Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Sedimentasi


1.2 Tanggal Praktikum : 5 April 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 5
1. Rahmita Zulfa NIM.170140118
2. Mutiara Lutvia Fazira NIM.180140115
3. Budi Artono NIM.180140153
4. Almira Hanifa NIM.180140171
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui cara melaksanakan proses
pemisahan secara mekanik.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
sedimentasi.
3. Mengestimasi kecepatan settling partikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi
tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting
dalam berbagai proses industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah,
pengolahan air sungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair,
pengendapan kristal dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada
industri minuman beralkohol, dan lain-lain. Ketika suatu partikel padatan berada
pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan
jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya,
peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan
saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah,
peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan endapan
yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama pula. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu
menentukan waktu pengendapan yang efektif. Waktu pengendapan yang efektif
dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free
settling ke hindered settling (Geankoplis, 2003).
Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi
lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan bentuk
partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel,
sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan 2 tipe bak sedimentasi,
dan temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Semua faktor
yang disebutkan di atas mempengaruhi kecepatan mengendap partikel pada bak
sedimentasi. Oleh karena itu dibutuhkan data kecepatan turunnya partikel untuk
mendesain bak sedimentasi yang efektif dan efisien (A.Didit, 2008).
2.2 Gaya yang mempengaruhi Sedimentasi
Selama proses sedimentasi berlangsung, terdapat tiga gaya yang
berpengaruh, yaitu :
a. Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya pertikel
padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena
massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida. Atau dengan kata
lain bahwa, pada gaya ini berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel,
sehingga partikel lebih cepat mengendap. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi
oleh Hukum Newton II, yaitu :
Fg = m . g …………………………………………………..(2.2.1)
b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung
klarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat
juga kita lihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena adanya gaya
Gravitsi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat
padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang
memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.
Fd = Ap.V2. Cd.  ………..…………..……………………..(2.2.2)
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida. Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka pengaruh
gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
mρg
Fa = ……...……….………………..……………………
ρα
(2.2.3)

2.3 Laju Pengendapan


Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi
akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi. setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada
kecepatan kostan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan
pengendapan bebas.
Laju pengendapan partikel padat dalam zat cair dapat dibagi beberapa
factor antara lain :
a. Berat jenis dan partikel
b. Bentuk dan ukuran partikel
c. Viskositas air
d. Aliran dalam bak pengendap
Contoh grafik tinggi lumpur (Batas antara zona A dan zona B) V/s waktu
ditunjukan pada gambar 1.1 dan selama tahap awal pengendapan kecepatannya
tetap sebagai mana terlihat pada bagian pertama kurva itu setelah zat padatnya
mengumpul pada zona D laju pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur
turun hingga mencapai tinggi akhirnya. Titik kritisnya dicapai pada titik C dalam
gambar 1.1
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula
tinggi relatif berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan karakteristik
pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan
eksperimen terhadap masing-masingnya (Mc Cabe, WL. 1990)

Zo

Laju tetap
Z Zu
C tinggi patah

Waktu.t
gambar 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan
5. Bentuk dan ukuran partikel
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatannya,
maka laju pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat
jenis partikel maka laju pengendapannya cepat. Laju pengendapan sangat
dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu
yang ada. Bila temperatur tinggi maka viskositas menurun sehingga bentuk dan
ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapan cepat. Aliran dalam bak
pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada aliran laminer laju
pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapan akan sangat
terganggu maka akan sangat lambat mengendap.
Laju pengendapan partikel – partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju pengendapan
sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat uji tersebut.
Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu dan menimbang
berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan yang terjadi
sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan dari tiap
gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai ukuran yang
besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari pada partikel halus, untuk
padatan yang halus diusahakan menggumpal menjadi partikel yang lebih besar
agar cepat mengendap. (F, Parikesit, Ir. 1985)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu:
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang
sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar mudah terjadi
pengendapannya besar. Pengendapan padatan kasar terjadinya sangat mudah, hal
itu terjadi karena pengendapannya lebih besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan
suatu pertikel yang disekitarnya dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan
memberikan tahanan gesek (Drag) kepada partikel itu sebesar :
Fd = Cd . Ap……………………………………………………….…(2.3.1)
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan
yang sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai
peralatan pengendap yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme
penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat
mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka sedimentasi ini
dapat digolongkan jadi dua macam yaitu :
a. Penjernihan
Clarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit
(1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses klarifier
mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi merupakan suatu
proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang
diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga terbentuk flok suatu partikel yang
halus selanjutnya mengalami proses flokulasi yaitu penggabungan flok-flok
membentuk flok yang lebih besar .
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari
campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan biasanya
hasil padatnya yang diperlukan. Didalam sedimentasi perlu dibedakan antara:
- Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses pemisahan
berlangsung.
- Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang
dapat membesar atau bergabung dengan partikel-partikel lain ketika akan
bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.

2.4 Pemisahan atas dasar gerakan partikel melalui fluida


Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel
zat padat atau tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat cair dan
mungkin berada pada keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa
situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk mengeluarkan partikel dari arus
fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat didalam fluida atau untuk
memulihkan partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau gas buang
terhadap debu dan uap racun atau untuk membuang zat padat dari air limbah.
Dalam soal-soal lain, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya
dapat dipisahkan menjadi fraksi – fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya.
Fluida itu lalu dipulihkan, kadang – kadang untuk digunakan kembali, dari
partikel yang telah di fraksionasi.
Jelaslah bahwa tiap partikel itu mulai dari keadaan diam terhadap fluida
tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melaui fluida itu karena adanya gaya–
gaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan
satu periode singkat dimana berlangsung percepatan, yaitu selama waktu
kecepatan itu meningkat dari nol sampai kecepatan terminal. Tahap kedua ialah
periode dimana partikel itu berada dalam kecepatan terminalnya.

2.5 Proses pengendapan gravitasi


Partikel – partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu
tersuspensi dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki pengendap
(Settling Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat
waktu yang cukup untuk mengendap keluar dari suspensi itu akan tetapi, peranti
sederhana seperti itu terbatas kegunaannya karena pemisahanya tidak lengkap
disamping memerlukan tenaga kerja untuk mengeluarkan zat padat yang
mengendap dari dasar tangki.
Separator – separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir lengkap.
Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh partikel dari zat cair
dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang memisahkan zat padat
menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier). Pada kedua alat itu berlaku
prinsip sedimentasi yang sama.

2.6 Klasifikator gravitasi


Kebanyakan klasifikator yang digunakan dalam pengolahan kimia
memisahkan zat padat atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel halus
dan partikel besar itu sama.
Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam penggilingan rangkaian
tertutup, lebih – lebih dalam operasi metalurgi di sini, partikel yang relatife kasar
disebut pasir (Sand), sedang bubur partikel halus disebut lanyau (smile). Waktu
diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke dasar peranti sedangkan laju
terbawa oleh zat cair keluar.

2.7 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga
membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada
pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik
karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu
terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam
larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu lalu dapat
dialogmerasikan menjadi flok – flok yang masing-masingnya terdiri dari banyak
pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang
efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk
flokulasi mencakup penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan,
seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu
turun bersamanya. (McCabe, 1983)
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan
yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut
bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap
dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya
berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah
didefinisikan. Karakteristik kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya
mekanisme pengendapannya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang
terflokulasi adalah sebagai berikut :

A A

B B
C
C D
D

(A) (B) (C) (D) (E)


Gambar 2.2 Sedimentasi tumpak

Keterangan Gambar :
a. Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam
didalam zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap.
b. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat
pertama yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana pengendap, yang
terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah campuran zat padat yang berupa
flok tergeletak longgar diatas satu sama lain, membentuk suatu lapisan, yang kita
namakan zona D diatas zona D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C, yang
merupakan lapisan transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi dari yang
seperti pada pulp asal sampai seperti di dalam zona D. Diatas zona C terdapat
zona B, yang terdiri dari suspensi homogen yang konsentrasinya sama dengan
pulp asal. Diatas zona B terdapat lagi zona A yang jika partikel itu telah
terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih.
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A
dan zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona A itu keruh
dan batas antara zona A dan B kabur . dengan adanya pengendapan, kedalam zona
D dan A bertambah, dan tebal zona C tetap, zona B berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang, dan
seluruh zat padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion)
berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis atau critical
point. Pada pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut bersama flok
kedalam zona kompressi D akan terperas keluar dimana bobot endapan itu
menggambarkan struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari
zat cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser – geiser kecil, dan
ketebalan zona itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat itu telah
mencapai keseimbangan mekanik dengan kekuatan tekan flok proses
pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah mencapai tinggi
akhirnya. (Mc Cabe, Warren L. 1990)

2.8 Jenis Suspensi Dalam Sedimentasi


Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis untuk
memisahkan yang padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak
digunakan pada proses-proses untuk mengurangai polusi dari limbah industri.
Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu :
a. Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang
tidak cukup untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan
berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas
yang jelas sangat besar sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan
berlangsung.
Perbedaan kedua suspensi diatas mengakibatkan pola setting berbeda dan
membutuhkan dan rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada
percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil. (F, Parikesit, Ir. 1985)

2.9 Hukum – Hukum Yang Mempengaruhi Sedimentasi


a. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila
jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0……….………………………………………………..………..(2.9.1)
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa
benda dan sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a……………………………………………...………............(2.9.2)
c. Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya
berlawanan.
Faksi = Freaksi……………………………………...…………………...(2.9.3)
d. Hukum Archimedes
Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya
sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.
e. Hukum Stokes
Suatu benda dengan jari–jari r dijatuhkan dalam suatu fluida yang
mempunyai kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut adalah
beratnya sendiri.
Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah pengaruh gaya
gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari suatu pendapan
tertentu, maka gaya gravitasi yang berkerja pada suatu partikel itu dapat
digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara pengendapan
dan penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan gaya sentrifugal sebagai
gaya pendorong disebut sentrifugal dan peralatannya disebut sentrifugasi.
Dalam hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan suspensi
yang mengandung bahan padat yang lebih berat dengan kecepatan pengendapan
yang lebih baik atau bahan padat yang lebih ringan dengan kecepatan
pengapungan yang baik.
Dalam proses ini, kecepatan pemisahan oleh gaya berat adalah tinggi jika
terdapat perbedaan yang besar antara kerapatan cairan dan kerapatan bahan padat.
Selanjutnya kecepatan pemisahan akan dapat dipengaruhi oleh perbandingan luas
permukaan terhadap massa oleh bentuk padatan dan volume viskositas cairan
tersebut. (Brown G.G weilley and sons.”Unit Operation”.1991)

2.9.1 Rumus yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi


1. Konsentrasi larutan (N)
Bj x % x 1000
¿
N Be ..........................................................................
(2.9.4)
2. Konsentrasi awal suspensi (gr/ml)
c0 zo
Co = ............................................................................................
zi
(2.9.5)
3. Kecepatan sedimentasi (VL)
zi −z L
VL = ........................................................................................
θL
(2.9.6)
4.Konsentrasi suspensi (CL)
co zo
CL = ……….....................................................................
Z L +V L x θ L
(2.9.7)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Beaker Glass 1000 ml 2 Buah
2. Gelas Ukur 1000 ml 1 Buah
3. Penggaris 1 Buah
4. Stopwatch 1 Buah
5. Batang Pengaduk 1 Buah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Tepung Roti
2. Pewarna Merah
3. Air

Variabel percobaan
- Konsentrasi tepung roti 80 gr/L, 110 gr/L dan 140 gr/L.
- Waktu pengecekan per 2 menit sebanyak 9 kali dan diulang pada
konsentrasi yang berbeda.

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah:

1. Ditimbang tepung terigu sebanyak 80 gr, 110 gr dan 140 gr.


2. Bahan kemudian suspensikan dengan 1000 ml air dan pewarna merah
dalam beaker glass dan diaduk hingga tercampur seragam.
3. Kemudian 80 gr tepung dalam 1 liter air dimasukkan ke dua wadah yaitu
beaker glass dan gelas ukur dengan ketinggian masing–masing 10 cm,
begitu pula untuk 110 gr dan 140 gr
4. Suspensi dibiarkan tenang dan perhitungan dimulai.
5. Data diambil tiap 2 menit sebanyak 9 kali.
6. Percobaan diulangi pada konsentrasi tepung yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun data percobaan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data Percobaan Sedimentasi


Tinggi endapan pada Beaker Tinggi endapan pada Gelas Ukur
Waktu
No Glass (cm) (cm)
(menit)
80 gr/L 110 gr/L 140 gr/L 80 gr/L 110 gr/L 140 gr/L
1 0 10 10 10 10 10 10
2 2 8 8 8,5 9 9 9
3 4 5,5 7 7,5 8 8 7,6
4 6 4 6 6,7 6 7 7
5 8 2,6 4 5,5 4 6 6
6 10 2,6 4 5,5 2,3 4 6
7 12 2,6 4 5,5 2,3 4 6
8 14 2,6 4 5,5 2,3 4 6
9 16 2,6 4 5,5 2,3 4 6

Berdasarkan data percobaan pada tabel 4.1 maka diperoleh hasil yang dapat
dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan Co dan V pada Beaker Glass


No 80 Gram 110 Gram 140 Gram
Co (Gr/L) V (cm/menit) Co (Gr/L) V (cm/menit) Co (Gr/L) V (cm/menit)

1 100 1 137,5 1 164,70 0,75


2 145,45 1,25 157,14 0,5 186,66 0,5
3 200 0,75 183,33 0,5 208,95 0,8
4 307,69 0,7 275 1 254,54 0,6
5 307,69 0 275 0 254,54 0
6 307,69 0 275 0 254,54 0
7 307,69 0 275 0 254,54 0
8 307,69 0 275 0 254,54 0

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Co dan V pada Gelas ukur


80 Gram 110 Gram 140 Gram
No Co (Gr/L) V (cm/menit) Co (Gr/L) V (cm/menit) Co (Gr/L) V (cm/menit)

1
88,88 0,5 122,22 0,5 155,55 0,5
2
100 0,5 137,5 0,5 184,21 0,7
3
133,33 1 157,14 0,5 200 0,3
4
200 1 183,33 0,5 233,33 0,5
5
347,82 0,85 275 1 233,33 0
6
347,82 0 275 0 233,33 0
7
347,82 0 275 0 233,33 0
8
347,82 0 275 0 233,33 0

4.2 Pembahasan
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Pada percobaan ini dilihat dari
tinggi endapan pada sampel. Adapun data yang diambil adalah hubungan antara
interface terhadap waktu pada beaker glass dan gelas ukur.
4.2.1 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu(T) Pada Beaker Glass
Hubungan antara interface terhadap waktu pada beaker glass dapat dilihat
dari grafik dibawah ini.
35
30
25
interface (z) 20
15 140 gr
110 gr
10
80 gr
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

waktu (menit)

Gambar 4.2.1 Grafik hubungan interface(z) terhadap waktu(t) pada beaker glass

Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat perbandingan antara


interface dengan waktu pengendapannya untuk konsentrasi 80 gr/L , 110 gr/L dan
140 gr/L. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama endapan semakin
menurun. Pada konsentrasi 80 gr/L, endapan semakin lama semakin menurun dan
tinggi endapan konstan pada waktu 8 menit dengan tinggi endapan 2,6 cm. Pada
konsentrasi 110 gr/L, didapati tinggi endapan konstan pada waktu 8 menit dengan
tinggi endapan 4 cm dan pada konsentrasi 140 gr/L, tinggi endapan konstan pada
waktu 8 menit dengan tinggi endapan 5,5 cm. Dari grafik diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin lama waktu maka tinggi endapan semakin menurun
dan semakin besar konsentrasi maka tinggi endapan yang didapat semakin besar
sehingga waktu pengendapan semakin lama.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi
antar muka(z) semakin berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai
zona jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengaruhi oleh grafitasi. Konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
juga mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi semakin lama
waktu pengendapan (Mc.Cabe,1998).
Pada praktikum ini didapatkan hasil percobaannya adalah semakin lama
waktunya, semakin rendah tinggi endapan yang didapat. Berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan oleh Robi Hambali (2016) hasil percobaan
yang tercatat di jurnalnya semakin besar lama waktunya maka tinggi endapan
yang didapat semakin besar pula.
4.2.2 Hubungan Ketinggian Endapan Terhadap Waktu(T) Pada Gelas
Ukur
Hubungan antara interface terhadap waktu pada gelas ukur dapat dilihat
dari grafik dibawah ini.

35
ketinggian endapan (cm)

30
25
20
15 140 gr
110 gr
10
80 gr
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu (menit)

Gambar 4.2.2 Grafik hubungan interface(z) terhadap waktu(t) pada gelas ukur

Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat perbandingan antara


interface dengan waktu pengendapannya untuk konsentrasi 80 gr/L , 110 gr/L dan
140 gr/L. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama endapan semakin
menurun. Pada konsentrasi 80 gr/L gr, endapan semakin lama semakin menurun
dan tinggi endapan konstan pada waktu 10 menit dengan tinggi endapan 2,3 cm.
Pada konsentrasi 110 gr/L, didapati tinggi endapan konstan pada waktu 10 menit
dengan tinggi endapan 4 cm dan pada konsentrasi 140 gr, tinggi endapan konstan
pada waktu 8 menit dengan tinggi endapan 6 cm. Dari grafik di atas dapat
disimpulan bahwa semakin lama waktu, maka tinggi endapan semakin menurun
dan semakin besar konsentrasi maka tinggi endapan yang didapat semakin besar
sehingga waktu pengendapan semakin lama.
Berdasarkan kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa endapan pada
gelas ukur lebih tinggi dibandingkan pada beaker glass hal ini dikarenakan luas
permukaan pada gelas ukur lebih kecil dibandingkan beaker glass sesuai dengan
teori bahwa luas permukaan mempengaruhi tinggi endapan. Semakin besar luas
permukaan suatu wadah maka endapan yang diperoleh semakin kecil (Brown,
1978).
Pada praktikum ini didapatkan hasil percobaannya adalah semakin lama
waktunya, semakin rendah tinggi endapan yang didapat. Berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan oleh Robi Hambali (2016) hasil percobaan
yang tercatat di jurnalnya semakin besar lama waktunya maka tinggi endapan
yang didapat semakin besar pula.
4.2.3 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap waktu (menit) Pada
Beaker Glass
Hubungan antara konsentrasi liquid terhadap laju pengendapan pada
beaker glass dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
1000
konsentrasi larutan (gr/L)

900
800
700
600 140 gr/L
500 Co (Gr/L)
400 110 gr/L
300 Co (Gr/L)
200 80 gr/L
100 Co (Gr/L)
0
1 2 3 4 5 6 7 8

waktu (menit)

Gambar 4.2.3 Grafik hubungan konsentrasi larutan (gr/L) terhadap waktu (menit)
pada beaker glass

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa perbandingan antara konsentrasi


dengan laju pengendapan dari larutan, yaitu laju alir yang didapat akan semakin
kecil saat konsentrasi padatan semakin besar. Hal tersenut sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka laju pengendapan
akan semakin mengecil. Hal ini merupakan makin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun ( Mc Cabe.1985).
Pada praktikum ini didapatkan hasil percobaannya adalah semakin besar
nilai konsentrasinya, semakin kecil laju sedimentasi yang didapat. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Asikin Muchtar dan Nurdin Abdullah
semakin besar konsentrasi maka semakin kecil laju sedimentasi yang diperoleh,
begitu juga sebaliknya semakin kecil nilai konsentrasinya maka semakin besar
laju sedimentasi yang diperoleh.
4.2.4 Hubungan Konsentrasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Gelas Ukur
Hubungan antara konsentrasi liquid terhadap laju pengendapan pada gelas
ukur dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
1000
900
laju pengendapan(cm/menit)

800
700
600 140 gr/L
500 Co (Gr/L)
400 110 gr/L
Co (Gr/L)
300
80 gr/L
200 Co (Gr/L)
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8

konsentrasi (gr/L)

Gambar 4.2.4 Grafik hubungan konsentrasi liquid (gr/L) terhadap ketinggian


endapan (cm) pada gelas ukur

Berdasarkan grafik di atas hubungan antara konsentrasi dengan laju


pengendapan berbanding terbalik. Semakin besar konsentrasi maka laju
pengendapan semakin kecil. Dari hasil percobaan yang telah didapat,
pengendapan terjadi di pengaruhi oleh luas penampang wadah, semakin besar
luas penampang wadah maka laju pengendapannya semakin cepat karena
semakin luas penyebaran partikel dan gaya gesek yang ditimbulkan antara
partiker semakin kecil dibanding dengan luas penampang yang lebih kecil.
Sehingga laju pengendapan pada beaker glasss lebih cepat dibandingkan gelas
ukur. Pengendapan juga dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi,
maka semakin berkurang laju pengendapannya ( Mc Cabe, 1985).
Pada praktikum ini didapatkan hasil percobaannya adalah semakin besar
nilai konsentrasinya, semakin kecil laju sedimentasi yang didapat. Sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Asikin Muchtar dan Nurdin Abdullah semakin
besar konsentrasi maka semakin kecil laju sedimentasi yang diperoleh, begitu juga
sebaliknya semakin kecil nilai konsentrasinya maka semakin besar laju
sedimentasi yang diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu waktu tinggal,
konsentrasi padatan pada larutan dan gaya grafitasi. Dimana semakin lama
waktu pengendapan maka laju pengendapan semakin berkurang. Semakin
besar konsentrasi padatan pada larutan, semakin besar laju
pengendapannya
2. Laju pengendapan pada beaker glass lebih kecil dibandingkan pada gelas
ukur. Hal ini dikarenakan luas permukaan beaker glass lebih besar
dibanding gelas ukur.
3. Semakin besar konsentrasi padatan pada larutan maka semakin kecil pula
laju pengendapannya.
4. Penyebaran patikel padatan yang luas dapat mengurangin gaya gesek antar
partikel, maka laju pengendapan semakin kecil

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada percobaan ini:
Praktikum dapat dilaksanakan agar mahasiswa lebih paham dengan data
yang diolah. Semoga pandemi segera berakhir dan praktikum dapat segera
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, GJ, 1983, Transport Process and Unit Operation, Second Edition,
Allyn and Bacon, Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf diakses pada selasa 9 juni
2020, pukul 12.00 WIB
https://www.academia.edu/24831412/LAPRES_SEDIMENTASI diakses pada 15
Juni 2020, pukul 07.10 WIB.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf

http://media.neliti.com231850-menentukan-persamaan-kecepatan-pengendapan-
c71e1bf5. Diakses pada 15 Juni 2020, pukul 07.38 WIB
Mc. Cabe .W.L and Harriot. 1999. Unit Operation of Chemical Engineering 5th
edition. Mc. Graw Hill. New York.
Wernen L. McCabe. 1987. Operasi Teknik Kimia II. Erlangga: Jakarta
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LEMBAR DATA
MODUL PRAKTIKUM : Sedimentasi

KELOMPOK : 5 kelas A9

NAMA/NIM : 1. Rahmita Zulfa 170140118


2. Mutiara Lutvia Fazira 180140115
3. Budi Artono 180140153
4. Almira Hanifa 180140171
Tinggi endapan pada Beaker Tinggi endapan pada Gelas Ukur
Waktu
No Glass (cm) (cm)
(menit)
80 gr 110 gr 140 gr 80 gr 110 gr 140 gr
1 0 10 10 10 10 10 10
2 2 8 8 8,5 9 9 9
3 4 5,5 7 7,5 8 8 7,6
4 6 4 6 6,7 6 7 7
5 8 2,6 4 5,5 4 6 6
6 10 2,6 4 5,5 2,3 4 6
7 12 2,6 4 5,5 2,3 4 6
8 14 2,6 4 5,5 2,3 4 6
9 16 2,6 4 5,5 2,3 4 6

Lhokseumawe,

Asisten (………………………….)

(…………………………)

Dosen Pembimbing
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan untuk Beaker Glass


A. Konsentrasi 80 gr/L
Diketahui : C0 = 80 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit

 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)


Z 0−Z ₁ 10−8 cm
- V1 = = = 1 cm/menit
t 2menit
Z 1−Z ₂ 8−5,5 cm
- V2 = = = 1,25 cm/menit
t 2 menit
Z 2−Z ₃ 5,5−4 cm
- V3 = = = 0,75 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 4−2,6 cm
- V4 = = = 0,7 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 2,6−2,6 cm
- V5 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 5−Z ₆ 2,6−2,6 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 6−Z ₇ 2,6−2,6 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 7−Z ₈ 2,6−2,6 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2 menit

 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C1 = = = 100 gr/L
Z1 8 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C2 = = = 145,45 gr/L
Z2 5,5 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C3 = = = 200 gr/L
Z3 4 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C4 = = = 307,69 gr/L
Z4 2,6 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C5 = = = 307,69 gr/L
Z5 2,6 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C6 = = = 307,69 gr/L
Z6 2,6 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C7 = = = 307,69 gr/L
Z7 2,6 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C8 = = = 307,69 gr/L
Z8 2,6 cm
B. Konsentrasi 110 gr/L
Diketahui : C0 = 110 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit

 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)


Z 0−Z ₁ 10−8 cm
- V1 = = = 1 cm/menit
t 2menit
Z 1−Z ₂ 8−7 cm
- V2 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 2−Z ₃ 7−6 cm
- V3 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 6−4 cm
- V4 = = = 1 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 4−4 cm
- V5 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 5−Z ₆ 4−4 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 6−Z ₇ 4−4 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 7−Z ₈ 4−4 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C1 = = = 137,5 gr/L
Z1 8 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C2 = = = 157,14 gr/L
Z2 7 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C3 = = = 183,33 gr/L
Z3 6 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C4 = = = 275 gr/L
Z4 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C5 = = = 275 gr/L
Z5 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C6 = = = 275 gr/L
Z6 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C7 = = = 275 gr/L
Z7 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C8 = = = 275 gr/L
Z8 4 cm
C. Konsentrasi 140 gr/L
Diketahui : C0 = 140 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit
 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z 0−Z ₁ 10−8,5 cm
- V1 = = = 0,75 cm/menit
t 2menit
Z 1−Z ₂ 8,5−7,5 cm
- V2 = = = 0,5 cm/menit
t 2menit
Z 2−Z ₃ 7,5−6,7 cm
- V3 = = = 0,8 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 6,7−5,5 cm
- V4 = = = 0,6 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 5,5−5,5 cm
- V5 = = = 0 cm/menit
t 2menit
Z 5−Z ₆ 5,5−5,5 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2menit
Z 6−Z ₇ 5,5−5,5 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2menit
Z 7−Z ₈ 5,5−5,5 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2menit

 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C1 = = = 164,70 gr/L
Z1 8,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C2 = = = 186,66 gr/L
Z2 7,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C3 = = = 208,95 gr/L
Z3 6,7 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C4 = = = 254,54 gr/L
Z4 5,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C5 = = = 254,54 gr/L
Z5 5,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C6 = = = 254,54 gr/L
Z6 5,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C7 = = = 254,54 gr/L
Z7 5,5 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C8 = = = 254,54 gr/L
Z8 5,5 cm

B.2 Perhitungan untuk Gelas Ukur


A. konsentrasi 80 gr/L
Diketahui : C0 = 80 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit
 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z 0−Z ₁ 10−9 cm
- V1 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 1−Z ₂ 9−8 cm
- V2 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 2−Z ₃ 8−6 cm
- V3 = = = 1 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 6−4 cm
- V4 = = = 1 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 4−2,3 cm
- V5 = = = 0,85 cm/menit
t 2 menit
Z 5−Z ₆ 2,3−2,3 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2menit
Z 6−Z ₇ 2,3−2,3 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2menit
Z 7−Z ₈ 2,3−2,3 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2menit
 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C1 = = = 88,88 gr/L
Z1 9 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C2 = = = 100 gr/L
Z2 8 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C3 = = = 133,33 gr/L
Z3 6 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C4 = = = 200 gr/L
Z4 4 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C5 = = = 347,82 gr/L
Z5 2,3 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C6 = = = 347,82 gr/L
Z6 2,3 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C7 = = = 347,82 gr/L
Z7 2,3 cm
C0 Z 0 80 gr /L .10 cm
- C8 = = = 347,82 gr/L
Z8 2,3 cm

B. Konsentrasi 110 gr/L


Diketahui : C0 = 110 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit
 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z 0−Z ₁ 10−9 cm
- V1 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 1−Z ₂ 9−8 cm
- V2 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 2−Z ₃ 8−7 cm
- V3 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 7−6 cm
- V4 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 6−4 cm
- V5 = = = 1 cm/menit
t 2 menit
Z 5−Z ₆ 4−4 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 6−Z ₇ 4−4 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 7−Z ₈ 4−4 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C1 = = = 122,22 gr/L
Z1 9 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C2 = = = 137,5 gr/L
Z2 8 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C3 = = = 157,14 gr/L
Z3 7 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C4 = = = 183,33 gr/L
Z4 6 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C5 = = = 275 gr/L
Z5 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C6 = = = 275 gr/L
Z6 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C7 = = = 275 gr/L
Z7 4 cm
C0 Z 0 110 gr / L.10 cm
- C8 = = = 275 gr/L
Z8 4 cm

C. Konsentrasi 140 gr/L


Diketahui : C0 = 140 gr/L
Z0 = 10 cm
t = 2 menit

 Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)


Z 0−Z ₁ 10−9 cm
- V1 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 1−Z ₂ 9−7,6 cm
- V2 = = = 0,7 cm/menit
t 2 menit
Z 2−Z ₃ 7,6−7 cm
- V3 = = = 0,3 cm/menit
t 2 menit
Z 3−Z ₄ 7−6 cm
- V4 = = = 0,5 cm/menit
t 2 menit
Z 4 −Z ₅ 6−6 cm
- V5 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 5−Z ₆ 6−6 cm
- V6 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 6−Z ₇ 6−6 cm
- V7 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z 7−Z ₈ 6−6 cm
- V8 = = = 0 cm/menit
t 2 menit

 Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C1 = = = 155,55 gr/L
Z1 9 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C2 = = = 184,21 gr/L
Z2 7,6 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C3 = = = 200 gr/L
Z3 7 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C4 = = = 233,33 gr/L
Z4 6 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C5 = = = 233,33 gr/L
Z5 6 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C6 = = = 233,33 gr/L
Z6 6 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C7 = = = 233,33 gr/L
Z7 6 cm
C0 Z 0 140 gr /L .10 cm
- C8 = = = 233,33 gr/L
Z8 6 cm

LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Gambar Alat Fungsi Alat
1. Beaker Glass

Sebuah wadah penampung yang


digunakan untuk mengaduk,
mencampur, dan memanaskan cairan.

2. Stopwatch

Untuk mengukur lamanya waktu yang


diperlukan dalam kegiatan.

3. Penggaris

Untuk melakukan pengukuran


4. Gelas Ukur

Untuk mengukur volume cairan

5. Pengaduk

Untuk mencampur bahan kimia dan


cairan.

Anda mungkin juga menyukai