BAB VII
KONDISI POLIMERISASI
A. PENGANTAR
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa ada berbagai
macam jenis reaksi polimerisasi yang dapat dijalankan tetapi ada satu
hal yang harus kita perhatikan dalam menjalankan reaksi tersebut,
bagaimanakah kondisi waktu reaksi polimerisasi yang kita lakukan
supaya raksi dapat berjalan dengan baik. Untuk itu pada bab ini
membahas khusus tentang kondisi dara reaksi tersebut dimana kita
dapat membandingkan kelebihan dan kekurangan masing masing
kondisi reaksi serta kita dapat menentukan kondisi yang pas untuk
melakukan reaksi polimerisasi dikemudian hari nanti
B. DESKRIPSI MATERI
a. Kondisi reaksi polimerisasi
Dalam produksi bahan polimer, ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, yaitu :
- Tahapan produksi
- Faktor-faktor teknis
- Ekonomis
- Kondisi polimerisasi
2. Polimerisasi larutan
Dapat digunakan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang
sesuai. Keuntungan nya adalah bahwa panas dapat dipindahkan ke
pelarut. Kesukaranya adalah dapat terjadi pemindahan fraksi rantai
ke pelarut. Selain itu sukar menghilangkan pelarut.
2. Polimerisasi emulsi
Ada dua fasa yang tak campur, yaitu fasa luar atau fasa kontinu
atau medium pendispersi (air) dan fasa dalam atau fasa tak kontinu
atau partikel terdispersi (monomer + polimer). Inisiator ada dalam
fasa air. Ukuran partikel monomer-polimer ± 0,1 µm. dispersi cair-
cair disebut emulsi dan ini perlu stabilisator atau emulgator.
Dispersi padat-cair disebut suspensi.
Sabun 5 Surfaktan
(emulgator)
Kalium persulfat 0,3 Inisiator
Merkaptan 0,5 Zat pemindah rantai
Tabel 7.3 resep kopolimerisasi emulsi dari stiren + butadiena
(karet sintetik selama perang dunia II)
Hydrophobic chain
Hydrophilic group
Monomer
a. misel sperik
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 147
b. Misel laminar
Misel mempunyai konsentrasi kritik (CMC) dimanapada
konsentrasi ini sifat fisika berubah cukup drastis seperti tekanan
osmosa, dan tegangan permukaan, .
- Tahap awal
Pengemulsi berfungsi sebagai pelarut monomer (proses solusilisasi)
b. Tahap II
Massa reaksi berupa agregat, monnomer swollen, polymer
partikel (~800Å) dan emulsified monomer droplet (~10 ).
c. Tahap III
Massa reaksi berupa monomer swollen, polymer particles
(~1000Å). Polimerisasi emulsi ini dapat dijelaskan dengan
kinetika Smith-Ewart. Dasar teori adalah bahwa pada tahap II
tidak terbentuk partikel polimer baru, tetapi hanya tumbuh
menjadi polimer besar. Ungkapan persamaanya adalah
sebagai berikut,
[ ] [ ]
[ ]
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 150
[ ] [ ]
[ ] [ ]
[ ] [ ]
4. Polimerisasi Pengendapan
Prinsipnya adalah polimer taklarut dalam monomer atau polimer
dengan suatu pelarut yang tak melarutkan polimer.Kinetika reaksi
berlainan dengan kinetika reaksi homogen.Radikal dapat
terperangkap dalam polimer yang tak menggelembung .dengan
pemanasan makaradikal yang terjebak bereaksi cepat. Persamaan
lainnya adalah ‘
Vp=[fkd(I)/kt]{[M]+[P]}
I II
A. LATIHAN
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian sistem polimerisasi jenis batch, jenis
batch, jenis kontinu,sistem larutan, heterogen suspensi dan emulsi?
2. Jelaskan tahapan perubahan fisik dalam sistem polimerisasi emulsi?
B. TUGAS
Petunjuk:
- Tugas ini sebagai Tugas Ke-7 Mata Kuliah Teknologi Polimer.
- Tugas diketik dalam kertas A4, margin kertas untuk batas Atas,
Bawah, Kiri dan Kanan = 3 cm, jenis huruf Constantia 12 pt, spasi 1
spasi, jarak antar-paragraf 1 ketuk.
- Dikirimkan dalam bentuk PDF dengan nama file Nama Anda_Tugas
Ke-7 teknologi Polimer ke email: dosen00742@unpam.ac.id, paling
lambat sehari sebelum pertemuan ke-7 dimulai.
- Keterlambatan pengiriman tugas, dianggap tidak mengerjakan tugas
dan diberikan nilai nol (0) untuk Tugas Ke-7.
Rincian Tugas
1. Diberikan suatu kondisi reaksi yang diinginkan sebagai berikut:
Kontaminasi minimum
Distribusi BM lebih sempit
Pengontrolan panas baik
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 153
Dari kondisi diatas sistem polimerisasi manakah yang cocok jika warna
yang dihasilkan kurang baik dan kestabilannya kurang?
C. RINGKASAN MATERI
Dalam produksi bahan polimer ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti tahapan produksi, faktor – faktor teknis, nilai
ekonomis dan kondisi polimerisasi. Kondisi polimerisasi inilah yang harus
diperhatikan agar produk yang kita dapatkan dapat seoptimal mungkin
dengan mengenal kelebihan dan kekurangan masing masing kondisi.
Kondisi reaksi polimerisasi yang sering di jumpai adalah jenis batch nulk,
jenis kontinu bulk, sistem larutan, hehetrogen suspensi, sistem emulsi
D. REFERENSI
- Carraher, Charles E dan Seymour., 2008. Polymer Chemistry. Seventh
Edition. Florida : CRC Press Taylor & Francis Group
- Billmeyer , Fred W., 1984. Textbook of polymer science. Third Edition.
Newyork:John Wiley & Sons
- Windarti,Tri dan Parsaroan Siahaan.,2007, Kimia Polimer.
Universitas Diponegoro