Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Destilasi (Bubble Cap Distilation Column)

PEMBIMBING : Dr. Ir. Ahmad Rifandi, M.Sc

Tanggal Praktikum : 12 Desember 2017

Tanggal Penyerahan : 19 Desember 2017

Oleh :

Kelompok : I

Nama : Afiek Mauliani Utami (151411006)


Alvin Maulana (151411007)
Asri Aminah (151411008)

Kelas : 3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemisahan komponen yang memiliki sifat fisik atau kimiawi merupakan salah
satu proses yang sering dijumpai pada proses teknik kimia selain pencampuran,
evaporasi dll. Distilasi atau dikenal juga penyulingan bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi atau kemurnian satu atau lebih komponen yang biasanya produknya
memiliki titik didih lebih rendah (produk atas). Sedangkan yang memiliki titik didih
lebih tinggi akan diperoleh pada produk bawah dan jika lebih dari dua komponen
akan merupakan residu. Penggunaan pemanas biasanya kukus atau steam sangat besar
pengaruhnya terhadap rancang bangun dari peralatannya sendiri.
Dalam prakteknya distilasi dilaksanakan menurut salah-satu dari dua metoda
utama. Metoda pertama berdasarkan atas pembentukkan uap dengan mendidihkan zat
cair yang akan dipisahkan kemudian mengembunkan uap tanpa ada zat cair yang
kembali ke bejana didih. Metada ini merupakan metoda distilasi yang tidak memakai
reflux. Metoda kedua berdasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke
bejana didih dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini
dapat berkontak dengan baik dengan uap yang mengalir ke atas menuju kondensor.
Masing-masing metoda ini dapat dilakukan dalam proses kontinyu maupun proses
tumpak.

1.2 Tujuan
- Melakukan pengamatan pada unit distilasi di setiap sektor.
- Mengetahui tahap-tahap proses distilasi skala pilot plant.
- Menjalankan peralatan unit distilasi dengan aman dan benar.
- Mampu mencatat suhu umpan masuk dan keluar serta laju alirnya
- Mampu mencatat suhu steam masuk dan keluar serta laju alirnya
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Etanol

Etanol merupakan bahan yang volatile, mudah terbakar, jernih, dan merupakan
cairan yang tidak berwarna. Salah satu sifat istimewa dari etanol adalah volume
shrinkage yang terjadi dengan meraksikan etanol dengan air.Sifat fisik dan kimia dari
etanol didasarkan pada gugus hidroksil yang terdapat dalam etanol. Grup ini merupakan
bahan - bahan kimia yang mempunyai sifat polar. Karena sifatnya yang tidak beracun
bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industry makanan dan
minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memiliki bau yang khas. Bahan ini
dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus
molekul etanol adalah C₂H₅OH atau rumus empiris C₂H6O. (Erawati, 2008)

2.2 Pengertian Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia
berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih yang
berbeda. Distilasi menggunakan panas sebagai agen pemisah campuran, campuran zat
didihkan hingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Distilasi merupakan cara yang paling umum digunakan dalam industry untuk
memisahkan suatu campuran yang homogeny dalam bentuk larutan. Proses distilasi
beroperasi dalam satu perangkat yang terdiri dari beberapa peralatan, yang masing-
masing peralatan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Peralatan-peralatan yang
digunakan pada proses distilasi seperti yang ditunjukkkan pada gambar 2.1 adalah
sebagai berikut (Chrystiananta, 2012 dalam POLBAN):

a. Kolom Distilasi
Kolom distilasi berfungsi untuk memisahkan campuran berdasarkan titik didihnya.

b. Condenser
Condenser berfungsi untuk mendinginkan produk atas dari kolom distilasi sehingga
berubah menjadi fasa cair.
c. Reboiler
Reboiler berfungsi untuk memanaskan sebagian produk bawah kolom distilasi
sehingga berubah menjadi gas. Gas yang terbentuk dipompakan kembali menuju
kolom distilasi sebagai pemanas untuk proses distilasi.
d. Pompa
Pompa berfungsi untuk mengalirkan kondensat sebagai reflux ke kolom distilasi.
e. Tangki Pengumpul
Tangki pengumpul berfungsi menampung hasil pemisahan dari kedua campuran.

Gambar 2.1 Peralatan pada proses distilasi


(Sumber: http://majalah1000guru.net/wp-content/uploads/Ed15-kimia-3.jpg)

2.3 Prinsip Distilasi

Prinsip pada destilasi biasa adalah pemisahan dua zat atau lebih yang mempunyai
perbedaan titik didih. Jika zat - zat yang dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih
yang jauh berbeda, dapat digunakan metode isolasi biasa. Zat yang memiliki titik didih
rendah akan cepat terdestilasi daripada zat yang bertitik didih tinggi. Uap zat yang
bersifat volatil dan memiliki titik didih yang rendah akan masuk ke dalam pipa pada
kondensator sehingga akan turun berupa tetesan - tetesan yang turun ke dalam
penampung atau disebut juga destilat. Dalam hal ini alkohol yakni etanol dicampur
dengan air, akan terdestilasi dahulu. Prinsip pemisahan campuran yang melewati dua
fase, yakni gas menjadi fase cair dinamakan dengan proses destilasi. Perbedaan titik
didih dan tekanan uap membuat kedua campuran ini berpisah. Semakin tinggi tekanan
uap maka titik didih cairan tersebut semakin tinggi. Penguapan dipengaruhi oleh titik
cairan tersebut. Cairan yang memiliki titik didih teredah, maka lebih cepat untuk
mendidih. (USU, tt)

Pemisahan komponen-komponen dari campuran liquid melalui destilasi bergantung


pada perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga bergantung pada konsentrasi
komponen yang ada. Campuran liquid akan memiliki karakteristik titik didih yang
berbeda. Oleh karena itu, proses destilasi bergantung pada tekanan uap campuran liquid.

Tekanan uap suatu liquid pada temperatur tertentu adalah tekanan keseimbangan
yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk pada permukaan liquid.
Berikut adalah hal-hal penting berkaitan dengan tekanan uap :

a. Input energi menaikkan tekanan uap


b. Tekanan uap berkaitan dengan proses mendidih
c. Liquid dikatakan mendidih ketika tekanan uapnya sama dengan tekanan udara
sekitar.
d. Mudah atau tidaknya liquid untuk mendidih bergantung pada volatilitasnya.
e. Liquid dengan tekanan uap tinggi (mudah menguap) akan mendidih pada temperatur
yang lebih rendah.
f. Tekanan uap dan titik didih campuran liquid bergantung pada jumlah relatif
komponen-komponen dalam campuran.
g. Destilasi terjadi karena perbedaan volatilitas komponen-komponen dalam campuran
liquid.

Proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap


campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam
campuran :

a. Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran


homogen.
b. Mempunyai sifat penguapan relatif (α) cukup besar.
c. Tidak membentuk cairan azeotrop.

Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah
sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam
waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa
cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat
dan residu.

Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap
relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau
uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, maka
akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni.

2.4 Klasifikasi Destilasi


Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Distilasi kontinyu
2. Distilasi batch
Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Distilasi atmosferis (0,4-5,5 atm mutlak)


2. Distilasi vakum (≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom)
3. Distilasi tekanan (≥ 80 psia pada bagian atas kolom)
Berdasarkan komponen penyusunnya :

1. Distilasi sistem biner


2. Distilasi sitem multi komponen

Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu :

1. Single-stage Distillation
2. Multi stage Distillation

Umumnya Distilasi juga dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Destilasi Kilat (Flash Destilation)


Destilasi kilat merupakan destilasi continue (steady state) satu tahap tanpa
refluks. Destilasi kilat ini terdiri dari penguapan sebagian dari suatu zat cair
sedemikian rupa sehingga uap yang keluar berada dalam keseimbangan dengan zat
cair yang tersisa. Uap tersebut dipisahkan dari zat cair dan dikondensasikan. Destilasi
ini digunakan untuk memisahkan komponen-koponen yang memiliki titik didih yang
berbeda. Destilasi ini tidak efektif untuk memisahkan komponen- komponen yang
volatilitasnya sebanding.
2) Destilasi Continue dengan Refluks (Rektifikasi)

Gambar 2.2 Neraca Bahan Plate n

Dari gambar 2.2 terlihat di dalam kolom terdapat plate ideal. Jika plate ini diberi
nomor dari atas ke bawah maka plate acuan adalah plate ke-n dari puncak, di atasnya
adalah plate ke-n-1 dan di bawahnya adalah plate ke-n+1.

Ada dua arus fluida yang masuk ke plate ke-1 dan dua arus keluar, yaitu arus zat
cair Ln-1 mol/jam dari plate ke-n-1 dan arus uap Vn-1 mol/jam dari plate ke-n+ 1
yang mengalami kontak akrab di plate ke-n:

a. Uap keluar dari plate, Yn


b. Zat cair yang keluar dari plate, Xn
c. Uap masuk ke plate, Yn+1
d. Zat cair masuk ke plate, Xn+1
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Operasi Kolom Destilasi
Kinerja kolom destilasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1) Kondisi Feed (q)
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi dan
jumlah stage dalam pemisahan. Itu juga mempengaruhi lokasi feed tray.

2) Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk mendapatkan
tingkat pemisahan. Tray minimum dibutuhkan di bawah kondisi total refluks, yakni
tidak ada penarikan destilat. Sebaiknya refluks berkurang, garis operasi untuk seksi
rektifikasi bergerak terhadap garis kesetimbangan.

3) Kondisi Aliran Uap

Kondisi aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan :

a. Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas. Walaupun
menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan sering
mengarah pada terbentuknya liquid pada tray.
b. Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di atasnya dan disebabkan
laju alir uap yang tinggi menyebabkan efisiensi tray berkurang. Bahan yang sukar
menguap terbawa menuju plate yang menahan liquid dengan bahan yang mudah
menguap. Dapat mengganggu kemurnian destilat. Enterainment berlebihan dapat
menyebabkan flooding.
c. Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang rendah. Tekanan yang dihasilkan
uap tidak cukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu liquid mulai merembes
melalui perforasi.
d. Flooding
Terjadi karena aliran uap berlebih menyebabkan liquid terjebak pada uap di
atas kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih menyebabkan kenaikkan liquid
yang tertahan pada plate di atasnya. Flooding ditandai dengan adanya penurunan
tekanan diferensial dalam kolom dan penurunan yang signifikan pada efisiensi
pemisahan. Jumlah tray aktual yang diperlukan untuk pemisahan khusus ditentukan
oleh efisiensi plate dan packing. Semua faktor yang menyebabkan penurunan
efisiensi tray juga akan mengubah kinerja kolom. Effisiensi tray dipengaruhi oleh
fooling, korosi, dan laju dimana ini terjadi bergantung pada sifat liquid yang
diproses. Material yang sesuai harus dipakai dalam pembuatan tray.
Kebanyakan kolom destilasi terbuka terhadap lingkungan atmosfer. Walaupun
banyak kolom diselubungi, perubahan kondisi cuaca tetap dapat mempengaruhi
operasi kolom. Reboiler harus diukur secara tetap untuk memastikan bahwa
dihasilkan uap yang cukup selama musim dingin dan dapat dimatikan selama musim
panas. (Komariah, 2009)

2.6 Bubble Cap Tray


Bubble Cap Tray adalah tray yang menggunakan bubble cap untuk mencapai
tahap keseimbangan. Bubble Cap berupa mangkok terbalik yang terletak di atas riser,
yang mana uap dapat masuk dari bagian bawah tray dan terdispersi pada permukaan
bawah cairan melalui celah-celah atau slot. Bubble cap yang dirancang dengan baik
akan memberikan turbulensi massa uap-cairan membentuk froth dengan luas antar
muka yang besar hingga efisiensi tray tinggi.
Keuntungan penggunaan Bubble Cap Tray:
1) Banyaknya data teknis dan pengalaman tentang Bubble Cap tray
2) Memungkinkan peralatan beroperasi pada kondisi yang beragam dengan efisiensi
relatif tetap.

2.7 Aplikasi Distilasi

Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi,
pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen
seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon.

Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan
penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman
suling. Selain itu ada juga dalam laboratory scale, industrial distillation dan food
processing. Banyak digunakan dalam proses perpindahan massa.

Kelebihan:

1) Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.


2) Produk yang dihasilkan benar-benar murni.

Kekurangan:

1) Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.


2) Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar.
3) Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Unit Distilasi

2. Air kran
3. Steam
4. Stopwatch

3.2 Cara Kerja


Tahapan kerja Pengoperasian Unit Distilasi
1. Tahap Start-Up
a. Membuka katup udara tekan
Hal ini dilakukan untuk mengkonsumsikan tekanan pada setiap instrumen yang
menggunakan sistem pneumatik sehingga dapat difungsikan secara baik. Di samping itu
dengan adanya udara tekan maka akan menghilangkan kotoran/ debu-debu pada bagian
dalam panel kontrol yang dapat mengganggu kinerja kontrol instrumen pengendali.

b. Pengaktifan kontrol panel


Kontrol panel diaktifkan sebagai suatu instrumen yang akan mengatur pengoperasian
alat dari unit distilasi secara elektrik ataupun secara pneumatik. Pada kontrol panel ini kita
atur laju keluar air pendingin dengan suhu yang kita set pada suhu tertentu dan katup akan
beroperasi secara otomatis. Pada kontrol panel ini terdapat tombol On-Off untuk pompa.
c. Pengisian umpan
Umpan dimasukan ke dalam labu (T1), di mana pada percobaan ini umpan yang
digunakan adalah air, sehingga air dialirkan dengan cara membuka valve pada pipa berwarna
hijau dengan laju alir tertentu.
d. Sirkulasi umpan
Umpan (air) disirkulasikan melalui jalur pipa yang terdapat pada bagian bawah labu dan
di alirkan kembali dengan bantuan pompa (P2) masuk kembali pada labu melalui bagian atas
labu. Sirkulasi dilakukan agar proses pengadukan pada labu berlangsung effisien dengan
memanfaatkan jalur-jalur pipa yang terdapat pada unit ini sebelum di alirkan ke bagian
berikutnya sehingga berfungsi sebagai by-pass dan tidak diperlukan metoda pengadukan yang
lainnya (misalnya dengan menggunakan stirer, pengaduk atau dengan panas). Dengan
pengadukan diharapkan campuran yang akan dipisahkan akan homogen, sehingga memenuhi
sebagai larutan umpan yang homogen. Sedangkan by-pass berfungsi untuk menghindari
shock-load umpan, sehingga besar laju alir umpan akan terjaga dan resiko kerusakan alat
dapat dihindari.
e. Pegisian kolom pendingin
Kolom pendingin diisi dengan air pendingin dengan cara membuka inlet dan outlet
kolom pendingin yang dapat kita atur secara otomatis pada bagian kontrol panel dengan
memasukan nilai suhu outlet yang diinginkan atau mengatur besarnya bukaan pada bagian
inlet secara manual. Kolom pendingin harus terisi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pemanasan diaktifkan agar tidak terjadi over-heating pada unit distilasi yang akan
menyebabkan kegagalan operasi distilasi ataupun kerusakan alat.
f. Pengaliran umpan ke dalam tangki tampung
Umpan dialirkan kedalam tangki tampung dengan melalui by-pass pada proses sirkulasi
dan masuk melalui bagian tengah kolom dengan membuka valve dan mengaktifkan pompa
(P3) melalui panel kontrol sehingga air akan menuju tangki penampungan (T3) dan akan
tersirkulasi melalui pemanas.
g. Pengaliran steam
Pengaliran steam diberikan agar terjadi proses pemanasan pada bagian pemanas.
Pengisian steam dilakukan denga cara membuka valve steam pada pipa berwarna abu-abu
dengan laju alir uap yang harus terkontrol dan dapat terlihat pada FI 24. Pada operasi distilasi
kali ini tidak dilakukan pengaliran steam ke preheater, sehingga tidak adanya pemanasan
awal terhadap umpan.
2. Tahap Operasi
Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi dipersiapkan dengan
melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini umpan mengalami suatu rangkaian
perlakuan untuk dimurnikan. Pada percobaan ini laju umpan ±140 l/jam. Kemudian
umpan akan masuk kedalam tangki penampungan T3.
Dengan pompa P3 air di tangki penampungan T3 disirkulasikan masuk kedalam
reboiler yang akan menaikan suhunya menjadi 100o C dengan bantuan steam. Oleh karena air
pada tangki penampungan sudah berada diatas titik didihnya, maka air akan menguap dari T3
melalui kolom pemisahan P2 yang terdiri dari 12 tray. Uap ini akan berkontak dengan air
yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom penampungan T3, sehingga ada air yang akan
ikut menguap dan ada sebagian yang turun kebawah menuju tangki penampungan. Uap yang
naik keatas akan melalui pendingin sehingga suhunya akan turun dan terkondensasi.
Kemudian pada pendingin terdapat aliran counter-current air pandingin yang masuk pada
suhu 25o C (TR 1) agar terjadi perpindahan panas secara efektif. Uap yang mengalami
pendinginan akan mengembun dan tertampung pada T2, sedangkan air pendingin tadi akan
mengalami kenaikan suhu (TR3) karena adanya perpindahan panas. Sampel atau produk
dapat diperoleh melalui bagian bawah T2 tersebut karena pada percobaan ini tidak digunakan
reflux.
3. Tahap Shut Down
a. Pematian laju alir steam
Setelah operasi selesai untuk mengakhiri proses distilasi maka pada tahap shut down hal
utama yang harus dimatikan adalah laju alir steam. Hal ini dilakukan agar suhu pada unit
distilasi terkontrol secara baik dan tidak akan terjadi over-heating.
b. Mengalirkan air pendingin pada W3
Siklus pada kolom penampungan tetap dilanjutkan tetapi W3 yang berfungsi sebagai
pendingin diaktifkan agar suhu air pada T3 akan turun.
c. Menutup Valve umpan (F17)
Laju alir umpan dimatikan karena proses sudah akan diakhiri dan tidak ada penambahan
umpan pada T1.
d. Mematikan P2
P2 dapat dimatikan melalui kontrol panel karena umpan tidak perlu lagi dilakukan
pensirkulasian ataupun pengisian keseluruh kolom.
e. Mematikan P3
P3 dapat dimatikan melalui kontrol panel jika temperatur pada tangki penampungan
sudah mencapai 50°C. Hal ini dilakukan agar suhu akhir tidak terlalu tinggi sehingga
peralatan akan aman pada proses pengosongan (pembuangan) juga dimaksudkan untuk
keselamatan operator.
f. Menutup Valve Steam
g. Mematikan tombol power pada kontrol panel
Pematian kontrol panel dilakukan jika sudah tidak ada instrumen lain yang digunakan
h. Menutup Valve udara tekan

Flow Chart

Masukkan air
umpan kedalam Buka katup-katup Alirkan umpan pada
tangki umpan air pendingin kolom destilasi
kurang lebih 100 L

Buka katup Udara


Proses Destilasi tekan dan steam
(pemanas)
 Pada panel pengendali
1. Pada pengendali TRC-3, tekan tombol 8 sehingga lampu warna hijau
didekatnya [Sp-W] menyala, disusul tekan tompbol 13 hingga lampu warna
hijau didekatnya menyala.
2. Tekan/atur tombol 12,1 dan 12,2 untuk mendapatkan angka
o
[temperatur pendingin yang diinginkan] ± 15 (±5 C dibawah temperatur air
biasa).
3. Tekan tombol 8 sampai lampu merah didekatnya [PV-X] menyala, pada
tampilan 4 menunjukkan temperatur sebenarnya air pendingin.
4. Matikan lampu dekat tombol 13 dengan menekan tombol 13 , matikan
tombol 10 warna kuning bila menyala.
 Untuk dapat membuka katup kukus di reboiler
1. Pada pengendali PIC-12 tekan tombol 8 sampai lampu hijau SP-W menyala.
Disusul tekan tombol 13 sampai lampu hijau didekatnya menyala.
2. Tekan tombol 12,1 dan 12,2 untuk mendapatkan angka [perbedaan
tekanan kolom yang diinginkan] ± 0,5 Bar pada tampilan 4.
3. Tekan tombol 8 sampai lampu merah PV-X menyala, pada tampilan 4
menunjukkan perbedaan tekanan yang sebenarnya.
4. Matikan lampu dekat tombol 13 dengan menekan tombol 13 [ agar perbedaan
tekanan yang diset tidak berubah].
5. Matikan/tekan tombol 10 warna kuning [manual] bila keadaan menyala,
sehingga alat beroperasi secara otomatis.
 Proses Pemanasan
1. Tekan tombol hijau pada pompa umpan [P2] dan alur laju ± 150 lt jam
hingga umpan masuk ke preheater.
2. Buka katup kukus [steam] kearah pemanas mula [preheater] (katup kukus ke
arah Reboiler/FFE masih tertutup), diperkirakan tidak sampai terlalu besar
tapi sudah mendidih [ temperatur umpan masuk 75 -85oC ]
3. Perhatikan jangan sampai pemanas mula/preheater dalam keadaan kosong/
tanpa umpan selama masih ada pemanasan / kukus
4. Mulai stop watch sebagai t = 0
5. Setelah 5 menit ambil pembacaan [sudah ada hasil dari umoan di tangki
sump]
6. Tekan/ nyalakan pompa sump/ tampung P3 atur laju 400 lt/jam pada FI28
7. Buka katup kukus yang menuju reboiler [T1124 pada termometer lokal]
setelah interval 30 menit.
8. Dapatkan hasil destilat
 Penghentian Proses
1. Tutup katup-katup manual kukus [baik yang ke preheater (sudah harus
tertutup) maupun ke reboiler.
2. Pada pengendali PIC- 12 tekan / nyalakan tombol 10 warna kuning [manual]
sampai lampu didekatnya menyala.
3. Tekan tombol 5.1 sampai tampilan 6 didekatnya [OUT-Y] menunjuk angka
-9 atau 0
4. Matikan pompa distillat P1 dan pompa tampung/ sump P2.
5. Pada panel pengendali matikan saklar tekanan [hitam] dan saklar utama
[merah ke 0 [off].
6. Tutup katup udara tekan.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Pengamatan Unit Destilasi


Unit distilasi ini pun dibagi dalam 6 section (sektor), yaitu :
1. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed area.
2. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskan.
3. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanas.
4. Sektor 4 adalah sektor kolom kesetimbangan.
5. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin.
6. Sektor 6 adalah sektor sistem control pengendali.
4.1.1 Sektor 1
V
TR-13 a
SECTION 1
V
a
Jalur Umpan Steam
W5

A1
FI-17

Vent

V
Va a W4
-
Va
- FI-14
T1

Va- Va Va-
1.2 - Sample 1.8

Feed P2
Va Va- Va
- -
Va- 1.6
1.5
Drain

Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penmpungan umpan T1, pompa
yang mengatur sirkulasi umpan P2.
a) T1 (Feed Tank)
Untuk menampung cairan umpan (air keran) sebelum disirkulasikan atau
dialirkan ke sumptank.
b) P2 (Feed Pump)
Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke dalam kolom
distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam sumptank. Feed
pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan dari T1-T1.
c) A1 (Vapor Trap)
Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar dari pre-
heater.
d) W5 (Pre-Heater)
Sebagai pemanas awal cairan umpan.
e) W4 (Distilat Cooler)
Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
f) TR-13 (Temp Feed)
Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi.
g) FI-14 (Flow Distilat)
Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.
h) FI-17 (Flow Feed)
Untuk mengukur laju alir umpan.
i) Va-1.1-Va-1.12 (Valve)
Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu.

Untuk sirkulasi T1-T1 : Mengalirkan cairan dari T1 kembali ke T1


dengan bantuan pompa P2 dan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-1.7 dan Va-
1.9 kemudian tutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5, Va-1.8 dan Va-1.10. Alat-alat
yang terlibat di dalam sektor 1 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat-alat pada sektor 1

Symbo
Description Type Material Remarks
l
DURAN
T1 Feed Tank - -
Glasses
DURAN
P2 Feed Pump Centrifugal -
Glasses
DURAN
A1 Vapor Trap UNA 23 h/v -
Glasses
DURAN
W4 Distillate Cooler Coil Type DN 200
Glasses
Multiple Tube DURAN
W5 Preheater Steam Heated
Bayonet Glasses
DURAN Local
FI-14 Distillate Product Rotameter
Glasses Indication
DURAN Local
FI-17 Feed To Distillation Rotameter
Glasses Indication
DURAN
TR-13 Preheater Outlet WID../D -
Glasses
4.1.2 Sektor 2

SECTION 2
TI
2
Jalur Zat yang 2
Dipanaskan
W2
P
R
1
8
LI
A T3 T
1 R
9 2
6
T
R
2
1
Va-2.1
Va-2.2 FI
2
8
W3 P3
Va-2.4 Va-2.5

Va-2.3

Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu T3 dan


pompa yang mengatur sirkulasinya P3.
a) P3 (Pompa Sirkulasi)
Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke reboiler.
b) V5 (Evaporator Feed from P3)
Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke FFE.
c) W2 (Falling Film Evaporator)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
d) W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump
Tank.
e) T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada
FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan
masuk ke kolom distilasi.
f) TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)
Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE.
g) TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)
Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank.
h) F128 (Flow Feed Recycle)
Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.
Prosedur kerja sistem pengumpanan cairan pada FFE yaitu dengan
membuka Valve Va-2.1, Va-2.2 dan Va-2.5 lalu menutup valve Va-2.1 dan Va-
2.3 kemudian nyalakan pompa P3. sehingga cairan akan mengalir ke bagian atas
FFE. Kemudian cairan yang panas akan turun dan masuk ke sumptank. Cairan
panas ini akan berkontak dengan cairan dingin dalam sumptank sehingga semua
cairan dalam sumptank akan mengalami kenaikan suhu tertentu. Alat-alat yang
terlibat di dalam sektor 2 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat-alat pada sektor 2

Symbo
Description Type Material Remarks
l
T3 Column Sump Tank Cylindrical DURAN Glases -
W3 Sub Cooler Coil Type DURAN Glases DN 200
P3 Circulation Pump Slide Chanel Stainless Steel -
W2 FFE Shell and Tube Stainless Steel DN 300
Sump Tank Bottom
TR-21 WID../D DURAN Glases -
Temperature
Sump Tank Bottom
TR-26 WID../D DURAN Glases -
Vapor Temperature
Collumn Bottom BR 3208
PR-18 Stainless Steel -
Absollute Pressure Diapraghma
Evaporator Feed Local
TI-22 Mercury DURAN Glases
Recycle Sump Indication
Evaporator Feed of Local
FI-28 Rotameter DURAN Glases
Recycle Sump Indication
Collumn Sump Local
LIA-19 FUEST 25/R DURAN Glases
Tank T3 Indication

4.1.3 Sektor 3

SECTION 3

Jalur Pemanas

V3 V4 STEAM
23 24

KONDENSAT

TI
25 FI
27

Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil proses
dikeluarkan.
a) W2 (Falling Film Evaporator)
Untuk memanaskan cairan umpan dengan menggunakan steam yang tidak
kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.
b) A2 (Steam Trap)
Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE.
c) FI 27 (Flow Condensat)
Untuk mengukur laju alir kondensat.
d) FI 24 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk ke FFE.
e) TR 23 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE
f) TI 25 (Evaporator Steam Outlet)
Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari FFE.
g) V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply)
Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk ke FFE.

Prosedur kerja untuk mengalirkan steam yaitu diawali dengan membuka


aliran udara tekan pada panel control. Kemudian membuka valve pada bukaan
tertentu. Alat-alat yang terlibat pada sektor 3 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat-alat pada sektor 3

Symbo Description Type Material Remarks


l
Evaporator Steam
TR-23 7HC1008-1DA11 Stainless Steel -
Supply
Local
FI-24 Evaporator Steam Rotameter Stainless Steel
Indication
Evaporator Steam Local
TI-25 DL02/25-11 Stainless Steel
Outlet Indication
Evaporator Local
FI-27 Rotameter Stainless Steel
Kondensat Indication
A2 Vapor Trapp UNA 23 h/v GG 25 -
Pneumatic
Evaporator Steam
V3 77159-A10 GG 25 Control
Supply
Valve
Evaporator Steam Solenoid
V4 - -
Supply Valve

4.1.4 Sektor 4

SECTION 4

PR Kolom Kontak
6

TR
8

PIC
12
K1 TR
9

PR
18 TR
10

T3

Pada sektor ini terjadi kontak antara fluida.


a) TR 8 (Temperature Column Top Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas
b) TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua.
c) TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor)
Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama.
d) PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah.
e) PR 6 (Column Top Absolute Pressure)
Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

Alat-alat yang terlibat pada sektor 4 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Alat-alat pada sektor 4

Symbo
Description Type Material Remarks
l
Column Top Vapor
TR-8 WID../D DURAN Glases -
Temperature
2nd Column Feed
TR-9 WID../D DURAN Glases -
Vapor Temperature
1st Column Feed
TR-10 WID../D DURAN Glases -
Vapor Temperature
Column Top BR 3208
PR-6 Stainless Steel -
Absollute Pressure Diapraghma
Column Bottom BR 3208
PR-18 Stainless Steel -
Absollute Pressure Diapraghma

4.1.5 Sektor 5
a) W1 (Condenser)
Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan dikarenakan
adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk
b) V1 (Condenser Cooling Water)
Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
c) F14 (Condensor Cooling Water)
Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor
d) F5 (Condensor Cooling Water flow observer)
Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena dihubungkan
dengan laju steam yang masuk ke FFE.
e) TR 1 (Condensor water Supply Temperature)
Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor
f) TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry)
Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux.
g) TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)
Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor
h) TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)
Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu
tinggi maka alarm akan menyala.
i) TRC 3 (Condensor Water Outlet)
Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.

Alat-alat yang terlibat pada sektor 5 dapat dilihat pada Tabel 5.


Tabel 5. Alat-alat pada sektor 5

Symbo
Description Type Material Remarks
l
W1 Condenser Shell and Tube DURAN Glases DN 200
Pneumatic
Condenser Cooling
V1 H77159-A10 GG 25 Control
Water
Valve
Evaporator Steam Solenoid
V4 - -
Supply Valve
Condenser Cooling Local
FI-4 Rotameter Stainless Steel
Water Indication
Condenser Cooling Switching of
F-5 A 3 U ex Stainless Steel
Water Absorber Valve V3
Condenser Water
TR-1 7HC108-10A11 Stainless Steel -
Supply
Condenser Outlet Local
TI-22 Mercury DURAN Glases
Distillate Temp Indication
Condenser Vent Local
TIA-21 Mercury DURAN Glases
High Alarm Indication
Control of
Condenser Water
TRC-3 7HC108-10A11 Stainless Steel Cooling
Outlet
Water

4.1.6 Sektor 6
Sektor ini merupakan panel pengontrol seluruh operasi destilasi.
a) 2 Controller yaitu Pressure Controller (∆PIC) dan Temperature Controller
Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang
diinginkan
b) 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang
menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan Pressure
Recorder yang ada pada alat distilasi.
c) Tombol on-off
Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan P3
(sump pump)
d) Main Switch
Untuk mensupply udara tekan
e) Control Air Pressure Switch
Untuk membuka aliran udara tekan

4.2 Data Pengamatan


 Nilai Indeks bias
Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV
Xf 1.3422 1.3423 1.3426 1.3434
Xb 1.3351 1.3350 1.3349 1.3354
Xd 1.3401 1.3415 1.3420 1.3356

 Temperatur pada Reboiler

Suhu Masuk Suhu Keluar


o
(TI 22) C (TR 26) oC
82.5 80
87.5 85
94 91
98 95

 Neraca Panas Pada Steam

Volumetric Flowrate Suhu Masuk Suhu Keluar


(FI 24) Kg/h (TR 23) oC (TI 25) oC
100 184 75
85 179 80
100 180 90
85 180 90

4.3 Perhitungan
 Menghitung Komposisi Produk (% etanol dalam sampel)

Sampel Feed Sampel Produk Atas Sampel Produk Bawah


Indeks bias XF Indeks bias XD Indeks bias XB
1.3422 17% 1.3401 14% 1.3351 7%
1.3423 17% 1.3415 16% 1.3350 6.9%
1.3426 18% 1.3420 17% 1.3349 6.8%
1.3434 20% 1.3356 8% 1.3354 8%
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Erawati (2008). Pemurnian Etanol dengan Metode Saline Extractive Distillation. From
http://eprints.ums.ac.id/37141/1/dosen%20muda%20lengkap.pdf.Universitas
muhamadiyah Surakarta, [1 Oktober 2017]

Komariah, Leily Nurul., A.F. Ramdja & Nicky Leonard (2009). TINJAUAN TEORITIS
PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-RENCANA PABRIK SKALA
INDUSTRI. From http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/90/89, [1 Oktober
2017]

POLBAN. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. From


http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/81/jbptppolban-gdl-dinygustin-4019-3-bab2--
1.pdf [1 Oktober 2017]

USU. BAB II DASAR TEORI. From http://rep osit ory.us u.ac.id/b itstream/1 23456789/3
5308/3/C hapter%20II.pdf [1 Oktober 2017]

Anda mungkin juga menyukai