Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN PROSES

PRAKTIKUM DESTILASI PACKING

DISUSUN OLEH:

NAMA / NIM : Syarifuddin Husain / 14 614 003


JENJANG : D3 PETRO DAN OLEO KIMIA
KELAS :VB
KELOMPOK : 1 (SATU)

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Desember 2016

Mengesahkan dan Menyetujui,


Dosen Pembimbing

Mardiyah Nadhir, S.T., M.T


NIP : 19740228 200112 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


 Memisahkan campuran biner dengan metode destilasi
 Menghitung Neraca Massa pada destilasi batch
 Menentukan komposisi campuran hasil destilasi

1.2. Dasar Teori


1.2.1 Definisi Destilasi
Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas dibidang
teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. Di atas setiap
cairan terdapat uap, yang terbentuk karena terlepasnya sejumlah molekul yang
berenergi tinggi dari permukaan cairan ke ruangan sekeliling (mengatasi gaya tarik-
menarik –gaya kohesi- dari molekul-molekul yang tertinggal). Peristiwa ini disebut
sebagai penguapandalam arti yang sangat luas. Destilasi yang berarti suatu proses
dimana suatu cairan pada mulanya diuapkan dan uap tersebut diembunkan menjadi
cairan kembali melalui pendinginan (kondensasi). Selain digunakan untuk
memurnikan pelarut, pengembunan juga dapat digunakan untuk memisahkan dua atau
lebih cairan-cairan yang mempunyai titik didih berbeda. Uap yang keluar dari
campuran disebut dengan dengan uap bebas, kondensat yang jtuh sebagai destilat dan
bagian cairan yang tidak menguap sebagai residu (bottom).
Apabila yang diinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan
bukan destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan
evaporasi. Dalam hal ini seringkali bukan pemisahan sempurna yang dikehendaki,
melainkan peningkatan konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan cara
menguapkan sebagian dari pelarut. Cara ini dilakukan misalnya bila volume suatu
larutan (contohnya larutan ekstrak) harus dikurangi atau konsentrasinya harus
dinaikkan sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut, atau bila bahan-bahan padat
yang terlarut dalam cairan harus dikristalisasi dengan mengurangi jumlah pelarutnya.
Dengan penguapan atau destilasi sederhana diatas, yang dapat dipisahkan
hanya campuran yang komponen-komponenya memiliki tekanan uap atau titik didih
yang sangat berbeda, dan yang komposisi uapnya amat berlainan. Pada campuran
bahan padat dalam cairan, persyaratan tadi praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada
larutan cairan biasanya tidak mungkin dicapai pemisahan yang sempurna, karena
semua komponen pada titik didih campuran akan memiliki tekanan uap yang besar.
Destilasi yang murni praktis hanya dapat diperoleh jika cairan (atau cairan-cairan)
yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat
diabaikan.
Dari diagram kesetimbangan dapat dilihat apakah dengan destilasi sederhana
pemisahan yang diharapkan dapat dicapai, juga apakah derajat kemurnian
destilasiyang diinginkan dapat dipenuhi (semakin lengkung kurva kesetimbangan:
semakin baik pemisahannya, sedangkan kurva yang ceper: pemisahan buruk).
Seringkali destilasi digunakan semata-mata sebagai tahap awal dari suatu proses
rektifikasi. Dalam hal ini campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian yang
mudah menguap dan bagian yang sukar menguap. Kemudian masing-masing bagian
diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi. Peristiwa yang terjadi pada destilasi
sederhana adalah:
- Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran (yang diisikan secara
partaian atau kontinu) dalam alat penguap.
- Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan ksong,
tanpa perpindahan panas dan perpindahan massa yang disengaja atau dipaksakan,
yang dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali kealat penguap.
- Bila perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap
dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali ke alat penguap.
- Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
- Pendinginan lanjut dari destilasi panas dalam sebuah alat pendingin
- Penampungan destilasi dalam sebuah bejana (penampung)
- Pengeluaran residu (secara kontinyu) dari alat penguap
- Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan
- Penampungan residu dalam sebuah bejana

1.2.2 Proses Destilasi


Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap.
Proses ini dapat dilakukan secara kontinyu atau tak kontinyu, pada tekanan normal
atau vakum.
Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi tak
kontinyu. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat
penguap (umumnya alat penguap labu) dan didihkan. Pendidihan terus dilangsungkan
hingga sejumlah tertentu komponen yang mudah menguap terpisahkan. Selama
pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar,
sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus. Seringkali destilat
harus dibagi dalam beberapa fraksi (karena berasal dari daerah titik didih yang
berbeda) dan ditampung dalam beberapa bejana terbuka. Kenaikkan konsentrasi
dalam cairan yang didihkan mengakibatkan peningkatan titik didih yang dapat
menyebabkan bahaya akumulasi dalam alat penguap pada tahap akhir destilasi
(bahaya ledakan). Berikut penjelasan tentang jenis – jenis destilasi .
 Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran
diumpankan ke dalam menara column. Selanjutnya cairan yang tidak berubah
menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang menjadi
uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar column untuk
diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan lagi ke dalam
column dan yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk bawah. Untuk gas
hasil distilasi selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang disebut dengan
produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya dikembalikan
ke dalam column distilasi untuk diproses kembali. Pada proses distilasi secara
kontinyu dikenal dengan istilah bagian rectifying dan bagian stripping. Bagian
rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar dari column distilasi dan
bagian stripping adalah proses bagian bawah setelah cairan keluar dari column
distilasi. Biasanya dalam column ini digunakan untuk memisahkan umpan
multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk murni.
 Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui untuk
memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman dahulu proses ini sering digunakan
untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum, untuk farmasi dan penghasil
minyak tanah. Selain itu proses ini juga digunakan untuk memproduksi bahan kimia
yang bagus dan spesialis. Metode ini dipakai hanya untuk sekali proses saja, setelah
itu proses pembersihan alat kemudian proses distilasi dapat dimulai kembali.
Sekarang ini metode distilasi batch merupakan metode yang sering digunakan dalam
berbagai industri kimia. Alat pada distilasi batch berbeda bentuknya dengan alat
distilasi kontinyu yaitu pada bagian stripping di distilasi kontinyu dihilangkan pada
proses distilasi batch. Pada bagian ini diganti dengan aliran umpan menuju column
pada distilasi batch. Selain itu pada bagian retifying output produk di distilasi
kontinyu hanya satu, sedangkan pada distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk
intermediet. Alat ini digunakan pada proses distilasi batch secara konvensional. Tentu
sekarang sudah ada modifikasi terhadap metode distilasi batch saat ini dengan adanya
penelitian-penelitian mengenai optimasi distilasi batch.
Prinsip kerja dari distilasi bacth adalah pertama-tama umpan masuk melalui
bawah column. Setelah itu dipanaskan yang mana menghasilkan gas yang akan naik
keatas column. Cairan yang tidak menguap akan tetap dibawah sampai pemanasan
selesai. Gas hasil pemanasan akan keluar dari column lalu dikondensasikan menjadi
cairan yang diinginkan, sedangkan gas yang tidak dapat terkondensai akan
dikembalikan ke column. Akan tetapi hasil dari distilasi pertama belum 100% murni.
Untuk itu hasil distilasi pertama dapat didistilasi kembali untuk mendapatkan produk
dengan kemurnian yang lebih tinggi dari produk sebelumnya.
 Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan prinsip
kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana terjadi
kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat perbedaan pada
pengumpanan bahan baku. Dimana pengumpanan bahan baku hampir sama prinsip
kerjanya pada proses distilasi kontinyu.
Metode distilasi ini cocok untuk proses distilasi ekstraktif, distilasi reaktif dan
sebagainya(Mujtaba, 1999; Lang et al, 1994,1995).

1.2.3 Desain Kolom Pemisah Destilasi


Ada beberapa macam pemilihan kolom pemisah destilasi yaitu :
1. Packed Tower
Sebuah kolom yang dilengkapi packing untuk memperluas
bidang kontak dan membuat turbulensi aliran sehingga kontak lebih
sempurna. Prinsip kerjanya zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu phase ke phase lain. Zat berfase cair mengalir dari atas dan
gas dari bawah sehingga terjadi kontak antara keduanya.
Tujuan dalam pemilihan packed tower adalah :
a. Untuk liquid yang korosif dipilih karena alat lebih murah
b. Membutuhkan tahanan liquid yang rendah karena densitasnya
yang besar
c. Memberikan pressure drop per tahap kesetimbangan yang
rendah
d. Untuk diameter kolom yang kecil
2. Tray/Plate Column/Sieve Tray
Bentuk sama dengan packed column tapi tidak mempunyai
packing, sebagai gantinya ada plate-plate yang berfungsi
memperbesar kontak antar komponen sehingga bisa dipisahkan
menurut rapat jenisnya. Plate di desain berlubang untuk mengalirnya
udara dari bawah seperti saringan santan kelapa.
Spesifikasinya adalah :
 Kapasitas tinggi
 Efisiensi tinggi
 Pressure drop sedang
 Biaya instalasi dan perawatan murah
 Korosi rendah
1.2.4 Sifat Fisika dan Kimia Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil
eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
1. Sifat fisika Etanol
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang
khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang
tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya
dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol.
Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga
membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya
dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform,
dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut
dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga
larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua
cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama
akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume
awal. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777
J/mol dibebaskan pada 298 K.
Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan perbandingkan
kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan
sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351
K.

2. Sifat kimia Etanol


Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang
terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan
berkutat pada gugus hidroksilnya.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat
- Termometer
- Labu penampung
- Stopwatch
- Piknometer 25 ml & 10 ml
- labu ukur 50 ml
- Pipet volume 50 ml
- Bulp
- Gelas kimia 250 ml
2.2 Bahan
- Etanol
- Aquadest
2.2 Prosedur Kerja
- Menyiapkan campuran biner (etanol-air).
- Menjalankan air pendingin pada kondensor.
- Melakukan destilasi pada titik didihnya.
- Sementara menunggu proses destilasi, membuat campuran etanol-air 10%
volume, 20% volume, 40% volume, 60% volume, 80% volume dan
menentukan berat jenisnya.
- Membuat grafik antara % campuran etanol-air (sumbu datar) dengan berat
jenis (sumbu tegak).
- Setelah selesai destilasi, mengambil destilat, feed, dan bottom dan mengukur
berat jenisnya.
- Menentukan komposisi feed, destilat, dan bottom dengan memplotkan pada
grafik standar.
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 1. Tabel berat jenis campuran biner (etanol – air).
Konsentrasi
Berat
campuran
No jenis
(%
(g/ml)
Volume)
1 10 1.01
2 20 0.99
3 40 0.96
4 60 0.92
5 80 0.87
6 98 0.82

Tabel 2. Tabel berat jenis feed, destilat, dan bottom.


No Nama Berat jenis (g/ml) Volume (ml)
1 Feed 0.9476 960
2 Destilat 0.8343 450
3 Bottom 1.0078 480

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 3. Tabel hasil perhitungan neraca massa
Konsentrasi campuran
No Nama Massa (gram) % loss
(% volume)
1 Feed 46 909.70
2 Destilat 94 375.42 5.56
3 Bottom 10 483.72
BAB IV
PEMBAHASAN

Destilasi yang dilakukan pada praktikum ini merupakan jenis destilasi packing
dengan sistem operasi batch. Pada praktikum destilasi packing ini dipengaruhi oleh
perbedaan titik didih dari masing-masing komponen dalam larutan biner (etanol-air).
Tujuan dari praktikum ini antara lain adalah mampu memisahkan campuran biner
(etanol-air) dengan metode destilasi, mampu menghitung neraca massa pada destilasi
batch dan mampu menentukan komposisi campuran hasil destilasi. Larutan yang
ingin dipisahkan ialah campuran biner yaitu etanol – air yang belum diketahui
konsentrasi (% volume) feed , destilat dan bottom (sebagai produknya). Maka dari itu
perlu dilakukan perhitungan neraca massa untuk mengetahui komposisi – komposisi
dari feed, destilat dan bottom tersebut. Destilasi pada percobaan kali ini dilakukan
pada suhu operasi 78oC karena diketahui bahwa titik didih dari etanol murni adalah
78oC sehingga dengan begitu diharapkan yang menguap adalah etanol sebagai
destilat.
Tujuan kedua pada percobaan kali ini adalah menentukan konsentrasi feed
yang akan digunakan sebagai umpan karena belum ketahui, begitupun dengan destilat
dan bottom sehingga untuk mengetahuinya diperlukan kurva standar. Kurva standar
merupakan hubungan antara % campuran biner pada berbagai konsentrasi (sumbu x)
dengan berat jenisnya (sumbu y). Dari kurva standar diperoleh besarnya konsentrasi
feed 46 % volume (39.35% b/b), destilat 94 % volume (92.52% b/b) dan bottom 10
% volume (8.07% b/b) dari proses destilasi yang telah dilakukan dengan memplotkan
berat jenis masing-masing campuran biner.
Setelah melakukan percobaan, hasil destilat dan bottom diukur volumenya
agar mendapatkan nilai berat jenisnya dengan menggunakan piknometer. Setelah
dilakukan perhitungan didapatkan berat jenis feed, destilat dan bottom (terlampir
pada tabel 2). Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan neraca
massa (F = W + D) untuk mengetahui banyaknya massa (komposisi) destilat dan
massa bottom yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa diperoleh
massa feed sebesar 886.464 gram, massa destilat sebesar 361.17 gram, dan massa
bottom sebesar 469.92 gram (dapat dilihat pada tabel 3 dan cara perhitungan
terlampir).
Dalam praktikum ini massa feed yang masuk tidak sama dengan jumlah massa
destilat dan bottom . Perbedaan jumlah feed dengan hasil destilat dan bottom
memiliki selisih 55.374 gram (massa yang hilang). Persen loss yang diperoleh dari
hasil perhitungan adalah 6.247 % . Hal ini dapat disebabkan karena adanya uap yang
keluar dari alat destilasi yang disebabkan adanya celah udara pada sambungan alat
destilasi sehingga uap tidak seluruhnya terkondensasi dan terbuang ke udara .
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Proses destilasi antara campuran etanol-air dilakukan pada suhu operasi 78oC
- Konsentrasi feed,destilat dan bottom masing-masing 46 % volume (39.35%
b/b), 94 % volume (92.52% b/b) dan bottom 10 % volume (8.07% b/b)
- Hasil destilat sebesar 361.17 gram dan hasil bottom sebesar 469.92 gram
dengan feed sejumlah 886.464 gram.
- Persen loss sebesar 6.247 % dan disebabkan oleh adanya celah udara pada
sambungan alat destilasi sehingga uap tidak seluruhnya terkondensasi dan
terbuang ke udara.
DAFTAR PUSTAKA

- Handojo, Lienda. 1995. “Teknologi Kimia” bagian 2. Pradnya Paramita.


Bandung.

- Sahraeni, Siti. 2008. “Perpindahan Massa Diffusional”, Jurusan Teknik Kimia.


Samarinda.

- Tim Laboratorium Pilot Plant. 2009. “Penuntun Praktikum Laboratorium


Satuan Operasi”, Jurusan Teknik Kimia. Samarinda.

- Anonim dalam : http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2263904-


jenis-distilasi/#ixzz28qTe32Ew. Diakses pada 09 oktober 2012. 15.15
WITA
PERHITUNGAN
a. Menghitung volume yang dipipet dari larutan induk (etanol 96,5%) untuk
larutan standar
 Larutan Etanol 80%
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V 1 x 98 %=100 mlx 80 %
V 1=81.6 ml
 Larutan Etanol 60 %
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V 1 x 80 %=100 mlx 60 %
V 1=75 ml
 Larutan Etanol 40 %
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V 1 x 60 %=100 mlx 40 %
V 1=66 , 7 ml
 Larutan Etanol 20 %
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V 1 x 40 %=100 mlx 20 %
V 1=50 ml
 Larutan Etanol 10 %
V 1 x M 1=V 2 x M 2
V 1 x 20 %=100 mlx 10 %
V 1=50 ml
b. Menghitung % mol dari data berat jenis dan % volume campuran
Catatan : Diperoleh % volume campuran dari kurva standar untuk
Feed,destilat dan bottom masing-masing sebesar 46% , 94% dan 10%.
 Untuk Feed
- Massa etanol = ρ x V x 0,46
= 0,79 g/ml x 960 ml x 0,46
= 348.864 gram
348.864
- Mol etanol = =7.584 mol
46
- Massa air = ρ x V x 0,54
= 1,00 g/ml x 960 ml x 0,56
= 537.6 gram
537.6
- Mol air = =29.87 mol
18
massa etanol
% massa = x 100 %
massa campuran
348.864 g
= x 100 %=39.35 %
(348.864 g+537.6 g)
 Untuk Destilat
- Massa etanol = ρ x V x 0,94
= 0,79 x 450 x 0,94
= 334.17 gram
334.17
- Mol etanol = =7.265 mol
46
- Massa air = ρ x V x 0.06
= 1,00 g/ml x 450 x 0,06
= 27 gram
27
- Mol air = =1.5 mol
18
massa etanol
% massa = x 100 %
massa campuran
334.17 g
= x 100 %=92.52 %
(334.17 g+27 g)
 Untuk Bottom
- Massa etanol = ρ x V x 0.1
= 0,79 x 480 x 0,1
= 37.92 gram
37.92
- Mol etanol = =0.824 mol
46
- Massa air = ρ x V x 0.9
= 1,00 x 480 x 0.9
= 432 gram
432
- Mol air = =24 mol
18
massa etanol
% massa = x 100 %
massa campuran
37.92 g
= x 100 %=8.07 %
(37.92 g+432 g)
c. Perhitungan Neraca Massa
F =D + W
886.464 =D + W
D = 886.464 - W
F.xf = D.xd + W.xw
886.464 x 0.3935 = (886.464 – W)0.9252 + 0.0807W
348.824 = 820.156 – 0,9252W + 0,0807W
-471.332 = -0.8445W
W = 558.120 gram

F = D+W
D = 886.464 – 558.120
= 328.344 gram
 Jumlah volume yang hilang
= massa feed – (massa destilat hasil praktikum + massa bottom hasil praktikum)
= 886.464 g – (361.17 g + 469.92 g)
= 55.374 g
massa yang hilang
 % Loss= x 100 %
massa total
55.374 g
= x 100 %
886.464 g
= 6.247 %

Anda mungkin juga menyukai