Anda di halaman 1dari 28

BAB I

STRIPPING

1.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui pengaruh laju alir liquida pada koefisien transfer massa pada
kolom stripping
- Mengetahui pengaruh laju alir gas pada koefisien transfer massa pada kolom
stripping.
1.2. Tinjauan Pustaka
Perpindahan massa terjadi ketika suatu komponen dalam suatu campuran
berpindah dari satu fase ke fase lainnya oleh karena adanya perbedaan
konsentrasi atau tekanan diantara dua titik. Perpindahan ini terjadi dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah, sehingga diperoleh beda
konsentrasi yang minimal. Dari tiga fase yaitu fase padat, gas dan cair disini bisa
terjadi beberapa kemungkinan terjadi kontak fase yaitu halnya gas dengan gas,
gas-padat, gas-cair, cair-cair dan cair-padat. Dalam hal untuk mencapai
kesetimbangan maka secara perlahan fase yang berkonsentrasi tinggi akan
mendiffusi ke fase yang berkonsentrasi rendah (Widodo, 2009).
Operasi perpindahan massa dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kontak
langsung dua fase yang tak dapat bercampur kategori ini hampir meliputi semua proses
perpindahan massa yang sangat penting yaitu sistem dua fase, beberapa komponen pada
kesetimbangan kecuali beberapa komposisi fasenya yang berbeda. Begitu pula solid
yang berkesetimbangan kontak dengan larutan garam baik murni atau garam tergantung
pada komposisi eutektis liquid yang terjadi (Welasih, 2006).
Proses pemisahan atau separasi adalah proses mengisolasi konstituen tertentu dari
suatu campuran atau membagi campuran menjadi bagian-bagian konstituen. Secara
umum teknik pemisahan terbagi menjadi beberapa kategori, salah satunya teknik
pemisahan dengan pembentukan fase atau penambahan fase.
Macam – macam separasi dengan pembentukan fase atau penambahan fase :
1. Distilasi Ekstraksi
Proses pemisahan dengan alat pemisah distilasi esktraktif dilakukan dengan faktor
pemisah berupa pelarut cair (MSA) dan transfer panas (ESA). Pemisahan ini
dilakukan untuk campuran yang mempunyai perbedaan volatilitas sangat kecil yang
tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi sederhana dan memerlukan Plate sangat
banyak.
2. Absorpsi Reboiler
Proses pemisahan menggunakan absorpsi reboiler dilakukan dengan faktor pemisah
berupa absorben cair (MSA) dan transfer panas (ESA). Pemisahan ini sesuai untuk
proses kondensasi uap yang sulit dicapai.
3. Absorpsi dan Stripping
Prose pemisahan secara absorpsi adalah proses pemisahan komponen dari campuran
gas dengan menggunakan faktor pemisah absorben cair (MSA). Tujuan dari proses
absorpsi adalah untuk menghilangkan impuriti dari campuran gas. Dan prinsip dari
proses pemisahan secara Stripping adalah sama dengan absorpsi, tetapi yang diserap
adalah solut cair yang diserap oleh penyerap uap (MSA).
4. Refluxed Stripping atau Distilasi Steam
Refluxd Stripping atau Steam Distillation adalah metode pemisahan dengan
menggunakan faktor pemisah berupa uap Stripping (MSA) dan transfer panas (ESA).
Proses pemisahan menggunakan distilasi Steam didasarkan pada perbedaan
komposisi antara campuran liquidadan uap yang terbentuk. Perbedaan komposisi ini
disebabkan karena perbedaan tekanan uap efektif dari komponen-komponen yang
ada dalam campuran liquida.
5. Reboiled Stripping
Reboiled Stripping adalah proses pemisahan dengan menggunakan faktor pemisahan
berupa transfer panasa (ESA), misalnya dalam Recovery absorben amine
(Poespowati, 2016).
Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas, lebih dikhususkan pada transfer
gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. “Keberhasilan proses aerasi
tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik air dan turbulensi
air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi adalah diffuser aerator,
mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi".
Transfer gas juga dapat didefinisikan sebagai proses dimana gas dipindahkan dari
suatu fase ke fase lainnya, biasanya dari fase gas ke fase cair.Transfer gas melibatkan
terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air yang menyebabkan
berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya suatu senyawa
dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas lepas ke udara. Mekanisme
transfer gas terjadi secara difusi.
Dalam proses aerasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan
oksigen, diantaranya sebagai berikut:
1. Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena suhu
dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan air.
Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan
permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu dan tekanan parsial
oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis konsentrasi oksigen terlarut dalam
air pada tekanan 760 mmHg.
3. Karateristik Air
Dalam praktik ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air limbah yang
mengandung materi tersuspensi, surfaktan (detergen) dalam larutan dan perbedan
temperatur. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi nilai Cs.
4. Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju perpindahan masa
oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak, yang
berakibat pada defisit oksigen (driving-force, ΔC) tetap terjaga konstan, serta akan
meningkatkan nilai koefisien perpindahan oksigen (KLa) (Abuzar, 2012).
Absorbsi merupakan proses kontak antara campuran gas dan cairan yang
bertujuan menghilangkan salah satu komponen gas dengan cara melarutkannya
menggunakan cairan yang sesuai.
Secara umum, faktor - faktor yang mempengaruhi absorbsi adalah kelarutan
(Solubility) gas dalam pelarut dalam kesetimbangan, tekanan operasi, serta temperatur.
Pada umumnya, naiknya temperatur menyebabkan kelarutan gas menurun
(Kartohardjono,2007).
Stripping adalah proses regenerasi termal pelarut dimana larutan tersebut
dikontakkan dengan pelarut gas yang tidak larut terhadap cairan tersebut. Kolom
Stripper terdiri dari beberapa buah Bed yang berisi tumpukan Packing serta beroperasi
pada suhu dan tekanan tertentu (Nisa, 2019).
Jenis-jenis alat stripping antara lain:
1. Kolom plat (sieve tray)
Sieve tray adalah plate metal sederhana dengan lubang diantaranya. Vapor lewat ke
atas melalui liquid pada plate. Jumlah dan ukuran lubang menjadi parameter desain.
Karena luas range operasi, kemudahan perawatan, dan factor biaya, kebanyakan
aplikasinya sieve dan valve tray diganti dengan bubble cup tray.

Gambar 1.1. Kolom Plat (Sieve Tray)


2. Valve tray
Pada valve tray, perforasi (lubang-lubang kecil) ditutupi dengan valve yang mudah
dilepas. Uap naik melalui perforasi pada tray, bubble pada liquid berbentuk
sama.Valve yang terangkat menunjukkan uap mengalir horizontal ke dalam liquid,
dengan demikian menyediakan campuran yang mungkin terjadi dalam sieve tray.

Gambar 1.2. Valve Tray

3. Bubble cap tray


Bubble cap tray Bubble-cup biasanya didesain di atas plate pada sudut equilateral
triangular, dengan baris yang disesuaikan secara normal dengan arah aliran
menyilang plate. Bubble cap tray mempunyai tingkat-tingkat atau cerobong yang
terpasang di atas hole (lubang), dan sebuah “cap” yang menutupi tingkat-tingkat.
Bubble cap tray digunakan pada kondisi aliran rendah,
Gambar 1.3. Bubble Cap Tray
(Komariah,2009).
Packing adalah Ada kecenderungan untuk meningkatkan pemisahan dengan
penambahan penggunaan tray dengan packing. Packing adalah peralatan pasif yang
didesain untuk meningkatkan kontak area interfacial uapliquid. (Komariah,2009).
Berikut ini merupakan beberapa jenis dari Packing:

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1.4. Tipe dari Tower Packing
Keterangan gambar:
a. Rashing Ring
b. Lessing Ring
c. Berl Saddle
d. Pall Ring (Geankoplis, 1978).
Beberapa persamaan matematis yang digunakan dalam percobaan stripping adalah :
1. Persamaan diffusivitas liquida

DAB = 1,173.10–16 (φ.MB)1/2 .....................................(1.1)

Dimana:
DAB : Diffusivitas liquida (cm2/det)
T : Temperatur (K)
MB : Massa (gram)
VA : Volume molar solute (cm3/g.mol)
µB : Viskositas air (g/cm.det)
φ : Parameter association solvent
2. Persamaan diffusivitas gas

DCD = ....................................(1.2)

Dimana:
DCD : Diffusifitas gas (cm2/det)
VC : Volume diffusi atom udara (cm3)
VD : Volume diffusi atom gas (cm3)
MC : BM udara
MD : BM liquida (Geankoplis, 1997).
3. Persamaan koefisien transfer liquid

KL = …....................(1.3)

Dimana:
KL : Koefisien transfer massa liquida (g/cm3.det)
At : Luas total penampang packing (cm2)
DAB : Diffusifitas liquida (cm2/det)
ρ : Densitas (g/cm3)
µ : Viskositas (g/cm.s)
L : Laju mol total pada fase liquida (g.mol/cm2.det)
Hubungan persamaan koefisien transfer liquid:
- L’ semakin besar maka KL semakin besar. L’ didapat dari persamaan:
L’ = L ( 1 - X )............................................(1.4)

- L semakin besar maka L’ semakin besar . L didapat dari persamaan:

L= ..............................................(1.5)

- Kesimpulan dari persamaan diatas jika laju alir liquida (Q) semakin besar maka
koefisien massa transfer liquida (KL) semakin besar pula.
4. Persamaan koefisien transfer massa gas

KG = R =C ..................(1.6)
Dimana:
C : Konstanta ukuran packing
DCD : Diffusivitas gas (cm2/det)
At : Luas total eksternal packing (cm2)
µg : Viskositas gas (g/cm3)
ρg : Densitas gas (g/cm3)
DP : Diameter ekivalen packing (cm)
Hubungan persamaan koefisien transfer massa gas:
- Jika G semakin besar maka KG semakin besar. G didapat dari persamaan:

G= ......................................................(1.7)

- Semakin besar V2 maka G semakin besar. V2 didapat dari persamaan:

........................................................(1.8)

- Semakin besar V1 dan V2 semakin besar. V1 didapat dari persamaan:


V1 = Q x t............................................................(1.9)
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika semakin besar laju alir gas (Q) maka
koefisien massa transfer gas (KG) semakin besar pula (Perry, 1994).
1.3. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
- Tekanan Kompresor : 1 bar
- Normalitas NH4OH : 0,03 N
- Volume Produk : 300 mL
B. Variabel Berubah
- Bukaan Liquid : 1, 2, dan 3 putaran
- Bukaan Gas : 30o, 60o, dan 90o
1.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- Beakerglass
- buret
- busur
- Erlenmeyer
- gelas ukur
- karet hisap
- kolom stripping/desorpsi dan perlengkapannya
- kompresor
- labu ukur
- neraca analitik
- piknometer
- pipet tetes
- pipet ukur
- statif
- stopwatch
- termometer
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- ammonium hidroksida (NH4OH)
- Aquadest (H2O)
- asam klorida
- asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- indikator metil orange (C14H14N3NaO3S)
- indikator fenolftalein (C20H14O4)
- natrium hidroksida (NaOH)
1.5. Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi Laju Alir Liquida
- Masukkan air ke dalam tangki liquid
- Buka valve 3 sesuai dengan variabel yang telah ditentukan yaitu 1,2, dan 3
putaran
- Jalankan pompa
- Tampung air yang keluar dari kolom stripping sebanyak 300 mL pada saat
aliran telah konstan, catat waktu yang dibutuhkan dan perbedaan ketinggian
manometer (∆H)
B. Kalibrasi Laju Alir Gas
- Nyalakan kompresor sampai tekanan 1 bar
- Buka valve 2 dengan variabel yang telah ditentukan yaitu 30o, 60o, dan 90o
- Buka valve pada kompresor
- Catat waktu yang dibutuhkan sampai tekanan pada kompresor habis dan
perbedaan ketinggian manometer (∆H)
C. Percobaan
- Buat larutan ammonia dengan konsentrasi 0,03 N sebanyak 2000 mL
- Tentukan suhu dan densitas dari larutan ammonia yang telah dibuat
- Buat larutan NaOH 0,05 N sebanyak 100 mL dan standardisasi dengan larutan
standard NaOH menggunakan indikator fenolftalein
- Buat larutan HCl 0,05 N sebanyak 250 mL dan standardisasi dengan larutan
standard NaOH menggunakan indikator fenolftalein
- Ambil sampel ammonia 10 mL, kemudian titrasi dengan larutan standard HCl
menggunakan indikator metil orange
- Masukkan larutan ammonia secara perlahan-lahan ke dalam tangki penampung
liquida
- Tutup valve 1, 4, 7, dan 5
- Operasikan kompresor pada tekanan 1 bar
- Melakukan prosedur berikut secara bersama-sama:
- Buka valve 3 untuk liquida dan valve 2 untuk gas sesuai dengan variabel
yang ditentukan, yaitu pada laju alir liquida tetap (gas berubah) dan laju alir
gas tetap (liquida berubah)
- Operasikan pompa hingga liquida mengalir pada bagian atas kolom stipping
dan membuka valve 6 pada kompresor
- Tampung produk yang keluar sebanyak 300 mL sambil catat waktunya dan
catat suhu gas dan liquida keluar kolom stripping serta catat perbedaan
ketinggian air raksa (H) pada manometer liquida dan gas, kemudian titrasi pada
produk dan ukur densitasnya
- Ulangi langkah ke 6 sampai 10 untuk tiap variabel yang telah ditentukan
sebanyak tiga kali.
1.6. Gambar Peralatan

Gambar 1.5. Peralatan Kolom Stripping


Keterangan gambar:
A : Tangki liquida
B : Sight glass
C : Manometer gas
D : Pompa
E : Manometer liquida
F : Menara stripping
G : Stop kontak pompa
H : Kompresor
I : Pressure gauge
J : Stop kontak kompresor
K : Gas outlet
V-1 : Valve untuk overflow tangki
V-2 : Valve untuk aliran gas ke kolom stripping
V-3 : Valve untuk aliran liquida
V-4 : Valve untuk aliran liquida dari tangki pompa ke menara stripping
V-5 : Valve untuk aliran produk liquida dari kolom stripping
V-6 : Valve untuk aliran gas yang dihasilkan oleh kompresor
V-7 : Valve untuk aliran overflow dari menara ketangki penampung
1.7. Persamaan Reaksi
pH 7
NH4+(l) NH3(g) + H+(l)
pH < 7
Ammonium Ammonia Hidrogen
pH >10 Udara
NH4+(l) + OH- NH4OH(l) NH3(g) + H2O(l)
pH < 10
Ammonium Hidroksida Ammonium Hidroksida Ammonia Aquadest
1.8. Data Pengamatan
Suhu ruangan : 27 °C
Tekanan ruangan : 723 mmHg
Suhu air : 26 °C
Tekanan kompresor : 1 bar = 1,0328 kg/cm3
Diameter kolom : 15 cm
Tinggi kolom : 120 cm
Diameter Packing : 2,6 cm
Diameter kompresor : 22 cm
Panjang kompresor : 50 cm
Tinggi Packing : 2,5 cm
Diameter ruang kosong atas : 20 cm
Diameter ruang kosong bawah : 15,3 cm
Tinggi ruang kosong bawah : 20 cm
Volume kompresor : 24 L = 24000 cm3
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Kalibrasi Laju Alir Liquida
Bukaan valve Volume Waktu Beda tinggi air
Liquida (putaran) (mL) (detik) raksa (cm)
7,57 1,5
1 300 7,77 1,4
8,06 1,4
7,07 1,6
2 300 7,03 1,7
7,71 1,7
7,4 1,8
3 300 7,22 1,8
6,49 1,8

Tabel 1.2. Hasil Pengamatan Kalibrasi laju Alir Gas


Tekanan Waktu Beda tinggi air
Bukaan gas
(bar) (detik) raksa (cm)
1,8 2,8
30° 1 2,04 2,9
1,92 2,9
0,63 4,5
60° 1 2,09 5
1,91 5
1,89 6,5
90° 1 2,22 6,3
1,94 7
Tabel 1.3. Hasil pengamatan untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah

Suhu Suhu H pada Volume Volume


Bukaan Bukaan Suhu gas H pada Densitas Densitas
awal liquida Waktu aliran titrasi titrasi
liquida gas produk aliran awal produk
liquida produk (detik) liquida awal produk
(putaran) (derajat) (°C) gas (cm) (g/cm3) (g/cm3)
(°C) (°C) (cm) (mL) (mL)
30° 26 26 25 7,28 1,5 0 14,6 5,85 1,0152 1,0540
1 60° 26 25 24,5 8,37 1,5 0 14,6 10,75 1,0152 1,0140
90° 26 25 24 8,44 1,6 0,2 14,6 11,95 1,0152 1,0144
30° 26 25 24 9 1,4 5,5 14,6 11,8 1,0152 1,0144
2 60° 26 25,5 25 9,96 1,5 5,6 14,6 11,9 1,0152 1,0144
90° 26 25 25 14 1,0 5,5 14,6 11,95 1,0152 1,0144
30° 26 25 25 7,6 1,5 6 14,6 12,75 1,0152 1,0168
3 60° 26 25 25 8,62 2 6,5 14,6 13,15 1,0152 1,0156
90° 26 25 24 8,64 2,2 7 14,6 13,1 1,0152 1,0160
Tabel 1.4. Hasil pengamatan untuk laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah

Suhu Suhu H pada Volume Volume


Bukaan Bukaan Suhu gas H pada Densitas Densitas
awal liquida Waktu aliran titrasi titrasi
liquida gas produk aliran awal produk
liquida produk (detik) liquida awal produk
(putaran) (derajat) (°C) gas (cm) (g/cm3) (g/cm3)
(°C) (°C) (cm) (mL) (mL)
1 26 26 25 7,28 1,5 0 14,6 5,85 1,0152 1,0540
30° 2 26 25 24,5 8,37 1,5 0 14,6 10,75 1,0152 1,0140
3 26 25 24 8,44 1,6 0,2 14,6 11,95 1,0152 1,0144
1 26 25 24 9 1,4 5,5 14,6 11,8 1,0152 1,0144
60° 2 26 25,5 25 9,96 1,5 5,6 14,6 11,9 1,0152 1,0144
3 26 25 25 14 1,0 5,5 14,6 11,95 1,0152 1,0144
1 26 25 25 7,6 1,5 6 14,6 12,75 1,0152 1,0168
90° 2 26 25 25 8,62 2 6,5 14,6 13,15 1,0152 1,0156
3 26 25 24 8,64 2,2 7 14,6 13,1 1,0152 1,0160
1.9. Hasil Perhitungan
Tabel 1.5. Hasil perhitungan kalibrasi laju alir liquida
Bukaan valve Volume Waktu Beda tinggi air
Q (mL/dt)
Liquida (putaran) (mL) (detik) raksa (cm)
7,57 1,5 39,63011889
1 300 7,77 1,4 38,61003861
8,06 1,4 37,22084367
7,07 1,6 42,43281471
2 300 7,03 1,7 42,6742532
7,71 1,7 38,91050584
7,4 1,8 40,54054054
3 300 7,22 1,8 41,55124654
6,49 1,8 46,22496148

Tabel 1.6. Hasil perhitungan kalibrasi laju alir gas


Tekanan Waktu Beda tinggi air
Bukaan gas Q (mL/dt)
(bar) (detik) raksa (cm)
1,8 2,8 13832,694
30° 1 2,04 2,9 12205,318
1,92 2,9 12968,15
0,63 4,5 39521,982
60° 1 2,09 5 11913,325
1,91 5 13036,046
1,89 6,5 13173,994
90° 1 2,22 6,3 11215,697
1,94 7 12834,458
Tabel 1.7. Data hasil perhitungan untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berbubah
Bukaan Bukaan N NH4OH ρ NH3 (g/cm3) W NH3 Fraksi Mol QLiquid
Liquida gas DAB (cm2/s)
(cm3/s)
(putaran) (derajat) Awal Produk Awal Produk Awal Produk Awal Produk
30° 0,05 0,03393 1,0152 1,0540 2,87912 0,173043 0,0015292 9,1904E-05 6,930E-02 41,208791
1 60° 0,05 0,06235 1,0152 1,0140 2,87912 0,317985 0,0015292 1,6887E-04 6,930E-02 35,842294
90° 0,05 0,06931 1,0152 1,0144 2,87912 0,353481 0,0015292 1,8772E-04 6,930E-02 35,545024
30° 0,05 0,06844 1,0152 1,0144 2,87912 0,349044 0,0015292 1,8536E-04 6,930E-02 33,333333
2 60° 0,05 0,06902 1,0152 1,0144 2,87912 0,352002 0,0015292 1,8693E-04 6,930E-02 30,120482
90° 0,05 0,06931 1,0152 1,0144 2,87912 0,353481 0,0015292 1,8772E-04 6,930E-02 21,428571
30° 0,05 0,07395 1,0152 1,0168 2,87912 0,377145 0,0015292 2,0028E-04 6,930E-02 39,473684
3 60° 0,05 0,07627 1,0152 1,0156 2,87912 0,388977 0,0015292 2,0657E-04 6,930E-02 34,802784
90° 0,05 0,07598 1,0152 1,0160 2,87912 0,387498 0,0015292 2,0578E-04 6,930E-02 34,722222
Tabel 1.8. Data hasil perhitungan untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berbubah
Qgas L L’ KL’ KL V1 V2 KG’ KG
G (g/cm2) DCD (cm2/s)
(cm3/s) (g/cm2.s) (g/cm2.s) (g/cm3.s) (g/cm3.s) (mL) (mL) (g/cm-3.s) (g/cm-3.s)
3420,1715 0,2369 0,2368 0,02967 0,03012 23238,93 24028,68 0,16150 2,62701E-05 6,8254E-17 7,0493E-14
2974,7728 0,2060 0,2060 0,02771 0,02813 26718,38 27672,55 0,18599 2,61931E-05 6,1813E-17 6,3841E-14
2950,1005 0,2043 0,2043 0,02759 0,02801 26941,83 27857,11 0,18723 2,61161E-05 6,1509E-17 6,3526E-14
2766,5387 0,1916 0,1916 0,02674 0,02715 4794,83 4957,72 0,03332 2,61161E-05 2,0592E-16 2,1267E-13
2499,8844 0,1731 0,1731 0,02544 0,02583 5137,31 5320,79 0,03576 2,62701E-05 1,9609E-16 2,0252E-13
1778,4892 0,1232 0,1231 0,02153 0,02186 3424,88 3553,14 0,02388 2,62701E-05 2,6014E-16 2,6867E-13
3276,1643 0,2269 0,2268 0,02905 0,02949 1199,30 1244,21 0,00836 2,62701E-05 5,4226E-16 5,6005E-13
2888,4975 0,2000 0,2000 0,02731 0,02773 1197,88 1242,74 0,00835 2,62701E-05 5,4271E-16 5,6051E-13
2881,8112 0,1996 0,1995 0,02728 0,02769 1198,35 1239,06 0,00833 2,61161E-05 5,4354E-16 5,6136E-13
Tabel 1.9. Data hasil perhitungan untuk laju alir liquida tetap dan laju alir gas berbubah
Bukaan Bukaan N NH4OH ρ NH3 (g/cm3) W NH3 Fraksi Mol QLiquid
Liquida gas DAB (cm2/s)
Awal Produk Awal Produk Awal Produk Awal Produk (cm3/s)
(putaran) (derajat)
1 0,05 0,03393 1,0152 1,0540 2,87912 0,173043 0,0015292 9,1904E-05 6,930E-02 41,208791
30° 2 0,05 0,06235 1,0152 1,0140 2,87912 0,317985 0,0015292 1,6887E-04 6,930E-02 35,842294
3 0,05 0,06931 1,0152 1,0144 2,87912 0,353481 0,0015292 1,8772E-04 6,930E-02 35,545024
1 0,05 0,06844 1,0152 1,0144 2,87912 0,349044 0,0015292 1,8536E-04 6,930E-02 33,333333
60° 2 0,05 0,06902 1,0152 1,0144 2,87912 0,352002 0,0015292 1,8693E-04 6,930E-02 30,120482
3 0,05 0,06931 1,0152 1,0144 2,87912 0,353481 0,0015292 1,8772E-04 6,930E-02 21,428571
1 0,05 0,07395 1,0152 1,0168 2,87912 0,377145 0,0015292 2,0028E-04 6,930E-02 39,473684
90° 2 0,05 0,07627 1,0152 1,0156 2,87912 0,388977 0,0015292 2,0657E-04 6,930E-02 34,802784
3 0,05 0,07598 1,0152 1,0160 2,87912 0,387498 0,0015292 2,0578E-04 6,930E-02 34,722222
Tabel 1.10. Data hasil perhitungan untuk laju alir gas tetap dan laju alir liquida berbubah
Qgas L L’ KL’ KL G KG’ (g/cm- KG (g/cm-
V1 (mL) V2 (mL) DCD (cm /s)
2

(cm3/s) (g/cm2.s) (g/cm2.s) (g/cm3.s) (g/cm3.s) (g/cm2) 3


.s) 3
.s)
3420,1715 0,2369 0,2368 0,02967 0,03012 94408,13 97616,50 0,65608 2,62701E-05 2,5584E-17 2,6423E-14
2974,7728 0,2060 0,2060 0,02771 0,02813 108543,42 112419,74 0,75558 2,61931E-05 2,3170E-17 2,3930E-14
2950,1005 0,2043 0,2043 0,02759 0,02801 109451,19 113169,51 0,76061 2,61161E-05 2,3056E-17 2,3812E-14
2766,5387 0,1916 0,1916 0,02674 0,02715 22586,43 23353,74 0,15696 2,61161E-05 6,9590E-17 7,1872E-14
2499,8844 0,1731 0,1731 0,02544 0,02583 24199,74 25064,04 0,16846 2,62701E-05 6,6268E-17 6,8441E-14
1778,4892 0,1232 0,1231 0,02153 0,02186 16133,16 16737,38 0,11249 2,62701E-05 8,7914E-17 9,0797E-14
3276,1643 0,2269 0,2268 0,02905 0,02949 4184,65 4341,38 0,02918 2,62701E-05 2,2610E-16 2,3351E-13
2888,4975 0,2000 0,2000 0,02731 0,02773 4179,71 4336,25 0,02914 2,62701E-05 2,2629E-16 2,3371E-13
2881,8112 0,1996 0,1995 0,02728 0,02769 4181,36 4323,41 0,02906 2,61161E-05 2,2663E-16 2,3406E-13
1.10. Grafik
2.0
y = 0.085x - 1.8416
1.8
R2 = 0.9989
1.6
1.4
1.2
H (cm)

1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 43.00
Q (mL/s)

Grafik 1.1. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir
liquida
7.00

6.00

5.00 y = -1E-05x + 4.9251


R2 = 0.0008
4.00
H (cm)

3.00

2.00

1.00

0.00
0 5000 10000 15000 20000 25000
Q (mL/s)

Grafik 1.2. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir
Gas
2.5 y = 0.0005x + 0.2077
R2 = 0.8077
2

1.5 y = -0.0001x + 1.9003


H (cm)

R2 = 0.2914
1 y = -0.0015x + 6.546
R2 = 0.9308
0.5

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Q (cm3/s)

Grafik 1.3. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
2.5
y = -0.0015x + 6.546
R2 = 0.9308
2
y = -0.0001x + 1.9003
1.5 R2 = 0.2914 Bukaan 30
y = -0.0001x + 1.7894
H (cm)

R2 = 0.932 Bukaan 60
Bukaan 90
1
Linear(Bukaan 30)
Linear(Bukaan 60)
0.5
Linear(Bukaan 90)

0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)

Grafik 1.4. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
8
y = -0.1605x + 12.332
7 R2 = 0.7627
6
y = 0.0024x + 5.4652 Bukaan 30
5
R2 = 0.066
4 Bukaan 60
H (cm)

Bukaan 90
3
Linear(Bukaan 30)
2 Linear(Bukaan 60)
y = -0.0196x + 0.8006 Linear(Bukaan 90)
1
R2 = 0.2914
0
0 10 20 30 40 50
-1
Q (cm3/s)

Grafik 1.5. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
8
y = -0.1605x + 12.332
7 R2 = 0.7627
6 y = 0.0024x + 5.4652
5 R2 = 0.066 Bukaan 30
Bukaan 60
4
H (cm)

Bukaan 90
3
Linear(Bukaan 30)
2 Linear(Bukaan 60)
1 y = -0.0196x + 0.8006 Linear(Bukaan 90 )
R2 = 0.2914
0
0 10 20 30 40 50
-1
Q (cm3/s)

Grafik 1.6. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.035
y = 4E-06x + 0.0148
0.03
R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0146
0.025 R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0123 Bukaan 30
KL (g/cm3.s)

0.02 R2 = 0.9995 Bukaan 60


0.015 Bukaan 90
Linear(Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)

0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)

Grafik 1.7. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (g/cm3.s) untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.035
y = 4E-06x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0146
0.025
R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0123 Bukaan 30
KL (g/cm3.s)

0.02 R2 = 0.9995 Bukaan 60


0.015 Bukaan 90
Linear(Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)

0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)

Grafik 1.8. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (g/cm3.s) untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.035
y = 0.0004x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0146
0.025
y = 0.0004x + 0.0123 R2 = 1
Bukaan 30
KL (g/cm3.s)

0.02 R2 = 0.9995
Bukaan 60
0.015 Bukaan 90
Linear(Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)

0
0 10 20 30 40 50
Q (cm3/s)

Grafik 1.9. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (g/cm3.s) untuk
laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.035
y = 0.0004x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0146
0.025 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0123
Bukaan 30
KL (g/cm3.s)

0.02 R2 = 0.9995
Bukaan 60
0.015 Bukaan 90
Linear( Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)

0
0 10 20 30 40 50
Q (cm3/s)

Grafik 1.10. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (g/ cm3.s) untuk
laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
1.11. Pembahasan
Dari percobaan didapatkan hasil:
1. Hubungan antara Q dengan H pada kalibrasi liquida dan gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q. Pada percobaan untuk
kalibrasi liquida dengan bukaan valve liquida 1 putaran didapatkan nilai H=
1,43 cm dan Q= 38,4870 sedangkan pada bukaan valve liquida 2 putaran
didapatan nilai H= 1,67 dan Q= 41,3391. Dari hasil yang didapatkan terbukti
bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.1
Untuk kalibrasi gas laju alir gas juga sudah sesuai dengan teori dimana
semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q. Pada percobaan untuk
kalibrasi gas dengan bukaan valve gas sebesar 30° didapatkan nilai H= 1,92
dan Q= 13002,05 dan pada bukaan valve gas sebesar 60° didapatkan nilai H=
1,54 dan Q= 21490,45. Dari hasil yang didapatkan terbukti bahwa hasil
percobaan tidak sesuai dengan teori karena nilai H dan Q naik turun karena
kesalahan pengamatan manometer saat percobaan dilakukan. Hal ini dapat
dilihat pada grafik 1.2.
2. Hubungan antara Q dengan H pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada laju alir liquida
tetap dan gas berubah didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori yang
dapat dilihat pada grafik 1.3. Dengan data pada bukaan 30° putaran 1
didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan H sebesar 1,5 cm. Dan pada bukaan
30° putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan H sebesar 1,5 cm.
Sedangkan pada percobaan laju alir gas tetap dan liquida berubah didapatkan
grafik hubungan antara H dan Q tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan
hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.4.
Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan
H sebesar 1,5 cm. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736
cm3/s dan H sebesar 1,5 cm.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan bisa dari kurangnya
efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan percobaan.
3. Hubungan antara Q dengan H pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada percobaan laju
alir liquid tetap dan gas berubah pada didapatkan grafik hubungan antara H dan
Q yang tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan hasil yang berbanding
terbalik seperti terlihat pada grafik 1.5. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1
didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan H sebesar 0 cm. Dan pada bukaan 30o
putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan H sebesar 6 cm.
Sedangkan pada percobaan laju ailr gas tetap dan laju alir liquida berubah
didapatkan grafik hubungan antara H dan Q yang tidak sesuai dengan teori
yakni didapatkan hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.6.
Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan
H sebesar 0 cm. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736
cm3/s dan H sebesar 6 cm
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
4. Hubungan antara Q dengan KL pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada
grafik 1.7. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar
41,2087 cm3/s dan KL sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3
didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.8. Dengan
data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan KL
sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar
39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
5. Hubungan antara Q dengan KL pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada
grafik 1.9. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar
41,2087 cm3/s dan KL sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3
didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.10. Dengan
data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan KL
sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar
39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
1.12. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan antara laju alir liquid (QL) dengan koefisien perpindahan massa (KL
dan KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir
liquid (QL) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa
liquid (KL), tetapi terjadi ketidaksesuaian pada hasil percobaan kami.
2. Hubungan antara laju alir gas (QG) dengan koefisien perpindahan massa gas
(KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir gas
(QG) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa gas (KG),
tetapi terjadi ketidaksesuaian pada hasil percobaan kami.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christiee J. 1978. Transport Processes and Unit Operation, 3rd Ed.
University of Minnesota
Perry. R. H. and Green, D. 1997. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. 6 th ed. New
York. Mc Graw-Hill Book Company.
Poespowati, Tri. 2016. Proses Pemmisahan Secara Destilasi.UMM Press: Malang.
Abuzar, S. S. Putra, Y. D. dan Emargi, R. E. 2012. Koefisien Transfer Gas (Kla ) Pada
Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima). Universitas
Andalas: Padang.
Kartohardjono, Sutrasno. 2007. Absorbsi CO2 Dari Campurannya Dengan CH4 Atau N2
Melalui Kontraktor Membran Serat Berongga Menggunakan Pelarut Air.
Universitas Indonesia: Depok
Komariah, L. Nurul., Ramdja., A.F., Leonard, Nicky. 2009. Tinjauan Teoritis
Perancangan Kolom Destilasi Untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Nisa, Nur Ihda Farikhatin. 2019. Simulasi Unit Stripping CO2 Dalam Packed Column
Skala Industri Dengan Kondisi Non-Isothermal. Universitas PGRI Madiun:
Madiun
Welasih, T. 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam Kolom
Packed Bed Dengan Metode Adsorpsi. Jurusan Teknik Kimia UPN: Surabaya
Widodo, L. U. 2009. Koefisien Perpindahan Massa Natrium Benzoat Dengan Air
Dalam Kolom Isian. Jurusan Teknik Kimia UPN: Surabaya

Anda mungkin juga menyukai