Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA & PERPINDAHAN MASSA

DESTILASI PACKING

DISUSUN OLEH :

NAMA / NIM : 1. Nur Aisyiyah Rahmah / 16 644 002


2. Bintang Jaya Saputra / 16 644 006
3. Sri Yuvita Dewi Askari / 16 644 015
4. Adjie Saputra / 16 644 019
JENJANG : S1-Terapan
KELAS : IV B
KELOMPOK : 1 (Satu)
DOSEN : Irmawati Syahrir, S. T., M. T

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal ....................................................... 2018

Mengesahkan dan Menyetujui


Dosen Pembimbing

Irmawati Syahrir, S. T., M. T.


NIP 19690326 200003 2 001
BAB I

Pendahuluan

1.1 Tujuan Percobaan


 Mahasiswa dapat memisahkan campuran biner etanol-air dengan metode destilasi
packing
 Mahasiswa dapat menghitung neraca massa pada destilasi packing proses batch
 Mahasiswa dapat menentukan komposisi campuran hasil destilasi etanol-air
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Destilasi
Destilasi adalah suatu proses dimana campuran dua atau lebih zat liquid atau
vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni dengan pengaplikasian dari
perpindahan massa dan perpindahan panas. Dimana zat tersebut dipanaskan hingga
titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin dan mengumpulkan
hasil pengembunan sebagai zat cair. Kondensor menggunakan air yang mengalir
sebagai pendingin. Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke atas agar air tersebut
dapat mengisi seluruh bagian kondensor. Sehingga, akan dihasilkan proses
pendinginan yang sempurna. Ketika suhunya naik, cairan yang mempunyai titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap ini akan dialirkan ke kondensor sehingga berubah
fase menjadi cairan dan ditampung pada labu destilat. Cairan yang titik didihnya
lebih tinggi masih tertinggal pada labu destilat bagian bottom. Prinsip dari destilasi
adalah penguapan dan pengembunan kembali dengan tekanan dan suhu tertentu.
Pada proses pemisahan secara destilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah
campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sedemikian
hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam campuran akan terdestilasi
dalam kedua fasa membentuk keseimbangan. Setelah keseimbangan dicapai, uap
segera dipisahkan dari cairannya, kemudian dikondensasikan membentuk distilat.
1.2.2 Jenis-jenis Destilasi
Destilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses yaitu kontinyu, batch, dan
semi batch/kontinyu :
1. Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan
campuran diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang tidak
berubah menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan
yang menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar
kolom untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas
dikembalikan lagi ke dalam kolom dan yang tidak langsung mengalir keluar
menjadi produk bawah. Untuk gas hasil distilasi selanjutnya dikondensasikan
menjadi cairan yang disebut dengan produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak
terkondensasi selanjutnya dikembalikkan ke dalam kolom distilasi untuk
diproses kembali. Pada proses distilasi secara kontinyu dikenal dengan istilah
bagian rectifying dan bagian stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian
atas setelah gas keluar dari kolom distilasi dan bagian stripping adalah proses
bagian bawah setelah cairan keluar dari kolom distilasi. Biasanya dalam kolom
ini digunakan untuk memisahkan umpan multi komponen untuk menghasilkan
dua atau lebih produk murni.
2. Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui
untuk memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman dahulu proses ini
sering digunakan untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum,
untuk farmasi dan penghasil minyak tanah. Selain itu proses ini juga digunakan
untuk memproduksi bahan kimia yang bagus dan spesialis. Metode ini dipakai
hanya untuk sekali proses saja, setelah itu proses pembersihan alat kemudian
proses distilasi dapat dimulai kembali. Sekarang ini metode distilasi batch
merupakan metode yang sering digunakan dalam berbagai industri kimia. Alat
pada distilasi batch berbeda bentuknya dengan alat distilasi kontinyu yaitu
pada bagian stripping di distilasi kontinyu dihilangkan pada proses distilasi
batch. Pada bagian ini diganti dengan aliran umpan menuju kolom pada
distilasi batch. Selain itu pada bagian retifying output produk di distilasi
kontinyu hanya satu, sedangkan pada distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk
intermediet. Alat ini digunakan pada proses distilasi batch secara konvensional.
Tentu sekarang sudah ada modifikasi terhadap metode distilasi batch saat ini
dengan adanya penelitian-penelitian mengenai optimasi distilasi batch.
Prinsip kerja dari distilasi batch adalah pertama-tama umpan masuk
melalui bawah kolom. Setelah itu dipanaskan yang mana menghasilkan gas
yang akan naik keatas kolom. Cairan yang tidak menguap akan tetap dibawah
sampai pemanasan selesai. Gas hasil pemanasan akan keluar dari kolom lalu
dikondensasikan menjadi cairan yang diinginkan, sedangkan gas yang tidak
dapat terkondensasi akan dikembalikan ke kolom. Akan tetapi hasil dari
distilasi pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil distilasi pertama dapat
didistilasi kembali untuk mendapatkan produk dengan kemurnian yang lebih
tinggi dari produk sebelumnya.
3. Semi Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan
prinsip kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah
dimana terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi
terdapat perbedaan pada pengumpanan bahan baku. Dimana pengumpanan
bahan baku hamper sama prinsip kerjanya pada proses distilasi kontinyu.
1.2.3 Destilasi Packing
Destilasi packing adalah sebuah proses destilasi yang kolom destilasinya
ditambah atau dilengkapi packing untuk memperluas bidang kontak dan membuat
aliran turbulensi sehingga kontak lebih sempurna. Macam-macam bentuk packing :
1. Sederhana : Rasching Ring, harga lebih murah tetapi efisiensi lebih rendah
2. Sedang : Pall Ring, distribusi liquid baik
3. Tinggi : Berl Saddle, mahal, bed seragam, dan pressure drop rendah
1.2.4 Packing
Pada umumnya packing dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
1. Random atau dumped packing merupakan packing yang berdiri sendiri, memiliki
bentuk spesifik geometri, dan disusun secara pada sebuah kolom.
2. Struktur atau schematicaly packing merupakan packing yang terbentuk dari
lapisan-lapisan kabel kecil atau lembaran metal yang dilipat dengan pola tertentu.
3. Grid packing juga disusun secara schematically pola seperti berlian pada bagian
yang kosong diantara keduanya.
Adapun syarat packing yang baik, sebagai berikut :
1. Densitas kecil (mengurangi beban kolom)
2. Volume rongga besar (mengurangi pressure drop)
3. Tahap pembasahan baik
4. Tahap Korosi
5. Murah
1.2.5 Perumusan Neraca Massa
Pada destilasi batch, penambahan produk destilat sama dengan pengurangan
cairan dalam bottom dan dapat dinyatakan dalam persamaan seperti dibawah ini :
D
XD

XF

B
XB

Gambar 1.1 Proses Destilasi


Persamaan neraca massa :

Neraca Massa Total : F = B + D......................................(1)

Neraca Massa Komponen : F × XF=B × XB+ D× XD........(2)

Dengan mensubstitusi persamaan 1 ke 2 maka didapatkan hasil destilat :

( B+ D ) . XF=B . XB+ D . XD

D . ( XD−XF )=B . ( XF − XB )

B .( XF−XB)
D=
XD− XF

Dimana : F = Feed (g) XF = Fraksi mol feed

B = Bottom (g) XB = Fraksi mol bottom

D = Destilat (g) XD = Fraksi mol destilat

1.2.6 Metode Kurva Standar


Pengukuran kadar etanol menggunakan metode ini dilakukan secara tidak
langsung yaitu melalui penimbangan berat larutan etanol dalam piknometer
menggunakan timbangan analisis. Data kadar larutan standar etanol dan densitasnya
dari hasil perhitungan dibuat dalam bentuk kurva standar.
Konsentrasi Etanol vs Densitas
1.2
1
f(x) = − 0 x + 1

Densitas (g/mL)
0.8 R² = 0.99
0.6
0.4
0.2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Etanol (%)

Gambar 1.2 Kurva Standar


Berdasarkan gambar 1.2, diketahui bahwa kurva konsentrasi etanol melawan
densitas membentuk kurva garis lurus dengan persamaan y = -0,0022X + 1,0038
dengan koefisien koreksi (r) sebesar 0,9943. Harga r ini menunjukkan bahwa antara
konsentrasi dengan densitas terdapat korelasi negatif dan kuat yang artinya semakin
besar kadar etanol dalam larutan maka densitas larutan akan semakin kecil. Hal ini
dikarenakan densitas etanol lebih kecil daripada densitas aquades sehingga semakin
besar kadar etanol di dalam larutan maka densitas larutan akan semakin kecil.
1.2.7 Piknometer

Gambar 1.3 Piknometer


Piknometer seperti pada gambar 1.3 adalah alat yang digunakan untuk
menentukan massa jenis dari suatu cairan. Sebuah piknometer biasanya terbuat dari
kaca, dengan penyumbat ketat dengan pipa kapiler yang melaluinya, sehingga
gelembung udara dapat lolos dari alat tersebut. Perangkat ini memungkinkan massa
jenis cairan untuk diukur secara akurat dengan mengacu pada fluida kerja yang
sesuai, seperti air atau raksa, menggunakan neraca analitik. Metodologi yang
mempelajari hasil yang diperoleh oleh alat ini disebut Piknometri.
1.2.8 Kondensor

Gambar 1.4 Kondensor


Kondensor seperti pada gambar 1.4 adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan
pipa dan digunakan untuk mengubah uap menjadi zat cair (air). dapat juga diartikan
sebagai alat penukar kalor (panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida.
Dalam penggunaanya kondensor diletakkan diluar ruangan yang sedang didinginkan
supaya panas yang keluar saat pengoprasiannya dapat dibuang keluar sehingga tidak
mengganggu proses pendinginan.
1.2.9 Sifat Fisika dan Kimia Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan thermometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C 2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Etanol merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari gugus
etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling
awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan
juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
1. Sifat Fisika Etanol
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Etanol terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang
kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus
hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat
berpartisipasi ke dalam ikatan hydrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih
sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang
sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut
organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzene, karbon tetraklorida,
kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan
toluene. Etanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti
pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti
trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah
kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanol dan air dengan volume
yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali
jumlah volume awal. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan
energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K.
Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan
perbandingan kira-kira 89 mol % etanol dan 11 mol % air. Perbandingan ini
juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada
tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung
pada suhu dan tekanan. Etanol akan menghilang pada temperatur di bawah 303
K.
Ikatan hydrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis,
sedemikiannya etanol akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang
polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya
natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida,
ammonium klorida, ammonium bromida, dan natrium bromida. Natrium
klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga
memiliki rantai karbon non-polar, etanol juga larut dalam senyawa non-polar,
meliputi kebanyakan minyak atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat.
Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan
tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih
dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang
kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan
terlebih dahulu. Indeks refraksi etanol adalah 1,36242 (pada λ = 589,3 nm dan
18,35°C).
2. Sifat Kimia Etanol
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom
yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol
kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.
BAB II

Metodologi

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :

 Thermometer  Gelas Ukur


 Labu Destilat  Stopwatch
 Piknometer  Neraca Analitik
 Labu Ukur  Botol Semprot

2.1.2 Bahan yang digunakan :


 Etanol 96%
 Aquades
2.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan campuran etanol dan air dengan konsentrasi 35% sebanyak 500 mL
2. Menjalankan air pendingin pada kondensor
3. Melakukan proses destilasi pada titik didih etanol
4. Ketika sedang menunggu proses destilasi, membuat larutan etanol 20%, 40%, 60%, dan
80%, serta menentukan densitasnya
5. Membuat grafik antara % etanol (sumbu datar) dengan densitas (sumbu tegak)
6. Setelah proses destilasi selesai, mengambil bottom dan hasil destilasi yang akan diukur
volume dan densitasnya
7. Menentukan komposisi hasil destilasi dan bottom dengan memplotkan pada grafik
standar

BAB III

Hasil dan Pembahasan

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Data Hasil Pengamatan

No Temperatur (OC)
Waktu (menit) Keterangan
. T0 T1 T2 T3
1 15 29 29,5 59,9 28,4
Sebelum Menetes
2 30 29 32,3 70,8 28,6
3 15 29 32,8 80,4 29,2
4 30 29,3 39,3 80,9 29,7
5 45 29,4 41,1 84,8 30,1
6 60 29,5 47,3 88,6 30,3
7 75 29,5 62,3 91,4 30,5
Sesudah Menetes
8 90 29,6 65,9 92,5 31,2
9 105 29,8 66 94 31,3
10 120 29,9 66,5 94,4 31,4
11 135 30 69,6 94,8 31,5
12 150 30,1 70,7 95,2 31,8

Tabel 3.1.2 Data Hasil Perhitungan Densitas Etanol

Etanol Pikno Kosong Pikno + Isi Berat Cairan Volum Densita


(%) (g) (g) (g) e (mL) s (g/mL)
20 25,8503 9,552  0,9552
40  25,5017  9,2064  0,9206
60 16,2983  25,0881  8,7898 10  0,879
80  24,5445  8,2426  0,8246
96  24,2356  7,9373  0,7937

3.2 Pembahasan
Pada praktikum destilasi packing ini bertujuan untuk menghitung neraca massa dan
menentukan komposisi campuran hasil destilasi. Campuran etanol dan air sebanyak 500
mL didestilasi dengan menggunakan destilasi packing skala laboratorium dengan bahan
isian yang berjenis rasching rings. Rasching rings berupa polimer menyerupai kaca dengan
diameter 0,5 cm dan panjang 1 cm. Sistem destilasi ini dilengkapi dengan pemanas yang
berfungsi untuk menjaga temperatur kolom destilasi, sehingga fase uap dari bawah dapat
naik melewati kolom kemudian menuju ke kondensor dan berubah fase menjadi liquid.
Berdasarkan data pengamatan, kondensasi pertama kali terjadi pada menit ke 30
dengan temperatur atas 32,3OC dan temperatur bawah 70,8 OC. Menurut teori, etanol akan
menguap pada temperatur 78 OC. Hal ini dikarenakan, temperatur pada wadah penampung
campuran lebih tinggi, sehingga energi yang ada di udara akan diserap oleh campuran
terutama etanol yang berada di permukaan. Energi tambahan membuat molekul etanol
yang ada di permukaan bergerak semakin cepat yang mengakibatkan molekul etanol yang
ada di permukaan dapat melepaskan diri dari tarikan molekul campuran. Molekul etanol
akan lepas dan berubah fase menjadi uap kemudian menuju kolom destilasi. Proses
destilasi dihentikan pada menit ke 136 dengan temperatur atas 69,6 OC dan temperatur
bawah 94,8 OC dikarenakan tidak ada lagi cairan yang menetes ke dalam labu destilat.
Berdasarkan hasil percobaan, etanol yang diperoleh dari hasil destilasi sebesar 100
mL. Jumlah tersebut lebih kecil dari etanol yang digunakan untuk membuat campuran air
dan etanol yaitu 182,29 mL. Hal ini dikarenakan, campuran air dan etanol sudah dalam
keadaan azeotrop yaitu keadaan di mana campuran dari 2 atau lebih cairan memiliki
komposisi yang tetap atau tidak bisa dipisahkan lagi dengan cara destilasi sederhana dalam
hal ini adalah destilasi packing.
Berdasarkan hasil perhitungan, neraca massa hasil destilasi menunjukkan tidak
balance. Hal ini terlihat dari massa total umpan (F) sebesar 463,7 gram, sedangkan massa
total sisa dan hasil destilasi (B+D) sebesar 373,49 gram. Sehingga, dapat disimpulkan ada
cairan yang hilang. Hal ini dikarenakan, pada saat proses destilasi berlangsung terjadi
kebocoran pada beberapa sambungan dan pada penutup lubang yang terdapat pada wadah
penampung cairan, serta disebabkan karena masih ada uap sisa dari proses destilasi yang
tertinggal di rongga rasching rings.
Pada percobaan ini juga didapatkan komposisi campuran di destilat yaitu 94,92%
etanol dan 5,08% air, sedangkan komposisi campuran di umpan yaitu 35% etanol dan 65%
air. Komposisi etanol pada hasil destilat lebih besar dari umpan dikarenakan pada proses
destilasi ini etanol dipisahkan dari air berdasarkan perbedaan titik didih. Sehingga,
komposisi air di hasil destilat lebih sedikit.
BAB IV

Kesimpulan

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan kurva standar, diperoleh bottom sebesar 293,82 gram (11,17% etanol)
dan destilat sebesar 79,67 gram (94,92% etanol)
2. Neraca Massa Total
F=B+ D
463,7 g=293,82 g+ 79,67 g
363,7 g=373,49 g
3. Komposisi campuran :
 Pada feed 35% etanol dan 65% air
 Pada hasil destilasi 94,92% etanol dan 5,08% air
 Pada bottom 11,17% etanol dan 88,83% air
Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Distilasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi (Diakses pada tanggal 27 Maret


2018)

Anonim. 2012. Desain Kolom Pemisah Distilasi. https://www.caesarvery.com/2012/11/desain-


kolom-pemisah-distilasi.html (Diakses pada tanggal 27 Maret 2018)

Anonim. 2015. Kondensor. https://www.prosesindustri.com/2015/01/kondensor-dan-prinsip-


kerjanya.html (Diakses pada tanggal 18 Mei 2018)

Anonim. 2017. Distilasi, Pengertian dan Jenis-Jenis Distilasi.


http://www.berbagaireviews.com/2017/02/distilasi-pengertian-dan-jenis-jenis.html
(Diakses pada tanggal 27 Maret 2018)

Anonim. 2017. Etanol. https://id.wikipedia.org/wiki/Etanol (Diakses pada tanggal 27 Maret


2018)

Anonim. 2017. Piknometer. https://id.wikipedia.org/wiki/Piknometer (Diakses pada tanggal 18


Mei 2018)
LAMPIRAN
Perhitungan

Etanol 94,92%

Air 5,08%

Etanol 35%

Air 65%

Etanol 11,17%

Air 88,83%

g
F=VF × ρetanol 35 %=500 mL × 0,9274 =463,7 g
mL

g
B=VB × ρ etanol 11,17 %=300 mL ×0,9794 =293,82 g
mL

g
D=VD × ρ air 100 %=1 31 mL ×1,0185 =133,4235 g
mL

Neraca Massa Komponen Etanol


F × X F=D × X D+ B × X B

226,175 g× 0,35=44,6576 g ×0,64+ 133,4235 g ×0

79,1612 g=28,5809 g

Neraca Massa Komponen Air

F × X F=D × X D+ B × X B

226,175 g× 0,65=44,6576 g ×0 , 36+133,4235 g × 1

147,0138 g=149,5002 g

Neraca Massa Total

F=D+ B

226,175 g=44,6576 g+ 133,4235 g

226,175 g=178,0811 g
1.2

0.8
Densitas (g/mL)

0.6

0.4

0.2

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Etanol (%)

Grafik 1 Hubungan Konsentrasi Etanol vs Densitas

Anda mungkin juga menyukai