Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI I
SEDIMENTASI TPS II B

Tanggal
Nama NIM Tanda tangan
kumpul
1. Muhammad Novriyardi 202011030

2. Raka Saltsabillah Pazal 202011031 15 - 9 - 2021

3. Rido Ksatria Siburian 202011032


Tanggal
Nama Instruktur Nilai Tanda tangan
koreksi
Nur Asma Deli

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT


POLITEKNIK KAMPAR
2021
I. TUJUAN
Tujuan percobaan sedimentasi adalah mempelajari proses pemisahan
campuran dan memperoleh keterampilan dalam melakukan percobaan. Setelah
melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat :
1. Dapat mengetahui kecepatan pengendapan kapur (CaCO3) dalam cairan
dengan menggunakan kolom sedimentasi.
2. Mampu menganalisis keberlakuan hukum Stokes.

3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan.

II. DASAR TEORI

II.1 Sedimentasi
Pengendapan merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi
fluida jernih supernatant dan slurry yang mengandung konsentrasi padatan lebih
tinggi. Larutan suspensi terdiri dari campuran fase cair dan fase padat yang
bersifat settleable, dapat diendapkan karena perbedaan density antar fasenya.
Proses pengendapan dapat dilakukan neraca batch dan continue (Ratih utari,
2013).
Sedimentasi adalah suatu peristiwa turunnya partikel zat padat yang
tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena gaya berat sehingga cairan jernih
dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk didasarnya (Deli Nur Asma,
2021).
Proses batch sering dipergunakan untuk skala laboratorium yang
menggambarkan proses sedimentasi sederhana, sedangkan proses continiu
dipergunakan dalam skala komersial dengan mempertimbangkan kecepatan
pengendapan terminal dari partikel – partikelnya. Percobaan skala laboratorium
dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan fluida atau konveksi
karena perbedaan densitasnya yang dihasilkan dari perbedaan temperatur (Ratih
utari, 2013).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan pengendapan
a. Konsentrasi

Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena


partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar. Peristiwa
ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti semakin
banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya
gaya gesek antara suatu partikel dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya
seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan partikel dalam
fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan gerakan partikel ke bawah.

Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum yang


arahnya tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan maka, dengan
adanya drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan
menyebabkan gerakan partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya
total ke bawah sehingga kecepatan pengendapan semakin turun.

b. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika
ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan
volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini
disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga
gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan
pengendapan semakin menurun.

c. Jenis partikel
Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Density partikel yang
semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya
gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan
penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin besar
pula, ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar.
(Ratih utari, 2013).

Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati


tinggi interface (antarfase) sebagai fungsi waktu yang diberikan. Pada point ini,
tinggi Z1 dan Z2 adalah intercept tangen kecepatan pengendapan (sedimentation
rate)(McCabe, W.L, Smith, J.C, Harriott, P, 1990).
Sedimentasi merupakan salah satu bagian dari proses pemisahan yang
didasarkan atas gerakan partikel zat padat melalui fluida akibat adanya gaya
gavitasi. Kecepatan sedimentasi dapat bertambah dengan adanya flokulan. Efek
flokulasi yang menyeluruh adalah menciptakan penggabungan partikel – partikel
halus menjadi partikel yang lebih besar sehingga dengan mudah dapat
diendapkan. Penggabungan antara partikel – partikel yang dapat terjadi apabila
ada kontak antara partikel tersebut. Kontak partikel dapat terjadi dengan cara –
cara berikut. (McCabe, W.L, Smith, J.C, Harriott, P, 1990).
1. Kontak yang disebabkan oleh gerak Brown (gerak acak partikel koloid
dalam medium pendispersi)
2. Kontak yang disebabkan atau dihasilkan oleh gerakan cairan itu sendiri
akibat adanya pengadukan.
Y

Proses pengendapan

Tinggi
lapisa
n (Z)

X
Waktu (t)
Gambar 1. Kurva hasil tes untuk proses sedimentasi

Gradien (slope) dari kurva pada sembarang titik waktu


menunjukkan kecepatan pengendapan suspensinya dan merupakan
karakteristik suatu konsentrasi padatan spesifik. Sebagian permulaan kurva
tersebut cenderung linear sesuai dengan kecepatan pengendapan konstan
larutan pada konsentrasi awal. Thickening daerah permulaan tersebut
menunjukkan bagian kecil yang sangat kecil dibanding waktu thickening
total.
Ketika waktunya meningkat, kecepatan pengendapannya menurun.
Suatu cara untuk menjelaskannya yaitu dengan asumsi bahwa kecepatan
pengendapan sebanding dengan konsentrasi padatan yang terkumpul.
Ketika daerah dengan kecepatan pengendapan konstan terlampaui
(Gambar 1), setiap titik pada kurva menunjukkan konsentrasi padatan yang
berbeda – beda. Perlu ditekankan bahwa kurva pengendapan yang
ditunjukkan dalam percobaan laboratorium hanya berlaku bagi slurry yang
dipakai dan oleh sebab itu hasilnya mungkin mempunyai beberapa
penyimpangan kecil. Persamaan empiris yang sering digunakan dalam
menghitung kecepatan sedimentasi (Brown, 1950).
A. Berdasarkan kemampuan untuk mengendap, sedimentasi
dibedakan menjadi:
1. Plain sedimentasi
Proses pengendapan dimana partikel-partikelnya memiliki
kemampuan untuk mengatasi gaya apung.
2. Koagulasi
Partikel-partikelnya halus, sulit mengatasi gaya apung(sulit
mengendap) sehingga proses koagulasi dilakukan untuk
memperbesar diameter partikelnya agar mudah mengendap.

B. Berdasarkan ukuran partikel, sedimentasi dibedakan sebagai


berikut :
1. Discrete particle
Selama proses pengendapan bentuk, ukuran, dan densitas partikel
tidak berubah.
2. Flacentate particle
Selama proses pengendapan bentuk, ukuran, dan densitas partikel
berubah.

C. Berdasarkan pengaruh dari partikel lain, sedimentasi


dibedakan menjadi:
1. Free settling
Partikel bergerak tidak dipengaruhi oleh partikel lain, dapat
diperoleh jika konsentrasinya rendah atau encer.
2. Hinder settling
Partikel bergerak mendapat pengaruh oleh partikel lain.
Percepetan Hinder settling dipengaruhi oleh :
 Floculated settling (pembentukan flok)
 Zona settling (pembentukan zona)

 Compressing settling (partikel atas menekan partikel


dibawahnya)

Kecepatan pengendapan pada tiap partikel selalu berubah-


ubah tergantung ukuran partikel yang terdistribusi dalam larutan,
partikel yang berukuran lebih besar memiliki kecepatan pengendapan
yang lebih besar daripada partikel yang berukuran lebih kecil.

2.2 Hukum Stokes


Setiap benda yang bergerak dalam suatu fluida akan mendapat
gaya geser yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gerak
butiran partikel pada proses pengendapan fluida diam dipengaruhi
oleh gaya-gaya :
1. Gaya apung (Fa)
Gaya apung yang bekerja berdasarkan gaya Archimedes dan
benda dicelupkan kedalam zat cair akan mendapat gaya keatas
sebesar zat cair kedalam yang dipindahkan oleh benda yang
dicelupkan.
2. Gaya seret (Fd)
Gaya yang timbul akibat adanya gerakan partikel yang
bersinggungan dengan fluidanya.
3. Gaya berat (Fg)
Merupakan gaya yang bekerja dipengaruhi oleh gaya berat tiap-tiap
partikel.
Untuk mengetahui besarnya kecepatan mengendap maka dilakukan
percobaan secara tampak pada kolom sedimentasi :
Keterangan :
(a) Suspensi seragam pada keadaan awal
(b) Zona-zona settling setelah waktu tertentu
(c) Kompresi zona D setelah zona B dan C hilang (titik kritis)
(d) Akhir pengendapan

Pada mulanya seluruh partikel tersebar pada zona B,


kemudian partikel mengendap dengan laju yang sama sehingga
terbentuk zona A dan zona D yang terdiri dari partikel-pertikel yang
mengendap didasar. Sedang zona C merupakan daerah transisi
dimana padatan bergerak dari zona B ke zona D dan sebaliknya.
Setelah selang waktu tertentu, zona B dan C akan menghilang, hanya
tinggal zona A dan D (terbentuk 2 zona). Pada saat ini disebut
keadaan kritik. Kecepatan sedimentasi dapat diperoleh dari
persamaan berikut:
ZL
VL = tL
III. ALAT DAN BAHAN

III.1 Alat
Alat alat yang digunakan sebgaia berikut :

(a) Gelas kimia 100 mL

(b) Gelas ukur 100 mL

(c) Gelas ukur 10 mL

(d) Cawan porselin

(e) Piknometer

(f) Neraca analitik

(g) Meteran

(h) Viskometer Ostwald

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. CaCO3

2. Air kran

3. Aquadest
IV. CARA KERJA
IV.1 Pembuatan Larutan Umpan
1. Larutan umpan dibuat dengan mencampurkan CaCO3
dengan aquades dengan konsentrasi 50 dan 100 gr/L.
Larutan dibuat masing-masing sebanyak 1000 ml
2. Tutup wadah dengan aluminium foil.
IV.2 Pengukuran Densitas Umpan
1. Massa piknometer kosong ditimbang dan dicatat hasilnya.
2. Piknometer diisi dengan aquades dan massanya ditimbang
dan dicatat hasilnya.
3. Piknometer dikosongkan kemudian dibersihkan dengan
etanol dan dikeringkan.
4. Piknometer diisi dengan larutan CaCO3 ditimbang
massanya serta dicatat hasil pengukurannya.
IV.3 Sedimentasi
1. Larutan umpan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100, 200
dan 500 ml dengan tinggi yang sama.
2. Perubahan lapisan atas dan lapisan bawah diamati setiap 1
menit.
3. Sampel lapisan atas diambil diukur densitasnya setiap 1
menit
4. Tinggi endapan atau lapisan bagian bawah diukur setiap 1
menit.
5. Ulangi untk konsentrasi larutan suspense yang lain.
V. Data Pengamatan
Berdasarkan hasil praktikum sedimentasi didapatkan data pengamatan
sebagai berikut :

V.1Densitas Umpan
Berikut data penimbnangan alat dan bahan sebelum melakukan
proses sedimentasi :

12,0114 gr
Massa piknometer kosong

17,3312 gr
Massa piknometer + aquades

Massa piknometer berisi 50 gr/L 75 gr/L


larutan (umpan) 17,3962 17,5331

V.2Sedimentasi
Berdasarkan parktikum sedimentasi melalui percobaa pertama,
didapatkan data sebagai berikut :
Konsentrasi 1 :50 gr/L
Diameter kolom 1 : 25 mL
Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 7 mm 1,079 17,4076 0,166
2. 2 6 mm 1,082 17,4239 0,05
3. 3 6 mm 1,063 17,3267 0,033
4. 4 5 mm 1,060 17.3159 0,020
5. 5 5 mm 1,070 17,3642 0,016
Diameter kolom 2 : 50 ml

Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(Menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 16 mm 1,075 17,3896 0,267
2. 2 11 mm 1,080 17,4144 0,091
3. 3 11 mm 1,086 17,4420 0,061
4. 4 1 mm 1,084 17,4323 0,041
5. 5 1 mm 1,060 17,3165 0,033

Diameter kolom 3 : 250 ml

Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(Menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 18 mm 1, 073 17,3805 0,3
2. 2 12 mm 1,067 17,3505 0,1
3. 3 12 mm 1,063 17,3303 0,067
4. 4 11 mm 1,066 17,3422 0,045
5. 5 1 mm 1,065 17,3395 0,033

Berdasarkan parktikum sedimentasi melalui percobaa kedua


didapatkan data sebagai berikut :

Konsentrasi 2 : 100 gr/L


Diameter kolom 1 : 25 mL
Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(Menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 91 mm 1,071 17,3682 1,516
2. 2 38 mm 1,066 17,3448 0,316
3. 3 29 mm 1,063 17,3299 0,161
4. 4 25 mm 1,061 17,3180 0,104
5. 5 22 mm 1,057 17,3011 0,073

Diameter kolom 2 : 50 mL
Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(Menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 95 mm 1,078 17,4015 1,583
2. 2 51 mm 1,071 17,3710 0,425
3. 3 23 mm 1,073 17,3812 0,127
4. 4 19 mm 1,068 17,3530 0,079
5. 5 19 mm 1,070 17,3663 0,063
Diameter kolom 3 : 250 ml

Massa Kecepatan
Waktu Tinggi Endapan Densitas larutan
No. pikno+sampel Sedimentasi
(Menit) (mm) (gr/ml)
(gr) (mm/s)
1. 1 100 mm 1,069 17,3565 1,667
2. 2 45 mm 1,065 17,3365 0,75
3. 3 31 mm 1,067 17,3510 0,172
4. 4 24 mm 1,067 17,3485 0,1
5. 5 21 mm 1,063 17,3290 0,07

Berdasarkan tabel data pengamatan, maka dapat dicari densitas larutan sampel
menggunakan rumus densitas yaitu :
M 2−M 1
ρ=
V
Keterangan :
ρ = massa jenis larutan
M2 = massa piknometer+sampel
M1 = massa piknometer kosong
V = volume piknometer

Berdasarkan tabel data pengamatan, maka dapat dicari kecepatan sedimentasi


sampel menggunakan rumus yaitu :
ZL
VL = tL

Keterangan :
V = kecepatan sedimentasi
Z = tinggi endapan
t = waktu pengendapan
VI. HASIL PERHITUNGAN
Berdasarkan data pengamatan dan hasil praktikum diatas didapatkan data
perhitungan sebagai berikut :
a. Densitas larutan
Contoh : diameter kolom 1 dengan volume labu ukur 25 ml. dengan waktu 1
menit (60s).
Diketahui :
 Massa piknometer kosong : 12,0114 gr
 Massa piknometer berisi sampel : 17,3896 gr
 Volume piknometer : 5 ml

M 2−M 1
Jawab : ρ=
V
17,4076−12,0114
ρ= ρ=1,079 gr /mL
5

b. Keceptan Sedimentasi
Contoh : diameter kolom 1 dengan volume labu ukur 25 ml. dengan waktu 1
menit (60s).
Diketahui :
 Volume piknometer : 5 mL
 Tinggi endapan : 7 mm
 Waktu endapan : 1 menit atau 60 s

ZL
Jawab : VL = tL
7 mm
VL = 60 =0,166 mm/s
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum sedimentasi yang dilakukan bertujuan untuk menentukan
densitas dari larutan sampel yang digunakan dan juga menetukan kecepatan sedimetasi
per satuan waktu, dalam praktikum ini larutan sampel yang digunakan ialah larutan
kapur CaCO3. Pengendapan merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi
fluida jernih supernatant dan slurry yang mengandung konsentrasi padatan lebih tinggi.
Larutan suspensi terdiri dari campuran fase cair dan fase padat yang bersifat
settleable, dapat diendapkan karena perbedaan density antar fasenya. Proses
pengendapan dapat dilakukan neraca batch dan continue.
Proses batch sering dipergunakan untuk skala laboratorium yang
menggambarkan proses sedimentasi sederhana, sedangkan proses continiu dipergunakan
dalam skala komersial dengan mempertimbangkan kecepatan pengendapan terminal dari
partikel – partikelnya. Percobaan skala laboratorium dilakukan pada suhu uniform untuk
menghindari gerakan fluida atau konveksi karena perbedaan densitasnya yang dihasilkan
dari perbedaan temperatur.
Dalam proses praktikum terdapat beberpaa prosedur yang harus dijalankan demi
keberlangsungan praktikum, langkah pertama ialah pembuatan larutan umpan atau
sampel. Pada langkah pertama ini larutan bahan yang digunakan ialah CaCO 3 dan
aquades dengan konsentrasi 50 dan 100 gr didalam labu takar 1000 ml. setelah larutan
selesai dibuat tutup labu takar dengan alumunium foil ntuk mencegah terjadinya
pengupan larutan. Setelah larutan sampel selesai dibuat, masukkan larutan sampel
kedalam labu ukur 25,50, dan 250 ml dengan tinggi larutan yang sama, mislakan larutan
dalam labu takar 25 ml memiliki tinggi 14 cm maka larutan pada labu takar yang lain
harus memiliki tinggi yang sama juga.
Setelah ketiga labu takar telah terisi larutan sampel, kocok masing masing larutan
dan hidupkan stopwatch serta amati perubahan lapisan atas dan lapisan bawah, lalu amati
tinggi endapan pada lapisan bawah dan ambil lapisan atas menggunakan pipet volume 5
ml per 1 menit. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan. Setelah itu lapisan atas
yang telah di pipet dimasukkan kedalam piknometer untuk mengetahui berat piknometer
ditambah sampel yang bertujuan untuk mencari densitas dari larutan sampel yang
digunakan. Langkah terakhir lakukan percobaan ini untuk sampel dengan konsentrasi
suspense yang berbeda.
Dalam percobaan ini dibutuhkan ketepatan dan kerja sama tiap anggota
kelompok agar pekerjaan berjalan sesuai prosedur percobaan. Ketika semua data telah
terkumpul, hitunglah densitas larutan sampel yang digunakan dengan rumus densitas:

M 2−M 1
ρ=
V
Keterangan :
ρ = massa jenis larutan
M2 = massa piknometer+sampel
M1 = massa piknometer kosong
V = volume piknometer

Contoh : larutan sampel dengan diameter kolom 1 dengan volume labu ukur
25 ml. dengan waktu 1 menit (60s). Dari bahan ini didapat data yaitu Massa piknometer
kosong : 12,0114 gr, Massa piknometer berisi sampel : 17,3896 gr dan Volume
piknometer : 5 ml, maka dari data ini dapat dihitung densitas larutan dengan rumus

M 2−M 1
ρ= dengan M2 bernilai 17,3896 dan M1 bernilai 12,0114 serta volume
V
piknometer yang digunakan bernilai 5 ml. Maka didapatkan hasil densitasnya ialah
1,079 gr /ml. Rumus ini juga yang digunakan untuk mencari densitas dari berbagai
konsentrasi lainnya.
Setelah densitas larutan selesai, maka kita dapat mengitung kecepatan laju
sedimentasi dengan menggunakan persamaan rumus :
ZL
VL = tL

Keterangan :
V = kecepatan sedimentasi
Z = tinggi endapan
t = waktu pengendapan

contoh : diameter kolom 1 dengan volume labu ukur 25 ml. dengan waktu 1
menit (60s), dari bahan ini diapatkan data yaitu Volume piknometer : 5 ml, Tinggi
endapan : 7 mm dan Waktu endapan : 1 menit atau 60 s. berdasrkan seluruh data ini

ZL
dapat kita hitung kecepatan sedimentasi dengan rumus VL = tL
dengan nilai Z

yaitu : 7 mm dan nilai t yaitu 1 menit atau 60 s. Maka berdasarkan rumus diatas
didapatkan hasil kecepatan sedimentasi yaitu 0,166 mm/s.

VIII. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan sedimentasi ?
Jawab : Sedimentasi adalah suatu peristiwa turunnya partikel zat padat yang
tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena gaya berat sehingga cairan jernih
dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk didasarnya. Ada juga beberapa ahli
mengatakan bahwa Pengendapan merupakan proses pemisahan larutan suspensi
menjadi fluida jernih supernatant dan slurry yang mengandung konsentrasi padatan
lebih tinggi. Larutan suspensi terdiri dari campuran fase cair dan fase padat
yang bersifat settleable, dapat diendapkan karena perbedaan density antar fasenya.
Proses pengendapan dapat dilakukan neraca batch dan continue.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan distilasi di dunia industry?
Jawab :

3. Jelaskan hubungan antara diameter kolom dan konsentrasi suspense


terhadap kecepatan sedimentasi ?
Jawab : Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan
dan volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan
volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Maka peristiwa ini
disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya
total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan
semakin menurun.
IX. TUGAS

Buat grafik hubungan antara kecepatan sedimenatsi terhadap diameter kolom, konsentrasi
larutan dan waktu.

X. KESIMPULAN DAN SARAN


X.1KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
ZL
1. Kecepatan sedimentasi dapat diperoleh dari persamaan berikut: VL = tL
dengan

keterangan V = kecepatan sedimentasi, Z = tinggi endapan dan t= waktu


pengendapan. Pada praktikum ini didapatkan hasil kecepatan sedimentasi sebagai
berikut :
a. Konsentrasi 1 :50 gr/L
Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi
(mm/s) (mm/s) (mm/s)
Diameter kolom 1 : 25 Diameter kolom 2 : 50 Diameter kolom 3 : 250
ml ml ml
0,166 0,267 0,3
0,05 0,091 0,1
0,033 0,061 0,067
0,020 0,041 0,045
0,016 0,033 0,033

b. Konsentrasi 2 : 100 gr/L


Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi
(mm/s) (mm/s) (mm/s)
Diameter kolom 1 : 25 Diameter kolom 2 : 50 Diameter kolom 3 : 250
ml ml ml
1,516 1,583 1,667
0,316 0,425 0,75
0,161 0,127 0,172
0,104 0,079 0,1
0,073 0,063 0,07

2. Hokum stokes menjelaskan bahwa Setiap benda yang bergerak dalam suatu fluida
akan mendapat gaya geser yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gerak
butiran partikel pada proses pengendapan fluida diam dipengaruhi oleh gaya-gaya
yaitu gaya apung, gaya seret, dan gaya berat. Dalam percobaan ini ketiga gaya
tersebut mempengaruhi kecepatan sedimentasi. Misalnya gaya berat ketika larutan
sampel yang telah dikocok dan dibiarkan dalam jangka waktu tertentu maka akan
terjadi pengendapan partikel yang dipengaruhi oleh gaya berat dari tiap tiap partikel
yang terdapat dalam larutan sampel. Begitu juga dengan gaya geser dikarenakan
banyaknya gesekan antar partikel yang arahnya berlawanan maka menyebabkan
gerakan partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah
sehingga kecepatan pengendapan semakin turun.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan pengendapan


1. Konsentrasi : Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami
partikel karena partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun
semakin besar. Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin
besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam
suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara
suatu partikel dengan partikel yang lain.

2. Jenis partikel : Jenis partikel berhubungan dengan density partikel


yang berpengaruh terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat
mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu partikel dalam suatu
fluida yang statis.

3. Ukuran partikel : Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap


diameter partikel. Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin
besar pula permukaan dan volumenya.

X.2SARAN

Berdasarkan praktikum sedimentasi, praktikan memberikan saran kepada pembaca


yaitu :

1. Praktikan harus berhati hati dan fokus dalam melakukan praktikum agar
praktikum berjalan sesuai prosedur kerja

2. Pastikan alat yang digunakan dalam kondisi yang layak pakai dan bahan yang
digunakan sesuai dengan konsentrasi yang diminta prosedur.

3. Pada praktikum satuan operasi khususnya sedimentasi, diperlukan ketelitian ,


kecekatan dan kerja sama antar anggota kelompok dikarenakan praktikum ini
bekejaran denagan waktu.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Brown, G.G. 1950. Unit Operation Rumus Kecepatan Pengendapan. Modern Asia
Edition. New York.
Brown, G.G. 1991. Unit Operation Hukum yang mempengaruhi sedimentasi. New york.
Ratih Utari,2013 .Pengendapan.written by Chemical Analyst. Jakarta. Dikutip : 15 April
2013. 68

Anda mungkin juga menyukai