MODUL V
SEDIMENTASI TIPE II
DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK-05
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :
LABORATORIUM ICELL
DEPOK
2023
1
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
• Cawan • Stopwatch
• Kuvet • Tisu
• Pengaduk
1.3.2 Bahan
Universitas Indonesia
1
B. Pengukuran Kekeruhan
1. Praktikan air sampel Air sampel diambil
Danau Mahoni menggunakan lima galon
sebanyak 65 liter dengan volume masing-
masing 15 liter
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
C. Pengukuran TSS
1. Praktikan Memanaskan Pemanasan dilakukan agar
cawan dan filter kosong saat penimbangan tidak ada
dengan oven selama 1 berat air yang ikut
jam tertimbang
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Berat TSS
Waktu Kedalaman (gr/100mL)
(menit) (cm)
Sebelum Sesudah
20 75.5461 75.556
60 77.2697 77.2803
0 100 72.1293 72.97
140 82.3048 82.311
180 79.3209 79.3322
20 75.4194 75.4242
60 81.1466 81.1575
3 100 79.7955 79.8053
140 73.8434 73.8519
180 73.6738 73.6797
20 73.9621 73.9638
60 79.4789 79.4839
6 100 76.2371 76.2425
140 77.1598 77.1693
180 79.5477 79.555
Sumber: (Analisis Praktikan, 2023)
1.5.2 Pengolahan Data
1.5.2.1. Menghitung Nilai TSS Percobaan
Nilai TSS percobaan diperoleh melalui perhitungan dengan cara
mencari selisih berat cawan dan kertas filter sebelum dan sesudah filtrasi,
perhitungan dilakukan sesuai dengan rumus berikut,
𝑚𝑔 𝑔𝑟 100 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑔
TSS ( ) = (𝑇SS sesudah − TSS sebelu𝑚) × ×
𝑙 100 𝑚𝑙 0,1 𝑙 1 𝑔𝑟
Rumus tersebut akan digunakan untuk seluruh variasi
kedalaman pada menit ke-0, ke-3, dan ke-6. Berikut merupakan contoh
perhitungan untuk kedalaman 20 cm pada menit ke-0.
𝑚𝑔 𝑔𝑟 100 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑔
TSS ( ) = (75.556 − 75.5461) × × = 99 𝑚𝑔/𝑙
𝑙 100 𝑚𝑙 0,1 𝑙 1 𝑔𝑟
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
20 99 123.95 20.13
60 106 69.19 53.20
0 100 104 98.05 6.07
140 62 85.1 27.14
180 113 187.59 39.76
20 48 5.21 821.31
60 109 72.89 49.54
3 100 98 44.77 118.90
140 85 45.51 86.77
180 59 231.62 74.53
20 17 7.62 123.10
60 50 69.19 27.74
6 100 54 91.39 40.91
140 103.2 162.43 36.46
180 78 160.95 51.54
Rata-rata 105.14
Sumber: (Analisis Praktikan, 2023)
1.5.2.4. Menghitung Persentase Penyisihan
Seteleh mengetahui TSS teori di setiap kedalaman pada setiap
menit, praktikan dapat menghitung persentase penyisihan TSS teori atau
persentase removal. Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah
sebagai berikut.
𝑇𝑆𝑆 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑇𝑆𝑆 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒 𝑡
%𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙(%) = 𝑥100%
𝑇𝑆𝑆 𝑎𝑤𝑎𝑙
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Waktu detensi
0 10 20 30 40 50
0 20
30
50 40
Kedalaman
50
100
60
150 70
200
Universitas Indonesia
17
% Removal TR (%)
30% 58.06%
40% 64.89%
50% 68.61%
60% 69.50%
Sumber: (Analisis Penulis, 2023)
Contoh pengolahan data Total Removal untuk penyisihan TSS 20%:
162 115
𝑇𝑅20% = 20% + ( ) (30% − 20%) + ( ) (40% − 30%)
180 180
78 65
+( ) (50% − 40%) + ( ) (60% − 50%)
180 180
55
+( ) (70% − 60%) = 46.39%
180
1.5.2.8. Menghitung Overflow Rate (OFR)
Tabel 10 Overflow Rate (OFR)
% Removal Waktu (menit) OFR (m3/m2.hari)
20% 12.203 212.41
30% 18.304 141.60
40% 24.406 106.20
50% 30.507 84.96
60% 36.609 70.80
70% 42.710 60.69
Sumber: (Analisis Penulis, 2023)
Contoh pengolahan data OFR untuk % Removal TSS sebesar 20%:
180 𝑐𝑚 1 1440 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑚2 𝑚2
𝑣𝑜 = ( )× × × 2 = 212,41
12,203 100 𝑐𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖. 𝑚2
1.5.2.9. Grafik Hubungan antara % Removal, Waktu Detensi, OFR, dan Total
Removal
Tabel 11 Hubungan antara % Removal, Waktu Detensi, OFR, dan Total Removal
OFR Total
% Removal Waktu (Jam)
(m3/m2.hari) Removal (%)
20% 0.2034 212.41 46.39%
30% 0.3051 141.60 58.06%
40% 0.4068 106.20 64.89%
50% 0.5085 84.96 68.61%
60% 0.6101 70.80 69.50%
Universitas Indonesia
18
OFR Total
% Removal Waktu (Jam)
(m3/m2.hari) Removal (%)
70% 0.7118 60.69 0
Sumber: (Analisis Penulis, 2023)
- Grafik Hubungan OFR dengan Persentase Total Removal
Grafik 2 Grafik Hubungan Persentase Removal Terhadap OFR
70%
60%
50%
40%
30%
20% y = -0,0031x + 0,7986
10% R² = 0,8764
0%
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Nilai OFR (m^3/m^2.hari)
70,00%
60,00%
50,00%
40,00% y = 0,5583x + 0,3878
30,00% R² = 0,8802
20,00%
10,00%
0,00%
0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000
Waktu Detensi (jam)
Universitas Indonesia
19
1.6 Analisis
1.6.1 Analisis Percobaan
1.6.1.1 Analisis Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum sedimentasi serta tujuannya,
meliputi 1 buah tangki besar dengan volume 65 L bertujuan untuk menampung sampel
air Danau Mahoni, 15 buah beaker glass bertujuan untuk mengukur kadar kekeruhan
tiap kedalaman batch settling test dengan interval waktu tertentu, 25 buah beaker glass
50 mL berfungsi untuk mengukur kadar TSS, 5 buah jerigen dengan volume 15 L
berfungsi untuk menampung air sampel Danau Mahoni untuk dibawa ke lab, batch
settling test berfungsi untuk mengaduk koagulan agar tercampur dalam air sampel,
cawan berfungsi untuk mengukur kadar TSS dalam neraca analitik, desikator berfungsi
untuk mendinginkan air sampel, kertas filter berfungsi untuk memfilter air sampel,
kuvet berfungsi sebagai wadah untuk mengukur kadar kekeruhan. Batang pengaduk
berfungsi untuk mengaduk air sampel dalam tangka 65 L, oven berfungsi untuk
melakukan pemanasan, pompa air berfungsi untuk memompa air sampel dalam tangki
ke alat batch settling test, selang air berfungsi untuk mengalirkan air dari tangki ke alat
pengaduk menggunakan energi pompa, stopwatch berfungsi untuk mengukur periode
waktu untuk mengukur tiap kekeruhannya, timbangan digital berfungsi untuk
mengukur berat TSS, turbidimeter berfungsi untuk mengukur kadar kekeruhan, dan tisu
berfungsi untuk mengeringkan kuvet.
Sedangkan untuk bahannya meliputi air suling untuk kalibrasi turbidimeter dan
untuk membilas kuvet, kaolin untuk menaikkan turbiditas air sampel agar lebih dari
100 NTU, dan sampel air Danau Mahoni sebagai sampel air praktikum sedimentasi.
1.6.1.2 Analisis Tahap Praktikum (Batch Settling Test, Pengukuran Kekeruhan, dan
Pengukuran TSS)
Setelah air sampel Danau Mahoni diambil dan dimasukkan ke tangki 65 L,
dilakukan pengukuran kadar kekeruhan untuk memastikan nilai NTU >100,
apabila tidak, ditambah kaolin 1-5 sendok obat. Tujuannya adalah agar proses
koagulasi dan flokulasi dapat berlangsung maksimal dan masuk ke dalam
sedimentasi tipe II. Selain itu, pengukuran kekeruhan juga dilakukan di tiap
ketinggian dan tiap periode waktu agar bisa membandingkan fluktuasi nilai
kekeruhan di tiap periode waktu dan tiap ketinggian.
Praktikum Batch Settling Test dilakukan setelah memastikan kekeruhan
sampel >100 NTU. Pertama-tama air sampel dalam tangki dipompa menuju alat
Universitas Indonesia
20
batch settling test untuk diaduk cepat sebesar 300 rpm selama 1 menit tujuannya
untuk meratakan koagulan dalam air sampel, lalu pengadukan lambat sebesar 234
rpm selama 20 menit untuk memicu sedimentasi. Lalu, sampel air diambil dari tiap
kedalaman tiap menit ke 10, 15, 30, 45, dan 60 menggunakan beaker glass 100 mL
untuk dicek kekeruhannya. Hasil nilai NTU dicatat untuk dilakukan pengolahan
datanya, kemudian diukur ketinggian endapan yang tersisa di dasar batch settling
test menggunakan penggaris.
Pada praktikum TSS, pertama-tama praktikan memanaskan cawan dan
filter kosong dengan oven selama 1 jam bertujuan agar tidak ada berat air yang ikut
tertimbang, kemudian ditimbang berat cawan dan filter kosong dengan timbangan
analitik agar nantinya hasil perhitungan sampel dapat dikurangi dengan berat
cawan dan filter. Kemudian, tahap dilanjutkan dengan meletakkan kertas filter ke
atas saringan dan menyambungkan saringan vakum ke pompa vakum. Kemudian,
dituangkan air sampel dari seluruh ketinggian pada menit ke 0, 3, dan 6 ke dalam
gelas ukur 100 mL, kemudian menyalakan alat vakum, dan memindahkan kertas
filter ke cawan dan ditaruh ke dalam oven untuk dipanaskan selama 1 jam,
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada kertas
filter dan endapan sehingga dapat diperoleh nilai berat TSS yang akurat. Kemudian
cawan dan kertas filter yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam desikator,
tahap ini dilakukan untuk menstabilkan suhu cawan. Kemudian, menimbang
seluruh cawan dan filter yang telah menyaring TSS menggunakan timbangan
analitik sebagai pengukuran akhir. Sebelumnya, timbangan analitik dikalibrasi
terlebih dahulu dengan menekan tombol re-zero. Kemudian cawan dan filter
kosong dimasukkan ke dalam timbangan analitik dan kaca ditutup agar tidak ada
faktor eksternal yang berdampak pada hasil timbangan. Setelah seluruh data TSS
ditimbang dan kekeruhan pada tahap batch settling test dicatat, kemudian
dilakukan perhitungan pengolahan data.
1.6.2 Analisis Data
1.6.2.1. Analisis Data Pengamatan (Tabel Pengukuran Kekeruhan dan TSS)
Praktikum modul sedimentasi Tipe 2 mendapatkan data mentah berupa
pengukuran kekeruhan untuk setiap menit di setiap kedalaman dan jumlah berat
TSS untuk setipa kedalaman pada menit 0, 3, dan 6. Secara teoritis, semakin dalam
kedalaman air sampel dan semakin lama menitnya, maka kekeruhan dan nilai TSS
semakin besar. Hal ini diakibatkan oleh gaya gravitasi yang membantu
pengendapan, sehingga semakin dalam maka TSS yang terkumpul dan tersuspensi
Universitas Indonesia
21
semakin banyak. Selain itu, semakin lama waktu pengendapan, maka semakin
banyak juga partikel tersuspensi yang mengendap jatuh ke dasar tabung.
Pengendapan ini terjadi akibat partikel atau flok memiliki massa jenis yang lebih
besar daripada massa jenis fluida serta arus fluida yang tenang atau laminar. Nilai
kekeruhan ini berbanding lurus dengan jumlah TSS. Semakin besar nilai
kekeruhan, maka semakin besar nilai jumlah TSS.
Akan tetapi, hasil yang didapatkan oleh praktikan tidak selalu sesuai
dengan teori. Dapat diketahui bahwa terdapat beberapa data kekeruhan yang
mengalami fluktuatif. Contohnya adalah pada menit ke 10 di kedalaman 100 cm.
Pada kedalaman 60cm kekeruhan sebesar 31.8 NTU, lalu turun di kedalaman
100cm dengan kekeruhan 8.54 NTU, kemudian naik kembali pada kedalaman
140cm di 29.8 NTU. Terdapat beberapa faktor yang membuat terjadinya hal ini.
Salah satu faktornya adalah jumlah koagulan yang bisa dibilang kurang tepat
dengan air sampel yang diuji. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan titik
pengambilan sampel pada uji jar test. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
hal ini adalah kurangnya ketelitian dari praktikan saat mengambil air sampel dari
BST dan saat mengukur NTU pada turbidimeter. Kemungkinan lain yang
membuat hal ini terjadi adalah terdapatnya error pada alat turbidimeter yang
digunakan.
1.6.2.2. Analisis Perbedaan TSS Percobaan dan TSS Teori
Hasil jumlah TSS yang didapatkan pada praktikum adalah TSS
percobaan. TSS percobaan ini merupakan jumlah perhitungan TSS yang diperoleh
dari menimbang cawan sebelum dan sesudah air sampling hasil batch settling test
di saring oleh vakum dan dioven. Berbeda dengan TSS percobaan, TSS teori
diperoleh dari hasil perhitungan dan pembacaan garfik Gouda Clay untuk sampel
dengan kekeruhan kurang dari 20 NTU dan menggunakan rumus TSS = 3,7 x
(NTU -14) untuk kekeruhan lebih dari 20 NTU. Diketahui dari rumus bahwa untuk
mendapatkan berat TSS teori, dibutuhkan data kekeruhan. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai kekeruhan dan jumlah TSS memiliki hubungan sebanding, yaitu
semakin besar kekeruhan maka semakin besar juga jumlah TSS. Secara teoritis,
semakin dalam kedalaman dan semakin lama waktu settling, maka nilai kekeruhan
dan TSS akan semakin besar. Akan tetapi, pada TSS percobaan terdapat beberapa
data TSS yang tidak sesuai dengan teori, yaitu penurunan jumlah TSS percobaan,
misalnya pada menit ke 0 kedalaman 140 cm. Selain itu, nilai TSS percobaan juga
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
1.6.2.8. Analisis Penerapan Data Hasil Batch Settling Test di Bidang Teknik
Lingkungan
Percobaan Batch Settling Test memiliki manfaat yang sangat penting bagi
bidang Teknik Lingkungan. Data-data yang diperoleh dari hasil percobaan dapat
digunakan untuk mempelajari karakteristik TSS yang diendapkan sekaligus
melakukan evaluasi mengenai metode sedimentasi yang telah dilakukan.
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Alfi Nur Rusydi, F. M., 2021. Analisis Dinamika Tingkat Kekeruhan dan Kedalaman Relatif
Perairan di Waduk Sutami Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
Arvianto, S. E., Satriadi, A. & Handoyo, G., 2016. PENGARUH ARUS TERHADAP SEBARAN
SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI SILUGONGGO KABUPATEN PATI. Journal od
Oceanography.
Harmiyati, 2018. TINJAUAN PROSES PENGOLAHAN AIR BAKU (RAW WATER) MENJADI AIR
BERSIH PADA SARANA PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM). Jurnal Saintis, Volume 18.
L, R. D., 2014. Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free
Settling. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, p. 98.
Miinnesota Rural Water Association, 2020. Minnesota Water Works Operations Manual.
Persatuan Perusahaan Air minum Seluruh Indonesia, 2022. Wujudkan Air Minum Berkualitas.
Majalan Bulanan Air Minum, Maret.
Program Studi Diploma Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, 2010. Hubungan
antara TOtal Suspended Solid dengan Turbidity dan Dissolved Oxygen. [Online]
Universitas Indonesia
29
Raema Farah Rizka, P. W. P. A. S., 2020. Pengaruh Total Suspended Solid (TSS) terhadap
Densitas Zooxhanthellae pada Karang Acropora sp. Dalam Skala Laboratorium. Journal of
Coastal and Marine Resources Management, 2 September.4(2).
Setiyadi, Lourentius, S. & W., E. A., 2019. Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan
pada Sedimentasi. Jurnal Ilmiah Widya Teknik.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia