Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI PERPINDAHAN MASSA

“SEDIMENTASI”

Oleh :

Nama Mahasiswa : Muhammad Farhan Ramadhany Latupono


NIM : 181420023
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : III (TIga)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
PEM Akamigas

Cepu, Februari 2021


I. SEDIMENTASI

I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum sedimentasi ini diharapkan mahasiswa dapat:

1. Memahami proses sedimentasi.

2. Mengukur lamanya proses sedimentasi.

3. Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap lamanya pengendapan.

4. Membuat kurva hubungan antara kecepatan pengendapan (v) dengan konsentrasi padatan
(c1) pada operasi sedimentasi.

II. KESELAMATAN KERJA


Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:

1. Hati - hati saat bekerja dengan larutan kimia.

2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan.

3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.

4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.

5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

III. DASAR TEORI


Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi dengan menggunakan
gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting dalam berbagai proses industri, misalnya
pada proses pemurnian air limbah, pengolahan air sungai, pengendapan partikel padatan pada
bahan makanan cair, pengendapan kristal dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada
industri minuman beralkohol, dan lain-lain. Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak yang
cukup jauh dari dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh
gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling. Ketika
partikel padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka partikel akan mengendap pada
kecepatan rendah, peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan
endapan yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk memperoleh hasil sedimentasi
sampai proses pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup lama pula. Guna
menghasilkan proses sedimentasi yang optimum maka perlu menentukan waktu pengendapan
yang efektif. Waktu pengendapan yang efektif dapat diasumsikan sebagai batas saat terjadi
perubahan pengendapan dari free settling ke hindered settling (Geankoplis, 1993)

Selama ini, proses sedimentasi yang paling umum dikenal adalah pengendapan partikel
padat dalam medium cair. Persamaan kecepatan pengendapan dirumuskan oleh G.G. Stokes pada
tahun 1851 adalah titik awal untuk setiap diskusi tentang proses sedimentasi. Stokes
menunjukkan bahwa kecepatan terminal suatu bola dalam cairan berbanding lurus dengan
perbedan densitas atntara padatan dengan cairan, dengan kuadrat jari-jari bola, untuk gravitasi,
berbanding terbalik dengan viskositas suatu cairan atau fluida. Ketika konsentrasi suatu suspensi
rendah, jarak antara partikel lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran partikel. Kecepatan
pengendapan suau partikel dalam keadaan tersebut disebut free settling (Bustos, 1999).

Pengendapan suatu partikel dalam cairan merupakan metode dasar yang paling sering
digunakan dalam menentukan suatu ukuran partikel. Sedangkan pada saat konsentrasi tinggi,
kondisi dalam suspensi jauh berbeda, terutama dalam kecepatan fluida yang tinggi digantuikan
oleh partikel yang mengendap dan pola dari aliran juga diubah. Proses ini dikenal sebagai
hindered settling dan biasa ditemukan dalam industri yang memisahkan suatu padatan dan cairan
dalam larutan suspensi dengan bantuan thickener. Thickener dapat diartikan sebagai
penghilangan sebagian cairan dari suatu suspensi, yang biasa kita kenal yaitu pulp yang terdiri
dari campuran padatan halus dan cairan. Langkah awal pengunaan thickener adalah dengan
menyiapkan suatu tangki yang diisi denan unmpan sampai tangki penuh. Padatan yang
menendaap turun ke bawah dan cairan keluar dari atas, keudian padta yang tertinggal atau
mengendap dibuang dan prosenya terus berulang (kontinyu). Pengendapan seperti itu biasa
dilakukan dengan sejumlah tangki sehingga proses tetap berjalan kontinyu (Bustos, 1999).
Mekanisme pengendapan yang terbaik dalam skala laboratorium adalah cara

batch dengan bantuan gelas ukur.

Gambar 1. Sedimentasi Batch

Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah gelas ukur yang berisikan slurry dengan konsentrasi
dan jenis partikel yang seragam. Semua partikel mulai mengendap dan mendekati kecepatan
terminal pengen dapan dibawah kondisi hindered settling. Pada zona D terdiri dari
partikel yang berat sehingga lebih cepat mengendap. Tepat diatas zona D terdapat suatu
lapisan yang disebut zona C. Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda
dan konsentrasi berbeda. Batas antara C dan D biasanya terlihat jelas dan ditandai dengan
saluran vertikal-vertikal dimana cairan meningkat dari zona bawah D akibat kompresi. Diatas
zona C adalah zona B yang berisi konsentrasi partikel yang seragam. Di atas zona merupakan
zona liquid jernih. Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah.
Tinggi dari zona D dan A bertambah, sedangkan zona B berkurang dan zona C tetap konstan.
Akhirnya zona B,C hilang dan semua padatan berada di zona D. Saat ini cairan dan padatan
terdapat batas yang disebut zona jernih (Gavhane,2009).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan pengendapan

a. Konsentrasi

Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena partikel lain
semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar. Peristiwa ini disebabkan
karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel
dalam suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel
dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang
berlawanan dengan gerakan partikel dalam fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan
gerakan partikel ke bawah. Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum
yang arahnya tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan maka, dengan adanya
drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan menyebabkan gerakan
partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga kecepatan
pengendapan semakin turun.

b. Ukuran partikel

Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika ukuran partikel
semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan volumenya. Luas permukaan
partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya berbanding lurus
dengan gaya apungnya. Peristiwa ini menyebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya
apung) semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil
sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.

c. Jenis partikel

Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh terhadap gaya
apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu
partikel dalam suatu fluida yang statis. Density partikel yang semakin besar akan
menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar,
sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya
apung dan gaya gravitasi akan semakin besar pula, ini berarti kecepatan pengendapannya
akan semakin besar. Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati tinggi
interface (antarfase) sebagai fungsi waktu yang diberikan. Pada point ini, tinggi Z 1 dan Z2
adalah intercept tangen kecepatan pengendapan (sedimentation rate) (McCabe, W.L,
Smith, J.C, Harriott, P, 1990).
Gambar 2. Kurva hasil tes proses sedimentasi

Gradien (slope) dari kurva pada sembarang titik waktu menunjukkan kecepatan
pengendapan suspensinya dan merupakan karakteristik suatu konsentrasi padatan spesifik.
Sebagian permulaan kurva tersebut cenderung linear sesuai dengan kecepatan pengendapan
konstan larutan pada konsentrasi awal. Thickening daerah permulaan tersebut menunjukkan
bagian kecil yang sangat kecil dibanding waktu thickening total. Ketika waktunya meningkat,
kecepatan pengendapannya menurun. Suatu cara untuk menjelaskannya yaitu dengan asumsi
bahwa kecepatan pengendapan sebanding dengan konsentrasi padatan yang terkumpul. Ketika
daerah dengan kecepatan pengendapan konstan terlampaui (Gambar 2), setiap titik pada kurva
menunjukkan konsentrasi padatan yang berbeda – beda. Perlu ditekankan bahwa kurva
pengendapan yang ditunjukkan dalam percobaan laboratorium hanya berlaku bagi slurry yang
dipakai dan oleh sebab itu hasilnya mungkin mempunyai beberapa penyimpangan kecil.
Persamaan empiris yang sering digunakan dalam menghitung kecepatan sedimentasi (Brown,
1950)

da z 1−z 2
= ..................................................................................(1)
dt t 1−0

Dimana :

- dz/dt : Kecepatan pengendapan (cm/menit)

- Z1 : Tinggi larutan suspensi (cm)


- Z2 : Tinggi slurry dan supernatant (cm)

- t1 : Waktu (menit)

Proses Pengendapan Berdasarkan ada tidaknya pengaruh terhadap jatuhnya suatu partikel
yang akan mengendap, proses sedimentasi terbagi menjadi dua yaitu :

a. Free Settling

Peristiwa ini terjadi jika jumlah partikel dalam pengendapan cukup sedikit, partikel cukup
jauh dari dinding dan jarak antara partikel satu dengan partikel yang lain cukup jauh,
sehingga jatuhnya partikel dalam suatu fluida tidak 15 dipengaruhi oleh dinding dan
faktor benturan dengan partikel lain, maka laju pengendapan akan semakin cepat. Gaya
total yang terdapat dalam partikel adalah sebagai berikut :

F=Fg−Fb−Fd............................................................................(2)

Dimana :

- m : Massa (g)

- dv/dt : Percepatan partikel (m/dt2 )

- Fg : Gaya gravitasi efektif (N)

- Fb : Gaya friksi antara dinding dan partikel (N)

- Fd : Gaya tarik (N)

Gaya total ini sama dengan gaya yang bekerja pada partikel, yang mempercepat partikel
persamaan di atas menjadi :

dv
m( )=Fg−Fb−Fd ....................................................................(3)
dt

Dimana :

- m : Massa (g)

- dv/dt : Percepatan partikel (m/dt2 )

- Fg : Gaya gravitasi efektif (N)


- Fb : Gaya friksi antara dinding dan partikel (N)

- Fd : Gaya tarik (N)

b. Hindered settling

Hindered terjadi apabila konsentrasi padatan itu tinggi, maka pertikel tidak dapat
mengendap secara bebas, karena aliran pertikel yang satu akan mempengaruhi aliran
disekitar partikel yang lain karena jumlah partikel cukup banyak, maka partikel yang satu
dengan partikel yang lain akan saling berdesakan, sehingga kecepatan pengendapan
partikel akan semakain kecil. Dalam pengamatan di laboratorium, kondisi seperti ini
dapat terjadi jika digunakan peralatan dengan diameter kecil, maka partikel yang
mengendap tersebut dipengaruhi oleh halangan (hindered).

c. Kompresi

Zona ini partikel – partikel berada dalam keadaan yang sangat dekat dengan partikel –
partikel lainnya. Liquid yang berada diantara partikel – partikel tersebut akan dikeluarkan
menuju ke zona liquid yang jernih yang berada di atasnya, dari proses ini akan diperoleh
endapan yang diharapkan Waktu proses pengendapan suatu endapan dapat terjadi suatu
zat yang biasanya dapat larut akan terbawa mengendap dan peristiwa ini disebut
kopresipitasi. Contoh suatu larutan barium klorida yang mengandung sedikit ion nitrat
dan ke dalam larutan ini ditambah pengendap asam sulfat maka endapan barium sulfat
akan mengandung barium nitrat. Konteks ini diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi
bersama sulfat. Kopresipitasi dapat terjadi karena terbentuknya kristal campuran atau
adsorpsi ion – ion selama proses pengendapan. Kristal campuran ini memasuki kisi kristal
endapan, sedangkan ion – ion yang teradsorpsi ditarik ke bawah bersama – sama endapan
pada proses koagulasi.
IV. BAHAN DAN PERALATAN
a. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kalsium Karbonat (CaCO3)

2. Air

3. Pewarna Makanan

b. Alat

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Seperangkat Tabung Sedimentasi

2. Gelas beaker 500 mL sebanyak 4 buah

3. Gelas beaker 100 mL sebanyak 4 buah

4. Timbangan digital 1 buah

5. Spatula besi

6. Stopwatch

7. Meteran 4 buah

8. Plastik Bening 4 lembar

9. Karet gelang 8 buah.


V. LANGKAH KERJA

1. Timbang 15 gram CaCO3 dengan timbangan digital. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Ulangi penimbangan 4x sehingga diperoleh 4 gelas ukur 100 ml memuat 15 gram CaCO3

2. Sediakan air sebanyak 350 ml, 400 ml, 450 ml, dan 500 ml ke dalam gelas ukur 500 ml. Lalu
teteskan 1 tetes pewarna makanan ke dalam gelas ukur.

3. Tuang masing – masing gelas ukur ke 4 buah tabung sedimentasi yang disediakan.

4. Tutup ujung tabung yang terbuka dengan plastik, kencangkan dengan karet.

5. Kocok tabung hingga seluruh CaCO3 menyebar secara merata sebagai slurry.

6. Pasang tabung ke slot yang telah disediakan.

7. Ukur ketinggian slurry awal dihitung dari dasar tabung ke ketinggian slurry yang terlihat
oleh mata. Catat ketinggiannya dan hidupkan stopwatch sesegera mungkin

8. Lakukan langkah 7 setiap interval 30 detik, selama 40 menit. Atau hingga ketinggian slurry
sudah konstan (tidak berubah lagi terhadap waktu).
VI. HASIL PRAKTIKUM

Ketinggian Slurry (cm)


Time
(s) 350 400 450 500
v1 v1 v1 v1
ml ml ml ml
30 31 0,13333 36 0,1 40 0,06667 47,5 0,08333
60 27 0,13333 33 0,1 38 0,1 45 0,18333
90 23 0,13333 30 0,06667 35 0,1 39,5 0,1
120 19 0,1 28 0,1 32 0,06667 36,5 0,1
150 16 0,1 25 0,06667 30 0,06667 33,5 0,16667
180 13 0,13333 23 0,03333 28 0,1 28,5 0,13333
210 9 0,13333 22 0,13333 25 0,1 24,5 0,13333
240 5 0,1 18 0,1 22 0,13333 20,5 0,15
270 2 0 15 0,1 18 0,1 16 0,1
300 2 0 12 0,13333 15 0,1 13 0,1
330 2 0 8 0,1 12 0,13333 10 0,16667
360 2 0 5 0,1 8 0,13333 5 0,06667
390 2 0 2 0 4 0,06667 3 0,03333
420 2 0 2 0 2 0 2 0
450 2 0 2 0 2 0 2 0
480 2 0 2 0 2 0 2 0
510 2 0 2 0 2 0 2 0
540 2 0 2 0 2 0 2 0
570 2 0 2 0 2 0 2 0
600 2 0 2 0 2 0 2 0
630 2 0 2 0 2 0 2 0
660 2 0 2 0 2 0 2 0
690 2 0 2 0 2 0 2 0
720 2 0 2 0 2 0 2 0
750 2 0 2 0 2 0 2 0
780 2 0 2 0 2 0 2 0
810 2 0 2 0 2 0 2 0
840 2 0 2 0 2 0 2 0
870 2 0 2 0 2 0 2 0
900 2 0 2 0 2 0 2 0
930 2 0 2 0 2 0 2 0
960 2 0 2 0 2 0 2 0
990 2 0 2 0 2 0 2 0
1020 2 0 2 0 2 0 2 0
1050 2 0 2 0 2 0 2 0
1080 2 0 2 0 2 0 2 0
1110 2 0 2 0 2 0 2 0
1140 2 0 2 0 2 0 2 0
1170 2 0 2 0 2 0 2 0
1200 2 0 2 0 2 0 2 0
1230 2 0 2 0 2 0 2 0
1260 2 0 2 0 2 0 2 0
1290 2 0 2 0 2 0 2 0
1320 2 0 2 0 2 0 2 0
1350 2 0 2 0 2 0 2 0
1380 2 0 2 0 2 0 2 0
1410 2 0 2 0 2 0 2 0
1440 2 0 2 0 2 0 2 0
1470 2 0 2 0 2 0 2 0
1500 2 0 2 0 2 0 2 0
1530 2 0 2 0 2 0 2 0
1560 2 0 2 0 2 0 2 0
1590 2 0 2 0 2 0 2 0
1620 2 0 2 0 2 0 2 0
1650 2 0 2 0 2 0 2 0
1680 2 0 2 0 2 0 2 0
1710 2 0 2 0 2 0 2 0
1740 2 0 2 0 2 0 2 0
1770 2 0 2 0 2 0 2 0
1800 2 0 2 0 2 0 2 0
1830 2 0 2 0 2 0 2 0
1860 2 0 2 0 2 0 2 0
1890 2 0 2 0 2 0 2 0
1920 2 0 2 0 2 0 2 0
1950 2 0 2 0 2 0 2 0
1980 2 0 2 0 2 0 2 0
2010 2 0 2 0 2 0 2 0
2040 2 0 2 0 2 0 2 0
2070 2 0 2 0 2 0 2 0
2100 2 0 2 0 2 0 2 0
2130 2 0 2 0 2 0 2 0
2160 2 0 2 0 2 0 2 0
2190 2 0 2 0 2 0 2 0
2220 2 0 2 0 2 0 2 0
2250 2 0 2 0 2 0 2 0
2280 2 0 2 0 2 0 2 0
2310 2 0 2 0 2 0 2 0
2340 2 0 2 0 2 0 2 0
2370 2 0 2 0 2 0 2 0
2400 2 0 2 0 2 0 2 0
 Averag
0,12083   0,09444   0,09744   0,11667
e  

Rumus yang digunakan adalah


z i−z 1
SettlingVelocity → v 1=
t 1−0

z0
Concentration of the Suspension → c1= ∗c
zi 0

  m (g) vol (mL) c (g/mL) v (cm/s)


0,04285714
C350 (g/mL) 15 350
3 0,120833333
C400 (g/mL) 15 400 0,0375 0,094444444
0,03333333
C450 (g/mL) 15 450
3 0,097435897
C500 (g/mL) 15 500 0,03 0,116666667
VII. TUGAS
1. Buat grafik yang menunjukkan hubungan dari data yang telah diamati dan diolah!

2. Apa hubungan antara konsentrasi CaCO3 dengan laju pengendapannya?

3. Hal – hal apa saja yang mempengaruhi laju pengendapan berdasarkan percobaan yang
dilakukan?

4. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin anda perbuat selama melakukan percobaan


ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi kesalahan tersebut?

Jawab

1.

35 Tinggi Slurry vs Waktu


30 (350 mL)
25
TInggi Slurry

20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Waktu (s)
a.

40 Tinggi Slurry vs Waktu


35 (400 mL)
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
b.
40 Tinggi Slurry vs Waktu
35 (450 mL)
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
c.

50
Tinggi Slurry vs Waktu
45 (450 mL)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
d.

Konsentrasi vs Kecepatan Pengendapan


0.14
0.12
Kecepatan (cm/s)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
Konsentrasi (g/ml)
e.

Dari grafik di atas ada terdapat kesalahan atau error pada data di tabung 350 mL.
Yaitu yang harusnya kecepatan endapnya yang paling kecil karena konsentrasinya
yang paling besar, sebagaimana teori yang ada yaitu semakin besar konsentrasi maka
kecepatan mengendapnya semakin lambat. Hal dapat terjadi karena adanya flokulasi
yang terjadi antara partikel karena jenis partikelnya tergolong partikel flokulen yaitu
dapat terjadi interaksi antara partikel yang menyebabkan bersatunya beberapa
partikel membentuk gumpalan yang akan memperbesar rapat massanya sehingga
akan mempercepat pengendapan.

2. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin lambat kecepatan pengendapannya

3. Hal-hal yang mempengaruhi laju pengendapan dalam praktikum ini antara lain

1) Konsentrasi, yaitu semakin tinggi semakin lambat pengendapannya.

2) Massa jenis partikel (density), yaitu semakin besar maka kecepatan pengendapan
akan semakin besar.

4. Kesalahan yang mungkin terjadi serta cara mengeliminasinya:

a. Kesalahan dalam mengukur banyaknya air pada gelas beaker

Agar lebih teliti bisa menggunakan gelas beaker yang sama (jangan diganti)

b. Kesalahan mengamati tinggi slurry karena menggunakan mata telanjang

Agar lebih teliti, pastikan pandangan sejajar dengan garis (tidak dari atas atau dari
bawah)

c. Ada air yang tumpah saat pengocokan

Pastikan tabung sedimentasi tertutup rapat dengan plastik

d. Kurang teliti dalam penimbangan CaCO3

Bisa jadi dalam penimbangan praktikan kurang teliti sehingga berat masing-masing
CaCO3 tidak sama pada tiap tabung. untuk mengurangi kesalahan yang terjadi
penimbangan harus dilakukan dengan lebih teliti

e. Saat memasukan CaCO3 ke dalam tabung

Kemungkinan ada CaCO3 yang masih menempel pada dinding tabung atau ada yang
terjatuh. Untuk mengatasinya dengan lebih berhati-hati dalam menuangkannya
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini praktikan menguji hubungan antara konsentrasi suatu suspensi dengan
laju pengendapannya pada proses sedimentasi. Sedimentasi sendiri merupakan proses pemisahan
larutan suspensi atau slurry (campuran padatan dan cairan) menjadi cairan yang bening dan
cairan yang memiliki konsentrasi tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Untuk bahan yang
digunakan adalah kalsium karbonat (CaCO3), air dan pewarna makanan. Dimana CaCO3 akan
dimasukan ke dalam tabung sedimentasi bersama dengan air dan dikocok untuk menghasilkan
slurry dan pewarna dsini digunakan agar dapat membedakan antara masing-masing tabung.

Setelah dilakukan pengocokan maka tinggi slurry akan diukur bersamaan dengan
dijalankannya waktu pada stopwatch. Kemudian ketinggian slurry akan diukur secara kontinu
tiap hitungan 30 detik selama 40 menit atau hingga ketinggian slurry sudah konstan (tidak
berubah lagi terhadap waktu).

Gambar disamping adalah hasil dari


praktikum ini. Dapat dilihat perbedaan tinggi
dari masing-masing tabung. tabung kuning
berisi air sebanyak 500 ml kemudian tabung
hijau 450 ml, tabung biru 400 ml dan tabung
merah 350 ml. Dengan melihat hasil pada
data pengamatan kita dapat melihat bahwa
tinggi awal slurry yang paling besar ada pada
tabung kuning dengan banyak air 500 ml
(47,5) dan yang paling kecil adalah tabung
merah dengan banyak air 350 ml (31 cm).

Selain itu tabung dengan konsentrasi


yang paling banyak (350 ml) yaitu 0,042857
g/ml yang paling cepat mengendapnya
(0,120833 cm/s), padahal seharusnya dia
yang paling lambat mengendapnya karena
konsentrasinya yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya flokulasi yang terjadi
antara partikel karena jenis partikelnya tergolong partikel flokulen yaitu dapat terjadi interaksi
antara partikel yang menyebabkan bersatunya beberapa partikel membentuk gumpalan yang akan
memperbesar rapat massanya sehingga akan mempercepat pengendapan. Sedangkan tabung
dengan konsentrasi paling sedikit (500 ml) yaitu 0,03 g/ml yang paling cepat kedua
mengendapnya (0,116667 cm/s) dan ini telah sesuai dengan terorinya. Adapun tabung yang lain
maka telah sesuai dengan teori yaitu semakin besar konsentrasinya maka semakin lambat
kecepatan pengendapannya. Untuk kecepatan pengendapan berturut-turut adalah (0,1208;
0,0944; 0,0974; 0,1166) cm/s.

Sehingga dari sini kita dapat mengetahui bahwa semakin besar konsentrasi CaCO3 pada
larutan maka semakin lambat kecepatan pengendapannya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada,
yaitu karena makin besarnya konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam suatu
suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel dengan partikel yang
lain. Drag force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan partikel
dalam fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan gerakan partikel ke bawah. Dengan adanya
drag force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan menyebabkan gerakan partikel
menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga kecepatan pengendapan
semakin turun.
IX. PENUTUP
a. Simpulan

Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini adalah

1. Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi atau slurry (campuran


padatan dan cairan) menjadi cairan yang bening dan cairan yang memiliki
konsentrasi tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi

2. Lamanya proses ini tergantung kecepatan pengendapannya, dan itu dipengaruhi


beberapa faktor seperti konsentrasi lauran dan densitasnya

3. Semakin besar konsentrasi CaCO3 maka semakin lambat kecepatan pengendapannya

4. Kurva hubungan antara kecepatan pengendapan dan konsentrasi terlampir pada


lampiran

b. Saran

Adapun saran yang diberikan adalah

1. Teliti dalam melakukan praktikum terutama dalam pengukuran volume air dan
pengamatan ketinggian slurry

2. Pastikan tabung tertutup rapat dengan plastik sebelum melakukan pengocokan agar
tidak ada air yang tumpah
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1993. “Transport Processes and Unit Operations”. New Jersey: Prentice
Hall International Inc.
Mc.Cabe, Warren L. 2005. “Unit Operation of Chemical Engineering”. New York: Mc Graw
Hill.
Bustos, Maria,dkk.1999.”Sedimentation and thickening”.Amerika : Springer-science-bussiness-
Media.
Brown,G.G.1958.”Unit Operation”. New York : John willey and sons.
Gavhane,K.A.2009.”Unit Operation I”.India : Nirali Prakashan.
LAMPIRAN
1. Gambar Hasil Praktikum Sedimentasi

2. Gambar slurry setelah diteteskan pewarna


3. Grafik Hubungan Antara Tinggi dan Waktu

35 Tinggi Slurry vs Waktu


30 (350 mL)
25
TInggi Slurry

20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Waktu (s)
a.

40 Tinggi Slurry vs Waktu


35 (400 mL)
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
b.

40 Tinggi Slurry vs Waktu


35 (450 mL)
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
c.
50
Tinggi Slurry vs Waktu
45 (450 mL)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500
d.
4. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Larutan dan Kecepatan Pengendapan

Konsentrasi vs Kecepatan Pengendapan


0.14
0.12
Kecepatan (cm/s)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
Konsentrasi (g/ml)
5. Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai