan dengan
menggunakanUniversal Testing Machine.

3.4 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan sejak bulan September 2016 – Oktober 2017

3.5 Sampel dan Besar Sampel


3.5.1 Sampel
Sampel dibuat dari resin komposit nanofiller yang dibuat berbentuk silinder
dengan ukuran diameter 4 mm dan tinggi 6 mm.17

3.5.2 Besar Sampel


Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok I
˚C) dan kelompok II disimpan
adalah sampel yang disimpan pada suhu kamar (24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam kulkas (4˚C) selama dua minggu, sehingga t = 2. Besar sampel pada penelitian
ini dihitung menggunakan rumus Frederer: 18

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan:
t = jumlah perlakuan
r = besar sampel
maka besar sampel (r) untuk tiap kelompok dapat tentukan sebagai berikut:
(2-1) (r-1) ≥ 15
1(r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 15
r ≥ 16
Dari perhitungan diperolehbesar sampel minimal untuktiap kelompok adalah 16 buah.
Akan tetapi pada penelitian ini dibuat 20 buah sampel untuk setiap kelompok. Total
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 buah sampel.

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
Suhu penyimpanan berbeda (24˚C dan 4˚C)

3.6.2 Variabel Terikat


Kekuatan tekan resin komposit nanofiller

3.6.3 Variabel Terkendali


1. Waktu penyimpanan bahan 2 minggu
2. Ukuran sampel diameter 4 mm dan tinggi 6 mm 17
3. Jarak penyinaran 0 mm
4. Lama Penyinaran 40 detik
5. Jenis sinar Halogen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Warna resin komposit A2
7. Arah penyinaran tegak lurus
8. Penyimpanan sampel setelah penyinaran dalam wadah kedap sinar pada
suhu kamar selama 24 jam
9. Beban 200 kgf

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali


1. Jeda waktu antara pengeluaran bahan dari kulkas dan penyinaran
2. Pengiriman resin komposit
3. Intensitas Cahaya

3.7 Definisi Operasional


1. Resin komposit nanofiller adalah resin komposit dengan partikel bahan
pengisinya yang mengkombinasikan silika nanofiller dengan ukuran partikel utama
20-75 nm dan zirconia/silica nanocluster dengan diameter 0,6-1,4 um.
2. Kekuatan tekan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan tekanan
yang dapat memperkecil ukuran benda tersebut sampai fraktur dan dapat diukur
dengan Universal Testing Machine dengan rumus untuk mengukur kekuatan tekan
adalah σᴄ (MPa) = Fƒ∕A dimana Fƒ adalah gaya maksimal sampai sampel hancur
(kgms-2) dan A merupakan luas penampang sampel (mm2).
3. Suhu penyimpanan adalah suhu yang digunakan, yaitu 24˚C dan 4˚C, untuk
menyimpan bahan sebelum dilakukan penyinaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.8 Alat dan Bahan Penelitian
3.8.1 Alat Penelitian
1. Light Curing Unit(Litex 680A, Dentamerica, AS)

Gambar 1.Light Curing Unit

2. Master cast (diameter 4 mm, tinggi 6 mm) terbuat dari brass

Gambar 2.Master cast brass

3. Instrumen plastis
4. (Servopulser, Japan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.Universal Testing Machine

5. Kulkas
6. Celophan strip
7. Glass slab
8. Pinset
9. Termometer

3.8.2 Bahan Penelitian


1. Resin komposit nanofiller A2, Filtek Z350 XT (3M ESPE, St.Paul, MN,
USA.)

Gambar 4. Resin komposit nanofiller Filtek Z350 XT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 1. Komposisi Resin Komposit Nanofiller
No. Bahan Merek Komposi
1 Resin Komposit Filtek Z350 XT (3M Bis-GMA dan TEGDMA,
Nanofiller ESPE, St.Paul, MN, USA) Zirconia/silica filler dan
zirconia/silica cluster filler
yang berukuran 20 nm
(78,5 % wt atau 63,3 %vol)

2. Silicon Oil
3. Kertas Pasir ukuran 2000 grid

3.9 Prosedur Penelitian


3.9.1 Penyimpanan Bahan
˚C 24
1. Bahan disimpan pada suhu kamar, selama dua minggu untuk
pembuatan sampel kelompok I.
2. Bahan disimpan ke dalam kulkas pada suhu ˚C
4 selama dua minggu, lalu
dikeluarkan untuk pembuatan sampel kelompok II.

3.9.2 Pembuatan Sampel


1. Master cast terbuat dari logamdengan mould yang berbentuk silinder
berukuran diameter 4 mm dan tinggi 6 mm diolesi dengan silicon oil, lalu dialasi
dengan celophane strip supaya dasar rata dan tidak lengket dengan master cast.
2. Resin komposit nanofiller dimasukkan ke dalam mould sampai penuh dan
ditekan dengan celophane strip dan glass slab selama satu menit.
3. Resin komposit disinar secara tegak lurus dengan jarak penyinaran 0 mm
selama 40 detik pada permukaan atas dan bawah sampel dengan menggunakan light
curing unitHalogen (Litex 680A, Dentamerica, AS)
4. Sampel dikeluarkan dari master cast dan bagian bawah ditandai dengan
spidol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Kemudian, tepi sampel dirapikan dengan kertas pasir.
6. Sampel disimpan di dalam wadah kedap sinar pada suhu kamar selama 24
jam.

Gambar 5.Prosedur pembuatan sampel: (a) Bahan dimasukkan dalam master cast
sampai penuh dengan celophan stripdanglass slab. (b) Sampel disinar
dengan sumber sinar halogen. (c) Sampel dikeluarkkan dari master cast.

3.9.3 Uji Kekuatan Tekan


1. Setelah 24 jam, dilakukan uji kekuatan tekan sampel.
2. Sampel diletakkan pada tempat pengujian dengan pinset yang nantinya
akan diberikan tekanan dengan beban maximum 200kgf.
3. Setelah itu, Universal Testing Machine dihidupkan dan diberikan tekanan
dengan kecepatan cross head speed 0,5 mm/min.
4. Tekanan yang diberikan akan meningkat secara perlahan sampai terjadi
fraktur. Setelah terjadinya fraktur, tekanan akan berkurang secara otomatis.
5. Nilai yang dicatat adalah nilai beban maksimum ketika sampel fraktur.
6. Nilai beban maksimum tersebut kemudian dimasukkan ke rumus untuk
mendapatkan nilai kekuatan tekan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


σᴄ (MPa) = Fƒ∕A

Keterangan:
σᴄ = kekuatan tekan
Fƒ = gaya maksimal sampai sampel hancur (kgms-2)
A = luas penampang sampel (mm2)

Gambar 6. Pengujian kekuatan tekan sampel dengan Universal TestingMachine

3.10 Analisis Data


Normalitas data diuji menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dengan
tingkat kemaknaan (α ≤ 0,05) . Kemudian untuk mendapatkan perbedaan kekuatan
tekan antar kelompok perlakuan dilakukan uji t tak berpasangan dengan tingkat
kemaknaan (p≤0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kekuatan tekan resin komposit
nanofiller yang disimpan pada suhu 24˚C dan 4˚C. Pada kelompok I yang disimpan
pada suhu 24˚C, didapatkan nilai rerata dan standard deviasi 35,20±4,63 Mpa. Pada
kelompok II yang disimpan pada suhu 4˚C, didapatkannilai rerata dan standard
deviasi 26,47±3,13 Mpa. Nilai kekuatan tekan dari setiap kelompok pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata dan Standard Deviasi Kekuatan Tekan Resin Komposit


Nanofiller dengan Suhu Penyimpanan 24˚C dan 4˚C

Kekuatan Tekan (Mpa)


Sampel
Kelompok I Kelompok II
1 37.19 31.78
2 34.78 26.14
3 43.88 29.06
4 39.33 24.12
5 32.3 23.21
6 30.72 22.62
7 25.6 28.03
8 35.85 30.61
9 29.53 24.94
10 35.91 27.26
11 41.65 19.61
12 35.6 21.33
13 35.3 27.72
14 36.95 28.02
15 32.25 26.96
16 38.12 26.48
17 29.7 27.62
18 40.53 25.62
19 30.18 27.86
20 38.47 30.42
Rerata±SD 35.20±4.63 26.47±3.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45
40
35

Kekuatan Tekan (Mpa)


30
25
20
15
10
5
0
I II

Kelompok Perlakuan

Gambar 7. Grafik rerata nilai kekuatan tekan pada kelompok perlakuan.

Dari gambar 7 terlihat bahwa nilai kekuatan tekan resin komposit yang
disimpan pada suhu 4˚C lebih rendah dibandingkan resin komposit yang disimpan
pada suhu 24˚C.

4.2 Analisis Hasil Penelitian


Setelah data didapatkan maka dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Dari tabel 3 terlihat bahwa nilai siginifikansi yang diperoleh
adalah p > 0,05, membuktikan bahwa data terdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas dengan Tingkat Kemaknaan (α ≤ 0,05)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kemudian data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji t
≤ 0,05). Hasil uji statis tik ini dapat
tidak berpasangan dengan tingkat kemaknaan (p
dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji t Tidak Berpasangan (p≤ 0,05)

Pada tabel 4 terlihat rata-rata selisih (mean difference)kekuatan tekan antara


kelompok I dan kelompok II adalah 8,7245±1,2485 dengan nilai signifikansi p=0,00
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan tekan yang
signifikan antara kelompok I dan kelompok II. Berdasarkan hasil analisa tersebut,
maka hipotesis penelitian ini ditolak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

Kekuatan tekan dianggap sebagai indikator keberhasilan yang penting karena


kekuatan tekan yang tinggi diperlukan untuk menahan daya mastikasi dan
parafungsional. Bayindir dan Yilmaz (2007) menunjukkan kekuatan tekan paling
tinggi mulai dari resin komposit, amalgam, kompomer, hibrid ionomer dan SIK. 19
Hasil penelitian ini (Tabel 4) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kekuatan tekan yang signifikan (p≤ 0,05) dengan suhu penyimpanan yang berbeda
yaitu 24˚C dan 4˚C. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses polimerisasi yaitu
ketebalan bahan, sumber cahaya, intensitas cahaya, panjang gelombang, lama
penyinaran, jarak penyinaran, dan suhu resin komposit. Polimerisasi yang adekuat
adalah penting dalam mencapai sifat mekanik yang optimal dalam bahan-bahan yang
berbasis resin. Polimerisasi yang kurang adekuat dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan restorasi. 6
Terlihat dari hasil penelitian ini bahwa kekuatan tekan pada suhu
penyimpanan 4˚C lebih rendah dibanding dengan resin komposit yang disimpan pada
suhu 24˚C. Inisesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Osternack dkk. (2009)
yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan kekerasan permukaan yang signifikan di
˚C lebih
mana kekerasan permukaan resin komposit yang disimpan pada suhu 4
rendah dibanding dengan disimpan pada suhu 24˚C. 9
Suhu memainkan peran yang penting dalam proses polimerisasi resin
komposit karena berkaitan dengan viskositas resin komposit. Suhu yang rendah akan
meningkatkan viskositas. Viskositas dikaitkan dengan kecepatan mobilitas molekul
selama polimerisasi. Suhu rendah akan menurunkan kecepatan pergerakan monomer
dan menyebabkan fase propagasi untuk berakhir lebih cepat. Mobilitas rantai polimer
turut berkurang dan mempercepatkan fase terminasi. Derajat konversi menjadi lebih
rendah pada suhu yang rendah. 20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada penelitian Awliya (2007) menunjukkan bahwa apabila suhu resin
komposit meningkat maka kekerasan mikro pada permukaan atas dan bawah juga
turut meningkat, walaupun sumber cahaya polimerisasi berbeda. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa penggunaan resin komposit yang dipanaskan terlebih dahulu
dapat membantu mencapai konversi yang lebih baik terutama pada area restorasi yang
lebih dalam yang dapat memberikan ketahanan restorasi yang lebih lama. 7
˚C 54
Menurut Dionysopoulos (2016), pemanasan awal pada suhu dapat
meningkat kekerasan mikro resin komposit. Dengan suhu meningkat, radikal bebas
dan rantai polimer menjadi lebih cair sebagai konsekuensi dari penurunan viskositas
bahan resin komposit dan dapat bereaksi lebih jauh, menghasilkan reaksi polimerisasi
yang lebih lengkap dan cross-link yang lebih baik. Akibatnya, tingkat konversi
meningkat dan kekerasan permukaan juga meningkat. 21
Pada penelitian yang dilakukan oleh Munoz (2008), apabila resin komposit
dipanaskan pada suhu 21.1°C, 37.7°C dan 60°C, didapati bahwa terdapat perbedaan
kekerasan permukaan pada ketiga suhu yang berbeda. Hasil penelitian tersebut
mendapati kekerasan permukaan yang paling tinggi dilihat pada resin komposit yang
dipanaskan pada suhu 60°C dan disimpulkan bahwa kekerasan permukaan akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. 8
Faria-e-Silva (2010) menyimpulkan bahwa pendinginan pada suhu 4°C
menunjukkan efek waktu dan material yang signifikan bergantung pada kinetika
viskositas dan polimerisasi dari dua resin komposit yang diuji. Untuk pemakaian
klinik, resin komposit harus dikeluarkan dari kulkas minimal 20 menit sebelum
digunakan. 22
Menurut penelitian Harahap K (2017), depth of cure resin komposit lebih
tinggi apabila dibiarkan selama beberapa menit setelah dikeluarkan dari kulkas
dibandingkan dengan yang dipolimerisasi langsung setelah dikeluarkan dari kulkas.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa depth of cure akan meningkat apabila
waktu resin komposit dibiarkan pada suhu kamar lebih lama. 20
Polimerisasi resin komposit yang adekuat akan menghasilkan derajat konversi
yang tinggi. Banyaknya monomer resin yang membentuk rantai polimer akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menghasilkan resin komposit dengan sifat–sifat yang lebih baik. Kekuatan tekan
adalah salah satu sifat mekanis yang dimiliki oleh resin komposit dan merupakan
kemampuan untuk menahan tekanan yang diberikan kepada resin komposit tanpa ada
terjadi kerusakan. Suhu penyimpanan mempengaruhi polimerisasi resin komposit.
Oleh karena itu apabila suhu penyimpanan menurun, polimerisasi resin komposit juga
menjadi kurang adekuat, sehingga menyebabkan kekuatan tekan resin komposit yang
lebih rendah. 2, 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan kekuatan tekan yang signifikan antara resin komposit
˚C dengan disimpan di dalam kulkas
nanofiller yang disimpan pada suhu kamar 24
bersuhu 4˚C selama 2 minggu.

6.2 Saran
1. Disarankan agar resin komposit mempunyai suhu yang sama dengan suhu
kamarketika akan dipolimerisasi setelah disimpan dalam kulkas.
2. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut tentangpengaruh suhu
penyimpanan terhadap sifat fisis dan mekanis resin komposit lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Koh R, Neiva G, Dennison J, Yaman P. Finishing Systems on the Final Surface


Roghness of Composite. J Cont Dent Prac. 2008; 9(2): 1-8.
2. Annusavice K. Phillip's Science of Dental Material. 11th ed. Missouri: Elsevier;
2007. 400-39.
3. Powers J, Sakaguchi R. Craig's Restorative Dental Material. 13th ed. St. Loius:
Elsevier; 2012. 166-85.
4. Powers J. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri:
Mosby Inc.; 2008. 74-8.
5. Banava S, Salehyar S. In vitro Comparative Study of Compressive Strength of
Different Types of Composite Resins in Different Periods of Time. Iranian
Journal of Pharmaceutical Sciences. 2008; 4(1): 69-74.
6. AlShaafi M. Factors affecting polymerization of resin-based composites: A
literature review. The Saudi Dental Journal. 2017; 29: 48-58.
7. Awliya W. The Influence of Temperature on The Efficacy of Polymerization of
Composite Resin. J Cont Dent Pract. 2007; 8(6): 9-16.
8. Munoz C, Bond P, Munoz J, Tan D. Effect of Pre-Heating on Depth of Cure and
Surface Hardness of Light-Polymerized Resin Composites. American Journal of
Dentistry. 2008; 21(4): 215-22.
9. Osternack F, Caldas D, Rached R, S V. Impact of Refrigeration on the Surface
Hardness of Hybrid and Microfilled Composite Resin. Braz Dent J. 2009; 20(1):
42-7.
10. Torres R, Caneppele T, Borges B, Torres A. Influence of Pre-Cure Temperature
on Vickers Microhardness of Resin Composite. IJCD. 2011; 2(3): 41-5.
11. Daronch M, Rueggeberg F, DeGoes M, Giudici R. Polymerization Kinetics of
Pre-Heated Composite. J Dent Res. 2006; 85: 38-43.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Manappallil J. Basic Dental Materials. 3rd ed. India: Jaypee Brothers; 2003. 121-
42.
13. Noort R. Introduction to Dental Materials. 4th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;
2013. 73-88.
14. Hatrick C, Eakle W. Dental Materials: Clinical Applications for Dental Assistants
and Dental Hygenists. 3rd ed. St. Louis: Elsevier; 2016. p. 64-76.
15. Kaur P, Luthra R, Puneet. A Step Towards Improved Restorative Dentistry.
Indian Journal of Dental Sciences. 2011; 3(4): 28-31.
16. Hegde M, Hegde P, Bhandary S, Deepika K. An evalution of compressive
strength of newer nanocomposite: An in vitro study. J Convserv Dent. 2011;
14(1): 36-9.
17. Moezzyzadeh M. Evaluation of the Compressive Strength of Hybrid and
Nanocomposites. Journal Dental School. 2012; 30(1): 24-9.
18. Supriyandi. Statistik Kesehatan Jakarta: Salemba Medika; 2014. 119-23.
19. Bayindir F, Yilmaz C. Comparison of diametral tensile, flexural, and compressive
strengths of five core build-up materials. Journal of Faculty of Dental of Atatürk
University. 2007; 17(1): 18-23.
20. Harahap K, Yudhit A, Sari F. Effect of bench time polymerization on depth of
cure of dental composite resin. In IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering; 2017: IOP Publishing Ltd. 1-6.
21. Dionysopoulos D, Tolidis K, Gerasimou P. Bulk Fill Composite Resins. A
Novelty in Resin-Based Restorative Materials. ARC Journal of Dental Science.
2016; 1(2): 1-3.
22. Faria-e-Silvaa A, Piva E, Moraes R. Time-Dependent Effect of Refrigeration on
Viscosity and Conversion Kinetics of Dental Adhesive Resins. European Journal
of Dentistry. 2010 April; 4: 150-55.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
Kerangka Teori

Resin Komposit Penyimpanan


Resin Komposit

Ruang Kulkas
Self - cured Light - cured Dual - cured Kamar (4˚C)
(24˚C)

Komposisi Klasifikasi Sifat Polimerisasi

Translusensi
Matriks Ukuran
Filler
Lama
Filler
Viskositas Penyinaran

Coupling Ketebalan
Agent Polimerisasi
Inkremental

Inhibitor
Sistem
Fisik Penyinaran
Modifier
Optik Diameter
Kekasaran Kavitas
Fotoinisiator Permukaan
& Aktivator Lokasi
Penyerapan Kavitas
& Kelarutan
Jarak
Mekanis Konduktivitas Penyinaran
Termal
Suhu

Kekuatan Kekerasan Kekuatan


Flexural Permukaan Tekan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
Kerangka Konsep

Resin Komposit Penyimpanan

Sifat
Suhu Kamar Suhu Kulkas

Mekanis

Kekuatan Tekan Polimerisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
Alur Penelitian

Resin Komposit Nanofiller

Disimpan pada suhu kamar Disimpan dalam kulkas


(24˚C) selama 2 minggu dengan suhu (4˚C) selama 2
minggu

Dimasukan ke dalam mould Dimasukan ke dalam mould

Disinar dengan LCU halogen Disinar dengan LCU halogen


selama 40 detik pada selama 40 detik pada
permukaan atas dan bawah permukaan atas dan bawah

Sampel dikeluarkan dari Sampel dikeluarkan dari


mould (n = 20) mould (n = 20)

Uji Kekuatan Tekan

Analisis data
(Uji t tak berpasangan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4
Daftar Hasil Pengujian Kekuatan Tekan

Digunakan σᴄ (MPa) = Fƒ∕A


Ϝ𝑓𝑓 = gaya maksimal sampai sampel hancur (kgms-2)
Α = luas penampang sampel (mm2)
= πr2, π = 3.14, r = 2mm
= π(2)2
= 12.57 mm2

A. 24˚C

Kegagalan beban Nilai Kekuatan


Rumus Kekuatan Tekan
No. Sampel maksimal, F𝑓𝑓 Tekan
(σᴄ (MPa) = Fƒ∕A)
(kgms-2) (Mpa)
1 467.45 467.45 / 12.57 37.19
2 437.15 437.15 / 12.57 34.78
3 551.58 551.58 / 12.57 43.88
4 494.36 494.36 / 12.57 39.33
5 406.85 406.85 / 12.57 32.36
6 386.19 386.19 / 12.57 30.72
7 321.78 321.78 / 12.57 25.60
8 450.60 450.60 / 12.57 35.85
9 371.27 371.27 / 12.57 29.53
10 451.41 451.41 /12.57 35.91
11 523.60 523.60 / 12.57 41.65
12 447.43 447.43 / 12.57 35.60
13 443.73 443.73 / 12.57 35.30
14 464.52 464.52 / 12.57 36.95
15 405.37 405.37 / 12.57 32.25
16 479.21 479.21 / 12.57 38.12
17 373.31 373.31 / 12.57 29.70
18 509.51 509.51 / 12.57 40.53
19 379.42 379.42 / 12.57 30.18
20 483.66 483.66 / 12.57 38.47
Rerata 35.20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. 4˚C

Kegagalan beban Nilai Kekuatan


Rumus Kekuatan Tekan
No. Sampel maksimal, F𝑓𝑓 Tekan
(σᴄ (MPa) = Fƒ∕A)
(kgms-2) (Mpa)
1 399.44 399.44 / 12.57 31.78
2 328.54 328.54 / 12.57 26.14
3 365.33 365.33 / 12.57 29.06
4 303.17 303.17 / 12.57 24.12
5 291.75 291.75 / 12.57 23.21
6 284.29 284.29 / 12.57 22.62
7 352.36 352.36 / 12.57 28.03
8 384.72 384.72 / 12.57 30.61
9 313.44 313.44 / 12.57 24.94
10 342.63 342.63 /12.57 27.26
11 246.52 246.52 / 12.57 19.61
12 268.14 268.14 / 12.57 21.33
13 348.47 348.47 / 12.57 27.72
14 352.22 352.22 / 12.57 28.02
15 338.83 338.83 / 12.57 26.96
16 332.91 332.91 / 12.57 26.48
17 347.17 347.17 / 12.57 27.62
18 322.05 322.05 / 12.57 25.62
19 350.14 350.14 / 12.57 27.86
20 382.39 382.39 / 12.57 30.42
Rerata 26.47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5
Hasil Analisis SPSS

Uji Normalitas

Uji t tidak berpasangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6
Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Impact & Fracture Research
Centre Majister Teknik Mesin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7
Surat Konsultasi Pengolahan Data SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai