Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Sedimentasi
Dosen Pembimbing : Emma Hermawati, ST, MT

Kelompok/Kelas : 3 / 3A-TKPB
Nama: 1. Dyah Eka Lestari NIM : 151424009
2. Farah Hafizhah NIM : 151424012
3. Fitri Nafisa NIM : 151424013

Tanggal Praktikum: 9 Mei 2018


Tanggal Pengumpulan Laporan: 14 Mei 2018

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan air yang diperlukan oleh mahkluk hidup terutama oleh manusia.
Saat ini masalah air bersih merupakan hal yang fatal bagi kehidupan manusia karena air bersih
dibutuhkan oleh manusia untuk air minum, memasak, mandi atau sebagai penunjang kegiatan
industri.
Limbah merupakan suatu produk samping yang sudah tidak dapat dimanfaatkan atau
tidak memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi ketika dimanfaatkan. Banyak sumber limbah
yang dihasilkan dalam kehidupan manusia, seperti limbah dari rumah tangga (limbah
domestik), limbah dari industri kecil dan limbah dari pabrik-pabrik besar. Dengan semakin
banyaknya penduduk dan berkembangkangnya teknologi yang sangat meningkat limbah yang
dihasilkan pun semakin banyak karena banyaknya konsumsi masyarakat terhadap produk.
Limbah yang dibuang ke lingkungan dapat berupa limbah padat, cair, atau gas.
Pembuangan limbah secara langsung ke badan air menyebabkan pencemaran lingkungan yang
dapat merusak ekosistem air apabila kualitas air limbah yang dibuang tidak memenuhi baku
mutu air limbah yang diizinkan untuk dibuang ke lingkungan. Maka dari itu perlu dilakukan
pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Salah satu cara pengolahan
limbah adalah dengan sedimentasi yang dilakukan untuk mengurangi nilai Total Solid pada air
limbah sehingga Total Solid dalam air limbah dapat memenuhi nilai baku mutu yang diizinkan.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menghitung efisiensi pada proses sedimentasi
2. Menentukan waktu pengendapan optimum berdasarkan nilai efisiensi
pengendapan
BAB II
DASAR TEORI

1.3 Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu proses pemisahan padatan dari suatu cairan (slurry) agar
cairan menjadi bening dan bebas dari padatan yang terdapat di dalam cairan tersebut.
Pemisahan padatan dan cairan terjadi berdasarkan perbedaan massa jenis dengan cara
pengendapan. Selain itu, proses pengendapan padatan yang ada dalam cairan juga dipengaruhi
oleh adanya gaya gravitasi.
Proses sedimentasi dapat dilakukan sebelum proses koagulasi dan flokulasi (primary
sedimentation) atau pun setelah proses koagulasi dan flokulasi (secondary sedimentation).
Proses sedimentasi awal (primary sedimentation) dilakukan ketika kekeruhan dari cairan tinggi
sehingga dapat mengurangi beban pada proses koagulasi dan flokulasi, sementara proses
sedimentasi akhir (secondary sedimentation) dilakukan untuk memisahkan cairan dengan
endapan yang terjadi pada proses koagulasi dan flokulasi.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi
terbagi atas tiga macam, yaitu :
1) Sedimentasi Tipe I (Plain Settling atau Discrete Particle)
Sedimentasi Tipe I merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan
koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan cairan dan digunakan
pada grit chamber. Kecepatan pengendapan dari padatan-padatan diskrit dipengaruhi
oleh gravitasi dan gaya geser.
2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Sedimentasi Tipe II merupakan pengendapan material koloid dan padatan
tersuspensi yang terjadi dengan adanya penambahan koagulan. Biasanya digunakan
untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang
relatif kecil karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan
ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen,
maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok–flok
yang terbentuk.
3) Sedimentasi Tipe III (Hindered Settling atau Zone Settling)
Sedimentasi Tipe III merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan
padatan tersuspensi sedang. Padatan-padatan tersuspensi tersebut saling berdekatan
sehingga gaya antar pertikel menghalangi pengendapan padatan-padatan di sebelahnya.
Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap
pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap
sebagai suatu zona dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara padatan dan
cairan.
4) Sedimentasi Tipe IV (Compression Settling)
Sedimentasi Tipe IV merupakan pengendapan dari partikel yang memiliki
konsentrasi tinggi dimana partikel-partikel bersentuhan satu sama lain dan
pengendapan bisa terjadi hanya dengan melakukan kompresi terhadap massa tersebut.

1.4 Plate Settler


Plate Settler merupakan keping pengendap yang dipasang pada settling zone (zona
pengendapan) di bak sedimentasi dengan kemiringan tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan presentase penurunan Total Suspended Solid dan memperluas bidang
pengendapan tanpa harus memperbesar dimensi bak sehingga proses fisika dari sedimentasi
dapat berlangsung lebih efektif jika dibandingkan dengan sedimentasi yang berlangsung pada
bak pengendapan tanpa menggunakan plate settler.
Pada bak sedimentasi dengan plate settler, diharapkan kecepatan pemisahan partikel
menuju plate settler menjadi kecil sehingga partikel berukuran kecil dalam air dapat
terpisahkan. Ketika melewati plate settler sebagai penghalang, partikel juga akan menempuh
jarak yang lebih lama dari pada ketika pada bak sedimentasi konvensional. Selain itu, partikel
juga akan kehilangan energi geraknya ditambah dengan adanya perbedaan berat jenis antara
partikel dan air sehingga pertikel akan terdesak untuk terendapkan.
Adapun tiga macam aliran yang melalui plate settler yaitu (Hendrick dalam Euis,
2012) :
1. Upflow (aliran keatas), yaitu dimana sludge yang mengendap turun kedasar bak melalui
plate ketika aliran air mengalir ke atas menuju outlet zone.
2. Downflow (aliran ke bawah), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke dasar bak
melalui plate bersamaan dengan aliran air yang mengalir ke bawah.
3. Crossflow (aliran silang), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke dasar bak,
sedangkan aliran air menyilang (crossing) di masing – masing plate.
Gambar 2.1 Plate Settler

1.5 Dosis Optimum Koagulan


Berdasarkan data percobaan yang dilakukan oleh Wityasari dkk. (2015), sebelum
menggunakan koagulan PAC air sungai yang akan dikoagulasi harus memenuhi kondisi yang
sesuai terlebih dahulu. Air sungai tersebut harus memiliki nilai pH yang berada pada rentang
6,0 – 9,0 agar koagulan PAC dapat menjernihkan air secara optimal. Selain itu, dosis koagulan
juga harus ditentukan terlebih dahulu sesuai nilai kekeruhan yang dimiliki air sungai. Dosis
koagulan yang tepat dapat ditentukan melalui grafik dosis koagulan terhadap kekeruhan (NTU)
berikut ini:

Grafik 2.1 Dosis Koagulan Terhadap Rata-Rata Nilai Kekeruhan (NTU)


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
No Alat Bahan
1 Tangki pencampur dan pengaduk Air Limbah (air sungai)
2 pH-meter Koagulan (PAC)
3 Turbidimeter
4 Serangkaian alat sedimentasi
(plate settler)
5 Gelas kimia
6 Gelas ukur
7 TDS-meter
8 Spatula
9 Neraca Analitik

3.2 Prosedur Kerja

Menyiapkan air limbah sebanyak 80 L dalam jeriken.

Menentukan pH, tingkat kekeruhan, dan TDS awal air limbah.

Menentukan koagulan yang akan ditambahkan ke dalam air limbah setelah mengetahui tingkat
kekeruhan air limbah.

Memasukan PAC ke dalam air limbah, kemudian mengaduknya selama 10 menit.

Menuangkan air limbah yang telah dicampur dengan PAC ke dalam plate settler

Mengukur tingkat kekeruhan dan TDS air limbah pada waktu awal air limbah dimasukkan ke
dalam plate settler.

Mengukur tingkat kekeruhan dan TDS air limbah setiap 10 menit sekali selama 120 menit.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

pH Awal Air Sungai :


Kekeruhan Awal Air Sungai : NTU
TDS Awal Air Sungai :
Dosis Koagulan : ppm
Volume Air Sungai : Liter
Jumlah Koagulan yang Ditambahkan : gram

Waktu (menit) Kekeruhan (NTU) TDS Efisiensi


0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Rata - Rata
DAFTAR PUSTAKA

Euis et all. 2012. “Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid pada Proses Air Bersih
menggunakan Plate Settler”. http://eprints.upnjatim.ac.id/4250/1/(9)Jurnal_Okik.pdf[15
Februari 2018].

Wityasari, Nurani. 2015. “Penetuan Dosis Optimum PAC (Poli Aluminium Chloride) pada
Pengolahan Air Bersih di IPA Tegal Besar PDAM Jember”.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66700[15 Februari 2018].

Anda mungkin juga menyukai