SEDIMENTASI
4.1 PENDAHULUAN
IV-1
IV-2
Fg = m.g ...(4.1)
= ρg. m. g
m. ρg
Fa = ...(4.2)
ρa
3. Gaya Dorong
Gaya ini terjadi saat larutan dipompakan ke dalam tabung clarifier. Gaya
dorong dapat juga dilihat pada saar mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya dorong didefinisikan pada
persamaan berikut:
( ρs− ρ ) . g . v . D 2
Fd = ...(4.3)
18 μ
D = Diameter (m)
Sedimentasi merupakan separasi yang parsial atau konsentrasi yang
tersuspensikan dalam partikel padat dari cairan karena pengaruh gaya gravitasi.
Wilayah sedimentasi ini mungkin dapat dibagi menjadi operasi bahan pengental
dan klasifikasi yang fungsional. Tujuan utama dari pengentalan adalah untuk
meningkatkan konsentrasi dari solid yang tersuspensi dalam aliran umpan yang
mana klasifikasi tersebut memindahkan partikel tersuspensi dalam jumlah yang
sedikit dan produknya berupa effluent yang jernih, dua fungsi ini adalah sama dan
terjadi secara serempak (Perry, 1997).
Ada empat kelas atau jenis pengendapan partikel secara umum yang
didasarkan pada konsentrasi dari partikel yang saling berhubungan. Kriteria ini
secara langsung mempengaruhi konstruksi dan desain dari kolom sedimentasi.
Adapun empat jenis pengendapan tersebut adalah sebagai berikut
(Geankoplis,1997):
a. Discrete Settling.
Discrete settling adalah pengendapan yang membutuhkan konsentrasi
suspended solid yang paling rendah, sehingga analisisnya menjadi yang
paling rendah dan paling sederhana. Di dalam discrete settling, partikel secara
individu mengendap dengan bebas dan tidak mengganggu pengendapan dan
partikel lainnya. Contoh aplikasi dari discrete settling adalah gritchambers.
b. Flocculant Settling
Flocculant settling mempunyai konsentrasi partikel yang cukup tinggi pada
penggumpalan. Peningkatan rata-rata massa partikel ini menyebabkan
pengendapan lebih cepat.
c. Hindred Settling
Konsentrasi partikel ini tidak terlalu tinggi sehingga patikel bercampur
dengan partikel lainnya dan kemudian mengendap bersama-sama.
d. Compressing Settling
Compressing settling mempunyai konsentrasi yang paling tinggi pada
suspended solid dan terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari
clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara memampatkan massa partikel
IV-5
dari bawah. Tekanan terjadi tidak hanya di dalam zona yang paling rendah
dari pada secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge thickening.
Proses sedimentasi secara batch adalah sebagai berikut, tinggi masing-
masing zona berbeda menurut waktu. Pemisahan untuk mencairkan slurry dengan
gravitasi dan padatan yang lebih tinggi disebut sedimentasi. Mekanisme
sedimentasi mungkin menjelaskan dari pengamatan atas apa yang terjadi selama
beberapa kumpulan dalam menyelesaikan percobaan sebagai padatan terbaik dari
slurry di silinder kaca.
Gambar 4.1 (a) menunjukkan bahwa slurry dipersiapkan dari konsentrasi yang
seragam ke partikel padat sepanjang silinder. Setelah proses dimulai, semua
partikel mulai diasumsikan mendekati dengan kecepatan terminal velocity bawah.
Pada beberapa wilayah, konsentrasi akan menjadi lebih stabil, lihat gambar 4.1
(b). Zona D merupakan yang lebih berat dan padat lebih cepat menyelesaikan
partikel. Zona C yaitu daerah distribusi ukuran variabel dan tidak memiliki
konsentrasi seragam. Zona B yaitu daerah konsentrasi seragam dan memiliki
konsentrasi yang kira-kira sama dan distribusi sebagai awalnya. Terdapat puncak
B yang memiliki batas di atas daerah cairan, jika slurry yang asli diteliti dengan
ukuran yang padat berkenaan dengan batas antara A dan B yang tajam
(Brown,1990).
IV-6
Sifat fisik dan kimia dari tawas diantaranya adalah sebagai berikut
(Sciencelab, 2005):
Keadaan fisik : padat
Bau : tidak bau
Warna : putih
Berat molekul : 101,96 g/mol
Titik didih : 2930 °C (5396 °F)
Titik lebur : 2072 °C (3761 °F)
Asam klorida (HCl) memiliki sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia antara
lain (Anesti, 2002):
Berat molekul : 36,46 g/mol
Keadaan fisik : larutan
Titik didih : 50,5 °C (untuk HCl 37% dalam air)
Titik lebur : -25,4 °C (39,17% HCl dalam air)
Bau : berbau tajam
Warna : bening
Sifat-sifat kimia:
1. Bersifat volatil (mudah menguap)
2. Merupakan asam kuat
3. Berasap di udara karena mudah mengembun bersama uap air
4. Dapat teroksidasi oleh oksidator kuat (MnO2, KMnO4 dan K2Cr2O2)
5. Larut dalam air
6. Bereaksi dengan air, merupakan reaksi eksotermis
7. Dapat menetralisasi basa membentuk garam
8. Pada konsentrasi tinggi sangat korosif dan mudah melarutkan zat organik
9. Bereaksi dengan basa membentuk garam klorida
10. Merupakan hasil elektrolisis dari natrium klorida
Sifak fisik dan kimia dari CaCO3 diantaranya adalah (Sciencelab, 2005):
Berat molekul : 100,0869 g/mol
Keadaan fisik : padat
Titik didih : mengurai
IV-7
Deskripsi Alat
Keterangan:
1. Gelas ukur 1000 mL
2. Zona A (bening)
3. Zona B (keruh)
4. Zona C (endapan)
IV-8
IV-9
4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- CaCO3 30 gram
- HCl 1% 6 mL
- Tawas (Al2(SO4)3.18H2O) 1% 6 mL
- Akuades 1000 mL
IV-10
IV-11
Ketinggian (cm)
Waktu (menit) Zona B+C (cm)
Zona A (cm) Zona B (cm) Zona C (cm)
1 7,8 22,7 0,4 23,1
2 12,4 17,6 0,9 18,5
3 18,6 11,1 1,2 12,3
4 29,1 1,5 1,3 1,8
Lanjutan Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O + Al2(SO4)3
5 29,6 0 1,3 1,3
6 29,6 0 1,3 1,3
7 29,6 0 1,3 1,3
8 29,6 0 1,3 1,3
9 29,6 0 1,3 1,3
10 29,6 0 1,3 1,3
11 29,6 0 1,3 1,3
12 29,6 0 1,3 1,3
13 29,6 0 1,3 1,3
14 29,6 0 1,3 1,3
15 29,6 0 1,3 1,3
16 29,6 0 1,3 1,3
17 29,6 0 1,3 1,3
18 29,6 0 1,3 1,3
19 29,6 0 1,3 1,3
20 29,6 0 1,3 1,3
21 29,6 0 1,3 1,3
22 29,6 0 1,3 1,3
23 29,6 0 1,3 1,3
24 29,6 0 1,3 1,3
25 29,6 0 1,3 1,3
26 29,6 0 1,3 1,3
27 29,6 0 1,3 1,3
28 29,6 0 1,3 1,3
29 29,6 0 1,3 1,3
30 29,6 0 1,3 1,3
IV-13
4.4.3 Pembahasan
Proses sedimentasi yaitu proses operasi pemisahan dengan tujuan
memisahkan campuran padat-cair berbentuk slurry menjadi cairan yang bebas
padatan akibat dari gaya beratnya sendiri. Pada percobaan ini dilakukan proses
sedimentasi batch. Sedimentasi batch yaitu proses pengendapan suspensi yang
memiliki ukuran partikel yang seragam yang dimasukkan dalam gelas ukur yang
berdiri tegak.
Percobaan ini menggunakan tiga variasi data yaitu campuran CaCO3 dan
H2O, CaCO3 dengan H2O dan HCl, dan CaCO3 dengan H2O dan tawas. Adanya
variasi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara kecepatan
pengendapan (sedimentasi) dengan konsentrasi suspensi yang berbeda-beda.
Fungsi penambahan air pada CaCO3 adalah untuk melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam CaCO3. Serbuk CaCO3 pada saat pencampuran dengan air
dilakukan selama 7 menit yang dimaksudkan agar proses pegadukan dapat terjadi
secara homogen, sehingga terbentuk suspensi larutan kapur. Saat larutan
didiamkan akan terjadi pengendapan di dasar gelas. Larutan CaCO 3 dengan
akuades mengalami penguraian menjadi anion CO32- dan kation Ca2+. Hal ini
menyebabkan anionnya bergabung dengan ion dari hidrogen pada akuades
menjadi anion HCO3- dan membentuk asam lemah yang sedikit berdisosiasi
IV-15
menjadi basa kuat karena karbonat yang tidak dapat larut tetapi bereaksi dengan
hidrogen membentuk asam karbonat. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
30
25
20
15
Z (cm)
10
Variasi I Zona B+C
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
θ (menit)
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ketinggian pada awalnya berbanding
terbalik terhadap waktu, dimana semakin tinggi waktu maka ketinggian dari zona
keruh ditambahkan zona pengendapan semakin menurun. Ketika suspensi berada
di gelas, bagian atas suspensi memberikan gaya apung sehingga partikel menjadi
melayang di zona keruh. Saat CaCO3 mulai turun karena pengaruh gaya gravitasi,
gaya dorong dihasilkan oleh zat padat sehingga air akan memberi gaya yang sama
besar dengan berat CaCO3 tersebut dan menghasilkan endapan. Pada menit ke-7
hingga menit ke-30 ketinggian menjadi konstan yaitu 1,2 cm. Hal ini karena
larutan sudah berada pada fase jenuh, sehingga menyebabkan berkurangnya gaya
dorong ke permukaan yang dilakukan fluida dan semakin besar partikel sudah
mengendap seluruhnya. Tidak linearnya grafik hubungan waktu terhadap
ketinggian karena perbedaan kecepatan jatuh partikel CaCO3 setiap menit atau
kecapatan yang tidak konstan dari partikel CaCO3 ke dasar gelas ukur.
Suspensi variasi II yaitu CaCO3 30 gram, 1000 mL akuades dan 6 mL HCl
dengan waktu pengendapan tiap menit selama 30 menit yang dapat dilihat pada
Gambar 4.4 berikut:
IV-17
30
25
20
15
Z (cm)
10
Variasi II Zona B+C
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
θ (menit)
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa ketinggian pada awalnya berbanding
terbalik terhadap waktu. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu maka
ketinggian dari zona keruh ditambahkan zona pengendapan semakin menurun.
Dari grafik dapat dilihat penambahan HCl dapat mempercepat pengendapan. Hal
ini dikarenakan penambahan HCl akan menyebabkan pH dari suspensi menjadi
netral. HCl merupakan larutan asam yang akan membentuk garam-garam apabila
dicampurkan dengan CaCO3 yang terdisosiasi menjadi basa. Garam yang
terbentuk mempunyai massa yang lebih besar sehingga proses pengendapan
terjadi lebih cepat dan terdapat gaya tarik-menarik antara partikel sejenis yaitu
CaCO3 dengan HCl sehingga endapan cepat terbentuk. Pada menit ke-6 hingga
menit ke-30 menjadi konstan yaitu 1,3 cm. Hal ini karena larutan sudah berada
pada fase jenuh, sehingga menyebabkan berkurangnya gaya dorong ke permukaan
yang dilakukan fluida dan semakin besar partikel sudah mengendap seluruhnya.
Tidak linearnya grafik hubungan waktu terhadap ketinggian karena perbedaan
kecepatan jatuh partikel CaCO3 setiap menit ke dasar gelas ukur. Adapun reaksi
penambahahan HCl terhadap CaCO3 sebagai berikut:
30
25
20
15
Z (cm)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
θ (menit)
dan dapat diendapkan. Pada menit ke-5 hingga menit ke-30 ketinggian menjadi
konstan yaitu 1,3 cm. Hal ini karena larutan sudah berada pada fase jenuh,
sehingga menyebabkan berkurangnya gaya dorong ke permukaan yang dilakukan
fluida dan semakin besar partikel sudah mengendap seluruhnya. Tidak linearnya
grafik hubungan waktu terhadap ketinggian karena perbedaan kecepatan jatuh
partikel CaCO3 setiap menit ke dasar gelas ukur. Adapun reaksi penambahan
Al2(SO4)3 terhadap CaCO3 sebagai berikut:
Suspensi variasi II dan III memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mempercepat pengendapan partikel padatan CaCO3. Suspensi II dan III mencapai
kondisi konstan pada menit ke-6 dan ke-5. Ketinggian endapan pada variasi II dan
III yaitu sama-sama 1,3 cm. tawas merupakan koagulan yang dapat mempercepat
proses pengendapan. Dari tiga variasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
proses pengendapan yang paling baik adalah menggunakan tawas. Tawas dapat
mengubah partikel yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang mudah
mengendap. Sedangkan untuk proses paling baik kedua adalah dengan
penambahan HCl. Hal ini dikarenakan HCl dapat menyebabkan pH suspensi
CaCO3 menjadi netral sehingga mempercepat terjadinya proses pengendapan.
Berikut adalah grafik hubungan antara konsentrasi (CL) terhadap kecepatan
(VL) pada suspensi CaCO3 dengan H2O yang dapat dilihat pada Gambar 4.6
berikut ini:
IV-20
3.5
3
2.5
VL (cm/menit)
2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.06 0.07
CL (g/mL)
4
3.5
3
VL (cm/menit)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.06 0.07
CL (g/mL)
4.5
4
3.5
3
VL (cm/menit)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.07 0.07 0.08
CL (g/mL)
untuk nilai CL terbesar terdapat pada variasi II dan III yaitu 0,071 g/mL dan untuk
variasi I memiliki nilai CL yaitu 0,066 g/mL. sehingga dapat dikatakan adanya
penambahan senyawa lain dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan.
Free settling (Vt) adalah keadaan dimana padatan turun dan mengendap
karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Nilai kecepatan free settling (Vt) pada
variasi I, II dan III berturut-turut sebesar 7,826 cm/s ; 11,884 cm/s dan 11,811
cm/s. Kecepatan nilai free settling pada variasi II memiliki nilai terbesar karena
densitas HCl lebih besar dibandingkan kedua variasi lainnya. Semakin besar
densitas maka kecepatan pengendapan akan semakin cepat. Hindered settling
pada pengendapan ini mempunyai konsentrasi partikel tidak terlalu tinggi,
kemudian partikel lainnya dengan pengendapan secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi diantaranya adalah.
Konsentrasi, ukuran partikel dan jenis partikel. Semakin besar konsentrasi, gaya
gesek yang dialami partikel akan semakin besar sehingga kecepan sedimentasi
semakin menurun. Semakin besar ukuran partikel maka semakin besar pula luas
permukaan dan volumenya yang mana berbanding lurus dengan gaya ke atas
(gaya drag dan gaya apung) sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh terhadap
gaya gravitasi. Semakin besar densitas partikel maka gaya gravitasi akan semakin
besar dan kecepatan sedimentasi semakin meningkat.
4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Nilai VL dan CL pada variasi I secara berturut-turut adalah 3,114 cm/menit
– 1,829 cm/menit dan 0,040 g/mL - 0,066 g/mL. Pada variasi II adalah
3,450 cm/menit – 1,950 cm/menit dan 0,042 g/mL - 0,071 g/mL. Pada
variasi III 4,140 cm/menit – 2,340 cm/menit dan 0,042 g/mL - 0,071
g/mL.
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kecepatan pengendapan partikel
free settling (Vt) pada variasi I, II dan III berturut-turut adalah 7,826 cm/s,
11,884 cm/s dan 11,811 cm/s.
3. Variasi paling baik yang digunakan sebagai koagulan adalah variasi III
karena memiliki nilai kecepatan pengandapan (VL) paling besar dibanding
variasi I dan II yaitu sebesar 4,140 cm/menit
4.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya digunakan
larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Misalnya HCl konsentrasi 0,5 N dan
tawas 5%. Agar mengetahui pengaruhnya terhadap kecepatan pengendapan.
IV-24