Anda di halaman 1dari 30

2.

1 Pengertian sedimentasi
Sedimentasi merupakan peristiwa turunya partikel-partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Selama proses ini berlangsung,
terdapat tiga gaya yang berpengaruh :
a. Gaya Grafitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunya pertikel
padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi
karena massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida.
Fg = m . g ..(1)
b. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan,

m. r. g
rp

Fa =

...(2)

c. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung klarifier.
Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga
kita lihat pada saat mulai turunya partikel padatan karena adanya gaya Gravitsi,

maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat padatan
itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang memiliki
arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.

Fd =

Ap.V2. Cd. r ......(3)


2
2.2 Laju Pengendapan
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi
akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi, setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada
kecepatan kostan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan
pengendapan bebas.
Contoh grafik tinggi lumpur (Batas antara zone A dan zone B) V/s waktu
ditunjukan pada gambar 1.1 dan selama tahap awal pengendapan kecepatanya
tetap sebagai mana terlihat pada bagian pertama kurva itu setelah zat padatnya
mengumpul pada zona D laju pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur
turun hingga mencapai tinggi akhirnya. Titik kritisnya dicapai pada titik C dalam
gambar 1.1
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula
tinggi relatif berbagai zona pengendapanya. Untuk menentukan karakteristik
pengendapanya secara teliti, setiap
melakukan

eksperimen

terhadap

lumpur itu

harus diperiksa dengan

masing-masingnya

Smith, Operasi Teknik Kimia, Erlangga,1990)

(Mc.Cabe and

Zo

Laju tetap
Z

Zu

tinggi patah

Waktu.t
Gerafik 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan

5. Bentuk dan ukuran partikel


Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatanya,
maka laju pengendapanya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat
jenis partikel maka laju pengendapannya cepat.
Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas
sangat berkaitan erat dengan suhu yang ada. Bila temperatur tinggi maka
viskositas menurun sehingga bantuk dan ukuran partikel semakin kecil sehingga
laju pengendapan cepat.
Aliran dalam bak pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada
aliran laminer laju pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju
pengendapan akan sangat terganggu maka akan sangat lambat mengendap.
Laju pengendapan partikel partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya

pengendapan

zat

uji

kemungkinan

besar

mempengaruhi

laju

pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat


uji tersebut. Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu
dan menimbang berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan
yang terjadi sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan
dari tiap gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai
ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari pada partikel
halus, untuk padatan yang halus diusahakan menggumpal menjadi partikel yang
lebih besar agar cepat mengendap.
(Parikesit, F, Diktat Alat Industri Kimia)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:

1.

Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang

sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar mudah terjadi
pengendapanya besar. Pengendapan padatan kasar terjadinya sangat mudah,
hal itu terjadi karena pengendapanya lebih besar. Bila terjadi gerakan relatif
dengan suatu pertikel yang disekitarnya dikelilingi oleh air tersebut. Maka air
akan memberikan tahanan gesek (Drag) kepada partikel itu sebesar :

Fd = Cd . Ap

2.

(4)

Padatan halus

Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan yang
sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai peralatan
pengendap

yang

dapat

beroperasi

secara

komersial

mekanisme

penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat
mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka sedimentasi
ini dapat digolongkan jadi dua macam yaitu :

a.

Penjernihan

Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit

(1-

5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses klarifier
mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi merupakan suatu
proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang
diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga terbentuk flok suatu partikel
yang halus selanjutnya mengalami proses flokulasi yaitu penggabungan flok-flok
membentuk flok yang lebih besar .

b.

Pemekatan (Thickener)

Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari


campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan biasanya
hasil padatnya yang diperlukan. Didalam sedimentasi perlu dibedakan antara:
a)

Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses pemisahan
berlangsung.

b)

Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang dapat
membesar

atau

bergabung

dengan

partikel-partikel

lain

bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.

ketika

akan

2.3

Pemisahan atas dasar gerakan partikel melalui fluida


Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat

padat atau tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat cair dan
mungkin berada pada keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa
situasi, tujuandari pada proses itu adalah untuk mengeluarkan partikel dari arus
fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat didalam fluida atau
untuk memulihkan partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau gas
buang terhadap debu dan uap racun atau untuk membuang zat padat dari air
limbah. Dalam soal soal lain, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida
supaya dapat dipisahkan menjadi fraksi fraksi yang berbeda ukuran atau
densitasnya. Fluida itu lalu dipulihkan, kadang kadang untuk digunakan
kembali, dari partikel yang telah di fraksionasi.
Jelaslah bahwa tiap partikel itu mulai dari keadaan diam terhadap fluida
tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melaui fluida itu karena adanya
gayagaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama
merupakan satu periode singkat dimana berlangsung percepatan, yaitu selama
waktu kecepatan itu meningkat dari nol sampai kecepatan terminal. Tahap kedua
ialah periode dimana partikel itu berada dalam kecepatan terminalnya.

2.4

Proses pengendapan gravitasi


Partikel partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu tersuspensi

dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki pengendap (Settling


Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat waktu
yang

cukup

untuk

mengendap

keluar

dari

suspensi

itu

akan

tetapi,

peranti sederhana seperti itu terbatas kegunaanya karena pemisahanya tidak


lengkap disamping memerlukan tenaga kerja untuk mengeluarkan zat padat
yang mengendap dari dasar tangki.
Separator separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir
lengkap. Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh partikel
dari zat cair dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang memisahkan
zat padat menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier). Pada kedua alat itu
berlaku prinsip sedimentasi yang sama.

2.5

Klasifikator gravitasi
Kebanyakan

klasifikator

yang

digunakan

dalam

pengolahan

kimia

memisahkan zat padat atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel halus
dan partikel besar itu sama.
Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam penggilingan rangkaian
tertutup, lebih lebih dalam operasi metalurgi di sini, partikel yang relative kasar
disebut pasir(Sand), sedang bubur partikel halus disebut lanyau (smile). Waktu
diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke dasar peranti sedang lanyau
terbawa oleh zat cair keluar.

2.6

Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif

sehingga membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir


muatan yang ada pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang
mempunyai muatan listrik karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang
sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang
terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu
lalu dapat dialogmerasikan menjadi flok flok yang masing-masingnya terdiri
dari banyak pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit
itulah yang efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode
lain

untuk

flokulasi

mencakup

pengunaan

bahan

aktif

permukaan

dan

penambahan bahan, seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat,


yang menyeret partikel itu turun bersamanya.
(Brown, Willey and Sons, Unit Operation, 1991)
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan
yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut
bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap
dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada
prinsipnya berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak
mudah didefinisikan.

Karakteristik kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya


mekanisme pengendapanya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang
terflokulasi adalah sebagai berikut :

B
C

D
D

(A)

(B)

(C)

(D)

(E)

Gambar 2.1. Sedimentasi tumpak

Keterangan Gambar
a.

Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam didalam


zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap.

b.

Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat pertama
yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana pengendap, yang
terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah campuran zat padat yang berupa
flok tergeletak longgar diatas satu sama lain, membentuk suatu lapisan, yang
kita namakan zona D diatas zona D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C,
yang merupakan lapisan transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi
dari yang seperti pada pulp asal sampai seperti di dalam zona D. Diatas zona C
terdapat zona B, yang terdiri dari suspensi homogen yang konsentrasinya sama
dengan pulp asal. Diatas zona B terdapat lagi zona A yang jika partikel itu telah
terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih.

c.

Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A dan
zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona A itu keruh dan
batas antara zona A dan B kabur . dengan adanya pengendapan, kedalam zone
D dan A bertambah, dan tebal zona C tetap, zona B berkurang.

d.

Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang, dan seluruh
zat padat itu akan terdapat pada zone D.

e.

Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion)
berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis ataucritical
point. Pada pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut bersama flok
kedalam zona kompressi D akan terperas keluar dimana bobot endapan itu
menggambarkan struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian

dari zat cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser geiser kecil, dan
ketebalan zone itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat itu telah
mencapai

keseimbangan

mekanik

dengan

kekuatan

tekan

flok

proses

pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah mencapai tinggi
akhirnya.
(Mc.Cabe, Operasi Teknik Kimia, erlangga, 1990)

2.7

Zona Sedimentasi Di Dalam Kolom Pengendapan Kontinyu


Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling di ekonomis unuk

memisahkan padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak
digunakan pada prosese-proses untuk mengurangi polusi dari limbah industri.
Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu:
a.

Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak cukup
untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan berlangsung.

b.

Concentratif
yangsangat

suspensi

adalah

besar sehingga

suspensi

dengan

terbentuk

suatu

konsentrasi

batas

batas

yang

jelas

saat pengaturan berlangsung.


Dalam kolom pengendap (penebal) kontinyu yang diperlengkapi dengan
penggaruk untuk mengeluarkan limpahan bawah pulp umpan dimasukan pada
garis pusat alat, pada kedalaman kira-kira 1 inc dibawah permukaan zat cair
sebagaimana terlihat gambar 2, diatas ketinggian peggumpalan itu terdapat
zonaklarifikasi yang hampir tidak mengandung zat padat sama sekali, disini
kebanyakan zat cair yang masuk bersama umpan mengalir keatas sehingga
dapat dikeluarkan ke selokan limpahan. Zat cair itu mengendap ke bawah dari
ketinggian pengumpanan, bersama sebagian zat cair yang keluar dari unit itu
sebagai limpahan bawah.
Daerah dibawah ketinggian pengumpanan disebut zone pengendapan
dimana masing-masing flok berada dalam sentuhan longgar satu sama lain, dan
semua partikel turun kebawah dengan kecepatan yang sama tanpa tergantung
pada ukuran partikel. Didekat dasar terdapat zone kompresi dimana konsentrasi
zat padat meningkat dengan cepat sampai nilainya sama dengan nilai pada
limpahan bawah. Zona ini setara dengan zone D pengendap tumpak, walaupun
tentu pada pengendap kontinyu ketebalanya tidak berubah dengan waktu. Dan
penggaruk yang berkerja pada dasar zonakompresi ini cenderung memecah

struktur flok dan memampatkan limpahan bawah itu sehingga kandungan zat
padatnya lebih besar dari pada zona D pada pengendap tumpak
Puncak zat cair

Tingkat umpan

Zona pengendapan

klarifikasi

Kompresi

cp
cu

Konsentrasi C

gerafik 2.1. Hubungan konsentrasi dengan tinggi puncak zat cair

pembagian zona-zona pengendapan pada alat pengendap dapat dilihat pada


gambar 4. dalam percobaan sedimentasi yang akan kita pelajari ada 3 zone yang
terjadi, yaitu :
a.

Zona A, merupakan cairan jernih atau zona bening yang dimana pengendapan
berlangsung sesuai dengan prinsip yang telah di jelaskan, karena efek penyaring
oleh partikel yang lebih besar, makin tinggi konsentrasi bubur maka makin jernih
produk cairan pada lapisan atas. Pengendapan pada zona ini merupakan bagian
yang paling penting karena diharapkan adalah cairan jernihnya bukan suspensi
pekatnya.

b.

Zona B, zona ini sering disebut sebagai zona pengendapan bebas (Free setling)
atau zona encer. Hal ini dikarenakan pada zona ini belum terjadi gaya dorong
tetapi yang sangat tampak adalah gaya gravitasinya dan padatan turun, dimana
partikel yang lebih besar menyaring partikel yang lebih kecil, konsentrasi
padatan ini lebih tinggi dibandingkan pada konsentrasi bubur atau slurry yang
asli.

c.

Zona C, merupakan cairan yang pekat dan tercapai pada saat saluran kapiler
yang terisi oleh cairan terdesak oleh slurry atau lumpur. pada kondisi ini saluran
yang tersedia telah terisi penuh dengan suspensi yang sangat ketat. Laju

pengendapan pada zona ini sangat lambat sehingga tidak banyak untuk di
perhitungkan pada perancangan peralatan.

Zona bening

Zona encer

Zona pekat
Gambar 2.2 Zona sedimentasi
2.8

Jenis Peralatan Sedimentasi


Berdsarkan tujuan dari bahan apa yang ingin didapatkan maka

sedimentasi ini dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:


a. Penjernihan (klarifier)
Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relative sedikit
(1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses
klarifier mencakup proses flokulasi dan koagulasi .Proses koagulasi merupakan
suatu proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan tertentu kedalam air
yang diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga terbentuk flok suatu
partikel yang halus, selanjutnya mengalami proses flokulasi yaitu bergabungnya
flok-flok membentuk flok yang leih besar.
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari
campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15-30%), dan biasanya
hasil padatnya yang diperlukan.
Didalam sedimentasi perlu dibedakan antara :

a.

Discrate partikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik

gravitasi

tetap

berlangsung.

(tidak

berubah

dengan

waktu) selama

proses

pemisahan

Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang

b.

dapat membesar atau bergabung dengan partikel-partikel lain ketika akan


bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.
Sedimentasi

merupakan

salah

satu

cara

yang

paling

ekonomis

untuk memisahkan yang padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini
banyak digunakan pada proses-proses untuk mengurangai polusi dari limbah
industri. Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu :
a.

Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak cukup
untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan berlangsung.

b.

Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas yang


jelas

sangat

besar

sehingga

terbentuk

batas

yang

jelas

saat pengaturanberlangsung.
Perbedaan kedua suspensi diatas mengakibatkan pola setting berbeda dan
membutuhkan dan rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada
percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
(F. Parikest, Ir. Diklat Alat-Alat Industri Kimia, 1985)

2.9 Hukum Hukum Yang Mempengaruhi Sedimentasi


a. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila
jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0..(5)
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa
benda dan sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a....(6)
c. Hukum Newton III

Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya
berlawanan.
Faksi = Freaksi....(7)
d. Hukum Archimedes

Suatu

benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya sama
dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.
e.

Hukum
Stokes

Suat

u benda dengan jari jari r

dijatuhkan

dalam suatu fluida yang mempunyai

kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut adalah beratnya
sendiri.
Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah pengaruh
gaya gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari suatu
pendapan tertentu, maka gaya grafitasi yang berkerja pada suatu partikel itu
dapat digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara pengendapan
dan penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan gaya sentrifugal
sebagai gaya pendorong disebut sentrifugal dan peralatanya disebut sentrifugasi
dan peralatnya disebut Centrifuge.
Dalam hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan suspensi
yang

mengandung

bahan

padat

yang

lebih

berat

dengan

kecepatan

pengendapan yang lebih baik atau bahan padat yang lebih ringan dengan
kecepatan pengapungan yang baik. Dalam proses ini, kecepatan pemisahan
pemisahan oleh gaya berat adalah tinggi jika terdapat perbedaan yang besar
antara kerapatan cairan dan kerapatan bahan padat. Apabila perbedaan itu kecil
maka pemisahan metode ini tidak ekonomis. Dalam hal yang demikian
kecepatan pemisahan dapat diperbesar beberapa kali dengan menggunakan
gaya-

gaya

sentrifugal.

Selanjutnya

kecepatan

pemisahan

akan

dapat

dipengaruhi oleh perbandingan luas permukaan terhadap massa oleh bentuk


padatan dan volume viskositas cairan tersebut. (Brown G.G weilley and
sons,Unit Operation,1991)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi
1.

Konsentrasi larutan (N)

2.

....................................................................(1)

Konsentrasi awal suspensi (gr/ml)

Co =

Berat CaCO3
Vtotal
3.

.....................................................................(2)

Kecepatan sedimentasi (VL)

VL =

................................................................................

(3)

4. Konsentrasi suspensi (CL)

CL =

........................................................................(4)

2.10 Laju Pengendapan Pada Sedimentasi

Laju pengendapan partikel partikel dalam air tergantung pada berat


jenis, bentuk dan ukuran atau dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang
digunakan. Adanya penambahan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi
laju pengandapan sehingga dapat ditentukan zat uji yang dapat mempercepat
laju dari pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui
pengaruh zat uji tersebut.Dimana dilakukan penganbilan sample tiap selang
waktu tertentu dan menimbang berat endapan serta menghitung berapa
konsentrasi endapan yang terjadi, sehingga kita dapat membandingakan
kecepatan laju pengendapan dari tiap gerakan pada partikel pada fluida dalam
proses yang pengendapannya terjadi.
Contoh

grafik

B) dengan waktu

tinggi

yang

Lumpur (batas

ditunjukkan

pada

antara

zona

gambar 2c,

selama

dan

zona

tahap

awal

pengendapan kecepatannya tetap,sebagaimana terlihat pada bagian pertama


kurva itu.setelah zat padatnya menggumpal di dalam zona D laju pengendapan
itu berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai tinggi akhirnya. titik
kritis dicapai pada titik C dalam gambar .2c
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lain, demikian pula
tinggi relatif berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik
pengendapannya secara teliti, setiap Lumpur itu harus diperiksa dengan
melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya.
Z0

Zu

tinggi patah
0
0

tu

WAKTU

Gerafik . 2.2 laju sedimentasi


Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu :
1.

Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang
sederhana dalam waktu yang singkat.

2.

Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang
sederhana didalam waktu yang relative singkat, atau tidak mempunyai peralatan
pengendapan yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme penggerak
(rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat mempermudah
pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki. (Mc. Cabe and Smith,OTK II,
Thn:1991)

2.11 Peralatan Dalam Sedimentasi


Dalam industri, proses yang diuraikan di atas itu dilaksanakan dalam skala
dengan menggunakan alat yang disebut kolam pengendap atau baik penebal
(Thickener). Untuk partakel-partikel yang mengendap dengan cepat tangki
pengendap tumpak atau kerucut pengendap kontinyu biasanya cukup memadai.
Akan tetapi, untuk berbagai tugas lain diperlukan alat penebal yang diaduk
dengan cara mekanik .Tangki yang besar dan agak dangkal yang mempunyai
penggaruk radial yang digerakkan dengan lambat dari suatu proses sentral.
Dimana dasar alat ini biasa datar biasa pula berbentuk kerucut dangkal. Bubur
umpan yang encer mengalir melalui suatu palung miring atau meja cuci masuk
ditengah alat penebal itu. Cairan itu lalu mengalir secara radial dengan
kecepatan yang kian berkurang, sehingga memungkinkan zat padat itu
mengendap ke dasar tangki. Cairan jernih melimpah dari bibir tangki ke dalam

suatu palung. Lengan-lengan penggaruk itu mengaduk Lumpur itu secara


perlahan-lahan,

dan

mengumpulkannya ketengah

tangki,

sehingga

dapat

mengalir dari situ kedalam bukaan besar yang bermuara pada pipa masuk
pompa

lumpur. Pada beberapa

rancang

tertentu

lengan

penggaruk

itu

dibuat berengsel sehingga dapat bergerak melewati setiap halangan, seperti


gumpalan lumpur yang keras pada dasar tangki.
Kolam pengendap (penebal) yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik
biasanya besar, dengan diameter berkisar antara 30-300 ft (10 - 100 ml) dan
kedalaman 8-12 ft (2,5 - 3,5 km). Pada alat penebal besar, penggaruknya
berputar sekali dalam 30 menit. Kolam pengendap ini biasanya sangat
bermanfaat bila kita mempunyai bubur encer dengan volume yang besar yang
ketebalannya seperti pada pembuatan semen atau produksi magnesium dari
laut. Alat ini juga banyak dipakai dalam pengolahan air limbah dan penjernihan
air.
Volume cairan jernih yang dihasilkan persatuan waktu dalam suatu kolam
pengendap kontinyu bergantung pada luas penampang yang tersedia untuk
pengendap dan dalam separator industri, hampir tidak bergantung pada
kedalaman

zat

cair, kapasitas

yang

lebih

tinggi

persatuan

luas

lantai

biasa didapatkan dengan menggunakan pengendap bertyalam banyak, yang


terdiri dari beberapa zona pengendapan yang dangkal, satu diatas yang lain,
dalam tangfki berbentuk silinder. Lumpur yang mengendap didorong kebawah
dari satu talam ke talam yang berikut dengan bantuan penggaruk atau pengerik.
Pada alat ini kita dapat pula melakukan pencurian anjakan lawan arah. Alat ini
biasanya lebih kecil diameternya daripada pengendap bertahap tunggal.

2.12 Proses Pengendapan Sentrifugal


Partikel tertentu didalam fluida tertentu mengendap dibawah pengaruh
gaya

grafitasi

pada

laju

maksimum

tertentu.

Untuk

meningkatkan

laju

pengendapan, gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu dapat digantikan
dengan gaya sentrifugal yang jauh lebih kuat. Dalam operasi produksi, separator
sentrifugal sudah banyak menggantikan separator grafitasi karena separator
sentrifugal itu jauh lebih efektif dengan partikel dan tetesan halus, disamping
volumenya yang jauh lebih kecil untuk kapasitas tertentu.
A Pemisahan zat padat dari gas , siklon
Kebanyakan separator sentrifugal yang digunakan untuk mengeluarkan
partikel dari arus gas tidak mempunyai bagia-bagian yang bergerak sama sekali,

contohnya ialah separator siklon yang terlihat pada gambar 2e. Alat ini terdiri
dari sebuah silinder vertical yang mempunyai bagian bawah berbentuk kerucut,
dengan pemasuk yang merupakan garis singgung (tangensial) pada bagian
atasnya, sedang lubang keluar untuk debu-debunya terletak diujung kerucut
disebelah bawah. Lubang masuk itu biasanya berbentuk siku empat. Pipa keluar
menjulur kedalam silinder untuk menjaga agar tidak ada aliran pintas udara
masuk langsung keluar.
Udara

masuk

yang

mengandung

debu

mengalir

dalam

lintasan

spiral mengelilingi silinder kebawah bagian siklon yang berbentuk silinder itu.
Gaya sentrifugal yang timbul didalam vorteks cenderung menggerakkan partikel
secara radial kearah diding dan partikel yang sampai kedididng itu meluncur
kebawah kedalam kerucut sehingga dapat dikumpulkan.

Gas keluar

Debu dan gas

masuk

Debu keluar
Gambar. 2.3 Siklon

Siklon pada dasarnya adalah peranti pengenap dimana gaya sentrifugal


yang kuat, yang bekerja secara radial, digunakan sebagai pengganti gaya
grafitasi yang relative lemah dan bekerja vertikal itu. siklon merupakan salah
satu dari beberapa peranti pemisah yang bekerja lebih baik pada beban penuh
daripada beban terbatas. Kadang-kadang dua siklon yang idsentik digunakan
dalam susunan seri untuk mendapatkan pengeluaran zat padat yang lebih
lengkap, tetapi efisiensi unit yang kedua itu akan kurang dari yang pertama,
karena umpan keunit, yang kedua mempunyai ukuran partikel rata-rata yang
lebih kecil. Siklon juga sangat banyak dipakai untuk memisahkan zat padat dari
zat cair, lebih untuk tujuan klasifikasi.

2.13 Jenis-Jenis Dekanter Sentrifugal


Zat cair yang tak mampu campur (immiscible) dipisahkan secara industri
dalam decanter (pengenap tuang) sentrifugal (sentrifugal decanter). Gaya
pisah disini jauh berlebih besar dari gaya grafitasi dan bekerja pada arah
menjauh dari sumbu putaran dan bukan kearah bawah ke permukaan bumi.
Jenis-jenis utama decanter sentrifugal adalah mesin sentrifugal tabung (tubular
centrifuge) dan sentrifugal piring (disk centrifuge).

1.

Dekanter sentrifugal tabung


Mesin pisah sentrifugal tabung untuk zat cair. Mangkuknya tinggi dan

sempit, dengan diameter 4 sampai 6 in (100 sampai 150 mm) dan berputar
didalam rumahan yang stasioner pada kecepatan kira-kira 15.000 put/min.
Umpan masuk dari nosel stasioner yang diselipkan dari suatu bukaan pada dasar
mangkuk. Zat cair terpisah menjadi 2 lapisan didalam mangkuk itu. Lapisan yang
disebelah dalam, atau lapisan ringan menumpah dari tanggul dibagian atas
mangkuk dan terlempar keluar ketutup pembuang yang stasioner dan dari situ
kesuatu corot. Zat cair berat mengalir melalui sebuah tanggul lain ketutup dan
corot pembuang sendiri.Tanggul yang dilewati aliran zat cair berat dapat
ditanggalkan dan digantin dengan tanggul lain yang ukuran bukaanya berbeda.
Posisi

natar

muka

zat

cair

dan

zat

cair

(zona

netral) di jaga

dengan

keseimbangan hidraulik. Pada beberapa rancang zat cair itu keluar dengan
tekanan dan posisi antar muka itu diatur dengan suatu katup luar pada pipa
pembuangan.

2.

Dekanter sentrifugal piring


Untuk pemisahan zat cair dengan zata cair tertentu mesin sentrifugal jenis

piring sangat efektif. Alat ini terdiri dari sebuah mangkuk pendek dan lebar,
diameter 8-20 in (200- 500 ml) yang berputar pada suatu sumbu vertical.
Mangkuk itu datar pada bagian dasar tetapi berbentuk kerucut pada bagian atas.
Umpan masuk dari atas melalui suatu pipa stasioner kedalam leher mangkok.
Dua lapisan zat cair akan terbentuk seperti pada decanter sentrifugal tabung
masing-masingnya mengalir melalui tanggul yang dapat diatur tanggulnya
tingginya kecorot pembuang yang terpisah. Didalam mangkuk itu dan berputar
berasama itu ada beberapa piring yang tersususn dengan jarak pisah kecil,
yang sebetulnya terdiri dari kerucut-kerucut lembaran logam yang tersususn
satu diatas yang lain. Pada setiap piring terdapat lubang berpasangan kira-kira
pada jarak ditengah tengah antara poros dan dinding mangkuk. Lubang-lubang
itu membentuk saluran tempat zat cair itu lewat. Dalam operasinya, zat cair
umpan masuk kedalam mangkuk dari bawah, lalu mengalir keatas melaui
saluran itu melewati piring-piring. Zat cair berat akan terlempar keluar dan
mendorong zat cair ringan keararh tengah mangkuk. Dalam perjalanannya
keluar, zat cair itu akan menumbuk bagian bawah piring dan akan mengalir
dibawah kepinggir mangkuk tanpa terpaksa bertumbukan lagi dengan zat cair
ringan, demikian pula mengalir kedalam dan keatas melaui permukaan atas
piring. Oleh karena jarak antara piring-piring itu sangat rapat, jarak yang
ditempuh oleh setiap tetesan zat cair untuk keluar dari fase yang satu lagi
pendek saja, jauh lebih pendek dari decanter sentrifugal tabung dimana lapisan
zat cairnya tebal. Disamping itu, didalam mesin piring terdapat geser yang agak
besar pada antar muka zat cair dan zat cair pada waktu satu fase mengalir
berlawanan arah dengan fase yang satu lagi. Geser ini sangat membantu dalam
memecah emulsi. Dekanter sentrifugal piring sangat bermanfaat dalam, hal yang
menjadi

tujuan

bukanlah

pemisahan penuh

tetapi

hanyalah

pemekatan

konsentrasi didalam satu fase fluida,seperti dalam pemisahan lemak dari susu.
Jika zat cair yang diumpankan kedekanter sentrifugal piring atau tabung
itu mengandung kotoran atau partikel zat padat berat, zat padat itu akan
mengumpul didalam mangkuk dan harus dibersihkan dengan menghentikan
mesin, mengeluarkan dan membongkar mangkuk dan mengikis zat padat yang
menumpuk. Cara ini akan menjadi tidak ekonomis apabila kandungan zat padat
didalam umpan lebih dari beberapa persen saja.
Dekanter sentrifugal piring atau tabung sangat menguntungkan untuk
memisahkan larutan zat padat dari minyak pelumas, zat cair proses, tinta dan
minuman yang harus bersih sempurna. Alat ini dapat mengeluarkan zat cair

berlendir atau seperti gelatin yang mungkin akan menyumbat filter dengan
segera.
(Mc.

Cabe

and

Smith,

OTK

II,

Thn

:1991)

Sedimentasi

Sedimentasi
adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan
dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya),
Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Proses
sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya pada proses pembuatan kertas
dimana slurry berupa bubur selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water
treatment),dan proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan menggunakan alat yang dikenal
dengan nama thickener,sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh
dari prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.
Di industri aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain :
1.

Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambik senyawa magnesium dari air laut

2.

Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya pada pabrik gula

3.

Pengolahan air sungan menjadi boiler feed water.

4.

Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan prinsip perbedaan terminal
velocity

Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik menjadi dua bagian,
yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan konsentrasi partikel terbesar, dansupernatant adalah

bagian cairan yang bening. Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi hingga
terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :
1.

Cara Batch

Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch paling mudah dilakukan,
pengamatan penurunan ketinggian mudah. Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1 . Mekanisme Sedimentasi Batch


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan

Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam dengan partikel padatan yang
seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum
dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada
zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah dengan distribusi
ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan
komsentrasi dan distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang merupakan cairan
bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2 b, c, d). Zona A dan D
bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D.

Saat ini disebut critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan
(Foust, 1980).
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk saja. Jadi, kemungkinan yang
ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state,
ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan ketinggian daerah batas
antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida
karena konveksi (Brown, 1950).
Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung. Kecepatan sedimentasi konstan,
terlihat pada grafik hubungan antara ZL dan L membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ).
Periode ini disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang
konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarikmenarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran
besar akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi
kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang
kecil maupun yang besar) relatif sama atau konstan.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam dengan bagian
bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan
kecepatan turunnya partikel berkurang. Kondisi ini disebuthindered settling.
Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik hubungan antara ZL dan L. Dimana untuk
kondisi free settling ditunjukkan saat grafik masih berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung
merupakan kondisi hindered settling.

Anda mungkin juga menyukai