Anda di halaman 1dari 13

BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 141

BAB VII

KONDISI POLIMERISASI

A. PENGANTAR
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa ada berbagai
macam jenis reaksi polimerisasi yang dapat dijalankan tetapi ada satu
hal yang harus kita perhatikan dalam menjalankan reaksi tersebut,
bagaimanakah kondisi waktu reaksi polimerisasi yang kita lakukan
supaya raksi dapat berjalan dengan baik. Untuk itu pada bab ini
membahas khusus tentang kondisi dara reaksi tersebut dimana kita
dapat membandingkan kelebihan dan kekurangan masing masing
kondisi reaksi serta kita dapat menentukan kondisi yang pas untuk
melakukan reaksi polimerisasi dikemudian hari nanti

Setelah menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu

1. Menjelaskan kondisi reaksi polimerisasi


2. Menentukan kondisi yang tpat untuk reaksi polimerisasi tertentu

B. DESKRIPSI MATERI
a. Kondisi reaksi polimerisasi
Dalam produksi bahan polimer, ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, yaitu :
- Tahapan produksi
- Faktor-faktor teknis
- Ekonomis
- Kondisi polimerisasi

Tahapan polimerisasi dapat digambarkan sebagai berikut

SKALA LAB SKALA BENCH PILOT PLAN PLANT


BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 142

Dimana dalam skala laboratorium dan bench diperlukan peranan


kimia dan pada pilot plan dan plant diharapkan peranan teknik kimia.
Dalam laboratorium dilakukan sintesa, karakterisasi dan pemurnian.
Selain itu zat-zat antara harus dapat dibuktikan. Kemudian dari
monomer A + B perlu ditentukan berapa rendemen nya. Sampai skala
bench hal-hal ini sudah harus diketahui. Bila kurang menguntungkan
maka dapat dilakukan perubahan kondisi polimerisasi.
Faktor-faktor teknis meliputi :
- Penghilangan panas
- Pengadukan
- Kontrol temperature
- Ketelitian penghitungan bahan baku
- Pemisahan polimer dari massa reaksi
- Pengeluaran gas/udara
- Kontaminasi dari reaktor
- Pengaturan derajat polimerisasi (DP) dimana distribusinya tidak
boleh terlalu besar.

Faktor-faktor ekonomis meliputi :


- Ukuran reaktor dan desainya
- Pemilihan kondisi operasi
Kondisi polimerisasi berbeda antara polimerisasi dalam fasa
homogen dan polimerisasi dalam fasa heterogen.
- Asal daerah bahan baku
- Bahan bakar (Energi) dan listrik
- Sumber air
- Kebutuhan zat-zat lain
- Produk akan dibawa kemana
- Kebutuhan tenaga kerja
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 143

Sistem polimerisasi dibagi menjadi beberapa bagian yang masing


– masing keuntungan dan kerugiannya dijelaskan pada tabel berikut:

Jenis Keuntungan Kerugian


Ruah (bulk) 1. Kontaminasi minimum. 1. Reaksi sangat
jenis batch 2. Alat sederhana. eksoterm.
2. Distribusi BM lebar
pada konversi tinggi
(produknya banyak).
Kompleks bila yang di
perlukan partikel kecil.
Ruah )bulk) 1. Pada konversi rendah 1. Perlu pengadukan,
jenis memungkinkan perpindahan material,
kontinu pengontrolan panas pemisahan dan daur
lebih baik. ulang.
2. Distribusi BM lebih
sempit.
Sistem 1. Pengontrolan panas 1. Tidak dapat dipakai
larutan lebih baik. untuk polimer kering,
2. Larutan dapat langsung karena kesukaran
dipakai. dalam pemisahan
pelarut.
Heterogen : 1. 1. Pengontrolan panas 1. Perlu pengadukan
Suspensi baik. kontinu.
2. Suspense atau polimer 2. Dapat terjadi
butiran dapat langsung kontaminasi dan
dipakai. stabilisator.
3. Perlu pencucian,
pengeringan dan
pemadatan.
Emulsi 1. Cepat terpolimerisasi 1. Kontaminasi oleh zat
dengan BM yang tinggi. pengemulsi.
2. Distribusi BM yang 2. Warna kurang baik,
tinggi. kestabilan kurang.
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 144

3. Panas dapat dikontrol. 3. Perlu pencucian,


4. Dapat langsung penguringan dan
dikontrol. pemadatan.
Tabel 7.1 sistem polimerisasi

b. Polimerisasi Dalam Sistem Homogen


1. Polimerisasi ruah (bulk)
Terutama digunakan untuk polimerisasi kondensasi, bukan
untuk adisi. Syarat-syarat yang diperlukan pada jenis polimerisasi ini
adalah :
- BM kecil
- Tidak terlalu eksoterm
- Viskositas campuran cukup rendah sehingga pencampuran juga
perpindahan panas dan eliminasi gelembung mudah terjadi
- Pembentukan gel harus dicegah
- Stoikiometri reaksi harus diatur agar didapat BM yang diinginkan
- Kesukaran bila terjadi gas maka produk kurang homogen
- Kurang baik untuk polimerisasi adisi karena reaksi eksoterm dan
sukar dipindah

2. Polimerisasi larutan
Dapat digunakan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang
sesuai. Keuntungan nya adalah bahwa panas dapat dipindahkan ke
pelarut. Kesukaranya adalah dapat terjadi pemindahan fraksi rantai
ke pelarut. Selain itu sukar menghilangkan pelarut.

c. Polimerisasi Dalam Sistem Heterogen


1. Polimerisasi monomer gas
Polimerisasi monomer gas dapat menghasilkan produk lelehan
polimer cair dan polimer padat. Contohnya adalah polimerisasi
etilen. Etilen menghasilkan polietilen bercabang bila tekanan tinggi
dan pelietilen linier bila tekanan rendah dan menggunakan katalis
senyawa koordinasi seperti Ziegler-Natta.
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 145

Tekanan Tinggi Tekanan Rendah


1. Mekanisme radikal bebas 1. Polimerisasi koordinasi
dalam fasa cair (temperature dengan katalis tersuspensi
percobaan lebih besar dari dalam gas etilen.
titik leleh polimer). 2. Polimer padat mengandung
2. Konversi rendah. sedikit katalis.
3. Sisa etilen dapat didaur
ulang.
Tabel 7.2 perbandingan polimerisasi dengan tekanan tinggi dan tekanan rendah

2. Polimerisasi emulsi
Ada dua fasa yang tak campur, yaitu fasa luar atau fasa kontinu
atau medium pendispersi (air) dan fasa dalam atau fasa tak kontinu
atau partikel terdispersi (monomer + polimer). Inisiator ada dalam
fasa air. Ukuran partikel monomer-polimer ± 0,1 µm. dispersi cair-
cair disebut emulsi dan ini perlu stabilisator atau emulgator.
Dispersi padat-cair disebut suspensi.

Bahan Bagian per berat Fungsi


Butadiena 75 Monomer
Stiren 25 Monomer
Air 180 Medium
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 146

Sabun 5 Surfaktan
(emulgator)
Kalium persulfat 0,3 Inisiator
Merkaptan 0,5 Zat pemindah rantai
Tabel 7.3 resep kopolimerisasi emulsi dari stiren + butadiena
(karet sintetik selama perang dunia II)

Emulgator adalah stabilisator dan merupakan zat aktif


permukaan (surfaktan). Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian
yaitu bagian polar dan non-polar seperti diperlihatkan bagian
berikut.

Hydrophobic chain

Hydrophilic group

Surfaktan cenderung beragregasi membentuk misel (50-100


molekul per partikel) yang terdiri dari misel sperik dan laminar.

Monomer

a. misel sperik
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 147

b. Misel laminar
Misel mempunyai konsentrasi kritik (CMC) dimanapada
konsentrasi ini sifat fisika berubah cukup drastis seperti tekanan
osmosa, dan tegangan permukaan, .

Representasi proses fisika dalam polimerisasi emulsi

Peran emulgator dalam hal ini sabun dapat dijelaskan sebagai


berikut. Monomer sukar larut dalam air, dengan adanya sabun
dispersi akan lebih stabil. Sabun terorientasi pada antarmuka
monomer-air yang akan menurunkan sehingga dispersi akan lebih
stabil. Interaksi sabun, monomer dan air dapat digambarkan sebagai
berikut.

Sedangkan mekanisme polimerisasi emulsi terdiri atas tahap


awal, tahap propagasi dan tahap akhir.
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 148

- Tahap awal
Pengemulsi berfungsi sebagai pelarut monomer (proses solusilisasi)

Pada konversi 15% terjadi perubahan yaitu misel menggelembung


(monomer swollen polymer particles)
- Tahap propagasi
Monomer terdifusi ke dalam polimer. Sistem berubah dari monomer
swollen micelle menjadi monomer swollen polymer.
- Tahap akhir
Monomer habis bereaksi dan hanya ada monomer swollen polymer.

Adapun perubahan fisik yang terjadi selama polimerisasi emulsi


dapat digambarkan dengan skema berikut:
a. Tahap I
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 149

b. Tahap II
Massa reaksi berupa agregat, monnomer swollen, polymer
partikel (~800Å) dan emulsified monomer droplet (~10 ).

c. Tahap III
Massa reaksi berupa monomer swollen, polymer particles
(~1000Å). Polimerisasi emulsi ini dapat dijelaskan dengan
kinetika Smith-Ewart. Dasar teori adalah bahwa pada tahap II
tidak terbentuk partikel polimer baru, tetapi hanya tumbuh
menjadi polimer besar. Ungkapan persamaanya adalah
sebagai berikut,

Dimana , , , , masing-masing adalah banyaknya


partikel/volume emulsi, yang tak mengandung radikal bebas,
yang mengandung 1 radikal bebas yang mengandung 2 radikal
bebas. Bentuk lain ungkapan persamaan adalah,

Dimana adalah banyaknya radikal/satuan volume dalam


massa reaksi.
Kecepatan propagasinya adalah,

[ ] [ ]

Karena sebanding dengan

[ ]
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 150

Dimana p adalah laju pembentukan radikal. Selain itu N juga


sebanding dengan [E], dimana [E] adalah konsentrasi sabun
atau emulgator dan menurut Smith-Ewart untuk polimerisasi
emulsi,

[ ] [ ]
[ ] [ ]
[ ] [ ]

Dimana [I] adalah konsentrasi inisiator, [E] adalah


konsentrasi emulgator. adalah derajat polimerisasi.
Kinetika Smith-Ewart cocok untuk monomer yang kecil
kelarutannya dalam air. Contohnya adalah stiren, butadiene,
isoprene (kelarutan ˂ 0,1). Penyimpangan dari kinetika Smith-
Ewart terjadi untuk sistem bila
 Partikel besar (diameter 0,1 – 0,5 µm)
 Monomer dengan kelarutan tinggi (1-10%)
 Bila terjadi pemindahan rantai ke zat pengemulsi.

Pada sistem emulsi-inversi, sistemnya adalah monomer larut


dalam air (asam akrilat, akrilamida) diemulsi dalam fasa kontinu
minyak dengan zat pengemulsi minyak. Kekurangannya adalah
bahwa proses emulsi kurang stabil. Inisiasi redoks, prinsipnya adalah
bahwa insiator jenis peroksida dalam air dapat dipercepat dengan
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 151

adanya zat pereduksi. Fungsi zat pereduksi adalah mempercepat


pembentukan radikal pada temperature rendah.
3. Polimerisasi Suspensi
Sistem cairan heterogen lainnya adalah polimerisasi suspense.
Sistemnya adalah monomer yaitu fasater dispensi dalam air, polimer
yang terbentuk adalah fasa padat terdispensi . inisiator larut dalam
fasa monomer.Kinekitanya sama seperti polimerisasi ruah [bulk].
Disperse monomer berdiameter 0,01-0,5 cm (lebih besar dari pada
polimerisasi emulsi). Perlu pengadukan dan penstabil yang larut
dalam air.produknya adalah berbentuk manik manik dimana
pemisahannya mudah dilakukan. Cotoh resep polimerisasi suspensi
dalam bagian per100 bagian monomer adalah sebagai berikut

Komponen metilmetaklirat vinilklorida


inisiatorperoksida ~0,5 0,1-0,5
Air ~350 250-350
Zatpengemulsi 0,01-1 0,01-1

Zat stabil dapat berupa metil selulosa, gelatin, PVA, Na-


poliakrilat

4. Polimerisasi Pengendapan
Prinsipnya adalah polimer taklarut dalam monomer atau polimer
dengan suatu pelarut yang tak melarutkan polimer.Kinetika reaksi
berlainan dengan kinetika reaksi homogen.Radikal dapat
terperangkap dalam polimer yang tak menggelembung .dengan
pemanasan makaradikal yang terjebak bereaksi cepat. Persamaan
lainnya adalah ‘

Vp=[fkd(I)/kt]{[M]+[P]}

I II

Dimana I merupakan polimerisasi biasa dalam fasa homogen, II


adalah tambahan laju polimerisasi dalam polimer yang terendapkan
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 152

Karena radikal terjebak. f[P]~[P] pada konversi rendah dan


f[P]~[P]3/2 pada konversi tinggi.

5. Polimerisasi Fasa Padat


Polimerisasi berlangsung dalam keadaan padat kristalian.Berlaku
untuk monomer olefin dan siklik.Contohnya adalah stiren,
akrilonitril, metaakrilonitril, formeldehid, trioksan, B-propiolakton,
diketon, vinilstearet, vinilkarbozol. Syaratnya harus ada efek Kristal
dari monomer, biasanya efek garis.

A. LATIHAN
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian sistem polimerisasi jenis batch, jenis
batch, jenis kontinu,sistem larutan, heterogen suspensi dan emulsi?
2. Jelaskan tahapan perubahan fisik dalam sistem polimerisasi emulsi?

B. TUGAS
Petunjuk:
- Tugas ini sebagai Tugas Ke-7 Mata Kuliah Teknologi Polimer.
- Tugas diketik dalam kertas A4, margin kertas untuk batas Atas,
Bawah, Kiri dan Kanan = 3 cm, jenis huruf Constantia 12 pt, spasi 1
spasi, jarak antar-paragraf 1 ketuk.
- Dikirimkan dalam bentuk PDF dengan nama file Nama Anda_Tugas
Ke-7 teknologi Polimer ke email: dosen00742@unpam.ac.id, paling
lambat sehari sebelum pertemuan ke-7 dimulai.
- Keterlambatan pengiriman tugas, dianggap tidak mengerjakan tugas
dan diberikan nilai nol (0) untuk Tugas Ke-7.

Rincian Tugas
1. Diberikan suatu kondisi reaksi yang diinginkan sebagai berikut:
 Kontaminasi minimum
 Distribusi BM lebih sempit
 Pengontrolan panas baik
BAB 7 KONDISI POLIMERISASI 153

Dari kondisi diatas sistem polimerisasi manakah yang cocok jika warna
yang dihasilkan kurang baik dan kestabilannya kurang?

C. RINGKASAN MATERI
Dalam produksi bahan polimer ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti tahapan produksi, faktor – faktor teknis, nilai
ekonomis dan kondisi polimerisasi. Kondisi polimerisasi inilah yang harus
diperhatikan agar produk yang kita dapatkan dapat seoptimal mungkin
dengan mengenal kelebihan dan kekurangan masing masing kondisi.
Kondisi reaksi polimerisasi yang sering di jumpai adalah jenis batch nulk,
jenis kontinu bulk, sistem larutan, hehetrogen suspensi, sistem emulsi

D. REFERENSI
- Carraher, Charles E dan Seymour., 2008. Polymer Chemistry. Seventh
Edition. Florida : CRC Press Taylor & Francis Group
- Billmeyer , Fred W., 1984. Textbook of polymer science. Third Edition.
Newyork:John Wiley & Sons
- Windarti,Tri dan Parsaroan Siahaan.,2007, Kimia Polimer.
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai