Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Distilasi
Menurut Komariah (2009) distilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana
campuran dua atau lebih zat liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi
yang murni, dengan pengaplikasian dari perpindahan massa dan panas. Walarange
(2013) menyatakan bahwa distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap
dan uap tersebut di dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi
merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi
komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana atau
destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih
komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat
dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni.
Patil (2009) menjelaskan bahwa distilasi sejauh ini merupakan teknik
pemisahan yang paling dominan digunakan dalam industri proses kimia (CPI). Distilasi
adalah kaskade tahap kesetimbangan di mana campuran uap berada dalam
kesetimbangan dengan campuran cair. Pemahaman yang mendalam tentang
kesetimbangan uap-cair (VLE) sangat penting untuk memahami dan merancang
proses distilasi. Komariah (2009) memiliki pengertian bahwa pemisahan komponen-
komponen dari campuran liquid melalui distilasi bergantung pada perbedaan
titik didih masing-masing komponen. Juga bergantung pada konsentrasi
komponen yang ada. Campuran liquid akan memiliki karakteristik titik didih
yang berbeda. Oleh karena itu, proses destilasi bergantung pada tekanan uap
campuran liquid. Tekanan uap suatu liquid pada temperatur tertentu adalah tekanan
keseimbangan yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk pada
permukaan liquid.
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya
(Lestari, 2010).

II.1.2 Skema Proses Distilasi


Destilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang
ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil destilasi
disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil destilasinya berupa air, maka

I-1
Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
disebut sebagai aquadestilata (disingkat aquades). Pada suatu peralatan destilasi
umumnya terdiri dari suatu kolom atau tray, reboiler (pemanas), kondenser, Drum
reflux, pompa, dan packed. Berikut merupakan contoh dari rangkaian destilasi.

Gambar II.1 Skema proses distilasi

Prinsip dari proses ini adalah campuran yang akan dipisahkan, dimasukkan dalam alat
distilasi. Di bagian bawah alat terdapat pemanas yang berfungsi untuk menguapkan
campuran yang ada. Uap yang terbentuk akan mengalir ke atas dan bertemu cairan
(distilat) di atas. Zat-zat bertitik didih rendah dalam cairan akan teruapkan dan
mengalir ke atas, sedang zat-zat bertitik didih tinggi dalam uap akan kembali
mengembun dan mengikuti aliran cairan ke bawah (Zaman, 2013).
Pada suatu peralatan destilasi umumnya terdiri dari suatu kolom atau tray,
reboiler (pemanas), kondenser, Drum reflux, pompa, dan packed. Prinsip dari proses
ini adalah campuran yang akan dipisahkan, dimasukkan dalam alat destilasi.
Di bagian bawah alat terdapat pemanas yang berfungsi untuk menguapkan
campuran yang ada. Uap yang terbentuk akan mengalir ke atas dan bertemu
cairan (destilat) di atas. Zat-zat bertitik didih rendah dalam cairan akan teruapkan
dan mengalir ke atas, sedangkan zat-zat bertitik didih tinggi dalam uap akan
kembali mengembun dan mengikuti aliran cairan ke bawah (Zaman, 2013).

Departemen Teknik Kimia Industri II-2

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
II.1.3 Tipe-tipe kolom
Menurut Komariah (2009) ada beberapa tipe dari kolom destilasi berdasarkan
tipe internal column
1. Tray dan Plate
Istilah “tray” dan “plate” adalah sama. Ada banyak tipe desain tray, tetapi
yang paling umum adalah:
a. Bubble cap tray
Bubble-cup biasanya didesain di atas plate pada sudut equilateral
triangular, dengan baris yang disesuaikan secara normal dengan arah
aliran menyilang plate. Bubble cap tray mempunyai tingkat-tingkat atau
cerobong yang terpasang di atas hole (lubang), dan sebuah “cap” yang
menutupi tingkat-tingkat. Bubble cap tray digunakan pada kondisi aliran
rendah, di mana tray harus tetap basah, kecuali kondisi bentuk polimer,
coking, atau fouling yang tinggi.
b. Valve Tray
Pada valve tray, perforasi (lubang-lubang kecil) ditutupi dengan valve
yang mudah dilepas. Uap naik melalui perforasi pada tray, bubble pada
liquid berbentuk sama. Valve yang terangkat menunjukkan uap mengalir
horizontal ke dalam liquid, dengan demikian menyediakan campuran
yang mungkin terjadi dalam sieve tray.
c. Sieve Tray
Adalah plate metal sederhana dengan lubang diantaranya. Vapor lewat
ke atas melalui liquid pada plate. Jumlah dan ukuran lubang menjadi parameter
desain. Karena luas range operasi, kemudahan perawatan, dan faktor
biaya, kebanyakan aplikasinya sieve dan valve tray diganti dengan bubble
cup tray.
2. Packing
Ada kecenderungan untuk meningkatkan pemisahan dengan penambahan
penggunaan tray dengan packing. Packing adalah peralatan pasif yang didesain untuk
meningkatkan kontak area interfacial uap-liquid.
Menurut Komariah (2009), sebuah sistem destilasi umumnya mengandung
beberapa komponen utama sebagai berikut:
a. Sebuah shell vertikal dimana pemisahan komponen liquid terjadi, terdapat pada
bagian dalam kolom (internal column) seperti tray atau plate dan packing yang
digunakan untuk meningkatkan derajat pemisahan komponen.
b. Sebuah reboiler untuk menyediakan penguapan yang cukup pada proses destilasi.
c. Kondenser untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap yang keluar dari atas
kolom.
d. Reflux drum untuk menampung uap yang terkondensasi dari top kolom sehingga
liquid (reflux) dapat di recycle kembali ke kolom.
Rumah shell vertikal bagian dalam kolom beserta kondenser dan reboiler membentuk
sebuah kolom destilasi.

Departemen Teknik Kimia Industri II-3

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
II.1.4 Bubble point temperature dan dew point temp
Dari perspektif teknis, cairan dikelompokkan menjadi empat wilayah fase:
1. Cair.
2. Gas atau uap.
3. Fase padat atau superkritis.
4. Dua fase
Kurva titik gelembung adalah kurva yang memisahkan daerah cair dari daerah dua
fase. Kurva titik gelembung mewakili tekanan uap yang sebenarnya (TVP) untuk
cairan. Tekanan uap kesetimbangan (Pe) adalah TVP pada suhu yang ditentukan pada
kurva titik gelembung. Kurva titik embun adalah kurva yang memisahkan fase padat
dan daerah gas dari wilayah dua fase untuk fluida. Dua kurva (titik gelembung dan titik
embun) berpotongan pada titik kritis fluida. Kurva ini menentukan amplop dua fase
untuk fluida. Daerah fase cair memiliki volume yang pasti tetapi tidak memiliki bentuk
yang pasti. Ini akan mengasumsikan bentuk wadah di mana ia ditempatkan tetapi tidak
harus mengisi wadah itu. Daerah fase cair menunjukkan kompresibilitas cairan yang
rendah dan nilai massa massa yang tinggi. Wilayah fase gas atau uap tidak memiliki
volume atau bentuk yang pasti dan akan sepenuhnya mengisi wadah tempat ia
ditempatkan. Wilayah fase gas menunjukkan kompresibilitas cairan yang tinggi dan
nilai massa jenis yang rendah. Dengan asumsi komposisi konstan, massa jenis gas lebih
rendah daripada massa jenis cairan. Wilayah fase padat atau superkritis tidak memiliki
volume atau bentuk yang pasti dan akan sepenuhnya mengisi wadah di mana ia
ditempatkan. Daerah fase padat adalah dalam fase tunggal dan menunjukkan
kompresibilitas fluida tinggi dan nilai massa kepadatan tinggi. Nilai-nilai ini bervariasi
sebagai fungsi dari nilai tekanan dan temperatur fluida. Wilayah fase padat
didefinisikan sebagai wilayah yang tekanannya melebihi nilai kritis (Pc) (Galagher,
2006).
Secara matematis, ini dapat dinyatakan sebagai titik di mana L / V mendekati
tak terbatas untuk berpindah dari wilayah dua fase ke wilayah fase cair. Ketika L / V
mendekati tak terhingga, jumlah mol cairan mendekati jumlah mol dalam pakan. Pada
titik-gelembung:
∑KNFN = ∑FN …………………………………………(II.1)

Setiap kombinasi tekanan dan suhu yang menghasilkan nilai-nilai KN untuk sistem
yang diberikan yang memenuhi Persamaan adalah kondisi titik-gelembung. Aliran
cairan dari setiap pemisahan kesetimbangan berada pada titik-gelembungnya ketika
dipisahkan, sama seperti aliran uap pada titik-embunnya. Setiap pemisahan flash
membagi sistem hidrokarbon menjadi dua aliran: aliran titik-gelembung dan aliran
titik-embun. Tekanan titik-gelembung cairan hidrokarbon pada suhu tertentu adalah
tekanan uap cairan itu pada suhu yang sama. Jika komposisi dan suhu cairan
hidrokarbon diketahui, tekanan uapnya dapat ditentukan dengan menghitung tekanan
titik-gelembung (Stewart, 2009).
Temperatur titik embun dapat didefinisikan sebagai suhu di mana tekanan uap
parsial air di udara lembab akan cukup untuk menjenuhkan udara. Karena itu dapat

Departemen Teknik Kimia Industri II-4

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
dinyatakan bahwa tekanan uap parsial sama dengan tekanan uap saturasi parsial pada
suhu titik embun. Relatifitas kelembaban Ristribusi rasio fraksi air dari uap air volume
udara lembab diberikan ke fraksi mol uap air di sama volume udara lembab jenuh pada
suhu dan tekanan yang sama. Untuk campuran gas ideal diasumsikan dalam makalah
ini definisi setara relatif kelembaban dapat dirumuskan dengan cara berikut: RH
adalah rasio tekanan parsial dari uap air di udara lembab hingga saturasi parsial
tekanan uap air es pada suhu udara (Wood, 1970).
Dengan kata lain, suhu titik embun adalah suhu di mana uap air mulai untuk
mengembun dari udara atau suhu di mana udara menjadi sepenuhnya jenuh.
Kesimpulan berikut dapat diambil dari definisi ini: jika kelembaban relatif udara
rendah, suhu titik embun di bawah udara suhu tetapi jika, bagaimanapun, kelembaban
relatif udara tinggi, titik embun suhu dekat dengan suhu udara (Brooker, 1992).

II.1.5 Macam-macam distilasi


Menurut Walarange (2013) distilasi memiliki jenis-jenis sebagai berikut:
1. Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua
komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan
destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang.
Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas
beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat
yang lebih tinggi lebih banyak mengandungcairan yang lebih atsiri (mudah
menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat.
3. Distilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit
di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat
memecah ikatan azeotroptersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Uap
Untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya,
zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara
destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan
destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk
destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara

Departemen Teknik Kimia Industri II-5

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap
berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap. Destilasi Uap dalam labu
yang berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik
didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada
titik didih komponen-komponennya.
5. Distilasi Vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang
digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1
atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.

II.1.6 Hubungan indeks bias dengan konsentrasi


Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium. Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa
bidang diantaranya dalam teknologi film tipis dan fiber optic, dan lain-lain. Indeks
bias suatu larutan dapat cenderung rumit dan memakan waktu yang lama
sehingga dibutuhkan suatu alat yang dapat mengukur indeks bias secara mudah
dan cepat. Besarnya indeks bias sebanding dengan konsentrasinya. Artinya
besarnya indeks bias bergantung dengan besarnya konsentrasi, semakin besar
konsentrasi semakin besar pula indeks biasnya. Dengan menggunakan hubungan
tersebut besarnya indeks bias dapat diperkirakan dengan mengetahui konsentrasi
larutannya terlebih dahulu. Konsentrasi larutan dapat diukur dengan Portable Brix
Meter (Parmitasari, 2013).

II.1.7 Hubungan waktu distilasi dengan konsentrasi


Menurut hukum anorganik terlalu lamanya waktu destilasi menyebabkan
asam sulfat terurai menjadi uap SO2 dan tidak terbentuk HF. Ketika asam sulfat
bertindak sebagai asam, ion H+nya yang akan berfungsi. Namun dalam hal ini asam
sulfat bertindak sebagai oksidator, sehingga bilangan oksidasi S tentunya turun.
Pada saat menangkap elektron dari F-, terbentuklah gas SO2. Semakin bertambahnya
waktu destilasi memang mempengaruhi konsentrasi fluorida dalam destilat
(Kurniasih, 2012).

II.1.8 Hubungan reflux ratio dengan konsentrasi


Salah satu faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah adanya reflux
ratio. Reflux merupakan kembalinya cairan atau uap untuk mengadakan
kontak ulang dengan fasa uap maupun fasa cairannya dalam kolom. Dengan adanya
reflux ratio akan berpengaruh pada konsentrasi hasil destilat (produk atas) dan
kebutuhan panas pada kolom distilasi. Semakin besar reflux ratio, maka pengaruhnya
terhadap konsentrasi destilat semakin tinggi. Namun volume yang dihasilkan justru
semakin sedikit, kemungkinan terakumulasi dikolom distilasi. Kemudian dari

Departemen Teknik Kimia Industri II-6

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
perhitungan panas pada kolom distilasi didapat, bahwa semakin besar reflux ratio
panas yang yang dibutuhkan semakin sedikit (Fitriana, 2010).

Departemen Teknik Kimia Industri II-7

FV- ITS 2019


Laboratorium
Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
Struktur Kontrol Kolom Distilasi Aldehyde
Totok R. Biyanto
2006
Aldehyde column merupakan kolom distilasi biner yang memisahkan
isobutyraldehyde(i-butanal) dan normal butyraldehyde (n-butanal) dari crude
aldehyde. Kelemahan utama kolom distilasi adalah konsumsi energinya yang sangat
besar, yaitu mencapai 40%-50% dari total biaya operasinya. Hal ini akan akan
menyebabkan biaya produksi yang besar, apalagi ditengah melambungnya harga LPG
yang merupakan bahan bakar pada boiler. Kesulitan mendapatkan bahan baku berupa
gas alam membuat kolom distilasi aldehyde tidak bisa berproduksi sesuai kapasitas
yang maksimal. Dengan berkurangnya bahan baku juga akan mengurangi laju feedpada
kolom distilasi aldehyde, yang pada akhirnya menurunkan laju produksi. Namun
penurunan laju panas pada reboiler tidak sebanding dengan besarnya dengan
penurunan laju produksi, sehingga efisiensi pemakaian energi menurun. Dalam
rangkaian proses produksi octanol terdapat kolom distilasi aldehyde column pada
salah satu bagian prosesnya. Aldehyde column mempunyai produk atas berupa
isobutyraldehyde atau disingkat i-butanal dan produk bawah berupa normal
butyraldehyde atau disingkat n-butanal.
Ada dua macam metode dalam memulai perancangan kolom distilasi
biner, yaitu metode short cutdan metode McCabe-Thiele. Metode short cut didasarkan
pada penyelesaian perhitungan rumus-rumus matematis, sedangkan metode McCabe-
Thiele didasarkan pada grafik untuk menemukan parameter-parameter yang
diinginkan. Kedua metode tersebut diatas merupakan metode perhitungan secara
pendekatan untuk memulai perancangan kolom sistilasi yang selanjutnya akan
diteruskan dengan metode rigorus. Dalam penelitian ini menggunakan metode short
cutyang kemudian dilanjutkan dengan metode rigorus. Kemudian dilanjutkan
pengendalian PID. PID merupakan pengendali yang sering digunakan di
industri karena mudah untuk diaplikasikan dan pada umumnya sudah cukup
untuk mengendalikan plantyang ada. PID terdiri atas susunan kontroler
proporsional(P), integral(I) dan derivative(D).
Struktur pengendalian secara direct lebih mampu menjaga kestabilan
komposisi produk kolom distilasi aldehyde column terhadap adanya
disturbanceberupa penirunan laju feeddan perubahan komposisi feed.Ketika terjadi
disturbanceberupa penurunan laju feedhingga 200 kmol/jam, nilai IAE untuk
pengendalian secara direct lebih kecil dari pada pengendaliansecara inferential.
Penurunan laju panas reboiler ketika terjadi disturbanceberupa penurunan laju
feedhingga 200 kmol/jam adalah 17.41 % untuk pengendalian secara directdan 4.78
% untuk pengendalian secara inferential. Ketika terjadi disturbance berupa
penurunan komposisi feed yaitu i-butanal sebesar 0.05, nilai IAE untuk
pengendalian secara inferential lebih kecil dari pada pengendalian secara direct,
namun tidak diperbolehkan karena terjadi kekosongan pada laju distilat.

Departemen Teknik Kimia Industri II-8

FV- ITS 2019

Anda mungkin juga menyukai