STRIPPING
Dimana:
DAB : Diffusivitas liquida (cm2/det)
T : Temperatur (K)
MB : Massa (gram)
VA : Volume molar solute (cm3/g.mol)
µB : Viskositas air (g/cm.det)
φ : Parameter association solvent
2. Persamaan diffusivitas gas
DCD = ....................................(1.2)
Dimana:
DCD : Diffusifitas gas (cm2/det)
VC : Volume diffusi atom udara (cm3)
VD : Volume diffusi atom gas (cm3)
MC : BM udara
MD : BM liquida (Geankoplis, 1997).
3. Persamaan koefisien transfer liquid
KL = …....................(1.3)
Dimana:
KL : Koefisien transfer massa liquida (g/cm3.det)
At : Luas total penampang packing (cm2)
DAB : Diffusifitas liquida (cm2/det)
ρ : Densitas (g/cm3)
µ : Viskositas (g/cm.s)
L : Laju mol total pada fase liquida (g.mol/cm2.det)
Hubungan persamaan koefisien transfer liquid:
- L’ semakin besar maka KL semakin besar. L’ didapat dari persamaan:
L’ = L ( 1 - X )............................................(1.4)
L= ..............................................(1.5)
- Kesimpulan dari persamaan diatas jika laju alir liquida (Q) semakin besar maka
koefisien massa transfer liquida (KL) semakin besar pula.
4. Persamaan koefisien transfer massa gas
KG = R =C ..................(1.6)
Dimana:
C : Konstanta ukuran packing
DCD : Diffusivitas gas (cm2/det)
At : Luas total eksternal packing (cm2)
µg : Viskositas gas (g/cm3)
ρg : Densitas gas (g/cm3)
DP : Diameter ekivalen packing (cm)
Hubungan persamaan koefisien transfer massa gas:
- Jika G semakin besar maka KG semakin besar. G didapat dari persamaan:
G= ......................................................(1.7)
........................................................(1.8)
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 43.00
Q (mL/s)
Grafik 1.1. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir
liquida
7.00
6.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0 5000 10000 15000 20000 25000
Q (mL/s)
Grafik 1.2. Hubungan antara laju alir Q (mL/s) dan H (cm) pada kalibrasi laju alir
Gas
2.5 y = 0.0005x + 0.2077
R2 = 0.8077
2
R2 = 0.2914
1 y = -0.0015x + 6.546
R2 = 0.9308
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.3. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
2.5
y = -0.0015x + 6.546
R2 = 0.9308
2
y = -0.0001x + 1.9003
1.5 R2 = 0.2914 Bukaan 30
y = -0.0001x + 1.7894
H (cm)
R2 = 0.932 Bukaan 60
Bukaan 90
1
Linear(Bukaan 30)
Linear(Bukaan 60)
0.5
Linear(Bukaan 90)
0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.4. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan H (cm) liquida untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
8
y = -0.1605x + 12.332
7 R2 = 0.7627
6
y = 0.0024x + 5.4652 Bukaan 30
5
R2 = 0.066
4 Bukaan 60
H (cm)
Bukaan 90
3
Linear(Bukaan 30)
2 Linear(Bukaan 60)
y = -0.0196x + 0.8006 Linear(Bukaan 90)
1
R2 = 0.2914
0
0 10 20 30 40 50
-1
Q (cm3/s)
Grafik 1.5. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
8
y = -0.1605x + 12.332
7 R2 = 0.7627
6 y = 0.0024x + 5.4652
5 R2 = 0.066 Bukaan 30
Bukaan 60
4
H (cm)
Bukaan 90
3
Linear(Bukaan 30)
2 Linear(Bukaan 60)
1 y = -0.0196x + 0.8006 Linear(Bukaan 90 )
R2 = 0.2914
0
0 10 20 30 40 50
-1
Q (cm3/s)
Grafik 1.6. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan H (cm) gas untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.035
y = 4E-06x + 0.0148
0.03
R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0146
0.025 R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0123 Bukaan 30
KL (g/cm3.s)
0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.7. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (g/cm3.s) untuk laju
alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.035
y = 4E-06x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0146
0.025
R2 = 1
y = 5E-06x + 0.0123 Bukaan 30
KL (g/cm3.s)
0
0 1000 2000 3000 4000
Q (cm3/s)
Grafik 1.8. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) gas dan KL (g/cm3.s) untuk laju
alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
0.035
y = 0.0004x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0146
0.025
y = 0.0004x + 0.0123 R2 = 1
Bukaan 30
KL (g/cm3.s)
0.02 R2 = 0.9995
Bukaan 60
0.015 Bukaan 90
Linear(Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)
0
0 10 20 30 40 50
Q (cm3/s)
Grafik 1.9. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (g/cm3.s) untuk
laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
0.035
y = 0.0004x + 0.0148
0.03 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0146
0.025 R2 = 1
y = 0.0004x + 0.0123
Bukaan 30
KL (g/cm3.s)
0.02 R2 = 0.9995
Bukaan 60
0.015 Bukaan 90
Linear( Bukaan 30)
0.01
Linear(Bukaan 60)
0.005 Linear(Bukaan 90)
0
0 10 20 30 40 50
Q (cm3/s)
Grafik 1.10. Hubungan antara laju alir Q (cm3/s) liquida dan KL (g/ cm3.s) untuk
laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah
1.11. Pembahasan
Dari percobaan didapatkan hasil:
1. Hubungan antara Q dengan H pada kalibrasi liquida dan gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q. Pada percobaan untuk
kalibrasi liquida dengan bukaan valve liquida 1 putaran didapatkan nilai H=
1,43 cm dan Q= 38,4870 sedangkan pada bukaan valve liquida 2 putaran
didapatan nilai H= 1,67 dan Q= 41,3391. Dari hasil yang didapatkan terbukti
bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori. Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.1
Untuk kalibrasi gas laju alir gas juga sudah sesuai dengan teori dimana
semakin besar nilai H maka semakin besar pula nilai Q. Pada percobaan untuk
kalibrasi gas dengan bukaan valve gas sebesar 30° didapatkan nilai H= 1,92
dan Q= 13002,05 dan pada bukaan valve gas sebesar 60° didapatkan nilai H=
1,54 dan Q= 21490,45. Dari hasil yang didapatkan terbukti bahwa hasil
percobaan tidak sesuai dengan teori karena nilai H dan Q naik turun karena
kesalahan pengamatan manometer saat percobaan dilakukan. Hal ini dapat
dilihat pada grafik 1.2.
2. Hubungan antara Q dengan H pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada laju alir liquida
tetap dan gas berubah didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori yang
dapat dilihat pada grafik 1.3. Dengan data pada bukaan 30° putaran 1
didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan H sebesar 1,5 cm. Dan pada bukaan
30° putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan H sebesar 1,5 cm.
Sedangkan pada percobaan laju alir gas tetap dan liquida berubah didapatkan
grafik hubungan antara H dan Q tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan
hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.4.
Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan
H sebesar 1,5 cm. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736
cm3/s dan H sebesar 1,5 cm.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan bisa dari kurangnya
efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan percobaan.
3. Hubungan antara Q dengan H pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q dan H adalah berbanding lurus, dimana
semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H. Pada percobaan laju
alir liquid tetap dan gas berubah pada didapatkan grafik hubungan antara H dan
Q yang tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan hasil yang berbanding
terbalik seperti terlihat pada grafik 1.5. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1
didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan H sebesar 0 cm. Dan pada bukaan 30o
putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan H sebesar 6 cm.
Sedangkan pada percobaan laju ailr gas tetap dan laju alir liquida berubah
didapatkan grafik hubungan antara H dan Q yang tidak sesuai dengan teori
yakni didapatkan hasil yang berbanding terbalik seperti terlihat pada grafik 1.6.
Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan
H sebesar 0 cm. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar 39,4736
cm3/s dan H sebesar 6 cm
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
4. Hubungan antara Q dengan KL pada fase gas
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada
grafik 1.7. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar
41,2087 cm3/s dan KL sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3
didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.8. Dengan
data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan KL
sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar
39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
5. Hubungan antara Q dengan KL pada fase liquida
Secara teori hubungan antara Q gas dan KL pada fase cair adalah berbanding
lurus. Pada percobaan laju alir liquida tetap dan laju alir gas berubah
didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada
grafik 1.9. Dengan data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar
41,2087 cm3/s dan KL sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3
didapatkan Q sebesar 39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Dan pada laju alir gas tetap dan laju alir liquida berubah juga didapatkan hasil
yang tidak sesuai dengan teori, hal ini dapat dilihat pada grafik 1.10. Dengan
data pada bukaan 30o putaran 1 didapatkan Q sebesar 41,2087 cm3/s dan KL
sebesar 0,03 g/cm3.s. Dan pada bukaan 30o putaran 3 didapatkan Q sebesar
39,4736 cm3/s dan KL sebesar 0,02 g/cm3.s.
Penyebab dari ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan teori bisa dari
kurangnya efisiensi alat dan kesalahan pengamatan manometer saat dilakukan
percobaan.
1.12. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan antara laju alir liquid (QL) dengan koefisien perpindahan massa (KL
dan KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir
liquid (QL) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa
liquid (KL), tetapi terjadi ketidaksesuaian pada hasil percobaan kami.
2. Hubungan antara laju alir gas (QG) dengan koefisien perpindahan massa gas
(KG) adalah berbanding lurus. Dimana semakin besar nilai dari laju alir gas
(QG) maka semakin besar pula nilai dari koefisien perpindahan massa gas (KG),
tetapi terjadi ketidaksesuaian pada hasil percobaan kami.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christiee J. 1978. Transport Processes and Unit Operation, 3rd Ed.
University of Minnesota
Perry. R. H. and Green, D. 1997. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. 6 th ed. New
York. Mc Graw-Hill Book Company.
Poespowati, Tri. 2016. Proses Pemmisahan Secara Destilasi.UMM Press: Malang.
Abuzar, S. S. Putra, Y. D. dan Emargi, R. E. 2012. Koefisien Transfer Gas (Kla ) Pada
Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima). Universitas
Andalas: Padang.
Kartohardjono, Sutrasno. 2007. Absorbsi CO2 Dari Campurannya Dengan CH4 Atau N2
Melalui Kontraktor Membran Serat Berongga Menggunakan Pelarut Air.
Universitas Indonesia: Depok
Komariah, L. Nurul., Ramdja., A.F., Leonard, Nicky. 2009. Tinjauan Teoritis
Perancangan Kolom Destilasi Untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Nisa, Nur Ihda Farikhatin. 2019. Simulasi Unit Stripping CO2 Dalam Packed Column
Skala Industri Dengan Kondisi Non-Isothermal. Universitas PGRI Madiun:
Madiun
Welasih, T. 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam Kolom
Packed Bed Dengan Metode Adsorpsi. Jurusan Teknik Kimia UPN: Surabaya
Widodo, L. U. 2009. Koefisien Perpindahan Massa Natrium Benzoat Dengan Air
Dalam Kolom Isian. Jurusan Teknik Kimia UPN: Surabaya