Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


a) Mampu melakukan penentuan tetapan adsorbsi isotherm freundlich.
b) Mampu mempraktikkan konsep mol.

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Adsorbsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan zat pada permukaan zat
lain. Zat yang diserap disebut adsorbat sedangkan zat yang menyerap
disebut adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat berupa cair,
karena adsorbsi dapat terjadi antara zat padat dengan zat cair, zat
padat dengan gas, zat cair atau gas dengan zat cair.
Peristiwa adsorbsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekul-
molekul di permukaan adsorben. Adsorbsi berbeda dengan absorbsi,
karena pada absorbsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben,
misalnya absorbsi air oleh sponge atau uap air oleh CaCl2 anhidrous.
Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorbsi sangat sesuai
untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari
campuran bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi adsorbsi antara lain:
a) Perbedaan konsentrasi
b) Luas permukaan ukuran partikel
c) Ukuran molekul
d) Tekanan (gas)
e) Viskositas (cairan)
f) Porositas
Sedangkan contoh-contoh adsorbsi adalah sebagai berikut:

a) Pengeringan udara atau gas-gas lain,


b) Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau
busuk dari udara buang,
c) Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
d) Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
e) Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan
pemisahan pengotor berbentuk koloid yang sukar disaring).

Ada dua jenis adsorbsi, yaitu adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia.
Pada adsorbsi fisika, adsorbsi disebabkan oleh gaya van der waals
yang ada di permukaan adsorben. Panas dari adsobsi fisika biasanya
lebih rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan zat adsorben
lebih dari satu molekul, contoh zat warna (adsorbat) oleh arang aktif
(adsorben).
Pada adsorbsi kimia, terjadi reaksi antara zat yang diserap dan
adsorbennya, contoh hidrogen dan platinum. Lapisan molekul pada
permukaan adsorbennya hanya satu lapis dan panas adsorbsinya
tinggi.
Ada dua persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan
proses adsorbsi pada permukaan zat padat, yaitu persamaan adsorbsi
isoterm Langmuir dan persamaan adsorbsi isoterm Freundlich.
1.2.1.1 Persamaan Adsorbsi Isoterm Langmuir
Persamaan ini berlaku untuk adsorbsi lapisan tunggal
(monolayer) pada permukaan zat yang homogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan
secara teoritis dengan menganggap terjadinya
kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorbsi
pada permukaan adsorben dengan molekul – molekul zat
yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm tersebut adalah
sebagai berikut:
𝑐 1 1
𝑥⁄ = 𝑎 (𝑥⁄ ) 𝑚𝑎𝑘𝑠 + (𝑥⁄ ) 𝑚𝑎𝑘𝑠 . 𝐶
𝑚 𝑚 𝑚

dimana,

c = konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas (dalam


larutan).
X = jumlah mol zat yang teradsorbsi oleh m gram adsorben.
A = tetapan.
x/m = kapasitas monolayer.

Kurva isoterm freundlich adalah sebagai berikut:

1.2.1.2 Persamaan Adsorbsi Isoterm Freundlich


Isoterm freundlich adalah persamaan empiris yaitu
tidak dapat diturunkan secara teoritis. Persamaan isoterm
tersebut adalah sebagai berikut:
𝑥 1
= 𝑘 . 𝑐 ⁄𝑛
𝑚
dimana,
n = tetapan empiris.
m = massa adsorben.
k = tetapan.
c = konsentrasi adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan.

Persamaan isoterm di atas berdasarkan asumsi bahwa


adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap
molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-
beda. Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran
yang cair, isoterm adsorbsi dapat digambarkan dengan
persamaan empirik yang dikemukaan oleh Freundlich
tersebut.

Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi dalam


kesetimbangan di plot sebagai ordinat dan konsentrasi
adsorbat sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan
diperoleh gradien n dan intersep k.

Kurva adsorbsi isoterm freunlich adalah sebagai berikut:

Dari isoterm ini akan diketahui kapasitas adsorben


dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan karena dengan isoterm ini
dapat ditentukan efisiensi dari adsorben. Hal – hal yang
dapat dilihat dari kurva isoterm ini adalah sebagai berikut:
a. Kurva isoterm yang cenderung datar. Artinya, isoterm
yang digunakan pada kapasitas konstan melebihi
daerah kesetimbangan.
b. Kurva isoterm yang curam. Artinya, kapasitas
adsorbsi meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi kesetimbangan.

1.2.2 Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia


Telah diketahui bahwa proses adsorbsi terjadi karena
ketidakseimbangan gaya pada permukaan atau melekatnya atom atau
molekul suatu zat pada permukaan zat lain. Makin bersih suatu
permukaan makin mudah zat teradsorbsi. Bila zat teradsorbsi tidak
dapat dibedakan dengan zat pengadsorbsinya disebut sorbsi.

Tabel 1: Perbedaan Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia.


Uraian Adsorbsi Fisika Adsorbsi Kimia

Gaya tarik atom / Gaya van der waals. Ikatan kimia.


molekul.

Proses melekatnya Reversible Irreversible


atom / molekul.

Proses Berlangsung pada Berlangsung pada


temperatur rendah. temperatur tinggi.

Laju adsorbsi Tidak memerlukan Memerlukan energi


energi aktivasi aktivasi.

Contoh Penerapan a) Penentuan luas a) Katalis


permukaan, b) Korosi
b) Pemurnian gas,
c) Penukaran ion.
1.2.3 Adsorben
Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam
yang sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena
banyaknya pori yang halus pada padatan tersebut. Adsorben yang
sering digunakan adalah karbon aktif, silika gel, tanah kelentang dan
aluminium oksida.
a. Karbon Aktif
`Karbon aktif dibuat bahan organik yang dapat
dikarbonisasi misalnya kayu, humus, batu bara cokelat dan
tempurung kelapa. Untuk mengetahui masalah adsorbsi yang
begitu beragam, diperlukan berbagai jenis karbon aktif,
misalnya:
1) Karbon aktif untuk adsorbsi gas dan uap dalam skala
teknik.
2) Karbon penghilang warna untuk meniadakan warna
(maupun untuk menjernihkan dan memperbaiki rasa)
cairan.
3) Karbon topeng gas untuk membersihkan udara bagi
pernafasan dari gas dan uap yang mengandung racun.
4) Karbon pembersih air untuk pengolahan air minum.
5) Karbon obat untuk tujuan terapi.

Dari segi bentuknya, karbon aktif terbagi atas karbon cetak


(misalnya granulat berbentuk silinder), karbon bongkahan
(bentuknya tidak teratur), dan karbon serbuk. Karena sifatnya
yang hidrofobik, karbon aktif khususnya sangat sesuai untuk
adsorbsi pelarut yang tidak bercampur dengan air (misalnya
benzena). Untuk tujuan penggunaan, seringkali diameter pori dari
karbon aktif menjadi dasar pemilihan. Misalnya untuk adsorbsi
bahan bermolekul besar digunakan jenis karbon dengan pori
lebar. Untuk bahan bermolekul kecil digunakan karbon berpori
halus.

b. Silika Gel
Silika gel terdiri atas SiO2 yang berbentuk kolodial hampir
tidak mengandung air dan mempunyai banyak pori yang halus,
kemampuan adsorbsi terhadap uap air sangat besar, karena itulah
seringkali digunakan untuk pengeringan gas yang lembab. Silika
gel yang digunakan untuk menjaga kemasan dan instrumen yang
peka terhadap kelembapan disebut sebagai sel biru. Silika gel
diregenerasi dengan cara pemanasan 120oC – 180oC.

1.2.4 Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu
zat dengan menggunakan zat lain yang telah diketahui
konsentrasinya. Dalam titrasi dikenal istilah ”titran” dan ”titrat”.
Titran adalah zat yang konsentrasinya telah diketahui dan biasanya
dimasukkan ke dalam buret, sedangkan titrat adalah zat yang akan
ditentukan kadarnya.
Reaksi dasar dalam metode ini adalah reaksi netralisasi /
penetralan, yaitu reaksi asam basa yang dinyatakan dalam persamaan
reaksi berikut:
H+ + OH-  H2O

Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu alkalimetri dan asidimetri.
Alkalimetri adalah beberapa ml larutan basa dengan kadar tertentu
digunakan untuk menetralkan suatu larutan asam yang kadarnya
dicari. Asidimetri adalah beberapa ml larutan asam dengan kadar
tertentu digunakan untuk menetralkan larutan basa yang kadarnya
dicari. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah:
a. Titik ekuivalen : keadaan dimana asam dan basa
tepat habis
bereaksi.
b. Titik akhir titrasi : saat dimana titrasi harus dihentikan
saat
terjadi perubahan warna.

1.2.5 Indikator PP
Indikator PP atau fenolftalein merupakan asam diprotik dan tidak
berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak
berwarnanya kemudian dengan hilangnya proton kedua menjadi ion
dengan sistem terkonjugat menghasilkan warna merah. Indikator PP
memiliki rentang pH 8,0-9,6 dengan perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah.
BAB II
METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


2.1.1 Alat
1. Erlenmeyer 100 ml
2. Spatula
3. Pipet Volume 5 ml, 25 ml
4. Neraca Digital
5. Buret
6. Statip dan Klem
7. Bulp
8. Kertas Saring Whatman No.40
9. Corong
10. Gelas Kimia 100 ml
11. Botol Semprot

2.1.2 Bahan
1 Larutan H2C2O4 (0,2 M; 0,1 M; 0,05 M; 0,01 M; dan 0,005 M)
2 Larutan NaOH 0,2 M dan 0,1 M
3 Indikator PP
4 Karbon Aktif
5 Aquadest
2.2 PROSEDUR KERJA
2.3.1 Adsorbsi Asam Oksalat oleh Karbon Aktif

Menimbang 2 gram karbon aktif.

Memasukkan karbon aktif ke dalam erlenmeyer 100 ml.

sian Piknometer dengan Sampel *) H2O / CH3COOH /

Menambahkan 25 ml larutan H2C2O4 *) 0,2 M; 0,1 M;


0,05 M; 0,01 M; dan 0,005 M ke dalam erlenmeyer.

Mengaduk campuran selama 30 menit.

Menyaring campuran dengan kertas saring Whatman No.


40, menampung filtratnya dalam gelas kimia.

Memipet filtrat sebanyak 5 ml, memasukkannya ke


dalam erlenmeyer 100 ml.

Menambahkan 3 tetes indikator PP.

Menitrasi dengan NaOH 0,1 M untuk H2C2O4 0,2 M; 0,1


M; 0,05 M; 0,01 M; dan 0,005 M
2.3.2 Penentuan Konsentrasi H2C2O4 Sebenarnya

Memipet masing-masing 10 ml dari H2C2O4 *) 0,2 M; 0,1


M; 0,05 M; 0,01 M; dan 0,005 M

Memasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.

Menambahkan 3 tetes indikator PP.

Menitrasi larutan H2C2O4 dengan larutan NaOH 0,1 M.

Melakukan titrasi secara duplo.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA PENGAMATAN


Tabel 3.1.1 Pengamatan Titrasi Penentuan Konsentrasi H2C2O4
sebenarnya.

[H2C2O4] Volume Volume [H2C2O4]


[NaOH] Sebenarnya
Kira - Kira H2C2O4 NaOH

0,2 M 5,45 ml 0,2 M 10 ml 0,1835 ml

0,1 M 10,9 ml 0,2 M 10 ml 0,0917 ml

0,05 M 21,5 ml 0,2 M 10 ml 0,0465 ml

0,01 M 9,9 ml 0,2 M 1 ml 0,0101 ml

0,005 M 25,55 ml 0,2 M 1 ml 0,0039 ml

Tabel 3.1.2 Pengamatan Titrasi Penentuan Konsentrasi H2C2O4 setelah


adsorbsi.
Volume Volume [H2C2O4]
[NaOH]
NaOH H2C2O4
0,1 M 24,9 ml 10 ml 0,1245 M

0,1 M 10,4 ml 10 ml 0,0520 M

0,1 M 4,15 ml 10 ml 0,0208 M

0,1 M 0,7 ml 15 ml 0,0023 M

0,1 M 0,1 ml 15 ml 0,0003 M


Tabel 3.1.3 Hasil Perhitungan
Massa
x [H2C2O4] setelah x x
Arang log c log
(mol) Adsorbsi (c) m m
(m)

0,0059 0,1245 M 5,0041 g 0,0012 -0,90 -2,92

0,0040 0,0520 M 5,0014 g 0,0008 -1,28 -3,10

0,0026 0,0208 M 5,0036 g 0,0005 -1,68 -3,30

0,0008 0,0023 M 5,0050 g 0,0002 -2,64 -3,70

0,0004 0,0003 M 5,0024 g 8.10-5 -3,52 -4,10

Dari grafik antara log c dan log 𝑥⁄𝑚 diperoleh persamaan garis:

𝑦 = 0,4464𝑥 + 2,5294
𝑥 1
log 𝑚 = log 𝑐 + log 𝑘
𝑛

3.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum Adsorbsi Isoterm Freundlich ini bertujuan untuk
menentukan besarnya tetapan Adsorbsi Isoterm Freundlich dan
mempraktekkan konsep mol. Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan suatu
zat dikarenakan gaya tarik-menarik molekul-molekul di permukaan
adsorben.
Prinsip dasar pada percobaan ini, peristiwa adsorbsi ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi zat yang terserap (H2C2O4) dari konsentrasi zat
sebenarnya, dengan H2C2O4 sebagai adsorbat dan arang aktif sebagai
adsorben. Untuk menentukan konsentrasi H2C2O4 maka dilakukan titrasi.
Larutan yang bertindak sebagai titrat adalah H2C2O4 dengan konsentrasi
yang berbeda-beda dan larutan NaOH 0,1 M sebagai titrannya
Proses pengadukan bertujuan agar proses penyerapan antara adsorben
dan adsorbetnya berjalan cepat dan sempurna. Dimana kesetimbangan akan
tercapai setelah partikel-partikel tersebut memenuhi seluruh pori-pori arang
yang bertindak sebagai adsorben.
Untuk menentukan konsentrasi H2C2O4 maka dilakukan titrasi. Larutan
yang bertindak sebagai titrat adalah H2C2O4 dengan konsentrasi yang
berbeda-beda dan larutan NaOH 0,1 M sebagai titrannya. Reaksi yang
terjadi adalah:
H2C2O4 + 2 NaOH  Na2C2O4 + 2H2O

Sebagai petunjuk dimana reaksi telah mencapai kesetimbangan maka


digunakan suatu indikator yaitu indikator PP.

Dari hasil perhitungan pada percobaan dengan proses pengadukan


selama 30 menit diperoleh grafik dengan persamaan y = mx + c dimana y
adalah harga dari log 𝑥⁄𝑚 sedangkan x adalah harga dari log c. Dari grafik
fungsi log c melawan log 𝑥⁄𝑚 diperoleh persamaan garis: 𝑦 = 0,4464𝑥 +
2,5294 Dengan nilai k sebesar 338,376 dan n sebesar 2,2401.

Proses Adsorbsi Isoterm Freundlich dipengaruhi oleh massa dari


karbon aktif yang digunakan dan lamanya waktu pengadukan. Semakin
banyak massa karbon aktifnya, maka jumlah mol H2C2O4 yang terserap
semakin besar karena makin banyak partikel adsorbat yang menempel pada
adsorbennya. Sehingga konsentrasi H2C2O4 setelah adsorbsi akan semakin
kecil. Jadi, proses adsorbsi tidak mengurangi volume larutan adsorbat tetapi
hanya mengurangi konsentrasi adsorbat. Variasi massa dari karbon aktif
yang digunakan dapat mempengaruhi besarnya nilai tetapan adsorbsi
isoterm freundlich karena pada persamaan adsorbsi isoterm freundlich
terlihat bahwa massa berbanding terbalik dengan besarnya tetapan adsorbsi
isoterm freundlich. Jadi, semakin banyak massa karbon aktif yang
digunakan, semakin kecil nilai dari tetapan adsorbsi isoterm freundlich.
Sedangkan semakin lama proses pengadukan dilakukan, maka konsentrasi
dari H2C2O4 yang tersisa semakin berkurang karena semakin banyak pula
H2C2O4 yang terserap dalam arang aktif.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Persamaan garis dari grafik adalah 𝑦 = 0,4464𝑥 + 2,5294
2. Dari persamaan grafik diperoleh nilai n sebesar 2,2401 tetapan adsorbsi
isoterm Freundlich sebesar 338,376.

B. SARAN
1. Pada saat melakukan titrasi dibutuhkan ketelitian untuk mengetahui
perubahan warna dan volume yang digunakan pada saat titrasi.
2. Memahami prinsip dasar adsorbsi sebelum melakukan praktikum.
3. Dalam penimbangan karbon aktif diharapkan sesuai dengan prosedur
kerja agar hasil perhitungan yang didapat akurat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. dkk. 1999. Teknologi Kimia Jilid 2. Jakarta: PT. Pradhya Paramita.

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.


Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda

16
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. Standarisasi Asam Oksalat sebelum Adsorbsi
a) H2C2O4 0,2 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5,45 . M H2C2O4 . 2 = 10 . 0,2 . 1
M H2C2O4 = 0,1835 M
b) H2C2O4 0,1 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
10,9 . M H2C2O4 . 2 = 10 . 0,2 . 1
M H2C2O4 = 0,0917 M
c) H2C2O4 0,05 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
21,5 . M H2C2O4 . 2 = 10 . 0,2 . 1
M H2C2O4 = 0,0465 M
d) H2C2O4 0,01 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
9,9 . M H2C2O4 . 2 = 10 . 0,2 . 1
M H2C2O4 = 0,0101 M
e) H2C2O4 0,005 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
25,55 . M H2C2O4 . 2 = 10 . 0,2 . 1
M H2C2O4 = 0,0003 M

2. Standarisasi Asam Oksalat sesudah Adsorbsi


a) H2C2O4 0,2 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
10 . M H2C2O4 . 2 = 24,9 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,1245 M

17
b) H2C2O4 0,1 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
10 . M H2C2O4 . 2 = 10,4 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,0520 M
c) H2C2O4 0,05 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
10 . M H2C2O4 . 2 = 4,15 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,0208 M
d) H2C2O4 0,01 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
15 . M H2C2O4 . 2 = 0,7 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,0023 M
e) H2C2O4 0,005 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
15 . M H2C2O4 . 2 = 0,1 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,0003 M

18
B. GRAFIK ADSORBSI ISOTERM FLEUDENRICH

0
-4 -3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
-0.5

-1

-1.5
y = 0.4464x - 2.5294
-2
R² = 0.9993
-2.5

-3

-3.5

-4

-4.5

Dari grafik antara log c dan log 𝑥⁄𝑚 diperoleh persamaan garis:

𝑦 = 0,4464𝑥 + 2,5294

𝑥 1
log 𝑚 = 𝑛
log 𝑐 + log 𝑘

1 log 𝑘 = 2,5294
= 0,4464
𝑛
𝑘 = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 (2,5294)
1
𝑛=
0,4464 𝑘 = 338,376

𝑛 = 2,2401

19
C. GAMBAR ALAT

ERLENMEYER GELAS BEAKER

NERACA DIGITAL PIPET TETES

BOTOL SEMPROT BULP

Anda mungkin juga menyukai