PENDAHULUAN
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan
dan cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi
tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting
dalam berbagai proses industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah,
pengolahan air sungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair,
pengendapan kristal dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada
industri minuman beralkohol, dan lain-lain. Ketika suatu partikel padatan berada
pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan
jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya,
peristiwa ini disebut free settling. Ketika partikel padatan berada pada keadaan
saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada kecepatan rendah,
peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan endapan
yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk memperoleh hasil
sedimentasi sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup
lama pula. Guna menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu
menentukan waktu pengendapan yang efektif. Waktu pengendapan yang efektif
dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi perubahan pengendapan dari free
settling ke hindered settling (Geankoplis, 2003).
Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi
lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan bentuk
partikel akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel,
sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan 2 tipe bak sedimentasi,
dan temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Semua faktor
yang disebutkan di atas mempengaruhi kecepatan mengendap partikel pada bak
sedimentasi. Oleh karena itu dibutuhkan data kecepatan turunnya partikel untuk
mendesain bak sedimentasi yang efektif dan efisien (A.Didit, 2008).
2.2 Gaya yang mempengaruhi Sedimentasi
Selama proses sedimentasi berlangsung, terdapat tiga gaya yang
berpengaruh, yaitu :
a. Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya pertikel
padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena
massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida. Atau dengan kata
lain bahwa, pada gaya ini berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel,
sehingga partikel lebih cepat mengendap. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi
oleh Hukum Newton II, yaitu :
Fg = m . g …………………………………………………..(2.2.1)
b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung
klarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat
juga kita lihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena adanya gaya
Gravitsi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat
padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang
memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.
Fd = Ap.V2. Cd. ………..…………..……………………..(2.2.2)
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida. Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka pengaruh
gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
mρg
Fa = ……...……….………………..……………………
ρα
(2.2.3)
Zo
Laju tetap
Z Zu
C tinggi patah
Waktu.t
gambar 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan
5. Bentuk dan ukuran partikel
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatannya,
maka laju pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat
jenis partikel maka laju pengendapannya cepat. Laju pengendapan sangat
dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu
yang ada. Bila temperatur tinggi maka viskositas menurun sehingga bentuk dan
ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapan cepat. Aliran dalam bak
pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada aliran laminer laju
pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapan akan sangat
terganggu maka akan sangat lambat mengendap.
Laju pengendapan partikel – partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju pengendapan
sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat uji tersebut.
Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu dan menimbang
berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan yang terjadi
sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan dari tiap
gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai ukuran yang
besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari pada partikel halus, untuk
padatan yang halus diusahakan menggumpal menjadi partikel yang lebih besar
agar cepat mengendap. (F, Parikesit, Ir. 1985)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu:
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang
sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar mudah terjadi
pengendapannya besar. Pengendapan padatan kasar terjadinya sangat mudah, hal
itu terjadi karena pengendapannya lebih besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan
suatu pertikel yang disekitarnya dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan
memberikan tahanan gesek (Drag) kepada partikel itu sebesar :
Fd = Cd . Ap……………………………………………………….…(2.3.1)
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan
yang sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai
peralatan pengendap yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme
penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat
mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka sedimentasi ini
dapat digolongkan jadi dua macam yaitu :
a. Penjernihan
Clarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit
(1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses klarifier
mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi merupakan suatu
proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang
diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga terbentuk flok suatu partikel yang
halus selanjutnya mengalami proses flokulasi yaitu penggabungan flok-flok
membentuk flok yang lebih besar .
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari
campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan biasanya
hasil padatnya yang diperlukan. Didalam sedimentasi perlu dibedakan antara:
- Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses pemisahan
berlangsung.
- Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang
dapat membesar atau bergabung dengan partikel-partikel lain ketika akan
bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.
2.7 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga
membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada
pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik
karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu
terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam
larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu lalu dapat
dialogmerasikan menjadi flok – flok yang masing-masingnya terdiri dari banyak
pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang
efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk
flokulasi mencakup penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan,
seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu
turun bersamanya. (McCabe, 1983)
Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan
yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit.
Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu
mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut
bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap
dalam pengendapan bebas atau terganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya
berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum
pengendapan secara kuantitatif karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah
didefinisikan. Karakteristik kedua dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya
mekanisme pengendapannya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang
terflokulasi adalah sebagai berikut :
A A
B B
C
C D
D
Keterangan Gambar :
a. Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam
didalam zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap.
b. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat
pertama yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana pengendap, yang
terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah campuran zat padat yang berupa
flok tergeletak longgar diatas satu sama lain, membentuk suatu lapisan, yang kita
namakan zona D diatas zona D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C, yang
merupakan lapisan transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi dari yang
seperti pada pulp asal sampai seperti di dalam zona D. Diatas zona C terdapat
zona B, yang terdiri dari suspensi homogen yang konsentrasinya sama dengan
pulp asal. Diatas zona B terdapat lagi zona A yang jika partikel itu telah
terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih.
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona A
dan zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona A itu keruh
dan batas antara zona A dan B kabur . dengan adanya pengendapan, kedalam zona
D dan A bertambah, dan tebal zona C tetap, zona B berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang, dan
seluruh zat padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion)
berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis atau critical
point. Pada pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut bersama flok
kedalam zona kompressi D akan terperas keluar dimana bobot endapan itu
menggambarkan struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari
zat cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser – geiser kecil, dan
ketebalan zona itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat itu telah
mencapai keseimbangan mekanik dengan kekuatan tekan flok proses
pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah mencapai tinggi
akhirnya. (Mc Cabe, Warren L. 1990)
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Tepung Roti
2. Pewarna Merah
3. Air
Variabel percobaan
- Konsentrasi tepung roti 80 gr/L, 110 gr/L dan 140 gr/L.
- Waktu pengecekan per 2 menit sebanyak 9 kali dan diulang pada
konsentrasi yang berbeda.
4.1 Hasil
Adapun data percobaan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1
Berdasarkan data percobaan pada tabel 4.1 maka diperoleh hasil yang dapat
dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.
1
88,88 0,5 122,22 0,5 155,55 0,5
2
100 0,5 137,5 0,5 184,21 0,7
3
133,33 1 157,14 0,5 200 0,3
4
200 1 183,33 0,5 233,33 0,5
5
347,82 0,85 275 1 233,33 0
6
347,82 0 275 0 233,33 0
7
347,82 0 275 0 233,33 0
8
347,82 0 275 0 233,33 0
4.2 Pembahasan
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Pada percobaan ini dilihat dari
tinggi endapan pada sampel. Adapun data yang diambil adalah hubungan antara
interface terhadap waktu pada beaker glass dan gelas ukur.
4.2.1 Hubungan Interface (Z) Terhadap Waktu(T) Pada Beaker Glass
Hubungan antara interface terhadap waktu pada beaker glass dapat dilihat
dari grafik dibawah ini.
35
30
25
interface (z) 20
15 140 gr
110 gr
10
80 gr
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
waktu (menit)
Gambar 4.2.1 Grafik hubungan interface(z) terhadap waktu(t) pada beaker glass
35
ketinggian endapan (cm)
30
25
20
15 140 gr
110 gr
10
80 gr
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu (menit)
Gambar 4.2.2 Grafik hubungan interface(z) terhadap waktu(t) pada gelas ukur
900
800
700
600 140 gr/L
500 Co (Gr/L)
400 110 gr/L
300 Co (Gr/L)
200 80 gr/L
100 Co (Gr/L)
0
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu (menit)
Gambar 4.2.3 Grafik hubungan konsentrasi larutan (gr/L) terhadap waktu (menit)
pada beaker glass
800
700
600 140 gr/L
500 Co (Gr/L)
400 110 gr/L
Co (Gr/L)
300
80 gr/L
200 Co (Gr/L)
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8
konsentrasi (gr/L)
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada percobaan ini:
Praktikum dapat dilaksanakan agar mahasiswa lebih paham dengan data
yang diolah. Semoga pandemi segera berakhir dan praktikum dapat segera
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, GJ, 1983, Transport Process and Unit Operation, Second Edition,
Allyn and Bacon, Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf diakses pada selasa 9 juni
2020, pukul 12.00 WIB
https://www.academia.edu/24831412/LAPRES_SEDIMENTASI diakses pada 15
Juni 2020, pukul 07.10 WIB.
http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf
http://media.neliti.com231850-menentukan-persamaan-kecepatan-pengendapan-
c71e1bf5. Diakses pada 15 Juni 2020, pukul 07.38 WIB
Mc. Cabe .W.L and Harriot. 1999. Unit Operation of Chemical Engineering 5th
edition. Mc. Graw Hill. New York.
Wernen L. McCabe. 1987. Operasi Teknik Kimia II. Erlangga: Jakarta
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LEMBAR DATA
MODUL PRAKTIKUM : Sedimentasi
KELOMPOK : 5 kelas A9
Lhokseumawe,
Asisten (………………………….)
(…………………………)
Dosen Pembimbing
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Gambar Alat Fungsi Alat
1. Beaker Glass
2. Stopwatch
3. Penggaris
5. Pengaduk