Anda di halaman 1dari 5

Metode Sintesis Polimer Oleh Horison Ningsih Tamzil, 0906556931

Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia dimana monomer-monomer bereaksi untuk membentuk rantai yang besar. Pada dasarnya ada 2 sistem yang digunakan untuk memproduksi polimer, yaitu sistem homogen dan heterogen. Sistem homogen dapat dilaksanakan melalui polimerisasi massa (bulk) dan larutan, sedangkan sistem heterogen dilaksanakan melalui polimerisasi emulsi dan suspensi.

Polimerisasi Massa (Bulk Polymerization) Cara langsung dan paling sederhana untuk mengubah monomer menjadi polimer adalah

polimerisasi massa. Biasanya umpan untuk proses ini terdiri dari monomer, sejenis inisiator yang dapat larut dalam monomer, dan suatu agen pemindah raintai (chain-transfer agent). Teknik ini pada umumnya digunakan untuk memperoleh benda-benda dengan bentuk yang diinginkan dengan melaksanakan polimerisasi langsung dalam cetakan. Polimerisasi ini digunakan secara luas untuk memproduksi resin-resin thermosetting, yang dilaksanakan sampai suatu tingkat konversei mendekati gel point dalam reaktor. Ada dua kemungkinan yang ada pada tipe polimerisasi ini, yaitu (1) Jika polimer tidak larut dalam monomer, maka tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi mungkin terjadi pada fasa monomer. Contoh: polistirena; (2) Jika polimer larut dalam monomer, maka konsentrasi monomer akan terus berkurang secara konstan dan viskositas berubah. Contoh: vinylidine chloride. Sebagian besar polimerisasi massa dilakukan secara homogen. Namun, jika polimer yang dihasilkan tidak larut dalam monomernya dan mengendapa saat reaksi berlangsung, proses tersebut terkadang disebut sebagai polimerisasi massa heterogen (heterogeneous bulk) atau polimerisasi pengendapan. Contoh: PVC, diproduski secara komersial dengna polimerisasi massa heterogen, yang memungkinkan pengontrolan ukuran partikel dan porositas untuk absorpsi plasticizer. Keunggulan polimerisasi massa: 1. Karena hanya melibatkan monomer, inisiator, dan (mungkin) bahan pemindah rantai (chaintransfer agents), maka polimer semurni mungkin dapat dihasilkan. Hal ini penting dalam aplikasi di bidang listrik dan optik. 2. Menghasilkan hasil (yield) per volume reaktor paling besar 3. Recovery polimer mudah 4. Menyediakan pilihan / variasi penuangan campuran polimer menjadi bentuk akhir produk

Kekurangan polimerisasi massa antara lain: 1. Sulit menghilangkan sisa monomer yang tidak bereaksi. Hal ini akan menjadi sangat penting bila

polimer yang dihasilkan berasal dari monomer yang bersifat racun. Contohnya pada plastik yang menjadi wadah makanan (food packaging), hal ini perlu diperhatikan. 2. Untuk dapat dikendalikan, proses polimerisasi ini harus dilakukan perlahan-lahan, dimana secara ekonomis hal ini jelas tidak menguntungkan 3. Polimerisasi massa memiliki bahaya sendiri, contohnya disipasi panas. Diketahui bahwa konduktivitas termal monomer dan polimer rendah, dan seiring bertambahnya viskositas, maka kemampuan transfer panas secara konveksi menurun drastis. Jika energi panas tersebut tidak dapat didisipasikan, temperatur naik, dan pada suhu tinggi reaksi berjalan lebih cepat. Jadi ini adalah loop umpan balik positif dengan konsekuensi bencana.

Polimerisasi Larutan (Solution Polymerization) Penambahan pelarut inert pada polimerisasi massa dapat mengurangi berbagai persoalan yang

timbul dalam proses tersebut. Hal itu dapat mengurangi kecenderungan autoacceleration pada terbentuknya radikal bebas. Keuntungan utama dari pengenceran inert (air, pelarut organik) adalah untuk mengambil panas dari reaksi polimerisasi tersebut. Jadi, bahaya akibat reaksi yang berlebihan dapat dihindari. Ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada polimerisasi larutan, yakni: (1) monomer dan polimer larut dalam diluent. Contoh: polistirena dalam toluena; (2) monomer laru dalam diluent, tapi polimer tidak larut. Contoh: acrylonitrile dalam kloroform. Keuntungan menggunakan teknik polimerisasi ini adalah: 1. Pengendalian panas lebih baik dibanding dengan polimerisasi massa 2. Perancangan sistem reaktor lebih mudah karena reaksi-reaksi yang terjadi mengikuti teori kinetis 3. Pada beberapa aplikasi tertentu, larutan polimer yang diinginkan dapat diperoleh secara langsung dari reaksi

Disamping itu, teknik ini masih mempunyai beberapa kekurangan yaitu: 1. Pelarut yang mahal, mudah terbakar, dan mungkin beracun; dibutuhkan dalam jumlah besar 2. Pemisahan polimer dan recovery pelarut (pemisahan sisa pelarut dan monomer sulit dilakukan) memerlukan teknologi ekstra yang memakan biaya, seperti distilasi. 3. Penggunaan pelarut inert mengurangi yield per volume 4. Penggunaan pelarut akan menurunkan laju reaksi dan panjang rata-rata rantai karena kedua faktor tersebut sebanding dengan konsentrasi monomer dalam adisi radikal bebas. penurunan n (average degree of polymerization) juga akan terjadi, bila pelarut yang digunakan bertindak sebagai chain-transfer agent.

Polimerisasi ionik hampir pasti merupakan solution process. Mayoritas polimerisasi ZieglerNatta juga berupa solution process. Polimer-polimer penting yang larut dalam air antara lain adalah

polyacylic acid, polyacylamide, dan polyvinyl alcohol. Sedangkan, yang dapat dipolimerisasi dalam pelarut organik antara lain polistirena, polymethylacrylate, dan PVC.

Polimerisasi Emulsi (Emulsion Polymerization) Polimer emulsi adalah padatan dengan berat molekul tinggi, yang terdispersi dalam media

cair yang bukan pelarut (umumnya air). Polimerisasi emulsi adalah products by process, yang artinya produk polimer yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses polimerisasinya. Pada umumnya, sistem polimerisasi emulsi terdiri dari monomer yang hanya sedikit larut dalam air / tidak larut sama sekali, dispersing medium, emulsifier kimiawi, initiator yang larut dalam air, chain-transfer agent, dan surfaktan seperti garam natrium. Pada sistem ini, monomer terdispersi dalam fasa aqueous membentuk emulsi seragam (tidak membentuk discrete droplets). Emulsi ini terstabilkan oleh permukaan aktif suatu substrat, protective colloids, dan larutan penyangga tertentu. Penggunaan surfaktan bertujuan untuk menurunkan tegangan permukaan antara interphase monomer-air dan memfasilitasi terjadinya emulsifikasi monomer dalam air. Karena kelarutannya yang rendah, surfaktan terlarut sempurna / terdispersi secara molekular hanya pada konsentrasi yang rendah. Kelebihan jumlah surfaktan akan membentuk aggregat / micelles dan kesetimbangan terbentuk antara molekul surfaktan yang larut dan yang menjadi aggregat.

Konsentrasi tertinggi saat semua molekul terdispersi atau saat konsentrasi dimana miceller dapat terbentuk; disebut dengan critical micelle concentration (CMC). Molekul emulsifier terdiri atas 2 bagian yaitu: (1) rantai panjang hidro karbon yang non-polar; (2) adanya gugus polar seperti COONa, -SO3, dan lainnya.

Gambar 1. Skema Representasi Proses Polimerisasi Emulsi Sumber: Ahluwalia, 2008

Dalam pembentukan misel, bagian polar dari molekul emulsifier aggregat bergerak ke arah luar memisahkan dirim sedangkan bagian non-polar dari hidrokarbon berdekatan satu sama lain ke bagian interior, sehingga bagian dalam dari misel tersebut bersifat seperti hidrokarbon dimana monomer tersebut dapat larut; ketika monomer tersebut ditambahkan / diendapkan terjadi

emulsifikasi. Bagian monomer masuk ke dalam misel, tetapi lebih banyak dijumpai dalam bentuk tetesan dengan ukuran diameter 1 m atau lebih.

Gambar 2. Representasi Micelle Sumber: Ahluwalia, 2008

Jika inisiator larut dalam air dan monomer tidak larut, maka tidak ada polimerisasi terjadi dalam droplet. Namun, di bagiah tengah misel ada kondisi yang memungkinkan polimerisasi terjadi karena ujung hidrofilik inisiator yang larut dan polimerisasi terjadi pada permukaan dan meneruskan invert ketika monomer dalam misel terpakai. Maka, semakin banyak monomer yang berdisfusi ke dalam misel dari droplet monomer yang ada pada fasa aqueous. Jadi dapat dikatakan, misel ini tumbuh dengan adanya adisi monomer dari fase aqueous dan dari droplets monomer. Rantai ini akan terus bertambah sampai ada spesi radikal lainnya masuk dan menahan pertumbuhan. Pada konsentrasi misel tertentu, terjadi kenaikan tegangan permukaan secara signifikan.

Gambar 3. Kurva Konsentrasi Misel vs Tegangan Permukaan


Sumber: Ahluwalia, 2008

Semakin banyak polimer yang terbentuk, rantai polimer menggumpal menjadi fine paricles dan partikel tersebut terstabilkan oleh lapisan emulsifier dan terdispersi secara merata pada fasa aqueous. Proudk akhir proses ini biasanya berupa emulsi lateks dalam air.

Keunggulan dari teknik polimerisasi emulsi adalah: 1. Pengendalian mudah, viskositas massa reaksi jauh lebih kecil dibanding larutan sesungguhnya

dengan konsentrasi yang sebanding, air bertindah sebagai heat capacity dan massa reaksi dapat direfluks 2. Memungkinkan untuk memperoleh laju polimerisasi yang tinggi dan panjang rata-rata rantai yang tinggi dengan menggunakan konsentrasi sabun yang tinggi dan inisiator yang rendah 3. Produk lateks sering dapat langsung digunakan, juga dapat menjadi bahan pembantu untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang seragam melalui master-hatching 4. Ukuran partikel lateks yang kecil akan menurunkan jumlah residu monomer

Meski demikian, teknik ini masih mempunyai beberapa kekurangan antara lain: 1. Sulit untuk memperoleh polimer murni. Permukaan partikel-partikel kecil yang sangat luas memberikan cukup rongga bagi zat pengotor 2. Diperlukan teknologi untuk mengambil polimer padat 3. Air dalam reaksi massa menurunkan yield per volume reaktor Terkadang orang suka keliru / sulit membedakan antara polimerisasi emulsi dengan polimerisasi, untuk memudahkan dapat dilihat tabel berikut: Tabel 1. Perbedaan antara Polimerisasi Emulsi dan Suspensi
Sumber: Ahluwalia, 2008

Emulsi Inisiator harus larut dalam air, monomer tidak larut Monomer hanya boleh sedikit terlarut dalam air atau tidak larut sama sekali

Suspensi Inisiator larut dalam monomer

Monomer larut dalam air

Referensi
Ahluwalia, V.K. dan Anuradha Mishra. 2008. Polymer Science A Textbook. CRC Press: India Billmeyer, Fred. W. 1984. Textbook of Polymer Science. John Wiley & Sons, Inc: Singapore Siswarni M.Z. dan Indra Surya. 2006. Teknik Polimerisasi. Jurnal Teknologi Proses 5(1): 31-33

Anda mungkin juga menyukai