Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TEKNOLOGI POLIMER

REAKSI POLIMERISASI ADISI MEKANISME KONDENSASI

DISUSUN OLEH :
AMELIA RATNA KARTIKA (15521085)
RAHMA ULFAZ HAMIMA (15521105)
FITRI MULIA (15521112)
KHAIRUNNISA APRILIANI (15521145)
AMANDA LULUK (15521158)
RINI ARTIKA (15521186)
ANDIRA BUDI T (15521198)
AVICENNA MUSTIKA P (15521225)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016

1
REAKSI POLIMERISASI ADISI

Reaksi polimerisasi yang melibatkan mekanisme reaksi adisi (pembukaan ikatan


rangkap) dimana proses penggabungan monomer terjadi tanpa pengurangan atom atau
molekul.

Reaksi polimerisasi adisi bersifat chain-reaction atau reaksi rantai yang melalui tahap
inisiasi, tahap propagasi, dan diakhiri dengan tahap terminasi. Selanjutnya reaksi
polimerisasi adisi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Mekanisme radikal
2. Secara ionik (kationik, anionic)
3. Koordinasi

Setiap jenis reaksi tersebut meliputitahapan yang sama (inisiasi, propagasi, dan
terminasi), yang membedakan adalah inisiator yang digunakan. Pada mekanisme radikal,
inisiator yang digunakan adalah senyawa yang dapat membentuk radikal bebas. Reaksi
polimerisasi secara ionic, inisiator yang digunakan adalah inisiator yang dapat bereaksi
secara ionic dengan monomer. Sedangkan untuk mekanisme koordinasi, inisiasi terjadi
melalui koordinasi antara monomer dengan katalis yang berupa logam transisi.

REAKSI POLIMERISASI ADISI MEKANISME KOORDINASI

Mirip dengan koordinasi persenyawaan dengan berat molekul rendah, didalam


polimer pembentukan koordinasi terjadi diantara dua molekul polifungsional untuk
menghasilkan satu molekul polifungsional lain yang lebih besar. Sampai tahun 1953, hampir
semua polimerisasi vinil ( CH2 = CH2 ) yang secara komersial sangat penting adalah type
radikal bebas.

Polimerisasi Ziegler-Natta merupakan metode sintesis polimer dengan monomer


yang memilikiikatan rangkap, termasuk jenis polimerisasi adisi,metode ini sesuai dengan
namanya, ditemukan oleh dua ilmuwan yaitu Ziegler dan Natta. Polimerisasi Ziegler-Natta
menggunakan sister katalis dan ko-katalis dalam reaksi polimerisasinya. Katalis ini
merupakan senyawa kompleks dari golongan I – III dengan halide dan turunan logam

2
transisi IV – VII. Katalis Ziegler-Natta biasanya adalah senyawa TiCl3 dan Al(C2H5)3. Reaksi
antara katalis dan ko-katalis ini akan menghasilkan satu kompleks yang selanjutnya akan
bereaksi dengan molekul propilena. Pada proses pengakhiran, polimerisasi Ziegler-Natta
dilakukan dengan menambahkan molekul hydrogen akan memutuskan pertumbuhan rantai
polimer.

Bila permukaan persenyawaan transisi metal diberi kode Met, metal alkil dengan
kode AR dan monomer dengan kode M. Mekanisme koordinasi dapat dijelaskan sbb :

a. Inisiasi
Met + AR Met – AR

b. Propagasi
M + Met – AR M – Met – AR Met – A – M – R
M + Met – A – Mn – R M – Met – A – Mn – R Met – A – Mn+1 – R

Pemindahan ke monomer
M + Met – A – Mn – R Met – A – M – R + Mn

c. Terminasi
M + Met – A – Mn – R Met – A – M – R + Mn – R

Pemindahan ke monomer
H2 + Met – A – Mn – R Met – AR + Mn

3
Mekanisme Polimerisasi Ziegler-Natta
Struktur pusat aktif pada katalis Ziegler–Natta mapan hanya untuk katalis metalosen.
Sebuah kompleks metalosen Cp2ZrCl2 bereaksi dengan MAO dan berubah menjadi ion
metalosenium Cp2Zr +-CH3. Sebuah molekul polimer tumbuh panjang oleh berbagai reaksi
penyisipan ikatan molekul C = C 1-alkena menjadi ikatan ion dalam Zr-C:

Cp2Zr+−CH3 + n CH2=CHR → Cp2Zr+−(CH2−CHR)n−CH3

Beribu-ribu reaksi penyisipan alkena terjadi pada setiap pusat aktif menghasilkan
pembentukan polimer rantai panjang menempel pada pusatnya. Pada kesempatan, rantai
polimer terlepas dari pusat-pusat aktif dalam reaksi terminasi rantai:

Cp2Zr+−(CH2−CHR)n−CH3 + CH2=CHR → Cp2Zr+−CH2−CH2R + CH2=CR–Polimer

Tipe lain reaksi terminasi disebut reaksi eliminasi β-hidrogen juga terjadi secara periodik:

Cp2Zr+−(CH2−CHR)n−CH3 → Cp2Zr+−H + CH2=CR–Polimer

Reaksi polimerisasi alkena dengan katalis berbasis-Ti padat terjadi pada pusat Ti khusus
terletak di luar kristal katalis. Beberapa atom titanium sebagai kristal ini bereaksi dengan
kokatalis organo-aluminium dengan pembentukan ikatan Ti–C. Reaksi polimerisasi alkena
terjadi serupa dengan reaksi dalam katalis metalosen:

LnTi–CH2−CHR–Polimer + CH2=CHR → LnTi–CH2-CHR–CH2−CHR–Polimer

Dua reaksi terminasi rantai terjadi sangat langka dalam katalis Ziegler–Natta dan polimer
yang terbentuk memiliki berat molekul terlalu tinggi yang untuk penggunaan komersial.
Untuk mengurangi berat molekul, hidrogen ditambahkan pada reaksi polimerisasi:

LnTi–CH2-CHR–Polymer + H2 → LnTi-H + CH3-CHR–Polimer

4
Mekanisme Cossee-Arlman menggambarkan pertumbuhan polimer sterospesifik.
Mekanisme ini menetapkan bahwa pertumbuhan polimer melalui koordinasi alkena pada di
lokasi kosong pada atom Ti, yang diikuti oleh penyisipan dari ikatan C=C menjadi ikatan Ti-
C di pusat aktif.

Polimer Komersial yang Dibuat dengan Katalis Ziegler–Natta


Sekurang-kurangnya ada 10 polimer yang dibuat meng-gunakan katalis Ziegler-Natta, yaitu:
 Polietilena
 Polipropilena
 Kopolimer etilena dan 1-alkena
 Polibutena-1
 Polimetilpentena
 Polisikloolefin
 Polibutadiena
 Poliisoprena
 Poli-alfa-olefin amorf (APAO)
 Poliasetilena

Contoh : Sintesis Polipropilena

Konsep yang penting untuk memahami hubungan antara struktur polipropilena


dengan sifat-sifatnya adalah taktisitas. Orientasi relatifnya setiap gugus metil (CH 3 dalam
gambar sebelah kiri) yang dibandingkan dengan gugus metil di berbagai monomer yang
berdekatan punya efekyang kuat pada kemampuan polimer yang sudah jadi untuk
membentuk kristal, sebab tiap gugus metil memakan tempat serta membatasi

5
pelenturan/pelentukan tulang punggung (backbone bending). Seperti kebanyakan polimer
vinil yang lain, polipropilena yang berguna tak bisa dihasilkan oleh polimerisasi radikal
dikarenakan lebih tingginya reaktivitas hidrogen alilik (yang mengarah kedimerisasi)
selama polimerisasi. Bahan yang dihasilkan dari proses itu akan memiliki gugus metil yang
tersusun acak, yang disebut PP ataktik . Kurangnya benah jangkau panjang mencegah
apapun kristalinitas di dalam bahan seperti itu, menghasilkan sebuah bahan amorf
berkekuatan sangat kecil. Katalis Ziegler-Natta mampu membatasi berbagai monomer
mendatang ke sebuah orientasi yang spesifik, hanya menambahkan monomer-monomer itu
ke rantai polimer jika mereka menghadap ke arah yang benar. Polipropilena yang paling
tersedia secara komersil dibuat dengan katalis Ziegler-Natta, yang menghasilkan
polipropilena yang pada umumnya isotaktik (lantai sebelahatas dalam gambar di atas).
Dengan gugus metil konsisten di satu sisi, molekul seperti itu cenderung melingkar ke dalam
bentuk heliks; heliks-heliks ini lalu berjajar bersebelahan untukmembentuk kristal yang
memberikan sifat-sifat yang dinginkan dari sebuah polipropilena komersial.

Polimerisasi dengan katalis Ziegler Natta mempunyai dua keuntungan dibandingkan


dengan polimerisasi radikal bebas, yaitu :

 Memberikan molekul polimer linear


 Dapat mengontrol kimia stereo

Polietilen yang dibuat dari proses koordinasi, sesungguhnya tidak bercabang dan
disebut dengan HDPE (High Density Poliethylene). Molekul yang tidak bercabang ini
bergabung bersama-sama membentuk polimer dengan derajat kristalinitas yang tinggi,
mempunyai titik lebur dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding dengan LDPE (Low Density
Polyethylene) dan secara mekanis lebih kuat.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiyono, Susilo. 2010. Mekanisme Polimerisasi pada PE.


https://susilowiyono.wordpress.com/2010/03/18/mekanisme-polimerisasi-pada-
pe/. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016.
2. Agustian, Rifqi. 2014. POLIMER.
http://rifqiaugust.blogspot.co.id/2014/02/polimer_10.html.Diakses pada tanggal5
Oktober 2016.
3. Ansari. 2014. KATALIS ZIEGLER-NATTA.
https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/03/08/katalis-ziegler-natta/.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2016.
4. https://www.scribd.com/doc/183831407/Katalis-Ziegler. Diakses pada tanggal 5
Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai