Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
SEDIMENTASI

Tanggal Praktikum : 15 Oktober 2019

Tanggal Pengumpulan Laporan : 29 Oktober 2019

Pembimbing : Keryanti, S.T.,M.T.

Oleh :
Kelompok : VI
Nama : 1. Regina Taskia Amalia 171411022
2. Riza Yuliawati N 171411023
3. Saeful Hidayat 171411024
Kelas : 3A D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses sedimentasi banyak dipakai dalam proses industry pada unit pemisahan
karena prosedurnya sederhana dan hasilnya baik. Misalnya digunakan pada
penjernihan air. Selain itu proses sedimentasi digunakan untuk memisahkan bahan
buangan dari bahan yang akan diolah menjadi gula. Dalam pelaksanaanya
sedimentasi dapat dilakukan dengan cara batch dan kontinyu.
Sedimentasi umumnya digunakan untuk mengendapkan partikel halus (fine
particle) dan partikel kasar dengan cara pengendapan. Kualitas cairan hasil
pengendapan umumnya dinyatakan dalam satuan kekeruhan (turbidity). Semakin
kecil nilai kekeruhan, maka cairan tersebut semakin jernih atau sebaliknya. Proses
sedimentasi dipengaruhi oleh jenis aliran cairan yang melalui bak sedimentasi, dan
gaya gravitasi. Semakin kecil/lambat aliran, maka pengendapan semakin baik
begitu juga sebaliknya.

1.2. Tujuan
1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi
2. Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan


dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang
terjadi pada butiran tersebut. Dalam filtasi partikel zat padat dipisahkan dari slurry
dengan kekuatan fluida yang berada pada medium filter yang akan menghalangi
laju lintas partikel zat padat. Dalam proses pengendapan dan proses sedimentasi
partikel dipisahkan dari fluida oleh gaya aksi gravitasi partikel. Pada beberapa
proses, pemisahan serta sedimentasi partikel dan pengendapan bertujuan untuk
memisahkan partikel dari fluida sehingga fluida bebas dari konsentasi
partikel. (Cristie geankolplis, tahun : 815-816) Sedimentasi merupakan peristiwa
turunnya partikel padat yang semula tersebar merata dalam cairan karena adanya
gaya berat setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat
yang menumpuk di dasar (endapan). Keadaan dimana padatan bergerak turun
hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh
konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-
menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat
diabaikan, proses ini disebut free settling.

Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak


seragam dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian
batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel
berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling (Cristie geankolplis, tahun : 815-
816). Selama proses berlangsung terdapat tiga gaya yang mempengaruhi proses,
yaitu:

1. Gaya Gravitasi

Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis
partikel, sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini bisa dilihat
pada saat terjadi endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2
Newton yaitu

Fg = m . g
= ρs x g

2. Gaya Apung

Gaya ini terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari pada massa
jenis fluida sehingga fluida berada pada permukaan cairan.
3. Gaya Dorong

Gaya ini terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung klarifier.
Gaya dorong juga dapat dilihat pada saat mulai turunnya partikel padatan
karena adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri.

Didalam slurry yang mengandung partikel-partikel ukuran berbeda,


partikel-partikel yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan mulai
menumpuk, dimana zona D dan zona transisi C yang mengandung padatan yang
bervariasi antara konsentrasi zona B dan zona D mulai nampak. Setelah
pengendapan lebih jauh atau pada kondisi kecepatan pengendapan kompresinya,
zona B dan zona C tidak nampak tetapi hanya terdapat slurry pekat pada zona D
(Geankoplis, C.J., 2003).

Pemakaian Proses Sedimentasi terbagi beberapa metode :

1. Proses Batch

Sedimentasi merupakan pemisahan antara padatan dengan cairan


yang berasal dari slurry encer. Pemisahan ini menghasilkan cairan jernih dan
padatan dengan konsentrasi tinggi. Mekanisme dari sedimentasi
dideskripsikan dengan observasi pada tes batch settling yaitu ketika partikel-
partikel padatan dalam suatu slurry mengalami proses pengendapan dalam
silinder kaca.

2. Proses Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch hanya terdapat cairan keluar atau masuk
saja. Jadi, kemungkinan hanya ada slurry yang masuk atau beningan yang
keluar.

Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak


seragam

D = zona partikel padat


terendapkan

Gambar 2. Proses sedimentasi semi batch

3. Proses Kontinyu

Pada proses ini terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang
keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian
cairan akan selalu tetap. Proses
sedimentasi disajikan dengan gambar
berikut :

Keterangan:

A = Cairan bening

B = Zona konsentrasi seragam

C = Zona ukuran butir tidak


seragam

D = Zona partikel padat terendapkan


Gambar 3 Proses Sedimentasi Kontinyu

Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses


sedimentasi terbagi atas empat tipe:

1. Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete particle

Partikel mengendap secara individual, dan tidak ada interaksi antar


pertikel. Tipe ini merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan
koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan
digunakan pada grit chamber.
2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)

Terjadi interaksi antar partikel, sehingga ukuran meningkat dan


kecepatan pengendapan bertambah. Pengendapan material koloid dan solid
tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan
untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi.
3. Hindered Settling (Zone Settling)

Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel


tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya
antar pertikel menghalangi pengendapan partikel-partikel di sebelahnya.
Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya
mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa
partikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan
kontak antara solid dan liquid.
4. Compress
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Peralatan Analisis

Bahan yang digunakan, yaitu tepung terigu, CaO, PAC, dan aqua clear.

Alat analisis yang digunakan, yaitu Turbidi-meter, pH-meter, TDS-meter, dan


teko kapasitas 2 L.

3.2 Skema Peralatan Sedimentasi

3.3. Prosedur percobaan


Bersihkan bak sedimentasi beserta tangka-tangki yang digunakan dan periksa keberfungsian
pompa.

Timbang tepung terigu dengan konsentrasi dalam 80 L air. Larutkan dan masukan ke tangka
penampung umpan (T1).

Timbang koagulan konsentrasi yang dilarutkan dalam 2 L air.

Ambil flokulan dengan konsentrasi yang diencerkan dalam 2 L air.

Lakukan kalibrasi laju alir umpan serta laju alir koagulan dan flokulan.

Ukur pH, TDS, dan kekeruhan awal umpan. Tambahkan CaO sehingga pH air umpan 8.

Nyalakan pompa P1, P2, dan P3 secara bersamaan.

Nyalakan pengaduk yang ada pada tangki koagulan dan flokulan (T1 dan T2).

Saat tetesan pertama masuk bak sedimentasi, nyalakan stop watch.

Saat tetesan pertama efluen keluar, catat waktunya. Itu merupakan waktu proses sedimentasi
(waktu tinggal dalam bak sedimentasi).

Ambil sampel setiap 2 menit. Ukur volume efluen, kekeruhan, TDS, dan pH.

Hentikan praktikum setelah mengambil sampel sebanyak yang diinstruksikan pembimbing.

Matikan pengaduk pada T1 dan T2 dan semua pompa yang digunakan

Bersihkan peralatan yang telah digunakan dan lantai sekitar alat sehingga bersih seperti
sebelum praktikum dimulai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Volume Air Umpan : 90 L


Berat Tepung Terigu : 90 gram
Kekeruhan Awal : 87,82
TDS Awal : 178
pH Awal : 9
Berat CaO : 10 gram
Berat PAC (koagulan) : 5,4 gram
Volume Larutan Aqua Clear : 11,25 mL
(flokulan)
Volume Bak Filtrasi : 40 L

Waktu Kekeruhan Konsentrasi,


No.
(menit) (NTU) TDS (mg,L)
1 0 87,82 513,8
2 2 68,74 506,8
3 4 84,68 505,1
4 6 82,54 504,6
5 8 73,82 504
6 10 72,73 487,7

Menghitung Efisiensi Penurunan Kekeruhan


𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
ɳ= x 100%
𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙

t = 2 menit
87,82−68,74
ɳ= x 100%
87,82
= 21,73%
Dengan menggunakan rumus yang sama didapat data sebagai berikut

NO Waktu (menit) Efisiensi penurunan


kekeruhan (%)

1 0 0

2 2 21,73

3 4 3,58

4 6 6,01

5 8 15,94

6 10 17,18

4.4. Pembahasan

1. Regina Taskia Amalia (171411022)


2. Riza Yuliawati N (171411023)
3. Saeful Hidayat (171411024)
BAB V

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai