Anda di halaman 1dari 24

PERCOBAAN 4

SEDIMENTASI

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mencari data dan membuat grafik hubungan kecepatan sedimentasi, Vt,
dengan konsentrasi endapan, CL, berdasarkan data percobaan sedimentasi
secara batch.
2. Mencari kecepatan free settling, Vt.

4.1.2 Latar Belakang


Sedimentasi merupakan salah satu cara ekonomis untuk memisahkan
padatan dari suatu suspensi bubur atau slurry. Proses pemisahan ini merupakan
salah satu jenis operasi yang banyak dibutuhkan dalam industri teknik kimia.
Sedimentasi bertujuan untuk memisahkan padatan dari cairan dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi.
Proses sedimentasi dilakukan dengan memisahkan partikel-partikel padat
maupun cair dari suatu cairan atau gas tertentu. Melalui hal ini maka partikel
padat dapat di klasifikasikan menurut massa jenis dan ukuran partikelnya. Padatan
yang tersuspensi dalam suatu cairan yang akan terjadi peristiwa turunnya partikel-
partikel padat yang semula tersebar, hal ini karena adanya gaya berat dan gaya
graviatasi serta gaya dorong yang mempengaruhi.
Aplikasi pada kehidupan sehari-hari yaitu untuk mejernihkan air.
Sedangkan pada skala industri sedimentasi digunakan untuk mengurangi polusi
dari limbah insdustri. Proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubuk
selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air. Dari percobaan ini praktikan
diharapkan dapat memahami tahapan proses sedimentasi serta mengetahui hal-hal
yang mempengaruhinya sehingga dapat mengaplikasikannya dalam dunia industri.

IV-1
IV-2

4.2 DASAR TEORI

Sedimentasi adalah suatu pemisahan suspensi (campuran padat-cair)


menjadi jernih (cairan bening) dan suspendi yang lebih padat (sludge).
Sedimentasi dapat berlangsung secara batch dan kontinu (thickener), hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut (Brown, 1990):
1. Sedimentasi Batch
Sedimentasi ini biasanya digunakan pada laboratorium. Suatu suspensi yang
mempunyai ukuran partikel hampir seragam (uniform) dimasukkan dalam
tabung gelas yang berdiri tegak.
2. Sedimentasi kontinu
Pada industri, sedimetasi sering dijalankan dalam proses kontinu yang disebut
thickener.
Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis untuk
memisahkan padatan dari suspensi. Rancangan peralatan sedimentasi selalu di
dasarkan pada percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil. Sedimentasi
merupakan peristiwa turunnya partikel padat yang semula tersebar rata dalam
cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat
dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar (endapan). Selama proses
sedimentasi berlangsung terdapat tiga 3 buah gaya yaitu (McCabe, 1993):
1. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil daripada berat
jenis partikel. Sehingga partikel lain lebih cepat untuk mengendap. Gaya ini
bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya partikel padatan
menuju ke dasar tabung untuk membentuk endapan. Pada kondisi ini sangat
dipengaruhi oleh hukum II newton:

Fg = m.g ...(4.1)
= ρg. m. g

Dimana: Fg = Gaya gesek (N)


IV-3

m = Massa partikel (kg)


g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
ρa = Massa jenis padatan (kg/m3)

2. Gaya Apung atau Melayang


Gaya apung terjadi bila massa jenis partikel lebih kecil daripada massa jenis
cairan fluida. Sehingga padatan berada di permukaan cairan.

m. ρg
Fa = ...(4.2)
ρa

Dimana: Fa = Gaya apung (N)


m = Massa partikel (kg)
ρg = Densitas partikel (kg/m3)
ρa = Densitas air (kg/m3)

3. Gaya Dorong
Gaya ini terjadi saat larutan dipompakan ke dalam tabung clarifier. Gaya
dorong dapat juga dilihat pada saar mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya dorong didefinisikan pada
persamaan berikut:

( ρs− ρ ) . g . v . D 2
Fd = ...(4.3)
18 μ

Dimana: Fd = Gaya gesek (N)


ρ s = Densitas padatan (kg/m3)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
v = Kecepatan padatan (m/s)
μ = Viskositas campuran (N/m2)
IV-4

D = Diameter (m)
Sedimentasi merupakan separasi yang parsial atau konsentrasi yang
tersuspensikan dalam partikel padat dari cairan karena pengaruh gaya gravitasi.
Wilayah sedimentasi ini mungkin dapat dibagi menjadi operasi bahan pengental
dan klasifikasi yang fungsional. Tujuan utama dari pengentalan adalah untuk
meningkatkan konsentrasi dari solid yang tersuspensi dalam aliran umpan yang
mana klasifikasi tersebut memindahkan partikel tersuspensi dalam jumlah yang
sedikit dan produknya berupa effluent yang jernih, dua fungsi ini adalah sama dan
terjadi secara serempak (Perry, 1997).
Ada empat kelas atau jenis pengendapan partikel secara umum yang
didasarkan pada konsentrasi dari partikel yang saling berhubungan. Kriteria ini
secara langsung mempengaruhi konstruksi dan desain dari kolom sedimentasi.
Adapun empat jenis pengendapan tersebut adalah sebagai berikut
(Geankoplis,1997):
a. Discrete Settling.
Discrete settling adalah pengendapan yang membutuhkan konsentrasi
suspended solid yang paling rendah, sehingga analisisnya menjadi yang
paling rendah dan paling sederhana. Di dalam discrete settling, partikel secara
individu mengendap dengan bebas dan tidak mengganggu pengendapan dan
partikel lainnya. Contoh aplikasi dari discrete settling adalah gritchambers.
b. Flocculant Settling
Flocculant settling mempunyai konsentrasi partikel yang cukup tinggi pada
penggumpalan. Peningkatan rata-rata massa partikel ini menyebabkan
pengendapan lebih cepat.
c. Hindred Settling
Konsentrasi partikel ini tidak terlalu tinggi sehingga patikel bercampur
dengan partikel lainnya dan kemudian mengendap bersama-sama.
d. Compressing Settling
Compressing settling mempunyai konsentrasi yang paling tinggi pada
suspended solid dan terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari
clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara memampatkan massa partikel
IV-5

dari bawah. Tekanan terjadi tidak hanya di dalam zona yang paling rendah
dari pada secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge thickening.
Proses sedimentasi secara batch adalah sebagai berikut, tinggi masing-
masing zona berbeda menurut waktu. Pemisahan untuk mencairkan slurry dengan
gravitasi dan padatan yang lebih tinggi disebut sedimentasi. Mekanisme
sedimentasi mungkin menjelaskan dari pengamatan atas apa yang terjadi selama
beberapa kumpulan dalam menyelesaikan percobaan sebagai padatan terbaik dari
slurry di silinder kaca.

Gambar 4.1 Zona Sedimentasi Batch

Gambar 4.1 (a) menunjukkan bahwa slurry dipersiapkan dari konsentrasi yang
seragam ke partikel padat sepanjang silinder. Setelah proses dimulai, semua
partikel mulai diasumsikan mendekati dengan kecepatan terminal velocity bawah.
Pada beberapa wilayah, konsentrasi akan menjadi lebih stabil, lihat gambar 4.1
(b). Zona D merupakan yang lebih berat dan padat lebih cepat menyelesaikan
partikel. Zona C yaitu daerah distribusi ukuran variabel dan tidak memiliki
konsentrasi seragam. Zona B yaitu daerah konsentrasi seragam dan memiliki
konsentrasi yang kira-kira sama dan distribusi sebagai awalnya. Terdapat puncak
B yang memiliki batas di atas daerah cairan, jika slurry yang asli diteliti dengan
ukuran yang padat berkenaan dengan batas antara A dan B yang tajam
(Brown,1990).
IV-6

Sifat fisik dan kimia dari tawas diantaranya adalah sebagai berikut
(Sciencelab, 2005):
Keadaan fisik : padat
Bau : tidak bau
Warna : putih
Berat molekul : 101,96 g/mol
Titik didih : 2930 °C (5396 °F)
Titik lebur : 2072 °C (3761 °F)
Asam klorida (HCl) memiliki sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia antara
lain (Anesti, 2002):
Berat molekul : 36,46 g/mol
Keadaan fisik : larutan
Titik didih : 50,5 °C (untuk HCl 37% dalam air)
Titik lebur : -25,4 °C (39,17% HCl dalam air)
Bau : berbau tajam
Warna : bening
Sifat-sifat kimia:
1. Bersifat volatil (mudah menguap)
2. Merupakan asam kuat
3. Berasap di udara karena mudah mengembun bersama uap air
4. Dapat teroksidasi oleh oksidator kuat (MnO2, KMnO4 dan K2Cr2O2)
5. Larut dalam air
6. Bereaksi dengan air, merupakan reaksi eksotermis
7. Dapat menetralisasi basa membentuk garam
8. Pada konsentrasi tinggi sangat korosif dan mudah melarutkan zat organik
9. Bereaksi dengan basa membentuk garam klorida
10. Merupakan hasil elektrolisis dari natrium klorida
Sifak fisik dan kimia dari CaCO3 diantaranya adalah (Sciencelab, 2005):
Berat molekul : 100,0869 g/mol
Keadaan fisik : padat
Titik didih : mengurai
IV-7

Titik lebur : 825 °C


Bau : tidak berbau
Warna : putih
Densitas : 2,83 g/cm3
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan sedimenasi yaitu:
1. Konsentrasi
Dengan semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dalam partikel
karena partikel lain semakin besar. Sehingga drag forcenya semakin besar.
Hal ini disebabkan dengan semakin besarnya konsentrasi berarti semakin
banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan
bertambahnya gaya gesek antar suatu partikel dengan partikel yang lain. Gaya
gesek ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan partikel dalam
fluida. Gaya ini disebabkan oleh adanya transfer momentum yang arahnya
tegak lurus. Maka dengan adanya drag force yang arahnya berlawanan
dengan arah partikel akan menyebabkan gerakan partikel lambat karena
semakin kecil gaya total ke bawah sehingga kecepatan pengendapannya
semakin turun.
2. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya apung.
Hal ini disebabkan gaya ke atas semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapannya
menurun.
3. Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida statis. Densitas partikel yang
semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya
gravitasinya akan semakin besar. Sehingga resultan gaya ke bawah akan
semakin besar pula, ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin
besar pula (Rifai, 2007).
4.3 METODOLOGI PERCOBAAN

4.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Gelas ukur 1000 mL
- Gelas beker 1000 mL
- Propipet
- Stopwatch
- Pipet volume 10 mL
- Gelas arloji
- Pengaduk kaca
- Sudip
- Senter
- Penggaris 60 cm

Deskripsi Alat

Keterangan:
1. Gelas ukur 1000 mL
2. Zona A (bening)
3. Zona B (keruh)
4. Zona C (endapan)

Gambar 4.2 Rangkaian Alat Sedimentasi

IV-8
IV-9

4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- CaCO3 30 gram
- HCl 1% 6 mL
- Tawas (Al2(SO4)3.18H2O) 1% 6 mL
- Akuades 1000 mL

4.3.3 Prosedur Kerja


- CaCO3 ditimbang sebanyak 30 gram.
- Akuades diambil sebanyak 1000 mL lalu dimasukkan ke dalam gelas
beker dan diaduk selama 7 menit.
- Larutan CaCO3 dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 mL. perhitungan
waktu pengamatan dimulai pada tetes terakhir. Tinggi total larutan CaCO 3
diamati. Setelah itu tinggi dari masing-masing zona diukur setiap menit
hingga menit ke-30.
- Hasil pengamatan dicatat.
- Langkah 1-5 diulangi dengan massa CaCO3 sebanyak 30 gram dan
ditambahkan larutan NaOH 1% sebanyak 6 mL untuk variasi 2 dan
ditambahkan tawas (Al2(SO4)3.18H2O) 1% sebanyak 6 mL untuk variasi 3.
1.
4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
Variasi 3 +
CaCO3 Variasi 1 + H2O Variasi 2 + HCl
Al2(SO4)3
Jumlah H2O 1000 mL 1000 mL 1000 mL
Tinggi cairan (awal) 30,8 cm 30,8 cm 30,9 cm
Tinggi cairan (akhir) 30,8 cm 30,8 cm 30,9 cm
Volume cairan total 1000 mL 1006 mL 1006 mL
Volume sampel 1000 mL 6 mL 6 mL
Jumlah CaCO3 30 gram 30 gram 30 gram

Table 4.2 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O


Ketinggian (cm)
Waktu (menit) Zona B+C (cm)
Zona A (cm) Zona B (cm) Zona C (cm)
1 6,7 23,85 0,25 24,1
2 9,7 20,6 0,5 21,1
3 14,4 15,6 0,8 16,4
4 19,8 10,1 0,9 11
5 24,1 5,55 1,15 0,7
6 28 1,6 1,2 2,6
7 29,6 0 1,2 1,2
8 29,6 0 1,2 1,2
9 29,6 0 1,2 1,2
10 29,6 0 1,2 1,2
11 29,6 0 1,2 1,2
12 29,6 0 1,2 1,2
13 29,6 0 1,2 1,2
14 29,6 0 1,2 1,2
Lanjutan Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O
15 29,6 0 1,2 1,2
16 29,6 0 1,2 1,2
17 29,6 0 1,2 1,2
18 29,6 0 1,2 1,2
19 29,6 0 1,2 1,2
20 29,6 0 1,2 1,2
21 29,6 0 1,2 1,2
22 29,6 0 1,2 1,2
23 29,6 0 1,2 1,2
24 29,6 0 1,2 1,2

IV-10
IV-11

25 29,6 0 1,2 1,2


26 29,6 0 1,2 1,2
27 29,6 0 1,2 1,2
28 29,6 0 1,2 1,2
29 29,6 0 1,2 1,2
30 29,6 0 1,2 1,2

Table 4.3 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O + HCl


Ketinggian (cm)
Waktu (menit) Zona B+C (cm)
Zona A (cm) Zona B (cm) Zona C (cm)
1 7 25,5 0,3 23,8
2 11,8 18,5 0,5 19
3 15,2 14,8 0,8 15,6
4 23 8,8 1 7,8
5 29,4 0,2 1,2 1,4
6 29,5 0 1,3 1,3
7 29,5 0 1,3 1,3
8 29,5 0 1,3 1,3
9 29,5 0 1,3 1,3
Lanjutan Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O + HCl
10 29,5 0 1,3 1,3
11 29,5 0 1,3 1,3
12 29,5 0 1,3 1,3
13 29,5 0 1,3 1,3
14 29,5 0 1,3 1,3
15 29,5 0 1,3 1,3
16 29,5 0 1,3 1,3
17 29,5 0 1,3 1,3
18 29,5 0 1,3 1,3
19 29,5 0 1,3 1,3
20 29,5 0 1,3 1,3
21 29,5 0 1,3 1,3
22 29,5 0 1,3 1,3
23 29,5 0 1,3 1,3
24 29,5 0 1,3 1,3
25 29,5 0 1,3 1,3
26 29,5 0 1,3 1,3
27 29,5 0 1,3 1,3
28 29,5 0 1,3 1,3
29 29,5 0 1,3 1,3
30 29,5 0 1,3 1,3

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O + Al2(SO4)3


IV-12

Ketinggian (cm)
Waktu (menit) Zona B+C (cm)
Zona A (cm) Zona B (cm) Zona C (cm)
1 7,8 22,7 0,4 23,1
2 12,4 17,6 0,9 18,5
3 18,6 11,1 1,2 12,3
4 29,1 1,5 1,3 1,8
Lanjutan Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Sedimentasi CaCO3 + H2O + Al2(SO4)3
5 29,6 0 1,3 1,3
6 29,6 0 1,3 1,3
7 29,6 0 1,3 1,3
8 29,6 0 1,3 1,3
9 29,6 0 1,3 1,3
10 29,6 0 1,3 1,3
11 29,6 0 1,3 1,3
12 29,6 0 1,3 1,3
13 29,6 0 1,3 1,3
14 29,6 0 1,3 1,3
15 29,6 0 1,3 1,3
16 29,6 0 1,3 1,3
17 29,6 0 1,3 1,3
18 29,6 0 1,3 1,3
19 29,6 0 1,3 1,3
20 29,6 0 1,3 1,3
21 29,6 0 1,3 1,3
22 29,6 0 1,3 1,3
23 29,6 0 1,3 1,3
24 29,6 0 1,3 1,3
25 29,6 0 1,3 1,3
26 29,6 0 1,3 1,3
27 29,6 0 1,3 1,3
28 29,6 0 1,3 1,3
29 29,6 0 1,3 1,3
30 29,6 0 1,3 1,3
IV-13

4.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Sedimentasi CaCO3 + H2O
Zo Co ZL Vt
Zi ϴi ϴL cm g
No (cm) (g/mL (cm VL ( ) CL ( ) (cm/s)
(cm) (menit) (menit) menit mL
) )
1 30,8 0.03 23 7,1 1,2 7 3,114 0,040 7,826
2 30,8 0,03 22 7,1 1,2 7 2,971 0,042 7,826
3 30,8 0,03 21 7,1 1,2 7 2,829 0,044 7,826
4 30,8 0,03 20 7,1 1,2 7 2,686 0,044 7,826
5 30,8 0,03 19 7,1 1,2 7 2,543 0,049 7,826
6 30,8 0,03 18 7,1 1,2 7 2,400 0,051 7,826
7 30,8 0,03 17 7,1 1,2 7 2,257 0,054 7,826
8 30,8 0,03 16 7,1 1,2 7 2,114 0,058 7,826
9 30,8 0,03 15 7,1 1,2 7 1,971 0,062 7,826
10 30,8 0,03 14 7,1 1,2 7 1,829 0,066 7,826

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Sedimentasi CaCO3 + H2O + HCl


Zo Co ϴi ϴL Vt
Zi ZL cm g
No (cm) (g/mL) (menit (menit VL ( ) CL ( ) (cm/s)
(cm) (cm) menit mL
) )
1 30,8 0.03 22 6,2 1,3 6 3,450 0,042 11,884
2 30,8 0,03 21 6,2 1,3 6 3,283 0,044 11,884
3 30,8 0,03 20 6,2 1,3 6 3,117 0,046 11,884
4 30,8 0,03 19 6,2 1,3 6 2,950 0,049 11,884
5 30,8 0,03 18 6,2 1,3 6 2,783 0,051 11,884
6 30,8 0,03 17 6,2 1,3 6 2,617 0,054 11,884
7 30,8 0,03 16 6,2 1,3 6 2,450 0,058 11,884
8 30,8 0,03 15 6,2 1,3 6 2,283 0,062 11,884
9 30,8 0,03 14 6,2 1,3 6 2,117 0,066 11,884
10 30,8 0,03 13 6,2 1,3 6 1,950 0,071 11,884
IV-14

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Sedimentasi CaCO3 + H2O + Al2(SO4)3


Zo Co ϴi ϴL Vt
Zi ZL cm g
No (cm) (g/mL) (menit (menit VL ( ) CL ( ) (cm/s)
(cm) (cm) menit mL
) )
1 30,9 0.03 22 5,3 1,3 5 4,140 0,042 11,811
2 30,9 0,03 21 5,3 1,3 5 3,940 0,042 11811
3 30,9 0,03 20 5,3 1,3 5 3,740 0,046 11,811
4 30,9 0,03 19 5,3 1,3 5 3,540 0,049 11,811
5 30,9 0,03 18 5,3 1,3 5 3,340 0,052 11,811
6 30,9 0,03 17 5,3 1,3 5 3,140 0,055 11,811
7 30,9 0,03 16 5,3 1,3 5 2,940 0,058 11,811
8 30,9 0,03 15 5,3 1,3 5 2,740 0,062 11,811
9 30,9 0,03 14 5,3 1,3 5 2,540 0,066 11,811
10 30,9 0,03 13 5,3 1,3 5 2,340 0,071 11,811

4.4.3 Pembahasan
Proses sedimentasi yaitu proses operasi pemisahan dengan tujuan
memisahkan campuran padat-cair berbentuk slurry menjadi cairan yang bebas
padatan akibat dari gaya beratnya sendiri. Pada percobaan ini dilakukan proses
sedimentasi batch. Sedimentasi batch yaitu proses pengendapan suspensi yang
memiliki ukuran partikel yang seragam yang dimasukkan dalam gelas ukur yang
berdiri tegak.
Percobaan ini menggunakan tiga variasi data yaitu campuran CaCO3 dan
H2O, CaCO3 dengan H2O dan HCl, dan CaCO3 dengan H2O dan tawas. Adanya
variasi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara kecepatan
pengendapan (sedimentasi) dengan konsentrasi suspensi yang berbeda-beda.
Fungsi penambahan air pada CaCO3 adalah untuk melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam CaCO3. Serbuk CaCO3 pada saat pencampuran dengan air
dilakukan selama 7 menit yang dimaksudkan agar proses pegadukan dapat terjadi
secara homogen, sehingga terbentuk suspensi larutan kapur. Saat larutan
didiamkan akan terjadi pengendapan di dasar gelas. Larutan CaCO 3 dengan
akuades mengalami penguraian menjadi anion CO32- dan kation Ca2+. Hal ini
menyebabkan anionnya bergabung dengan ion dari hidrogen pada akuades
menjadi anion HCO3- dan membentuk asam lemah yang sedikit berdisosiasi
IV-15

menjadi basa kuat karena karbonat yang tidak dapat larut tetapi bereaksi dengan
hidrogen membentuk asam karbonat. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:

CaCO3(s) + H2O(aq) Ca2+(s) + HCO3(aq)- + OH- (aq) …(4.4)

CaCO3 (s) + H2O(aq) CaCO3(s) + H2O(aq) …(4.5)

Pengamatan pada proses sedimentasi dilakukan untuk melihat pemisahan


larutan yang terjadi dengan melihat zona yang terbentuk pada suspensi CaCO 3
yang terbagi menjadi 3 zona. Zona A adalah zona bening, zona B adalah zona
keruh dan zona C adalah zona endapan. Lamanya waktu pengendapan
mempengaruhi slurry. Semakin lama waktu pengendapan, semakin kecil
ketinggian zona keruh yang dihasilkan dan seiring berjalannya waktu, tinggi yang
dihasilkan akan konstan.
Proses sedimentasi dipengaruhi oleh 3 gaya yang terjadi secara berkala.
Pertama adalah gaya gravitasi dimana massa jenis akuades (1 g/mL) lebih kecil
dibandingkan massa jenis CaCO3 (2,711 g/mL) (Sciencelab, 2005). Oleh karena
itu, maka digunakan akuades agar CaCO3 dapat jatuh ke dasar gelas, sehingga
CaCO3 lebih cepat mengendap. Kedua yaitu gaya apung yang membuat beberapa
partikel berada di zona keruh dalam beberapa menit pertama dikarenakan partikel
CaCO3 yang massa jenisnya lebih kecil dibandingkan air, sehingga CaCO3
mengapung dan membentuk zona A. ketiga yaitu gaya dorong yang dihasilkan
oleh zat padat saat mulai turunnya CaCO3 karena pengaruh gravitasi sehingga air
akan memberi gaya yang sama besar dengan berat CaCO 3 tersebut. Ketika zona B
sudah tidak terlihat lagi, hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak CaCO 3
yang terendapkan ke bagian dasar permukaan, bergabung dengan zona C.
Data yang diperoleh melalui grafik variasi I dengan suspensi CaCO 3 30
gram dan 1000 mL akuades dengan waktu pengamatan tiap menit selama 30
menit dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
IV-16

30

25

20

15
Z (cm)

10
Variasi I Zona B+C
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

θ (menit)

Gambar 4.3 Hubungan antara Waktu (ϴ) terhadap Ketinggian Endapan


(Z) pada Campuran CaCO3 dengan H2O

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ketinggian pada awalnya berbanding
terbalik terhadap waktu, dimana semakin tinggi waktu maka ketinggian dari zona
keruh ditambahkan zona pengendapan semakin menurun. Ketika suspensi berada
di gelas, bagian atas suspensi memberikan gaya apung sehingga partikel menjadi
melayang di zona keruh. Saat CaCO3 mulai turun karena pengaruh gaya gravitasi,
gaya dorong dihasilkan oleh zat padat sehingga air akan memberi gaya yang sama
besar dengan berat CaCO3 tersebut dan menghasilkan endapan. Pada menit ke-7
hingga menit ke-30 ketinggian menjadi konstan yaitu 1,2 cm. Hal ini karena
larutan sudah berada pada fase jenuh, sehingga menyebabkan berkurangnya gaya
dorong ke permukaan yang dilakukan fluida dan semakin besar partikel sudah
mengendap seluruhnya. Tidak linearnya grafik hubungan waktu terhadap
ketinggian karena perbedaan kecepatan jatuh partikel CaCO3 setiap menit atau
kecapatan yang tidak konstan dari partikel CaCO3 ke dasar gelas ukur.
Suspensi variasi II yaitu CaCO3 30 gram, 1000 mL akuades dan 6 mL HCl
dengan waktu pengendapan tiap menit selama 30 menit yang dapat dilihat pada
Gambar 4.4 berikut:
IV-17

30

25

20

15
Z (cm)

10
Variasi II Zona B+C
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

θ (menit)

Gambar 4.4 Hubungan antara Waktu (ϴ) terhadap Ketinggian Endapan


(Z) pada Campuran CaCO3 dengan HCl

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa ketinggian pada awalnya berbanding
terbalik terhadap waktu. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu maka
ketinggian dari zona keruh ditambahkan zona pengendapan semakin menurun.
Dari grafik dapat dilihat penambahan HCl dapat mempercepat pengendapan. Hal
ini dikarenakan penambahan HCl akan menyebabkan pH dari suspensi menjadi
netral. HCl merupakan larutan asam yang akan membentuk garam-garam apabila
dicampurkan dengan CaCO3 yang terdisosiasi menjadi basa. Garam yang
terbentuk mempunyai massa yang lebih besar sehingga proses pengendapan
terjadi lebih cepat dan terdapat gaya tarik-menarik antara partikel sejenis yaitu
CaCO3 dengan HCl sehingga endapan cepat terbentuk. Pada menit ke-6 hingga
menit ke-30 menjadi konstan yaitu 1,3 cm. Hal ini karena larutan sudah berada
pada fase jenuh, sehingga menyebabkan berkurangnya gaya dorong ke permukaan
yang dilakukan fluida dan semakin besar partikel sudah mengendap seluruhnya.
Tidak linearnya grafik hubungan waktu terhadap ketinggian karena perbedaan
kecepatan jatuh partikel CaCO3 setiap menit ke dasar gelas ukur. Adapun reaksi
penambahahan HCl terhadap CaCO3 sebagai berikut:

CaCO3(s) + 2H+(aq) + H2O Ca2+(s) + H2CO3(aq) + H2O(aq) …(4.6)


IV-18

CaCO3(s) + 2HCl(aq) + H2O(aq) Ca2+(s) + H2CO3(aq) + 2Cl-(aq) + H2O(aq) …(4.7)

CaCO3(s) + 2HCl(aq)+ H2O(aq) CaCl2(s) + H2CO3(aq) + H2O(aq) …(4.8)

Suspensi variasi III yaitu CaCO3 30 gram, 1000 mL akuades dan 6 mL


tawas dengan waktu pengamatan tiap menit selama 30 menit dapat dilihat pada
Gambar 4.5 berikut:

30

25

20

15
Z (cm)

10 Variasi III Zona B+C

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

θ (menit)

Gambar 4.5 Hubungan antara Waktu (ϴ) terhadap Ketinggian Endapan


(Z) pada Campuran CaCO3 dengan Al(SO4)3

Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat bahwa ketinggian endapan berbanding terbalik


dengan waktu. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu sedimentasi maka
zona endapan akan semakin tinggi dan ketinggian dari zona keruh ditambahkan
zona pengendapan semakin menurun. Proses sedimentasi pada variasi ketiga
paling cepat terjadi dibanding 2 variasi lainnya. Hal ini disebabkan adanya tawas
dalam campuran suspensi. Tawas dapat mempercepat proses pengendapan karena
apabila tawas dilarutkan ke dalam suatu suspensi maka gaya tarik-menarik antar
partikel padatan dalam suspensi tersebut akan semakin kuat. Dengan adanya gaya
tarik-menarik antar partikel Ca2+ dan SO42- membuat partikel-partikel halus CaCO3
yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi menjadi partikel yang lebih besar
IV-19

dan dapat diendapkan. Pada menit ke-5 hingga menit ke-30 ketinggian menjadi
konstan yaitu 1,3 cm. Hal ini karena larutan sudah berada pada fase jenuh,
sehingga menyebabkan berkurangnya gaya dorong ke permukaan yang dilakukan
fluida dan semakin besar partikel sudah mengendap seluruhnya. Tidak linearnya
grafik hubungan waktu terhadap ketinggian karena perbedaan kecepatan jatuh
partikel CaCO3 setiap menit ke dasar gelas ukur. Adapun reaksi penambahan
Al2(SO4)3 terhadap CaCO3 sebagai berikut:

Al2(SO4)318H2O(aq) + Ca(HCO3)(s)  2Al(OH)3(aq) + 3CaSO4(s) . . . (4.9)

Al2(SO4)318H2O(aq)+CaCO3(s) +H2O(aq)  2Al(OH)3(aq)+3CaSO4(s) . . . (4.10)

Suspensi variasi II dan III memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mempercepat pengendapan partikel padatan CaCO3. Suspensi II dan III mencapai
kondisi konstan pada menit ke-6 dan ke-5. Ketinggian endapan pada variasi II dan
III yaitu sama-sama 1,3 cm. tawas merupakan koagulan yang dapat mempercepat
proses pengendapan. Dari tiga variasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
proses pengendapan yang paling baik adalah menggunakan tawas. Tawas dapat
mengubah partikel yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang mudah
mengendap. Sedangkan untuk proses paling baik kedua adalah dengan
penambahan HCl. Hal ini dikarenakan HCl dapat menyebabkan pH suspensi
CaCO3 menjadi netral sehingga mempercepat terjadinya proses pengendapan.
Berikut adalah grafik hubungan antara konsentrasi (CL) terhadap kecepatan
(VL) pada suspensi CaCO3 dengan H2O yang dapat dilihat pada Gambar 4.6
berikut ini:
IV-20

3.5
3
2.5
VL (cm/menit)

2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.06 0.07
CL (g/mL)

Gambar 4.6 Hubungan antara Konsentrasi Endapan (CL) terhadap


Kecepatan Sedimentasi (VL) pada Campuran CaCO3
dengan H2O

Berdasarkan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai CL berbanding terbalik dengan


VL, dimana semakin besar konsentrasi maka kecepatan akan semakin kecil. Hal
ini disebabkan karena semakin banyaknya konsentrasi CaCO 3 yang terendapkan
maka konsentrasi CaCO3 yang masih terdapat di zona bening hanya sedikit.
Sehingga laju pengendapan akan menurun seiring berjalannya waktu. Nilai VL
dan CL terbesar pada variasi ini adalah 3,114 cm/menit dan 0,066 g/mL.
Berikut ini merupakan grafik hubungan antara konsentrasi (C L) terhadap
kecepatan (VL) pada suspensi CaCO3 dengan HCl yang dapat dilihat pada gambar
4.7 berikut ini:
IV-21

4
3.5
3
VL (cm/menit)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.06 0.07
CL (g/mL)

Gambar 4.7 Hubungan antara Konsentrasi Endapan (CL) terhadap


Kecepatan Sedimentasi (VL) pada Campuran CaCO3
dengan HCl

Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa nilai CL berbanding terbalik dengan


VL, dimana semakin besar konsentrasi maka kecepatan akan semakin kecil.
Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara CL dan VL pada variasi II yaitu dengan
penambahan HCl. Penambahan HCl pada variasi ini bertujuan untuk mempercepat
terjadinya pengendapan karena HCl merupakan larutan asam yang membentuk
garam jika dicampur dengan CaCO3. Garam yang terbentuk memiliki massa yang
lebih besar sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat. Nilai V L dan
CL terbesar pada variasi ini adalah 3,617 cm/menit dan 0,071 g/mL.
Berikut hubungan antara konsentrasi endapan (CL) terhadap kecepatan
(VL) pada Suspensi CaCO3 dengan Al2(SO4)3 yang dapat dilihat pada Gambar 4.8
berikut ini:
IV-22

4.5
4
3.5
3
VL (cm/menit)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.07 0.07 0.08
CL (g/mL)

Gambar 4.8 Hubungan antara Konsentrasi Endapan (CL) terhadap


Kecepatan Sedimentasi (VL) pada Campuran CaCO3
dengan Al2(SO4)3

Berdasarkan Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak konsentrasi


partikel (CL) maka semakin kecil kecepatan pengendapannya (V L). partikel-
partikel mengendap dengan cepat yang disebabkan oleh penambahan tawas pada
larutan. Hal ini karena tawas berfungsi sebagai koagulan yang digunakan sebagai
bahan penjernih dan efektif menurunkan kadar CaCO3. Selain itu tawas dapat
menyebabkan gaya tarik-menarik antar molekul tidak sejenis membentuk
gumpalan sehingga partikel padatan lebih cepat mengendap. Hal ini ditandai
dengan semakin jernihnya zona A dan semakin banyaknya zona C yang terbentuk.
Nilai VL dan CL terbesar pada variasi ini adalah 4,140 cm/menit dan 0,071 g/mL.
Berdasarkan perhitungan, nilai VL terbesar terdapat pada variasi III yaitu
4,140 cm/menit, sedangkan nilai VL terkecil terdapat pada variasi I yaitu 3.114
cm/menit. Semakin besar nilai VL maka semakin cepat mengendap, sehingga
dapat diketahui urutan kecepatan pengendapan. Kecepatan pengendapan yang
paling cepat berturut-turut adalah variasi III (campuran CaCO3 dengan Al2(SO4)3),
variasi II (campuran CaCO3 dengan HCl) dan variasi I (CaCO3 dengan H2O).
IV-23

untuk nilai CL terbesar terdapat pada variasi II dan III yaitu 0,071 g/mL dan untuk
variasi I memiliki nilai CL yaitu 0,066 g/mL. sehingga dapat dikatakan adanya
penambahan senyawa lain dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan.
Free settling (Vt) adalah keadaan dimana padatan turun dan mengendap
karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Nilai kecepatan free settling (Vt) pada
variasi I, II dan III berturut-turut sebesar 7,826 cm/s ; 11,884 cm/s dan 11,811
cm/s. Kecepatan nilai free settling pada variasi II memiliki nilai terbesar karena
densitas HCl lebih besar dibandingkan kedua variasi lainnya. Semakin besar
densitas maka kecepatan pengendapan akan semakin cepat. Hindered settling
pada pengendapan ini mempunyai konsentrasi partikel tidak terlalu tinggi,
kemudian partikel lainnya dengan pengendapan secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi diantaranya adalah.
Konsentrasi, ukuran partikel dan jenis partikel. Semakin besar konsentrasi, gaya
gesek yang dialami partikel akan semakin besar sehingga kecepan sedimentasi
semakin menurun. Semakin besar ukuran partikel maka semakin besar pula luas
permukaan dan volumenya yang mana berbanding lurus dengan gaya ke atas
(gaya drag dan gaya apung) sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh terhadap
gaya gravitasi. Semakin besar densitas partikel maka gaya gravitasi akan semakin
besar dan kecepatan sedimentasi semakin meningkat.
4.5 PENUTUP

4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Nilai VL dan CL pada variasi I secara berturut-turut adalah 3,114 cm/menit
– 1,829 cm/menit dan 0,040 g/mL - 0,066 g/mL. Pada variasi II adalah
3,450 cm/menit – 1,950 cm/menit dan 0,042 g/mL - 0,071 g/mL. Pada
variasi III 4,140 cm/menit – 2,340 cm/menit dan 0,042 g/mL - 0,071
g/mL.
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kecepatan pengendapan partikel
free settling (Vt) pada variasi I, II dan III berturut-turut adalah 7,826 cm/s,
11,884 cm/s dan 11,811 cm/s.
3. Variasi paling baik yang digunakan sebagai koagulan adalah variasi III
karena memiliki nilai kecepatan pengandapan (VL) paling besar dibanding
variasi I dan II yaitu sebesar 4,140 cm/menit

4.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya digunakan
larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Misalnya HCl konsentrasi 0,5 N dan
tawas 5%. Agar mengetahui pengaruhnya terhadap kecepatan pengendapan.

IV-24

Anda mungkin juga menyukai