Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

SEDIMENTASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas laporan Praktikum Proses Teknik kimia II

Disusun Oleh :
Kelompok I (A1)

Hannisyah Firda NIM. 200140008


Juli Lestari NIM. 200140019
Sela Rafidah Rizki NIM. 200140058
Difa Faisal Muflih NIM. 200140112
Melani Annisa Putri NIM. 200140127

LABORATORIUM PROSES DAN PRODUKSI FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK

Sedimentasi adalah pengendapan (settling) partikel-partikel dari suspensi. Dimana


pemisahan ini dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi. Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara melaksanakan proses pemissahan
secara mekanik, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi,
dan untuk mengestimasi kecepatann settling partikel. Proses dari percobaan ini
yaitu ditimbang sejumlah tepung beras masing-nasing 70 gr, 100 gr, dan 130 gr,
kemudian sampel berupa tepung yang kemudian di larutkan dengan 1L air, lalu
campuran dibiarkan tenang dan perhitungan dimulai, pada interval 2 menit sekali,
catat tinggi antar muka antara cairan jernih dan suspense keruh, variasi
konsentrasi yaitu 70 gr/L, 100 gr/Ldan 130 gr/L serta wadah yang di gunakan
berupa gelas beaker gelas dan gelas ukur. Semakin lama waktu pengendapan
maka ketinggian antar muka cairan semakin berkurang. Semakin lama waktu
pengendapan, maka laju pengendapan akan semakin berkurang. Semakin besar
konsentrasi maka waktu pengendapan semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil percobaan sesuai dengan teoritis.

Kata kunci: Konsentrasi, Pengendapan, Sedimentasi, Settling dan Suspensi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Sedimentasi


1.2 Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok 1 (A1)
1. Hannisyah Firda NIM. 200140008
2. Juli Lestari NIM. 200140019
3. Sela Rafidah Rizki NIM. 200140058
4. Difa Faisal Muflih NIM. 200140112
5. Melani Annisa Putri NIM. 200140127
1.4 Tujuan Praktikum : 1.Untuk mengetahui cara melaksanakan proses
pemisahan secara mekanik.
2.Untuk mengetahui factor-faktor yang mempen-
garuhi sedimentasi.
3.Untuk mengestimasi kecepatann settling partike
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sedimentasi


Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan
cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Dimana pemisahan ini dapat berlangsung karena adanya gaya
gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Menurut Granger 1995, Sedimentasi
merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang semula tersebar merata
dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan cairan jernih
dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa disebut
dengan pengendapan. Sedimentasi adalah suatu pemisahan suatu suspensi
(campuran padat air) menjadi jernih (cairan bening) dan suspensi yang lebih padat
(sludge). Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis utnuk
memisahkan padatan dari suspensi, bubur atau slurry.
Dalam literatur lain disebutkan pengertian dari sedimentasi yaitu suatu
proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluida jernih supernatant dan slurry
yang mengandung konsentrasi padatan lebih tinggi. Larutan suspensi terdiri dari
campuran fase cair dan fase padat yang bersifat settleable, dapat diendapkan
karena perbedaan density antar fasenya (Asdak, 1995).

Di dalam buku Geankoplis 1993, disebutkan bahwa sedimentasi adalah


suatu proses pengendapan padatan dalam cairan karena adanya gaya gravitasi.
Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau
partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan
dinding maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling. Ketika
partikel padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka partikel akan
mengendap pada kecepatan rendah, peristiwa ini disebut hindered settling. Akibat
dari hal ini, pada proses sedimentasi kecepatan endapan yang turun ke bawah
semakin lama semakin lambat, sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi
sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup lama. Guna
menghasilkan proses sedimentasi yang optimum perlu menentukan waktu
pengendapan yang efektif. Proses sedimentasi banyak terjadi pada proses
penjernihan air, pengolahan limbah, maupun erosi. Pada umumnya proses
sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi, tujuannya adalah
untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat
tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran dan bentuk partikel akan
mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel, sedangkan konsentrasi
partikel mempengaruhi pemilihan tipe bak sedimentasi, serta temperatur
mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan. Semua faktor ini mempengaruhi
kecepatan pengendapan partikel pada bak sedimentasi. Karena itu membutuhkan
kecepatan turunnya partikel guna mengetahui proses sedimentasi yang efektif dan
efisien. Waktu pengendapan yang efektif dapat diasumsikan sebagai batas saat
terjadi perubahan pengendapan dari free settling ke hindered settling, sehingga
pengendapan yang efektif terjadi pada keadaan free settling (Roessiana, 2014).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi


1. Diameter butiran
Diameter butiran menentukan ukuran butiran yang terbentuk. Ketika
diameter butiran semakin besar maka permukaan dan volume butiran juga besar.
Luas permukaan butiran berbanding lurus dengan gaya drag dan volume
butirannya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan
gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin
menurun (Math, 2000)
2. Berat jenis butiran
Gaya ke bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya apung
dan gaya gravitasi akan semakin besar pula, berarti kecepatan pengendapannya
akan semakin besar. Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati
tinggi interface (antarfase) sebagai fungsi waktu yang diberikan. Pada point ini,
tinggi Z1 dan Z2 adalah intercept tangen kecepatan pengendapan (sedimentation
rate) (McCabe, 1999). Berat volume (specific weight) sedimen adalah berat butir
partikel sedimen setiap satu satuan volume, sedangkan berat jenis (specific
gravity) sedimen adalah rasio berat butir partikel sedimen terhadap berat volume
air (Hambali, 2016)
Sedimentasi merupakan salah satu bagian dari proses pemisahan yang
didasarkan atas gerakan partikel zat padat melalui fluida akibat adanya gaya
gavitasi. Kecepatan sedimentasi dapat bertambah dengan adanya flokulan. Efek
flokulasi yang menyeluruh adalah menciptakan penggabungan partikel–partikel
halus menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat diendapkan (Math, 2000).
3. Viskositas cairan
Definisi viskositas ialah sebuah tingkatan kepekatan fluida yang bisa
menjelaskan besar kecilnya suatu sentuhan dalam fluida. Kemudian, jika semakin
besar viskositas dalam fluida maka akan bertambah sulit untuk bergerak dan juga
akan bertambah sulit benda dapat bergerak didalam fluida. Hal ini yang
mempengaruhi kecepatan butiran-butiran saat berada difase settling.
Pergerakannya menjadi lambat dan waktu yang dibutuhnkan untuk mengendap
sempurna cukup lama (Math, 2000).
4. Kecepatan sedimemtasi
Jika sebuah partikel turun di dalam fluida karena gaya gravitasi, maka
kecepatan pengendapan akan tercapai apabila jumlah dari gaya friksi (drag force)
dan gaya apung (buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi benda. Kecepatan
jatuh sedimen merupakan fungsi ukuran, bentuk, berat volume partikel, berat
volume dan kekentalan air di sekitarnya. Oleh karena ukuran partikel sedimen
tidak seragam pada suatu penampang,maka butiran-butiranyang lebih kasar akan
lebih cepat jatuh dibanding dengan butiran yang lebih halus, sehingga pada bagian
hulu lebih di dominasi butiran kasar.
Laju sedimentasi, selain dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen, juga
dipengaruhi oleh debit yang melewati penampang tersebut, dimana debit aliran
merupakan fungsi dari kedalaman aliran. Karena salah satu faktor yang
mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran, selama aliran rendah
angkutan sedimen bisa jadi sedikit, sedangkan pada saat aliran tinggi bisa
mengangkut muatan sedimen yang tinggi dengan ukuran sedimen dalam range
yang lebih luas (Sembiring, 2014).
2.3 Hukum – Hukum yang Mempengaruhi Sedimentasi
Mengutip dari Marth tahun 2000, ada beberapa hukum yang
memepengaruhi sedimentasi diantaranya :
1. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam bila
jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0........................................................................................................(1.2)
2. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan massa
benda dan sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a..................................................................................................(1.3)
Keterangan :
F = gaya
m = masaa
a = percepatan
3. Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi arahnya
berlawanan.
Faksi = Freaksi.......................................................................................(1.4)
4. Hukum Archimedes
Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang besarnya
sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda tersebut.

2.4 Pemanfaatan Sedimentasi

Mengutip dari Asdak tahun 1995 pemanfaatan sedimentasi :


Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan, misalnya pada
proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulosa yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment), dan
proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Selain itu, pada industri pengaplikasian sedimentasi banyak digunakan,
antara lain, pada unit pemisahan misalnya untuk mengambil senyawa magnesium
dari air laut. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah,
misalnya pada pabrik gula. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water

2.5 Proses Sedimentasi


Mengutip dari Granger tahun 1995 cara batch dilakukan diantaranya :
Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan
prinsip perbedaan terminal velocity. Proses sedimentasi dalam dunia industri
dilakukan secara sinambung dengan menggunakan alat yang dikenal dengan
nama thickener, sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara batch.
Data-data yang diperoleh dari prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan
untuk proses yang sinambung.
1. Cara Batch
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena
sedimentasi batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian
mudah. Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinde/tabung bisa dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.1 Mekanisme Sedimentasi Batch


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi
seragam dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Zona D
yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap.
Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena adanya tekanan dari zona D.
Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan
konsentrasi tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan
komsentrasi dan distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah
zona A yang merupakan cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah.
Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan
transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical settling
point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan.
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.2 Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang
dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan.
Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Mekanisme Sedimentasi Kontinyu


Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau
penurunan ketinggian daerah batas antara slurry (endapan)
dan supernatant (beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida
karena konveksi.
Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung.
Kecepatan sedimentasi konstan, terlihat pada grafik hubungan antara ZL dan
θL membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ). Periode ini
disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi.
Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang
relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya
gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran
besar akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah,
sehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini
membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang
besar) relatif sama atau konstan.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak
seragam dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada
bagian batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya
partikel berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling.
Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik
hubungan antara ZL dan θL. Dimana untuk kondisi free settling di tunjukkan saat
grafik masih berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung
merupakan kondisi hindered settling.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1000 ml 2 unit
2. Gelas kimia 100 ml 1 unit
3. Penggaris 1 unit
4. Pengaduk 2 unit
5. Stopwatch 1 unit
6. Neraca digital 1 unit
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Tepung beras 1kg
2. Pewarna hijau 1buah
3. Air Suling 1liter

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Ditimbang sejumlah tepung beras masing-masing 70 gram, 100 gram dan
130 gram.
2. Tepung beras yang telah ditimbang disuspensikan dalam beaker glass
yang berisi 1 liter air dan diaduk hingga tercampur seragam.
3. Kemudian diisi gelas kimia dan gelas ukur dengan campuran tersebut
setinggi 12 cm dari dasar gelas kimia dan gelas ukur tersebut. Campuran
dibiarkan tenang dan perhitungan waktu dimulai.
4. Pada interval waktu 2 menit sekali, dicatat tinggi antarmuka antara cairan
jernih dan suspensi keruh.
5. Pengambilan data dihentikan jika telah tercapai waktu percobaan yang
diinginkan atau tinggi antarmuka telah konstan.
6. Percobaan diulangi untuk konsentrasi tepung beras yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan sedimentasi yang


telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Hasil Data Pengamatan Sedimentasi
Tinggi endapan pada Gelas Tinggi endapan pada Gelas
Waktu,
No. Ukur (cm) Kimia (cm)
t (menit)
70gr/L 100gr/L 130gr/L 70gr/L 100gr/L 130gr/L
1. 0 12 12 12 12 12 12
2. 2 10 11,5 11,8 8,5 10 10,7
3. 4 8,4 10,5 11,5 6,5 7,5 9,5
4. 6 8 10 11,1 3 4,8 85
5. 8 7,6 9,7 10,8 2,8 4 7,5
6. 10 7,5 9,3 10,6 2,6 3,7 6,5
7. 12 7,3 9 10,4 2,6 3,5 6
8. 14 7 8,8 10,4 2,6 3,5 5,6
9. 16 6,5 8,8 10,4 - 3,3 5,2
10. 18 6,5 8,5 - - 3,3 5
11. 20 6,5 8,5 - - 3,3 5
12 22 - 8,5 - - - 5

Adapun hasil perhitungan dari hasil data pengamatan yag telah didapat
dari percobaan sedimentasi pada gelas ukur sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Pada Gelas Ukur
Konsentrasi Awal, Co(gr/l)
No. 70 100 130
V(cm/min) C (gr/l) V(cm/min) C (gr/l) V(cm/min) C (gr/l)
1. 0 70 0 100 0 130
2. 1 84 6,25 104,347 0,1 132,203
3. 0,8 100 6,25 114,285 0,15 135,625
4. 0,2 105 5,5 120 0,2 140,540
5. 0,2 115,068 5,15 123,711 0,15 144,444
6. 0,05 112 5,05 129,032 0,1 147,169
7. 0,1 115,068 4,8 133,333 0,1 150
8. 0,15 120 5,8 136,363 0 150
9. 0,4 129,230 0 136,363 0 150
10. 0 129,230 4,55 141,176 - -
11. 0 129,230 0 141,176 - -
12. - - 0 141,176 - -
Adapun hasil perhitungan dari hasil data pengamatan yag telah didapat
dari percobaan sedimentasi pada gelas kimia sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Pada Gelas Kimia
No. Konsentrasi Awal, Co(gr/l)
70 100 130
V(cm/min) C (gr/l) V(cm/min) C (gr/l) V(cm/min) C (gr/l)
1. 0 70 0 100 0 130
2. 1,75 98,823 1 120 0,65 145,794
3. 1 129,230 1,25 160 0,6 164,210
4. 1,75 280 1,35 250 0,5 183,529
5. 0,1 300 0,4 300 0,5 208
6. 0,1 323,0,76 0,15 324,324 0,5 240
7. 0 323,0,76 0,1 342,857 0,25 260
8. 0 323,0,76 0 342,857 0,2 278,571
9. - - 0,1 342,857 0,2 300
10. - - 0 363,636 0,1 312
11. - - 0 363,636 0 312
12. - - 0,03 363,636 0 312

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas Kimia
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna hijau
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 100 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam gelas
kimia dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12 cm lalu dicatat ketinggian antar
muka dalam selang waktu 2 menit sampai ketinggian antar muka konstan. Untuk
konsentrasi 70 mg/l tinggi endapan konstan pada 2 menit ke 4 (8 menit ) yaitu 7,6
cm, konsentrasi 100 mg/l konstan pada waktu 10 menit dengan tinggi endapan 9,3
cm, sedangkan konsentrasi 130 mg/l konstan pada waktu 16 menit yaitu 10,4 cm
tinggi endapannya.
15
Tinggi Endapan

Kimia (cm)
pada Gelas
10
5 Run 1 (70 g/l)
Run 2 (100 g/l)
0
Run 3 (130 g/l)
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas Kimia
Pada grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu maka tinggi endapan
yang didapat semakin berkurang akibat gaya gravitasi dan berangsur-angsur
mencapai zona jernih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada
endapan yang mempunyai luas permukaan lebih besar. Semakin besar luas
permukaan maka endapann yang diperoleh semakin kecil.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu pengendapan (t) maka tinggi antar
muka (z) semakin berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai zona
jenih, hal ini disebabkan pemampatan atau kompresi pada endapan yang
dipengruhi oleh gravitasi. Konsentrasi padatan dan luas penampang dari wadah
akan mempengaruhi laju pengendapan, semakin besar konsentrasi maka akan
semakin lama waktu pengendapan (Mc. Cabe, 1998).
4.2.2 Hubungan Interface (z) terhadap Waktu (t) pada Gelas Ukur
Percobaan ini menggunakan bahan baku tepung beras dan pewarna hijau
yang dilarutkan dengan air suling, dengan konsentrasi awal yaitu 70 gr/l, 100 gr/l,
dan 130 gr/l. Kemudian, masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam gelas
ukur dengan ketinggian antar muka awal yaitu 12 cm lalu dicatat ketinggian antar
muka dalam selang waktu 2 menit sampai ketinggian antar muka konstan. Untuk
konsentrasi 70 mg/l tinggi endapan konstan pada 2 menit ke 6 (18 menit ) yaitu
2,6 cm. konsentrasi 100 mg/l konstan pada waktu 20 menit dengan tinggi endapan
3,3 cm. sedangkan konsentrasi 130 mg/l konstan pada waktu 22 menit yaitu 5 cm
tinggi endapannya.
14
Tinggi Endapan pada 12
10
Ukur (cm)
8
Gelas

6 Run 1 (70 g/l)


4 Run 2 (100 g/l)
2 Run 3 (130 g/l)

0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara interface (z) terhadap waktu (t) pada Gelas
Ukur.
Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa tinggi endapan pada
gelas ukur lebih rendah dibandingkan pada gelas kimia, hal ini dikarenakan luas
permukaan gelas ukur lebih kecil dibandingkan gelas kimia. Semakin besar luas
permukaan suatu wadah maka endapan yang diperoleh akan semakin kecil, begitu
juga sebaliknya.
4.2.3 Hubungan Konsenterasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Gelas Ukur
Berdasarkan grafik dapat kita ketahui hubungan antara konsentrasi dengan laju
pengendapan berbanding terbalik. Semakin besar konsentrasi maka kecepatan
pengendapan semakin kecil. Dari hasil percobaan yang telah di dapat,
pengendapan terjadi di pengaruhi oleh luas penampang wadah, semakin besar luas
penampang wadah maka kecepatan pengendapannya semakin cepat. Sehingga
kecepatan pengendapan pada beaker glasss lebih cepat dibandingkan gelas ukur.
Pengendapan juga dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi, maka
semakin berkurang laju pengendapannya (Cabe,1985).
Perbandingan antara konsentrasi dengan kecepatan pengendapan
berbanding terbalik artinya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka
kecepatan alir yang di dapat semakin kecil. Hal tersebut sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka semakin berkurang
kecepatan pengendapan. Hal ini merupakan makin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Cabe, 1988).
160
140
120
100
Co (gr/L)

80 Run I (80 gr/L)


60
Run II (100 gr/L)
40
Run III (130 gr/L)
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
V (cm/menit)

Gambar 4.3 Hubungan Konsenterasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan


(V) Pada Gelas Ukur
Berdasarkan grafik dapat kita ketahui, pada konsentrasi 70 gr/L didapatkan
kecepatan tertinggi 0,8 cm/menit, konsentrasi 100 gr/L kecepatan tertinggi 6,25
cm/menit dan konsentrasi 130 gr/L kecepatan tertingginya 0,2 cm/menit. Dapat
disimpulkan semakin besar konsentrasi maka kecepatan pengendapan semakin
kecil. Dari hasil percobaan yang telah di dapat, pengendapan terjadi di pengaruhi
oleh luas penampang wadah, semakin besar luas penampang wadah maka
kecepatan pengendapannya semakin cepat.
Perbandingan antara konsentrasi dengan kecepatan pengendapan
berbanding terbalik artinya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka
kecepatan alir yang di dapat semakin kecil. Hal tersebut sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka semakin berkurang
kecepatan pengendapan. Hal ini merupakan makin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Mc.Cabe, 1999).
4.2.4 Hubungan Konsenterasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan (V)
Pada Gelas Kimia
350
300
250
Co (gr/L)

200
150 Run I (80 gr/L)
100 Run II (100 gr/L)
Run III (130 gr/L)
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
V (cm/menit)

Gambar 4.4 Hubungan Konsenterasi Liquid (Co) Terhadap Laju Pengendapan


(V) Pada Gelas Kimia

Berdasarkan grafik dapat kita ketahui, pada konsentrasi 70 gr/L didapatkan


kecepatan tertinggi 1,75 cm/menit, konsentrasi 100 gr/L kecepatan tertinggi 1,35
cm/menit dan konsentrasi 130 gr/L kecepatan tertingginya 0,65 cm/menit. Dapat
disimpulkan semakin besar konsentrasi maka kecepatan pengendapan semakin
kecil. Dari hasil percobaan yang telah di dapat, pengendapan terjadi di pengaruhi
oleh luas penampang wadah, semakin besar luas penampang wadah maka
kecepatan pengendapannya semakin cepat. Sehingga kecepatan pengendapan pada
beaker glasss lebih cepat dibandingkan gelas ukur. Pengendapan juga dipengaruhi
oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi, maka semakin berkurang laju
pengendapannya.
Perbandingan antara konsentrasi dengan kecepatan pengendapan
berbanding terbalik artinya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka
kecepatan alir yang di dapat semakin kecil. Hal tersebut sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan maka semakin berkurang
kecepatan pengendapan. Hal ini merupakan makin besar konsentrasi maka
semakin besar gaya yang ditimbulkan antar partikel, yang menyebabkan laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun (Mc. Cabe, 1999).
Tahapan sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes batch
settling ketika partikel– partikel padatan mengendap dari suatu slurry dalam
silinder kaca. Menunjukkan slurry dalam silinder dengan konsentrasi padatan
yang seragam. Seiring dengan berjalannya waktu, partikel-partikel padatan mulai
mengendap dan laju mengendapnya partikel tersebut diasumsi sebagai terminal
velocity (Foust, 1980).
Dari hasil percobaan yang telah didapat, pengendapan terjadi dipengaruhi
oleh luas penumpang wadah, maka laju pengendapannya semakin cepat karena
luas penyebaran partikel dan gaya gesek yang ditimbulkan antara partikel semakin
kecil disbanding dengan luas penampang yang lebih kecil. Sehingga laju
pengendapan pada beaker glass lebih cepat dibandingkan pada gelas ukur, hal
tersebut sesuai dengan teori. Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi padatan
maka laju pengendapan akan semakin mengecil. Pengendapan juga dipengaruhi
oleh konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka semakin besar gaya yang
ditimbulkan antar partikel, yang menyababkan laju pengendapannya itu berkurang
(Harboune, 1987).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Pengendapan pada beaker glass paling cepat terjadi pada konsentrasi 70
gr/L dengan waktu pengendapan 14 menit sedangkan pengendapan paling
lama pada konsentrasi 130 gr/L dengan waktu pengendapan 22 menit.
2. Pengendapan paling tinggi pada glass ukur pada menit ke-2 yaitu 11,8 cm
pada konsentrasi 130 gr/L, sedangkan pengendapan paling lama pada
menit ke-22 yaitu 8,5 cm dengan konsentrasi 100 gr/L.
3. Laju pengendapan pada beaker glass lebih kecil dibandingkan pada gelas
ukur. Hal ini dikarenakan luas permukaan beaker glass lebih besar
dibandingkan gelas ukur.

5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya diharapkan bahan yang diuji memiliki jenis
yang berbeda agar bisa langsung dilihat perbandingan kecepatan sedimentasinya
misalnya antara tepung terigu dan semen. Atau bisa memvariasikan jenis
pelarutnya misalnya air dan minyak untuk menguji perbedaan kecepatan
sedimentasi berdasarkan faktor viskositas cairannya.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak. 1995. Transpor process and separation process principles. Edisi ke-4.
New jersey: prentice Hell.
Chay Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta. Hal.169, 455-459, 463, 472-473, 491.
Geankoplis J Christie, 1993, Transport Processes and Unit Operations. Edisi ke-4.
New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Granger, George., 1995, Unit Operatio, John Wiley and Sons Inc., New York
Hambali, Robby, Yayuk Apriyanti. 2016. Studi Karakteristik Sedimen dan
Sedimentasi Sungai Daeng-kabupaten Bangka Barat. Frofil, 4 (2). 1-10.
Marth, Konginan. 2000. Fisika SMU. Jakarta: Erlangga
Mc.Cabe, 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1 Edisi ke-4. Jakarta; Erlangga
Sembiring, Amelia Ester., 2014, Analisis Sedimentasi Di Muara Sungai Panasen.
Vol 2 No 3. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Sitanala Arsyad, 2010. Konservasi Air dan Tanah. IPB Press. Bogor. Hal. 98-102.
Suripin, 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Semarang. Hal. 22-25,
71-82, 134-138.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Semarang. Hal.
32-50, 57-58.
Roessiana D L, Setiyadi, dan Sandy BH. 2014. Model Persamaan Faktor Koreksi
pada Proses Sedimetasi dalam Keadaan Free Settling. Sains dan Teknologi
Lingkungan, 6(2), 1-9.
Wantasen, Sofia., 2003. Laporan AkhirInvestigasi Kualitas Air Sungai dan Danau
Tondano. PT Palma Sejati Konsultan, Hal. 34-35.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan untuk Gelas Ukur


A. Konsentrasi 70 gr/L
Diketahui : C0 = 70 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit
1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z0 - Z1 12- 10 cm
V1 = = = 1 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 10 - 8,4 cm
V2 = = = 0,8 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 8 , 4 -8 cm
V3 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
Z3 - Z4 8-7,6 cm
V4 = = = 0,2cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 7,6-7,5 cm
V5 = = = 0,05cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 7,5-7,3 cm
V6 = = = 0,1 cm/menit
t 2 menit
Z6 - Z7 7,3 -7 cm
V7 = = = 0,15 cm/menit
t 2 menit
Z7 - Z8 7,3 -6,5 cm
V8 = = = 0,4 cm/menit
t 2 menit
Z8 - Z9 6,5-6,5 cm
V9 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
Z8 - Z9 6,5-6,5 cm
V10 = = = 0 cm/menit
t 2 menit
2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C1 = = = 84gr/L
Z1 10 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C2 = = = 100 gr/L
Z2 8,4 cm
C0 Z0 70 gr/ L x 12 cm
C3 = = = 105 gr/L
Z3 8 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C4 = = = 110,526 gr/L
Z4 7,6 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C5 = = = 112 gr/L
Z5 7,5 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C6 = = = 115,068 gr/L
Z6 7,3 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C7 = = = 120 gr/L
Z7 7 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C8 = = = 129,230 gr/L
Z8 6,5 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C9 = = = 129,230 gr/L
Z9 6,5 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C10 = = = 129,230 gr/L
Z10 6,5 cm

B. Konsentrasi 100 gr/L


Diketahui : C0 = 100 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit
1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z0 - Z1 12- 11,5 cm
V1 = = = 6,25 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 11,5- 10,5 cm
V2 = = = 6,25 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 10 ,5- 10 cm
V3 = = = 5,5 cm/menit
∆t 2 menit
Z 3−Z4 10 -9,7 cm
V4 = = = 5,15 cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 9,7- 9,3 cm
V5 = = = 5,05 cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 9, 3- 9 cm
V6 = = = 4,8 cm/menit
∆t 2 menit
Z6 - Z7 9-8,8 cm
V7 = = = 5,8 cm/menit
∆t 2 menit
Z7 - Z8 8, 8-8,8 cm
V8 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z8 - Z9 8 ,8 -8,5 cm
V9 = = = 4,55 cm/menit
∆t 2 menit
Z9 - Z10 8 ,5 -8,5 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z10 - Z11 8 ,5 -8,5 cm
V11 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C1 = = = 104,347 gr/L
Z1 11,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C2 = = = 114,285 gr/L
Z2 10,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C3 = = = 120 gr/L
Z3 10 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C4 = = = 123,711 gr/L
Z4 9,7 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C5 = = = 129,032 gr/L
Z5 9,3 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C6 = = = 133,333gr/L
Z6 9 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C7 = = = 136,363 gr/L
Z7 8,8 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C8 = = = 136,363 gr/L
Z8 8,8 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C9 = = = 141,176 gr/L
Z9 8,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C10 = = = 141,176 gr/L
Z10 8,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C11 = = = 141,176gr/L
Z11 8,5 cm

C. Konsentrasi 130 gr/L


Diketahui : C0 = 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit
1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z0 - Z1 12-11,8 cm
V1 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 11,8- 11,5 cm
V2 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 11,5-11,1 cm
V3 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
Z3 - Z4 11,1- 10,8 cm
V4 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 10,8 - 10,6 cm
V5 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 10,6 - 10, 4 cm
V6 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z6 - Z7 10,4-10,4 cm
V7 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z7 - Z8 10,4-10,4 cm
V8 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C1 = = = 132,203 gr/L
Z1 11,8 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C2 = = = 135,652 gr/L
Z2 11,5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C3 = = = 140,540 gr/L
Z3 11,1 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C4 = = = 144,444 gr/L
Z4 10,8 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C5 = = = 147,169 gr/L
Z5 10 , 6 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C6 = = = 150 gr/L
Z6 10,4 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C7 = = = 150 gr/L
Z7 10,4 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C8 = = = 150 gr/L
Z8 10,4 cm
1
B.2 Perhitungan untuk Gelas Kimia
A. Konsentrasi 70 gr/L
Diketahui : C0 = 70 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit

1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)


Z0 - Z1 12- 8,5 cm
V1 = = = 1,75 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 8,5 - 6, 5 cm
V2 = = = 1 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 6,5 -3 cm
V3 = = = 1,75 cm/menit
∆t 2 menit
Z3 - Z4 3-2, 8 cm
V4 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 2, 8 -2,6 cm
V5 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 2,6-2,6 cm
V6 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z6 - Z6 7 2,6-2,6 cm
V7 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C1 = = = 98,823 gr/L
Z1 8,5 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C2 = = = 129,230 gr/L
Z2 6,5 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C3 = = = 280 gr/L
Z3 3 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C4 = = = 300 gr/L
Z4 2, 8 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C5 = = = 323,076 gr/L
Z5 2,6 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C6 = = = 323,076 gr/L
Z6 2, 6 cm
C0 Z0 70 gr/L x 12 cm
C7 = = = 323,076 gr/L
Z7 2, 6 cm

B. Konsentrasi 100 gr/L


Diketahui : C0 = 100 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit

1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)

Z0 - Z1 12- 10 cm
V1 = = = 1 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 10-7,5 cm
V2 = = = 1,25 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 7,5-4,8 cm
V3 = = = 1,35 cm/menit
∆t 2 menit
Z3 - Z4 4,8-4 cm
V4 = = = 0,4 cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 4 -3,7 cm
V5 = = = 0,15 cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 3 ,7-3,5 cm
V6 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z6 - Z7 3 ,5 - 3,5 cm
V7 = = = 0,0 cm/menit
∆t 2 menit
Z7 - Z8 3 ,5- 3 , 3 cm
V8 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z8 - Z9 3,3-3,3 cm
V9 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z9 - 10 3,3 - 3,3 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C1 = = = 120 gr/L
Z1 10 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C2 = = = 160 gr/L
Z2 7 ,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C3 = = = 250 gr/L
Z3 4,8 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C4 = = = 300 gr/L
Z4 4 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C5 = = = 324,324 gr/L
Z5 3,7 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C6 = = = 342,857 gr/L
Z6 3 ,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C7 = = = 342,857 gr/L
Z7 3 ,5 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C8 = = = 363,636 gr/L
Z8 3,3 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C9 = = = 363,636 gr/L
Z9 3,3 cm
C0 Z0 100 gr/L x 12 cm
C10 = = = 363,636 gr/L
Z10 3,3 cm

C. Konsentrasi 130 gr/L


Diketahui : C0 = 130 gr/L
Z0 = 12 cm
∆t = 2 menit
1. Menghitung Kecepatan Pengadukan (V)
Z0 - Z1 12-10,7 cm
V1 = = = 0,65 cm/menit
∆t 2 menit
Z1 - Z2 10,7- 9 ,5 cm
V2 = = = 0,6 cm/menit
∆t 2 menit
Z2 - Z3 9 ,5 -8 ,5 cm
V3 = = = 0,5 cm/menit
∆t 2 menit
Z3 - Z4 8 ,5 -7 ,5 cm
V4 = = = 0,5 cm/menit
∆t 2 menit
Z4 - Z5 7 ,5 -6 ,5 cm
V5 = = = 0,5 cm/menit
∆t 2 menit
Z5 - Z6 6 ,5 - 6 cm
V6 = = = 0,25 cm/menit
∆t 2 menit
Z6 - Z7 6 -5,6 cm
V7 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
Z7 - Z8 5,6-5,2 cm
V8 = = = 0,2 cm/menit
∆t 2 menit
Z8 - Z9 5,2-5 cm
V9 = = = 0,1 cm/menit
∆t 2 menit
Z9 - Z10 5-5 cm
V10 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit
Z10 - Z11 5-5 cm
V11 = = = 0 cm/menit
∆t 2 menit

2. Menghitung Nilai Konsentrasi (C)


C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C1 = = = 145,794 gr/L
Z1 10,7 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C2 = = = 164,210 gr/L
Z2 9 ,5 cm
C0 Z0 130 gr/L .12 cm
C3 = = = 183,529 gr/L
Z3 8 ,5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C4 = = = 208 gr/L
Z4 7 ,5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C5 = = = 240 gr/L
Z5 6 ,5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C6 = = = 260 gr/L
Z6 6 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C7 = = = 278,571 gr/L
Z7 5,6 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C8 = = = 300 gr/L
Z8 5,2 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C9 = = = 312 gr/L
Z9 5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C10 = = = 312 gr/L
Z10 5 cm
C0 Z0 130 gr/L x 12 cm
C11 = = = 312 gr/L
Z11 5 cm
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

NO. GAMBAR ALAT FUNGSI


1.
Digunakan untuk mengaduk,
mencampur, dan memanaskan cairan
yang biasanya digunakan dalam
laboratorium.

Beaker glass
2.

Digunakan untuk mengukur


volume cairan.

Gelas ukur
3.

Digunakan untuk mencampur bahan


kimia dan cairan untuk keperluan
laboratorium.
Batang pengaduk
4.
Alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam
kegiatan.

Stopwatch
5.
Sebagai alat pengukur

Penggaris
6.
Sebagai alat penimbang berat

Neraca analitis

Anda mungkin juga menyukai