Dosen Pembimbing
DISTILASI BATCH
Kelompok
: I (Satu)
Nama Kelompok
Tanggal Praktikum
: 6 Agustus 2016
: 13 Agustus 2016
ABSTRAK
Distilasi merupakan proses pemisahan komponen-komponen dalam larutan cair
dengan menggunakan panas sebagai separating agent. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk menentukan efisiensi kolom, menjelaskan perubahan komposisi
overhead dan bottom terhadap waktu pada kondisi rasio refluks konstan,
menjelaskan pengaruh perubahan rasio refluks dan power terhadap efisiensi
kolom. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah seperangkat alat distilasi
yang dilengkapi dengan 8 tray. Bahan yang digunakan yaitu campuran etanol-air
dengan perbandingan volume 30% : 70%. Praktikum ini dilakukan dengan variasi
rasio refluks 1:2; 1:3 dan 1:4, serta power konstan sebesar 1,75 kW. Metode yang
digunakan untuk menentukan efisiensi kolom adalah dengan menggunakan
persamaan Fenske dan metode McCabe & Thiele. Hasil yang diperoleh pada
praktikum ini adalah adanya penurunan komposisi etanol pada overhead dan
bottom pada rasio refluks konstan seiring dengan bertambahnya waktu distilasi.
Semakin kecil rasio refluks maka efisiensi kolom akan semakin besar. Efisiensi
kolom terbesar didapat pada rasio refluks 1:3 yaitu 21,25%. Untuk rasio refluks
yang sama, semakin tinggi power yang digunakan maka efisiensi kolom akan
semakin berkurang. Untuk rasio refluks 1:3, pada power 1,5 kW didapat efisiensi
kolom sebesar 18,53% sedangkan pada power 1,75 kW didapat efisiensi kolom
sebesar 11,09%.
Keyword: efisiensi kolom; rasio refluks; overhead; bottom.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada gambar tersebut, terlihat larutan garam (NaCl) dimasukkan pada labu,
dimana pada bagian atas dari labu tersebut dipasang alat pengukur suhu atau
termometer. Larutan garam di dalam labu dipanasi dengan menggunakan
pembakar Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam tersebut akan mendidih
dan sebagian akan menguap. Uap tersebut dilewatkan di kondensor dan akan
sehingga
dengan
pemanasan
komponen
dapat
menguap,
Salah satu model operasi distilasi adalah distilasi curah (batch distillation).
Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan
produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa
keuntungan:
1. Kapasitas
operasi
terlalu
kecil
jika
dilaksanakan
secara
kontinu.
perpindahan
fasa
tercapai
apabila
kedua
fasa
mencapai
distilasi
mengekspoitasi
perbedaan
kemampuan
menguap
(K-Value)
adalah
ukuran
tendensi
suatu
komponen
untuk menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen tersebut
..(1.3)
dengan Yi adalah fraksi mol komponen i di fasa uap dan Xi adalah fraksi mol
komponen i di fasa fasa cair.
Harga K adalah fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam
kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan,
maka variabel ketiga akan tertentu harganya. Dengan demikian, harga K dapat
ditampilkan sebagai fungsi dari tekanan dan komposisi, temperatur dan
komposisi, atau tekanan dan temperatur
Volatillitas relative (relative volatility) antara komponen i dan j
didefinisikan sebagai-:
, =
...(1.4)
Dengan Ki adalah harga K untuk komponen I dan Ki adalah hargaK untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan
lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus,volatillitas relative
ditulis sebagai perbandingan harga K dari komponen lebih mudah menguap
(MVC = more-volatile component ) terhadap harga K komponen yang lebih sulit
menguap. Dengan demikian, harga mendekati satu atau bahkan satu, maka
kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi
distilasi.
Sebagai contoh untuk sistem biner, misalkan suatu cairan yang dapat
menguap terdiri dari dua komponen, A dan B. Cairan ini dididihkan sehingga
terbentuk fasa uap dan fasa cair, maka fasa uap akan kaya dengan komponen yang
lebih mudah menguap, misalkan A, sedangkan fasa cair akan diperkaya oleh
komponen yang lebih sukar menguap, B. Berdasarkan persamaan (1.3) dan (1.4),
volatillitas relative,AB, dapat dinyatakan sebagai berikut :
........(1.5)
..(1.6)
Jika persamaan (4) tersebut dialurkan terhadap sumbu x-y, maka akan diperoleh
kurva kesetimbangan yang menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang
menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang mudah menguap di fasa cair
dan fasa uap yang dikenal sebagai diagram x-y. Perhatikan Gambar 1.6, garis
bersudut 45o yang dapat diartikan semakin banyaknya komponen A di fasa uap
pada saat kesetimbangan. Ini menandakan bahwa semakin besar harga AB,
semakin mudah A dan B dipisahkan lewat distilasi.
Gambar 1.6 Diagram x-y Sistem Biner A-B (Tim penyusun, 2009)
dalam campuran, pi, sama dengan fraksi mol komponen tersebut, yi, dikalikan
tekanan parsial komponen, pi, sama dengan fraksi mol komponen di fasa cair, pis.
persamaan (1.8) menampilkan pernyataan ini.
= ............(1.7)
Pi = xiPis.(1.8)
Dari persamaan (1.7) dan (1.8), harga-K untuk system ideal dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Ki =
.....(1.9)
F1 x F1 F2 x F2 D x D
F1 F2 D
Maka diperoleh :
D F1
R
x F1 x F2
..........................................(1.10)
x D x F2
xD
................................(1.11)
dx
dan x D dD -d(F x F )
tetapi dD = - dF, maka x D dF F dx F x F dF
bila diatur dan diintegrasikan diperoleh :
ln
F1
dx F
xxFF 12
.....(1.12)
F2
xD xF
Vn 1 L n 1 Vn L n ...........................................(1.13)
Persamaan neraca massa komponen :
Yn
Ln
Xn
Aliran refluks L dan aliran distilat D mempunyai kompisisi yang sama (x D).
Dengan asumsi equimolar over flow L1 = L2 = L3 = Ln dan V1 = V2 = V3 = Vn =
Vn+1.
Persamaan neraca massa total untuk envelope bertitik-titik adalah :
Vn 1 L n D ...(1.15)
Persamaan neraca massa komponen adalah :
Yn 1 Yn 1 L n X n D X D ..(1.16)
Persamaan untuk seksi Stripping :
Persamaan neraca massa total untuk envelope (daerah bergaris titik-titik) adalah :
Vm1 L m W .............(1.17)
xA +xB =1
xA +xB =1
yA + yB =1
Pada keadaan ini maka: yA,1 > xA,1 dan yB,1< xB,1
Bila dibandingkan dengan keadaan mula: yA,1 > xA,1> xA,2 dan yB,1< xB,1 <
xB,2.
3. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua cairan,
cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit komponen A (lebih
mudah menguap) dibandingkan cairan II
Prinsip distilasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap san cairan serta
memisahkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan setimbang tersebut. Cara
pemisahan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.12.
Seperti terlihat pada Gambar 1.12, misalnya cairan Ln+1 dengan komposisi
xA,n+1 dicampur dengan uap Vn+1 berkomposisi yA,n+1. Pencampuran tersebut
berlangsung pada suatu tahap kesetimbangan n. Pada tahap kesetimbangan n, akan
terbentuk uap dan cairan baru dalam keadaan setimbang yaitu Vn dan Ln. Uap Vn
mempunyai komposisi yA,n yang mengandung lebih banyak komponen A (ya,n>
yA,n+1), sedangkan cairan Ln mengandung lebih sedikit komponen A (xA,n< xA,n-1).
Operasi kesetimbangan tersebut diulang berkali-kali, sehingga diperoleh uap yang
sangat kaya A dan cairan yang sangat miskin A.
Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam tahaptahap (stage). Pada saat operasi berlangsung, cairan di tahap terendah dipanaskan
(Qr), sedangkan uap di tahap teratas didinginkan (Qc). Hasil atas yang diambil
disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (Lo). Jumlah
refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat mempengaruhi
hasil pemisahan.
R L 0 / D ...........(1.19)
Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka operasi
distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah
tahap teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat dianggap
konstan), maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks total dapat
dihitung dengan persamaan Fenske.
X X
log A B
X B D X A B
..............................................(1.20)
n 1
log av
dimana :
n
xA
xB
av
...................................(1.21)
1.3
Tujuan
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Bahan
Bahan-bahan yang di gunakan :
1. Etanol 96%
2. Aquades
2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan:
1. Perangkat Distilasi
2. Gelas ukur 1000 ml, 1 buah
3. Gelas ukur 100 ml, 2 buah
4. Gelas ukur 10 ml, 1 buah
5. Alkoholmeter
6. Termokopel
7. Stopwatch
2.3 Prosedur Percobaan
1. Campuran etanol-air disiapkan sebanyak 8 liter dengan perbandingan
30% : 70%
2. Sebelum percobaan dimulai, semua valve dipastikan dalam keadaan
tertutup dan reboiler dalam keadaan kosong.
3. Valve V10 pada pipa refluks dibuka.
4. Reboiler diisi dengan campuran etanol-air yang telah disiapkan.
5. Power alat pada control panel dihidupkan.
6. Temperatur diatur ke T9 (temperatur reboiler)
7. Air pendingin dialirkan ke kondensor dengan membuka valve V5.
8. Power controller diatur sebesar 1,75 kW
9. Rasio refluks diatur dengan perbandingan 1 : 2.
10. Setelah distilasi berjalan, temperatur pada T9 diamati hingga konstan.
11. Refluks total selama 30 menit dilakukan jika T9 sudah konstan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
80
79
Komposisi (% Volume)
70
77
66
60
65
Komposisi
Overhead
50
40
30
33
Komposisi
Bottom
30
20
26
21
20
40
50
10
0
10
20
30
Waktu (menit)
Gambar 3.1 Hubungan antara Komposisi Etanol terhadap Waktu pada Rasio
Refluks 1 : 2.
Berdasarkan Gambar 3.1, untuk rasio refluks 1 : 2, komposisi etanol pada
overhead semakin menurun dengan bertambahnya waktu. Komposisi etanol pada
overhead tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 80%, sedangkan yang terendah
terdapat pada menit ke 50 yaitu 65%. Gambar 3.1 juga menunjukkan adanya
penurunan komposisi etanol pada bottom seiring dengan bertambahnya waktu.
Komposisi etanol pada bottom tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 33%,
sedangkan yang terendah terdapat pada menit ke 50 yaitu 20%. Laju boil-up yang
didapat pada rasio refluks 1 : 2 yaitu sebesar 2,561 liter/jam.
Hubungan komposisi etanol pada overhead dan bottom terhadap waktu
untuk rasio refluks 1 : 3 disajikan pada Gambar 3.2.
90
80
Komposisi (% Volume)
79
79
70
78
77
76
60
50
Komposisi
Overhead
40
30
Komposisi
Bottom
29
20
25
22
20
19
30
40
50
10
0
10
20
Waktu (menit)
Gambar 3.2 Hubungan antara Komposisi Etanol terhadap Waktu pada Rasio
Refluks 1 : 3.
Berdasarkan Gambar 3.2, untuk rasio refluks 1 : 3, komposisi etanol pada
overhead semakin menurun dengan bertambahnya waktu. Komposisi etanol pada
overhead tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 79%, sedangkan yang terendah
terdapat pada menit ke 50 yaitu 76%. Gambar 3.2 juga menunjukkan adanya
penurunan komposisi etanol pada bottom seiring dengan bertambahnya waktu.
Komposisi etanol pada bottom tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 29%,
sedangkan yang terendah terdapat pada menit ke 50 yaitu 19%. Laju boil-up yang
didapat pada rasio refluks 1 : 3 yaitu sebesar 2,829 liter/jam.
Hubungan komposisi etanol pada overhead dan bottom terhadap waktu
untuk rasio refluks 1 : 4 disajikan pada Gambar 3.3.
90
80
Komposisi (% Volume)
81
70
78
76
75
74
60
Komposisi
Overhead
50
40
Komposisi
Bottom
30
20
27
26
23
21
20
40
50
10
0
10
20
30
Waktu (menit)
Gambar 3.3 Hubungan antara Komposisi Etanol terhadap Waktu pada Rasio
Refluks 1 : 4.
Berdasarkan Gambar 3.3, untuk rasio refluks 1 : 4, komposisi etanol pada
overhead semakin menurun dengan bertambahnya waktu. Komposisi etanol pada
overhead tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 81%, sedangkan yang terendah
terdapat pada menit ke 50 yaitu 74%. Gambar 3.3 juga menunjukkan adanya
penurunan komposisi etanol pada bottom seiring dengan bertambahnya waktu.
Komposisi etanol pada bottom tertinggi terdapat pada menit ke 10 yaitu 27%,
sedangkan yang terendah terdapat pada menit ke 50 yaitu 20%. Laju boil-up yang
didapat pada rasio refluks 1 : 4 yaitu sebesar 2,873 liter/jam.
diperoleh secara teoritis dengan tray aktual, baik menggunakan persamaan Fenske
maupun dengan metode McCabe & Thiele. Jumlah tray teoritis dan efisiensi
kolom pada berbagai variasi rasio refluks dengan power konstan 1,75 kW
disajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Jumlah Tray Teoritis dan Efisiensi Kolom pada Berbagai Variasi Rasio
Refluks.
Tray Teoritis
Rasio
Refluks
Laju boilup
(liter/jam)
Tray
Aktual
1:2
2,561
1:3
1:4
Persamaan
Fenske
Metode
McCabe
& Thiele
Persamaan
Fenske
Metode
McCabe
& Thiele
0,57
1,2
7,18
15
2,829
0,89
1,7
11,09
21,25
2,873
0,81
1,5
10,13
18,75
Jumlah refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat
mempengaruhi hasil pemisahan. Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas
kembali ke kolom, maka operasi distilasi disebut refluks total. Pada operasi
dengan refluks total, maka jumlah tray adalah minimum. Pada rasio refluks yang
kecil, jumlah tray akan besar, sedangkan pada rasio refluks minimum, jumlah tray
menjadi tak berhingga.
Berdasarkan Tabel 3.1, jumlah tray teoritis yang didapat pada rasio refluks 1
: 2 (baik menggunakan persamaan Fenske maupun dengan metode McCabe &
Thiele) lebih kecil dibandingkan pada rasio refluks 1 : 3. Kemudian terjadi
penurunan jumlah tray teoritis untuk rasio refluks 1 : 4. Sebagai contoh, jumlah
tray teoritis pada rasio refluks 1 : 2 yang dihitung menggunakan metode McCabe
& Thiele yaitu sebanyak 1,2 trays, kemudian meningkat menjadi 1,7 trays pada
rasio refluks 1 : 3 dan menurun menjadi 1,5 trays pada rasio refluks 1 : 4. Jumlah
tray ini akan berpengaruh terhadap efisiensi kolom, dimana efisiensi berbanding
lurus terhadap jumlah tray teoritis.
R L0 / D
Pada rasio refluks 1 : 4, jumlah cairan yang diambil sebagai destilat semakin
banyak dan laju boil-up nya pun meningkat yaitu sebesar 2,873 liter/jam, sehingga
pada menit ke 50 tidak terlihat lagi adanya proses pemisahan di sepanjang kolom
distilasi. Kondisi ini dipertegas dengan terjadinya penurunan temperatur yang
sangat besar di T8 pada menit ke 50 (lihat Tabel B.1 untuk rasio refluks 1 : 4).
3.3
membandingkan data hasil percobaan yang didapat pada power 1,75 kW dengan
data hasil percobaan kelompok II (dua) yang menggunakan power sebesar 1,5
kW. Data hasil percobaan kelompok II (dua) disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data hasil percobaan kelompok II dengan menggunakan power 1,5 kW.
Power
(kW)
Rasio
Refluks
Laju
boil-up
(liter/jam)
1,5
1:2
2,5124
1,5
1:3
2,4973
1,5
1:4
1,9549
Metoda
Jumlah Tray
Persamaan Fenske
Tray Aktual
Persamaan Fenske
Tray Aktual
Persamaan Fenske
Tray Aktual
1,35135
8
1,48263
8
1,46118
8
Efisiensi
Kolom (%)
16,89
18,53
18,26
BAB IV
KESIMPULAN
1. Komposisi etanol pada overhead dan bottom pada rasio refluks konstan
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu distilasi.
2. Semakin kecil rasio refluks maka efisiensi kolom akan semakin besar.
Efisiensi kolom terbesar didapat pada rasio refluks 1 : 3 yaitu 21,25%.
3. Untuk rasio refluks yang sama, semakin tinggi power yang digunakan
maka efisiensi kolom akan semakin berkurang. Untuk rasio refluks 1 : 3,
pada power 1,5 kW didapat efisiensi kolom sebesar 18,53%
(menggunakan persamaan Fenske), sedangkan pada power 1,75 kW
didapat efisiensi kolom sebesar 11,09%.
DAFTAR PUSTAKA
Suparni
Setyowati.
2009.
Penyulingan
(Distilation).
Tersedia:
www.chem-is-try.org.
Tim Penyusun. 2009. Laboratorium Operasi Teknik Kimia UNTIRTA: Distilasi
Batch. Banten.
Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Laboratorium Operasi Teknik Kimia
FT UNTIRTA. Banten.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia. Program
Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru.
Treybal, R. E. 1981. Mass Transfer Operation, 3rd edition, Mc. Braco, Singapore.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum
: Distilasi Batch
Hari/Tanggal Praktikum
Pembimbing
Asisten Laboratorium
: Tiffani Qalbi
Nama Kelompok II
1:2
1:3
1:4
Volume
boil-up
(ml)
Waktu
boil-up
(detik)
50
81
50
64
50
68
50
66
50
62
50
63
50
62
50
63
50
63
Laju boilup
(liter/jam)
2,561
2,829
2,873
Komposisi
Overhead
(% Vol)
Komposisi
Bottom
(% Vol)
80
79
77
66
65
79
79
78
77
76
81
78
76
75
74
33
30
26
20
21
29
25
22
20
19
27
26
23
21
20
Temperatur
(oC)
T1
T8
89,1
91,7
94,6
96,7
98,1
91.3
93,8
94,7
97,4
98,4
92,9
95,3
97,1
98,5
94,1
84,2
88,3
91,6
94,1
96,1
83,6
84,5
88,3
90,9
93,6
84,6
90,2
93,4
95,2
78,9
Rasio Etanol-Air
: 30% : 70%
Volume Umpan
: 8 Liter
Power
: 1,75 kW
Pekanbaru, 6 Agustus 2016
Asisten Praktikum,
Tiffani Qalbi
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
=1,75 kW
Etanol (A)
= 30% (2,4 L)
Air (B)
= 70% (5,6 L)
Tabel B.1 Data Hasil Percobaan pada Berbagai Variasi Rasio Refluks
Rasio
Refluks
Laju boilWaktu
up
(menit)
(liter/jam)
1:2
2,561
1:3
2,829
1:4
2,873
Komposisi
Overhead
(% Vol)
Komposisi
Bottom
(% Vol)
80
79
77
66
65
79
79
78
77
76
81
78
76
75
74
33
30
26
20
21
29
25
22
20
19
27
26
23
21
20
10
20
30
40
50
10
20
30
40
50
10
20
30
40
50
Temperatur (oC)
T1
T8
89,1
91,7
94,6
96,7
98,1
91.3
93,8
94,7
97,4
98,4
92,9
95,3
97,1
98,5
94,1
84,2
88,3
91,6
94,1
96,1
83,6
84,5
88,3
90,9
93,6
84,6
90,2
93,4
95,2
78,9
Volume Air
Mol Etanol
=
=
etanol
Vetanol
BMetanol
0,789 g/ml)
ml
48 g/mol
= 1,3722 mol.
Mol air
air Vair
BMair
1 g/ml)
ml
18 g/mol
= 1,1111 mol.
mol etanol
mol etanol + mol air
= 0,5526
Fraksi mol air di distilat (XBD)
+ ,
= 33% x 100 ml = 33 ml
Volume Air
etanol
Vetanol
BMetanol
0,789 g/ml)
ml
48 g/mol
= 0,5660 mol.
b) Bottom (B)
Mol Etanol
Mol air =
=
air Vair
BMair
1 g/ml)
ml
18 g/mol
= 3,7222 mol.
mol etanol
mol etanol + mol air
= 0,1320
+ ,
= 0,6775
b) Bottom
kesetimbangan etanol-air. Karena nilai (XAB) tidak terdapat pada data maka
harus di interpolasi :
YAB = ,
= 0,4786
= 0,4675
XBD
= 0,5325
XAB
= 0,0988
XBB
= 0,9012
YAD
= 0,6416
YBD
= 0,3584
YAB
= 0,4302
YBB
= 0,5698
D =
B =
(YAD )/(XAD ) ,
=
(YBD )/(XBD ) ,
,
,
= ,
(YAB )/(XAB ) ,
=
(YBB )/(XBB ) ,
,
,
= ,
()av = D B = ,
x ,
= ,
= 0,4675
XAB
= 0,0988
XBD
= 0,5325
XBB
= 0,9012
()av
= 3,7465
n+ =
log [
XA
XB
XB D XA B
log
,
av
, ,
,
log [ ,
n+1=
log ,
n = 0,57467 1
x 100%
0,57467
8
x 100%
= 7,18%
Perhitungan di atas juga digunakan untuk menghitung jumlah tray teoritis
dan efisiensi kolom pada rasio refluks 1 : 3 dan 1 : 4.
Diketahui:
XF = 0,30
XAD = 0,4675
XAB = 0,0988
Menentukan garis operasi;
R =
=
=
XAD
XAD
R+
,
, +
= 0,3116
Dimana adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y. Data diplot ke
dalam grafik kesetimbangan etanol-air, sehingga didapat jumlah tray teoritis
dalam menara destilasi pada rasio refluks 1 : 2 yaitu sebanyak 1,2 tray.
Jumlah tray teoritis = 1,2
Efisiensi kolom
x 100%
x 100%
= 15%
Perhitungan di atas juga digunakan untuk menghitung jumlah tray teoritis
dan efisiensi kolom pada rasio refluks 1 : 3 dan 1 : 4.
LAMPIRAN C
DATA HASIL PERHITUNGAN
Waktu
(menit)
Mol
etanol
Mol air
XAD
XBD
YAD
YBD
10
1,3722
1,1111
0,5526
0,4474
0,6775
0,3225
20
1,3550
1,1667
0,5373
0,4627
0,6708
0,3292
30
1,3207
1,2778
0,5083
0,4917
0,6579
0,3421
40
1,1320
1,8889
0,3747
0,6253
0,6029
0,3971
50
1,1149
1,9444
0,3644
0,6356
0,5989
0,4011
Jumlah
2,3373
2,6627
3,2080
1,7920
Rata-rata
0,4675
0,5325
0,6416
0,3584
Tabel C.2 Data Hasil Perhitungan Fraksi Mol Fasa Cair dan Uap pada Bottom
untuk Rasio Refluks 1 : 2
Waktu
(menit)
10
Mol
etanol
0,5660
20
Run
Mol air
XAB
XBB
YAB
YBB
3,7222
0,1320
0,8680
0,4786
0,5214
0,5146
3,8889
0,1169
0,8831
0,4604
0,5396
30
0,4460
4,1111
0,0979
0,9021
0,4376
0,5624
40
0,3602
4,3889
0,0758
0,9242
0,3926
0,6074
50
0,3430
4,4444
0,0717
0,9283
0,3816
0,6184
Jumlah
0,4942
4,5058
2,1508
2,8492
Rata-rata
0,0988
0,9012
0,4302
0,5698
Waktu
(menit)
Mol
etanol
Mol Air
XAD
XBD
YAD
YBD
10
1,3550
1,1667
0,5373
0,4627
0,6708
0,3292
20
1,3550
1,1667
0,5373
0,4627
0,6708
0,3292
30
1,3379
1,2222
0,5226
0,4774
0,6642
0,3358
40
1,3207
1,2778
0,5083
0,4917
0,6579
0,3421
50
1,3036
1,3333
0,4944
0,5056
0,6517
0,3483
Jumlah
2,5999
2,4001
3,3153
1,6847
Rata-rata
0,5200
0,4800
0,6631
0,3369
Tabel C.4 Data Hasil Perhitungan Fraksi Mol Fasa Cair dan Uap pada Bottom
untuk Rasio Refluks 1 : 3
Run
Waktu
(menit)
Mol
etanol
Mol air
XAB
XBB
YAB
YBB
10
0,4974
3,9444
0,1120
0,8880
0,4546
0,5454
20
0,4288
4,1667
0,0933
0,9067
0,4322
0,5678
30
0,3773
4,3333
0,0801
0,9199
0,4037
0,5963
40
0,3430
4,4444
0,0717
0,9283
0,3816
0,6184
50
0,3259
4,5000
0,0675
0,9325
0,3708
0,6292
Jumlah
0,4246
4,5754
2,0429
2,9571
Rata-rata
0,0849
0,9151
0,4086
0,5914
Waktu
(menit)
Mol
etanol
Mol air
XAD
XBD
YAD
YBD
10
1,3893
1,0556
0,5683
0,4317
0,6845
0,3155
20
1,3379
1,2222
0,5226
0,4774
0,6642
0,3358
30
1,3036
1,3333
0,4944
0,5056
0,6517
0,3483
40
1,2864
1,3889
0,4808
0,5192
0,6457
0,3543
50
1,2693
1,4444
0,4677
0,5323
0,6403
0,3597
Jumlah
2,5338
2,4662
3,2864
1,7136
Rata-rata
0,5068
0,4932
0,6573
0,3427
Tabel C.6 Data Hasil Perhitungan Fraksi Mol Fasa Cair dan Uap pada Bottom
untuk Rasio Refluks 1 : 4
Run
Waktu
(menit)
Mol
etanol
Mol air
XAB
XBB
YAB
YBB
10
0,4631
4,0556
0,1025
0,8975
0,4432
0,5568
20
0,4460
4,1111
0,0979
0,9021
0,4376
0,5624
30
0,3945
4,2778
0,0844
0,9156
0,4151
0,5849
40
0,3602
4,3889
0,0758
0,9242
0,3926
0,6074
50
0,3430
4,4444
0,0717
0,9283
0,3816
0,6184
Jumlah
0,4323
4,5677
2,0700
2,9300
Rata-rata
0,0865
0,9135
0,4140
0,5860
Tray
Aktual
1:2
Persamaan
Fenske
Metode
McCabe &
Thiele
Persamaan
Fenske
Metode
McCabe &
Thiele
0,57
1,2
7,18
15
1:3
0,89
1,7
11,09
21,25
1:4
0,81
1,5
10,13
18,75
LAMPIRAN D
McCABE & THIELE DIAGRAM
FOR DISTILLATION OF ETHANOL-WATER
0,9
0,8
Equilibrium line
0,7
45 degrees line
Y (Fraksi Uap)
0,6
XF (umpan)
XAD (destilat)
0,5
XAB (bottom)
0,4
Operating line
q line
0,3
Feed Tray
0,2
0,1
0
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
X (Fraksi Cair)
Gambar D.1 Diagram McCabe & Thiele untuk distilasi etanol-air pada rasio
refluks 1 : 2
0,9
0,8
Equilibrium line
0,7
45 degrees line
XF (umpan)
Y (Fraksi Uap)
0,6
XAD (destilat)
0,5
XAB (bottom)
0,4
Operating line
q line
0,3
Feed Tray
0,2
0,1
0
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
X (Fraksi Cair)
Gambar D.2 Diagram McCabe & Thiele untuk distilasi etanol-air pada rasio
refluks 1 : 3
0,9
0,8
Equilibrium line
0,7
45 degrees line
Y (Fraksi Uap)
0,6
XF (umpan)
XAD (destilat)
0,5
XAB (bottom)
0,4
Operating line
q line
0,3
Feed Tray
0,2
0,1
0
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
X (Fraksi Cair)
Gambar D.3 Diagram McCabe & Thiele untuk distilasi etanol-air pada rasio
refluks 1 : 4
LAMPIRAN E
DATA KESETIMBANGAN ETANOL-AIR
Tabel E.1 Data kesetimbangan etanol-air pada 1 atm (Geankoplis App. A.3-23)
Temperatur
Temperatur
(C)
XA
YA
(C)
XA
YA
100
98.1
95.2
91.8
87.3
84.7
83.2
82
0
0.02
0.05
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0
0.192
0.377
0.527
0.656
0.713
0.746
0.771
81
80.1
79.1
78.3
78.2
78.1
78.2
78.3
0.6
0.7
0.8
0.9
0.94
0.96
0.98
1
0.794
0.822
0.858
0.912
0.942
0.96
0.978
1
Temperatur
(C)
XA
YA
(C)
XA
YA
100
98.1
95.2
91.8
87.3
84.7
83.2
82
0
0.008
0.02
0.042
0.089
0.144
0.207
0.281
0
0.085
0.191
0.304
0.427
0.493
0.533
0.568
81
80.1
79.1
78.3
78.2
78.1
78.2
78.3
0.37
0.477
0.61
0.779
0.86
0.94
0.95
1
0.601
0.644
0.703
0.802
0.864
0.902
0.946
1
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI