Disusun oleh:
ANNUR FAUZI SYAPUTRA
(1207113567)
TONI ARISSAPUTRA
(1207112220)
SHINTIA OKTAVIANI
(1207136369)
2015
Abstrak
Distilasi merupakan operasi pemisahan yang banyak aplikasikan pada industri kimia.
Pemisahan secara distilasi merupakan pemisahan berdasarkan titik didih komponennya.
Tujuan praktikum ini adalah menentukan efisiensi kolom distilasi batch dengan variasi
laju boil up dan rasio refluks yang berbeda. Bahan yang digunakan adalah etanol-air
dengan perbandingan % volume 8:2. Alat yang digunakan adalah unit distilasi batch,
alkoholmeter, dan gelas ukur. Prosedur percobaan yang dilakukan adalah membuat
larutan umpan yang berisi etanol-air dengan perbandingan 6:4. Kemudian diumpan ke
reboiler dan dilakukan proses distilasi dengan power 0.65 kW, 0.85 kW dan rasio refluks
1:1, 2:1. Selama proses distilasi dilakukan pengambilan sampel overhead dan bottom
secara bersamaan yang kemudian diukur dengan alkoholmeter setiap 15 menit. Pada
power 0.65 dan rasio refluks 1:1 hasil yang didapat di destilat dalam persen volume
adalah 89, 91, 91, sedangkan untuk power 0.85 dengan refluks 1:1 adalah 89, 90, 94,
untuk power 0.85 dan refluks 2:1 hasil yang didapat adalah 95, 90, dan 94.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tinjauan Pustaka
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama
masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan
spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk
distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara
akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama
kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama
oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat
alembik, bahkan desain ini menjadi semacam
inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman
Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal
dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah
menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai
sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi
(801-873). (Wikipedia Indonesia)
digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan
hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. (Wikipedia Indonesia)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal
distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. (Wikipedia Indonesia)
Proses distilasi dapat digambarkan sebagai deretan tahap flashing yang disusun
secara seri sehingga uap yang mengalir ke atas dan cairan yang mengalir ke bawah saling
berkontak. Dengan demikian disetiap tahap aliran uap (V) dan cairan (L) akan berkontak
dan membentuk kesetimbangan. Agar kontak antara uap dan cairan dapat berlangsung
lebih sempurna maka dipasang tray yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Secara teoritik, satu tray dapat dianggap sebagai suatu tahap kesetimbangan.
Cairan dan uap yang memasuki suatu tahap tidak berada dalam keadaan
setimbang. Cairan dan uap tersebut berkontakkan satu sama lain sehingga terjadi
perpindahan massa, sehingga uap cairan yang meninggalkan tahap tersebut berada dalam
keadaan setimbang. Uap yang meninggalkan tahap kesetimbangan ini mengandung lebih
banyak komponen yang mudah menguap (volatile) dari pada uap yang memasuki tahap
tersebut. Sebaliknya, cairan yang meninggalkan tahap tersebut akan mengandung lebih
sedikit volatile dari cairan yang memasuki tahap. Jadi uap dipuncak kolom memiliki
komponen yang lebih mudah menguap secara dominan, sedangkan didasar kolom cairan
mengandung komponen yang sukar menguap.
Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh
karena itu unit proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara distilasi (MD). MD
biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter.
Masukan dari MD biasanya berupa cair jenuh (cairan yang dengan berkurang tekanan
sedikit saja sudah akan terbentuk uap) dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas
adalah arus yang lebih volatil (lebih ringan/mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri
dari komponen berat. MD terbagi dalam 2 jenis kategori besar (Wikipedia Indonesia) :
1. Menara Distilasi tipe Stagewise, MD ini terdiri dari banyak plate yang
memungkinkan kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap platenya, dan
2. Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari packing dan kesetimbangan
cair-gasnya terjadi di sepanjang kolom menara.
1.2
Dasar Teori
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan komponen-
komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai perbedaan titik didih
dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan
fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang
perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yang
memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung komponen
yang memiliki tekanan uap tinggi.
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena system
perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagaian-bagian proses yang memiliki fungsifungsi:
menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi di
kolom distilasi)
mengkondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan
peristiwa-peristiwa:
kesetimbangan fasa
perpindahan massa
perpindahan panas
perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)
perpindahan momentum
Konsep pemisahan secara distilasi tersebut dan konsep konstruksi heat exchanger
serta konstruksi sistem pengontak fasa uap-cair disintesakan, menghasilkan system
pemroses distilasi yang tersusun menjadi integrasi bagian-bagian yang memiliki fungsi
berbeda-beda.
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan massa.
Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua cara yang berbeda. Pertama
dengan menggunakan konsep tahapan kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atas
dasar proses laju difusi (difusional forces).Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat
berupa kolom/menara yang terdiri dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan
pemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap
berdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap
kesetimbangan. (Modul Distilasi ITB)
Batas perpindahan fase tercapai apabila kedua fasa mencapai kesetimbangan dan
perpindahan makroskopik terhenti. Pada proses komersial yang dituntut memiliki laju
produksi besar, terjadinya kesetimbangan harus dihindari. Distilasi pada satu tahapannya
memisahkan dua komponen, yang terdapat dalam 2 fasa, sehingga derat kebebasannya 2.
Ada 4 variabel yaitu tekanan, suhu, dan konsentrasi komponen A pada fasa cair dan fasa
uap (konsentrasi komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A). Jika
telah ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas,
sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai hasil perhitungan
sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan. (Modul Distilasi ITB)
Kolom distilasi adalah kolom fraksionasi kontinu yang dilengkapi berbagai
perlengkapan yang diperlukan dan mempunyai bagian rektifikasi (enriching) dan bagian
stripping. Umpan dimasukkan di sekitar pertengahan kolom dengan laju tertentu. Tray
tempat masuk umpan dinamakan feed plate. Semua tray yang terletak di atas tray umpan
adalah bagian rektifikasi (enriching section) dan semua tray di bawahnya, termasuk feed
plate sendiri, adalah bagian stripping. Umpan mengalir ke bawah pada stripping section
ini, sampai di dasar kolom di mana permukaan ditetapkan pada ketinggian tertentu.
Cairan itu lalu mengalir dengan gaya gravitasi ke dalam reboiler. Reboiler adalah suatu
penguap (vaporizer) dengan pemansan uap (steam) yang dapat menghasilkan komponen
uap (vapor) dan mengembalikannya ke dasar kolom. Komponen uap tersebut lalu
mengalir ke atas sepanjang kolom. Pada ujung reboiler terdapat suatu tanggul. Produk
bawah dikeluarkan dari kolam zat cair itu pada bagian ujung tanggul dan mengalir
melalui pendingin. Pendinginan ini juga memberikan pemanasan awal pada umpan
melalui pertukaran kalor dengan hasil bawah yang panas. (Modul Distilasi ITB)
Uap yang mengalir naik melalui bagian rektifikasi dikondensasi seluruhnya oleh
kondensor dan kondensatnya dikumpulkan dalam akumulator (pengumpul D), di mana
permukaan zat cair dijaga pada ketinggian tertentu. Cairan tersebut kemudian dipompa
oleh pompa refluks dari akumulator ke tray teratas. Arus ini menjadi cairan yang
mengalir ke bawah di bagian rektifikasi, yang diperlukan untuk berinteraksi dengan uap
yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak akan ada rektifikasi yang dapat berlangsung
dan kondensasi produk atas tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mengalir
naik dari feed plate. Kondensat yang tidak terbawa pompa refluks didinginkan dalam
penukar kalor, yang disebut product cooler dan dikeluarkan sebagai produk atas. Karena
tidak terjadi azeotrop, produk atas dan produk bawah dapat terus dimurnikan sampai
tercapai kemurnian yang diinginkan dengan mengatur jumlah tray dan refluks ratio.
(Modul Distilasi ITB)
Distilasi kontinu dengan refluks efektif memisahkan komponen-komponen yang
volatilitasnya sebanding. Dengan melakukan redistilasi berulang-ulang dapat diperoleh
komponen yang hampir murni karena jumlah komponen pengotor lain sedikit. Metoda
ini dimodifikasi menjadi lebih modern untuk diterapkan pada skala industri dengan
dihasilkannya distilasi metoda rektifikasi. (Modul Distilasi ITB)
1.2.1
terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini akan ditinjau
campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan
komponen B (yang kurang mudah menguap). Karena pada umumnya proses distilasi
dilaksanakan dalam keadaan bubble temperature dan dew temperature, dengan
komposisi uap ditunjukkan pada Gambar 1.2, sedangkan komposisi uap dan cairan yang
ada dalam kesetimbangan ditunjukkan pada Gambar 1.3. (Modul Distilasi ITB)
Gambar 1.2 Kesetimbangan uap cair pada temperatur buble dan temperatur dew
(2)
Dimana : pi = tekanan uap komponen
yi = fraksi komponen idi fasa uap (gas)
P = tekanan total
1.2.2
Konstanta Kesetimbangan
Konstanta kesetimbangan didefinisikan sebagai :
....(3)
Ki adalah ukuran kecenderungan komponen I untuk menguap.
Jika Ki > 1, komponen i cenderung terkonsentrasi di fasa uap
Jika Ki < 1, komponen i cenderung terkonsentrasi di fasa cair
Jika Ki = 1, komponen I terdistribusi secara sama diantara fasa uap dan fasa cair
Ki adalah fungsi dari tiga variabel, yakni : tekanan, temperatur, dan komposisi.
Pada keadaan setimbang salah satu variabel sudah ditetapkan, oleh karena itu Ki hanya
bergantung pada dua variabel, (P dan T, P dan x, T dan x).
1.2.3
Relative Volatility
Hubungan komposisi uap cairan dalam keadaan setimbang dapat dinyatakan
(4)
Persamaan di atas dapat disusun menjadi :
...(5)
Bila diketahui harga-harga sebagai fungsi temperatur, maka pada tekanan tetap,
hubungan yA dan xA pada berbagai suhu pada keadaan setimbang dapat ditentukan. Bila
konstan, dan diketahui harganya, maka harga-harga yA pada setiap harga x1 dan
sebaliknya (kurva yA terhadap xA) dapat langsung ditentukan.
Nilai relative volatility merupakan ukuran kemudahan untuk pemisahan.
Persamaan (4) dapat diartikan sebagai perbandingan kecenderungan untuk teruapkan
diantara dua komponen i dan j. Jika ij = 1, maka kedua komponen tidak dapat
dipisahkan secara distilasi. (Modul Distilasi ITB)
1.2.4
Diagram x y
Diagram T x
1.2.5
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila
campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan
berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila
uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan didapatkan cairan
yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah
menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari
kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar
komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi. Untuk menunjukkan lebih jelas
uraian di atas, berikut digambarkan secara skematis :
1. Keadaan awal
Campuran A dan B (fasa cair). A adalah komponen
yang lebih
mudah menguap.
xA,0 = fraksi berat A di fasa cair
xB,0 = fraksi berat B di fasa cair
xA +xB =1
3. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua cairan,
cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit komponen A
(lebih mudah menguap) dibandingkan cairan II
Gambar 1.7 Aliran perpindahan massa pada proses distilasi multi tahap
Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam tahap-tahap
(stage). Pada saat operasi berlangsung, cairan di tahap terendah dipanaskan (Qr)
sedangkan uap ditahap teratas didingingkan (Qc). Hasil atas yang diambil disebut distilat
(D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (L o). Jumlah refluks disbanding
distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat mempengaruhi hasil pemisahan.
...(6)
Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka operasi
distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap
teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat dianggap konstan),
maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks total dapat dihitung dengan
persamaan Fenske :
..(7)
dimana :
(8)
Pada kenyataannya pada setiap tahap tidak akan terjadi kesetimbangan yang
sempurna antara cairan dan uap yang meninggalkannya. Dengan demikian, jumlah tahap
aktual (yang sebenarnya) akan lebih banyak dari pada jumlah tahap teoritis sehingga ada
factor efisiensi.
1.2.6
Metoda Distilasi
Distilasi dapat dilakukan dengan 2 metoda, yaitu :
adalah F1 mol dengan kadar xF1 dan sesaat setelah mulai dihasilkan distilat dengan kadar
xD pada rasio refluk R1. Setelah interval waktu tertentu, liquid dalam bejana tinggal F 2
mol dengan kadar xF2, sedangkan kadar distilat tetap xD karena rasio refluk diubah
menjadi R2. Bila jumlah distilat yang terkumpul selama ini adalah D mol, maka neraca
massanya :
Maka diperoleh :
..(9)
.(10)
adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y seperti terlihat pada
Gambar 1.8 di bawah ini.
distilat xD akan menurun secara kontinu. Misal, pada suatu interval waktu yang sangat
singkat dt, komposisi distilat berubah dari x D menjadi dxD. Dalam waktu ini pula distilat
akan bertambah dD, maka :
(differensial tingkat diabaikan)
dan
tetapi dD = - dF, maka
(11)
Dari persamaan (11) di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah liquid yang berada
didalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu dengan membuat grafik x F versus
1/(xD-xF). Distilasi batch dengan rasio refluk konstan dapat dilihat pada Gambar 1.9.
...
(12)
Persamaan neraca massa komponen :
.....(13)
dimana :
Vn+1 = Laju alir dari tray n + 1
Yn+1 = Fraksi mol uap dalam Vn+1
Ln-1 = Laju alir cairan dari tray n-1
Xn-1 = Fraksi mol cairan dalam Ln-1
Vn
Yn
Ln
Xn
Gambar 1.11. menggambarkan seksi enriching, dimana uap dari tray paling atas
dengan komposisi y1 melewati kondensor dan terkondensasi menghasilkan cairan.
Aliran refluks L dan aliran distilat D mempunyai kompisisi yang sama (x D). Dengan
asumsi equimolaroverflow L1 = L2 = L3 = Ln dan V1 = V2 = V3 = Vn = Vn+1.
Persamaan neraca massa total untuk envelope bertitik-titik adalah :
..
(14)
Persamaan neraca massa komponen adalah :
......(15)
Persamaan untuk seksi Stripping :
Diagram seksi stripping dapat dilihat pada Gambar 1.12.
Persamaan neraca massa total untuk envelope (daerah bergaris titik-titik) adalah :
(16)
persamaan neraca massa komponen adalah :
...
(17)
Dengan asumsi equimolar overflow, maka Lm = Ln dan Vm+1 = Vn
HETP kolom=
1.3
Tujuan Percobaan
Menentukan efisiensi kolom overall (overall column efficiency) dengan variasi
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat Yang Digunakan
-
Perangkat Distilasi
Alkohol meter
Etanol
Air
3 liter/menit)
Putar power controller searah jarum jam (0.65, 0.85 kW)
Amati temperatur T8
Lakukan refluks total jika T8 sudah konstan selama 30 menit
Set refluks kontroller (1:1)
Ukur laju boil-up menggunakan valve V3 (sebelum mengukur laju boil-up, buka
sebagian V3 dan keluarkan kondensat dari sistem refluks sampat diperoleh aliran
yang steady).
l. Ambil sampel pada bagian overhead kira-kira sebanyak 10 ml melalui valve V3
dan sampel bagian bottom 10 ml melalui valve V2 dengan waktu bersamaan.
Catat pula T1 dan T8.
m. Ukur kadar % volume alkohol kedua sampel dengan alkoholmeter.
n. Ulangi point k dan l diatas tiap 10 menit, sampai diperoleh % volume overhead
konstan.
o. Ulangi point g sampai n dengan rasio refluks yang berbeda (4:1, 5:1) pada laju
boil-up yang menghasilkan % volume overhead optimum (tertinggi).
Waktu
(menit)
10
20
30
No
1
2
3
Komposisi (% Volume)
Overhead
89
91
91
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
3.1.1
= 0.65 kW
= 1:1
Dari data-data hasil percobaan diatas, dapat dibuat grafik hubungan antara
komposisi etanol (yield) terhadap waktu distilasi seperti pada Gambar 3.1.
89.5
89
88.5
88
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Waktu (mnt)
Distilat
XD Air
XD Etanol
0.24
0.76
0.236
0.764
0.32
3.1.2
Power
0.681
0.236
0.764
= 0.85 kW
Refluks
= 1:1
Waktu
(menit)
15
30
45
Komposisi (% Volume)
Overhead
89
90
94
Dari data-data hasil percobaan diatas, dapat dibuat grafik hubungan antara
komposisi etanol (yield) terhadap waktu distilasi seperti pada Gambar 3.2.
90
88
86
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (mnt)
Dari grafik dapat dilihat bahwa komposisi etanol yang diperoleh pada overhead
semakin bertambah pada suatu titik dan setimbang pada yield berikutnya seiring dengan
bertambahnya waktu. Hal ini sesuai dengan teoritis, pada literature dimana komposisi
etanol yang diperoleh pada overhead semakin bertambah seiring bertambahnya waktu
(Geankoplis, 1997). Hal ini karena pada saat umpan (etanol + air) kontak dengan steam
pada tray maka komponen yang lebih ringan atau memiliki volatility yang besar dari
umpan (dalam hal ini etanol) akan terbawa keatas (tray berikutnya) oleh steam sehingga
keluar sebagai top produk. Sedangkan komponen yang lebih berat (air) akan turun
kebawah dan keluar sebagai bottom produk. Semakin lama waktu distilasi, maka
komposisi etanol yang diperoleh pada overhead akan semakin besar sampai batas waktu
tertentu dimana komposisi yang diperoleh akan konstan dan semakin lama akan
menurun. Hal ini disebabkan karena etanol yang terdapat pada umpan semakin lama
akan semakin berkurang dan lama kelamaan akan habis.
Dari Tabel 3.3, dilakukan perhitungan fraksi mol untuk umpan, overhead dan
bottom. Sehingga diperoleh komposisi umpan, overhead dan bottom seperti yang
ditampilkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Data Komposisi Umpan, Overhead dan Bottom
ZF Air
0.32
0.32
0.32
Umpan
ZF Etanol
0.681
0.681
0.681
XD Air
0.24
0.238
0.23
Distilat
XD Etanol
0.76
0.762
0.77
3.2.
3.2.1
Power
= 0.85 kW
Refluks
= 2:1
No
1
2
3
Waktu
(menit)
10
20
30
Komposisi (% Volume)
Overhead
90
95
95
Dari data-data hasil percobaan diatas, dapat dibuat grafik hubungan antara
komposisi etanol (yield) terhadap waktu distilasi seperti pada Gambar 3.4.
90
88
86
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (mnt)
Dari Tabel 3.7 dilakukan perhitungan fraksi mol untuk umpan, overhead dan
bottom. Sehingga diperoleh komposisi umpan, overhead dan bottom seperti yang
ditampilkan pada Tabel 3.8.
Distilat
XD Air
XD Etanol
0.238
0.762
0.228
0.771
0.228
0.771
BAB IV
KESIMPULAN
1. Semakin besar power yang digunakan, maka semakin besar juga fraksi etanol dalam
destilat.
2. Semakin besar rasio reflux maka fraksi senyawa yang lebih ringan pada destilat juga
semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J, 1997. Transport Process and Unit Operations 3rd Edition, Prentice-Hall
of India, New Delhi.
McCabe, W.L, 1993, Unit Operations of Chemical Engineering 5 rd Edition, Mc-GrawHill Book Co, Singapore.
Richardson, J.F and J.H Hacker, 2002, Coulson and Richardsons Chemical Engineering
4th Edition Vol 6, Butterworth Heinemann, London
Tim Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II Edisi 2,
Departemen Teknik Kimia Universitas Riau, Pekanbaru.
Treyball, R.E, 1981, Mass Transfer Operations 3 Edition, McGraw-Hill, Tokyo.
LAM PI R AN
CONTOH PERHITUNGAN
1. Menentukan Jumlah Tray Teoritis
Power
= 0.7 kw
Refluks
= 1:1
No
1
2
3
Waktu
(menit)
10
20
30
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
87
46
88
44
88
41
Penyelesaian :
a)
Etanol di Distilat
Untuk basis perhitungan
= 100 ml
Volume etanol
= 87% x 100 ml = 87 ml
Volume air
b) Etanol di bottom
Untuk basis perhitungan = 100 ml
Volume etanol = 46% x 100 ml = 46 ml
Volume air = (volume larutan volume air)
= (100 46) ml = 54 ml
Data kesetimbangan yang diperoleh dari Geankoplis masih dalam bentuk fraksi massa,
sedangkan data yang dibutuhkan untuk mendapat grafik XA Vs YA dalam bentuk fraksi
mol, sehingga data yang ada dikonversi menjadi fraksi mol.
Data kesetimbangan ethanol-air pada 1 atm (setelah dikonversi ke fraksi mol)
Temperatur
fraksi mol ethanol
Temperatur
fraksi mol ethanol
(C)
XA
YA
(C)
XA
YA
100
0
0
81
0.37
0.601
98.1
0.008
0.085
80.1
0.477
0.644
95.2
0.02
0.191
79.1
0.61
0.703
91.8
0.042
0.304
78.3
0.779
0.802
87.3
0.089
0.427
78.2
0.86
0.864
84.7
0.144
0.493
78.1
0.94
0.902
83.2
0.207
0.533
78.2
0.95
0.946
82
0.281
0.568
78.3
1
1
t ( menit )
1
2
3
10
20
30
Mol etanol
1.492
1.509
1.509
Jumlah
Rata rata
Mol Air
XAD
XBD
YAD
YBD
0.722
0.667
0.667
0.674
0.694
0.694
2.061
0.687
0.326
0.306
0.306
0.939
0.313
0.740
0.752
0.752
2.244
0.748
0.260
0.248
0.248
0.756
0.252
t ( menit )
1
2
3
10
20
30
Mol etanol
Mol Air
XAB
XBB
YAB
YBB
3.000
3.111
3.278
0.208
0.195
0.177
0.580
0.193
0.792
0.805
0.823
2.420
0.807
0.534
0.526
0.514
1.573
0.524
0.466
0.474
0.486
1.427
0.476
0.789
0.755
0.703
Jumlah
Rata rata
Relatif volatility
n = 2.4256 1 = 1.4256 1
Jumlah tray teoritis = 1
2. Efisiensi Tray
HASIL PERHITUNGAN
Tabel C.1 Hasil Perhitungan Power 0.6 kW dan Refluks Rasio 1:1
No
Waktu
(menit)
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
10
83
49
XD Air
0.399
XD Etanol
0.601
XB Air
0.771
XB Etanol
0.229
YD Etanol
0.580
YD Air
0.420
YB Etanol
0.480
YB Air
0.520
20
84
45
0.382
0.618
0.798
0.202
0.620
0.380
0.500
0.500
30
84
41
0.382
0.618
0.823
0.177
0.620
0.380
0.500
0.500
Relatif
Volatility
n (Tray)
Efisiensi
(%)
2.236
1.18
14.75
Relatif
Volatility
n (Tray)
Efisiensi
(%)
2.401
1.235
15.44
Relatif
Volatility
n (Tray)
Efisiensi
(%)
2.494
1.425
17.81
Tabel C.2 Hasil Perhitungan Power 0.65 kW dan Refluks Rasio 1:1
No
Waktu
(menit)
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
10
86
48
XD Air
0.345
XD Etanol
0.655
XB Air
0.778
XB Etanol
0.222
YD Etanol
0.610
YD Air
0.390
YB Etanol
0.500
YB Air
0.500
20
87
47
0.326
0.674
0.785
0.215
0.660
0.340
0.530
0.470
30
87
39
0.326
0.674
0.835
0.165
0.660
0.340
0.530
0.470
Tabel C.3 Hasil Perhitungan Power 0.7 kW dan Refluks Rasio 1:1
No
Waktu
(menit)
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
10
87
46
XD Air
0.326
XD Etanol
0.674
XB Air
0.792
XB Etanol
0.208
YD Etanol
0.740
YD Air
0.260
YB Etanol
0.534
YB Air
0.466
20
88
44
0.306
0.694
0.805
0.195
0.752
0.248
0.526
0.474
30
88
41
0.306
0.694
0.823
0.177
0.752
0.248
0.514
0.486
Tabel C.4 Hasil Perhitungan Power 0.7 kW dan Refluks Rasio 4:1
No
Waktu
(menit)
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
10
90
48
XD Air
0.265
XD Etanol
0.735
XB Air
0.778
XB Etanol
0.222
YD Etanol
0.750
YD Air
0.250
YB Etanol
0.340
YB Air
0.660
20
91
44
0.243
0.757
0.805
0.195
0.780
0.220
0.360
0.640
30
92
42
0.220
0.780
0.817
0.183
0.800
0.200
0.370
0.630
40
92
41
0.220
0.780
0.823
0.177
0.800
0.200
0.37
0.630
Relatif
Volatility
n (Tray)
Efisiensi
(%)
3.524
3.87
48
Relatif
Volatility
n (Tray)
Efisiensi
(%)
3.71
4.1
51
Tabel C.5 Hasil Perhitungan Power 0.7 kW dan Refluks Rasio 5:1
No
Waktu
(menit)
Komposisi (% Volume)
Overhead
Bottom
10
91
47
XD Air
0.243
XD Etanol
0.757
XB Air
0.785
XB Etanol
0.215
YD Etanol
0.780
YD Air
0.220
YB Etanol
0.360
YB Air
0.640
20
92
46
0.220
0.780
0.792
0.208
0.800
0.200
0.370
0.630
30
93
43
0.196
0.804
0.811
0.189
0.820
0.180
0.390
0.610
40
93
41
0.196
0.804
0.823
0.177
0.820
0.180
0.39
0.610