Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT POLIMER

“Sifat sifat polimer sangat dipengaruhi struktur dan jenis monomernya”

 Struktur Molekul Polimer

Linear Branched Cross-Linked Network

Direction of increasing strength


From Callister resource CD

Not always in this order (e.g. high-density vs. low-density polyethylene).


Why?
 Homopolimer: polimer yang dibuat dari 1 jenis monomer

AA
AAAAA AAAAA AAAAA
AA AAAAA
linear bercabang taut-silang

 Kopolimer/heteropolimer: campuran > 1 jenis monomer.

ABABAB AABABBA AAAAABBBB AAAAAAA


BBB BBB
berseling acak blok cangkok (graft)
 Polimer linier : panjang, flexible chains (with only 2 ends) with some van der Waals or
hydrogen bonding between chains

 Network polymers: 3D networks made from trifunctional mers, examples: epoxies,


phenolformaldehyde
Kristanilitas

Rantai-rantai karet alam normal (amorf) tidak


berjajar secara teratur seperti setelah
ditarik/diregangkan (kristalin)

Most real polymers contain both amorphous


and crystalline regions
DERAJAT KRISTANILITAS
% crystallinity depends on several factors :
 Rate of cooling : faster cooling – less crystallinity
 Type of polymer : simple structures – more crystallinity, Copolymers – less crystallinity
 Linear polymers more easily form crystals

 Degree of Crystallinity ranges from 5 -95%


 The higher % Crystallinity → higher strength

When polymers are crystallized they form


spherical structures called spherulites
 Sifat Fisik Polimer dipengaruhi oleh :
– Panjang rantai : Semakin panjangnya rantai, kekuatan dan titik leleh semakin tinggi, karena
terdapat semakin banyak gaya antar molekul antar rantai-rantai penyusunnya
– Sifat kristalinitas rantai polimer : Semakin tinggi sifat kristalinitas, rantai polimer akan lebih
kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim, namun kurang fleksibel.
Polimer berstruktur tidak teratur cenderung memiliki kristanilitas rendah dan bersifat amorf,
lemah dan lunak.
– Percabangan: Cabang menyebabkan ketidakteraturan rantai-rantai polimer, akibatnya akan
mengurangi kerapatan dan kekerasan polimer, namun akan menaikkan fleksibilitas
– Gugus fungsi pada monomer : Adanya gugus fungsi polar seperti hidroksida - OH dan
amina - NH2 dalam polimer akan terbentuk ikatan hydrogen
– Ikatan silang (cross linking) antar rantai polimer : mengakibatkan polimer bersifat keras dan
sulit meleleh
Gugus fungsi pada monomer

 Due to this hydrogen bonding, nylon


11 melts at 184–187oC and is soluble
only in very strong solvent
 Linear polyethylene, melts at 130–
134oC and is soluble in hot aromatic
solvents.
Sifat Mekanik Polimer

 Termoplastik : lunak jika dipanaskan dan dapat dicetak kembali menjadi bentuk lain.
Polimer termoplastik memiliki rantai panjang yang terikat oleh gaya antar molekul yang
lemah. Contoh : PVC, polietena, nilon 6,6 dan polistirena
 Termosetting : mempunyai bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika dipanaskan.
Polimer termosetting memiliki banyak ikatan kovalen yang sangat kuat diantara rantai-
rantainya. Ikatan kovalen akan terputus serta terbakar jika dilakukan pemanasan yang
tinggi. Contoh : bakelit
 Elastomer : polimer yang elastis atau dapat mulur jika ditarik, tetapi kembali ke awal jika
gaya tarik ditiadakan. Penyebabnya adalah tumpang tindih antara polimer yang
memungkinkan rantai-rantai ditarik, dan ikatan silang yang akan menarik kembali rantai-
rantai tersebut ke susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer : karet sintetis SBR
Serat, Plastik, dan Elastomer
SERAT
(memanjang <10% tanpa putus)
Ketahanan terhadap uluran PLASTIK (20–100%)

ELASTOMER (100–1000%)
1. Serat:
 Bersimetri molekular tinggi dan berenergi kohesif kuat antar-rantai akibat adanya
gugus polar
 Derajat kristalinitas tinggi yang dicirikan oleh adanya ikatan hidrogen
antarmolekul dan tidak adanya percabangan

Contoh: kapas, wol, sutera (alami); Nilon 6,6, Dakron, Orlon, rayon viskosa (selulosa
termodifikasi) (sintetik).
2. Plastik
“Tidak dapat dipintal seperti serat, tetapi dapat dicetak atau diekstrusi
menjadi bentuk yang diinginkan atau dibentang menjadi film pengemas”

Sintetik:
Bakelit (resin fenol-formaldehida), PE, PP, PVC, PS, PMMA, poli(asam laktat)
(PLA), poli(-kaprolakton) (PCL);

Alami:
Poli(hidroksialkanoat) (PHA) seperti poli(3-hidroksibutirat) (PHB) dan poli(3-
hidroksivalerat (PHV) (dihasilkan bakteri tertentu)
3. Elastomer:
“Bersifat amorf pada kondisi normal (strukturnya tidak teratur dengan
gaya tarik antarmolekul yang lemah), tetapi secara reversibel menjadi
teratur bila ditarik/diregangkan”

Elastomer alami yang paling penting ialah karet alam, yaitu polimer
semua cis dari isoprena (metilbutadiena)

CH3 CH3 H CH2 H


n CH2 C CH CH2 C C dan/atau C C
isoprena CH2 CH2 CH3 CH2
(metilbutadiena) n n
poli-cis-isoprena poli-trans-isoprena
(karet alam) (getah perca)
Karet alam lembek dan tidak sepenuhnya kembali ke bentuk semula jika diulur
 diperkeras dengan vulkanisasi (Charles Goodyear, 1839).

Karet direaksikan dengan zink oksida sehingga terbentuk taut-silang sulfur


(jembatan disulfida) antarrantai hidrokarbon.

sebelum setelah setelah


vulkanisasi vulkanisasi diregangkan
Contoh Karet Sintetik:

Karet SBR, Styrene-Butadiene Rubber, (tahun 1950 volume


produksinya telah melampaui karet alam).
Kopolimer butadiena-akrilonitril (karet NBR , Nitrile-Butadiene
Rubber).

Poli-cis-isoprena (diproduksi dengan katalis Ziegler-Natta; sifat-


sifatnya nyaris sama dengan karet alam).

Poli-cis-butadiena (produksinya sekarang ini menempati urutan


kedua setelah karet SBR).

Anda mungkin juga menyukai