Oleh :
Nama Mahasiswa : Eklesia A C Lapian (181420027)
Giri Fadli Krismondika (181420007)
Muhammad Farhan R Latupono (181420023)
Rivano Carlos Tetrapoik (181420030)
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : III (Tiga)
Diploma : IV (Empat)
Disusun Oleh:
Eklesia A C Lapian (181420027)
Giri Fadli Krismondika (181420007)
Muhammad Farhan R Latupono (181420023)
Rivano Carlos Tetrapoik (181420030)
Mengetahui, Mengetahui
Direktur Utama Pembimbing Lapangan
Segala puji hanya milik Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb Semesta Alam
yang dengan kenikmatan dari-Nya segala kebaikan menjadi sempurna, sehingga
penulis dapat menyelesaikan praktik kerja lapangan dalam program Diploma IV
Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu. Pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan dimulai dari tanggal 1 Maret 2021 sampai 30 Mei 2021.
Penyusunan laporan ini sebagai sarana untuk mengetahui tingkat
kemampuan dan penguasaan mahasiswa mengenai situasi yang di dapatkan di
lapangan dan dikembangkan dalam sebuah tulisan
Laporan ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta bantuan
pemikiran dari berbagai pihak. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Laporan ini semoga bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih perlu diberi kritik
dan saran untuk kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Tujuan.......................................................................................................................3
1.3. Manfaat.....................................................................................................................3
1.4. Batasan Masalah.......................................................................................................3
II. ORIENTASI UMUM...........................................................................................................4
2.1. Observasi Pabrik.......................................................................................................6
2.2. Identifikasi masalah..................................................................................................7
III. LANDASAN TEORI...........................................................................................................9
A. Optimasi proses pengeringan...............................................................................................9
3.1. Pengertian Pengeringan............................................................................................9
3.2. Klasifikasi Proses Drying.......................................................................................10
3.3. Prinsip-Prinsip Pengeringan...................................................................................11
3.4. Mekanisme Pengeringan.........................................................................................12
3.5. Sistem pengeringan.................................................................................................14
3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan...................................................15
B. Desain Laboratorium..........................................................................................................18
3.7. Pengertian Kondisi Lingkungan Laboratorium......................................................19
3.8. Persyaratan Standard Kondisi Akomodasi Dan Kondisi Lingkungan
Laboratorium..........................................................................................................20
C. Perbandingan spesifikasi semen.........................................................................................25
3.9. Jenis-Jenis Semen...................................................................................................26
3.10. Sifat Fisika Dan Kimia Semen...............................................................................28
IV. METODOLOGI.................................................................................................................33
4.1. Tempat dan waktu...................................................................................................33
4.2. Solusi permasalahan...............................................................................................33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................40
5.1. Optimasi Proses Pengeringan.................................................................................40
5.2. Desain Laboratorium..............................................................................................42
ii
5.3. Perbandingan spesifikasi semen.............................................................................44
VI. PENUTUP..........................................................................................................................55
6.1. Simpulan.................................................................................................................55
6.2. Saran.......................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................57
LAMPIRAN..............................................................................................................................59
iii
I.
iv
II. PENDAHULUAN
optimasi. Baik dari segi proses, ekonomi maupun safety. PT. Karunia Buana
yang sehubungan dengan konstruksi, selain itu perusahaan ini termasuk perusahaan
yang baru didirikan. Oleh karena itu masih ada beberapa hal yang dapat
ditingkatkan.
Salah satu proses proses yang ada pada perusahaan ini adalah proses
pengeringan. Yaitu proses dimana pasir dikeringkan sebelum diayak. Pada proses
energi alam yaitu matahari. Sehingga jika terjadi hujan maka proses pengeringan
untuk mengeringkan pasir tapi tempat tersebut belum cukup efektif untuk
1
2. Desain Laboratorium
penggunaan lab pengujian selain untuk menguji produk yang diproduksi, juga
diproduksi. Adanya hasil dari lab pengujian dapat menjadi bukti dari produk yang
baik dan layak untuk digunakan. Hasil dari lab juga dapat membuat konsumen
menjadi percaya akan produk yang diproduksi dari suatu perusahan sehingga
pengujian lab. Selain itu kelengkapan alat dan standar alat yang digunakan juga
bisa berpengaruh. Selain itu desain tataletak dalam lab juga memberi pengaruh
terhadap ruang gerak dalam lab sehingga pengujian di lab dapat berjalan dengan
semestinya. Lab pengujian diharapkan memiliki alat pengujian yang standar dan
mempunyai ruang gerak yang cukup luas dan juga suhu yang harus ruangan yang
harus diperhatikan.
Indonesia lalu membandingkannya dan memilih mana yang paling baik untuk
2
II.2. Tujuan
Industry
memilih yang paling baik untuk digunakan dari segi kualitas dan ekonomi
II.3. Manfaat
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan konsisten pada
masalah yang diteliti, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi pada penelitian
semen-semen di Indonesia.
3
III. ORIENTASI UMUM
perusahaan dari PT. Rande Buana Teknik yang didirikan pada tahun 2019. PT.
Chemical Industry :
1. Fairfix Mortar
pengubah reologi dan aditif. Digunakan untuk pemasangan ubin keramik, ubin
glasir, batu alam, dll. Diaplikasikan secara eksternal dan internal pada dinding dan
lantai. Fairfix mortal memberikan ikatan yang sangat baik pada ikatan semen
seperti: beton, plester, dll. Fairfix mortal memiliki sifat “pegangan” ubin yang
sangat baik ke substrat. Dapat diaplikasikan untuk granit dan mosaic pada
2. Fairfix TA STD
4
Adalah perekat untuk pemasangan permanen ubin keramik dalam kondisi
lembab maupun basah. Fairfix TA STD dapat digunakan untuk memasang ubin
pada ubin. Fairfix TA STD adalah perekat ubin dengan ikatan yang sangat baik
pada beton, plester, bahkan pada permukaan ubin keramik dan mosaic dengan
3. Fairfix TA Ultra
Adalah perekat ubin yang kaya akan polimer untuk pemasangan ubin
keramik yang tipis atau tebal baik dibagian interior maupun eksterior dan
memastikan ikatan yang sangat baik pada beton dan plester yang sesuai dengan
4. Waterguard A
untuk beton dan tembok yang dapat diterapkan untuk memberikan lapisan kedap
5. Readyplast M (Super)
Jointing mortar terbuat dari kombinasi unik semen kelas khusus, pasir
bergradasi dan polimer selektif dan aditif. Kombinasi kimia yang unik
memungkinkan mortar ini menjadi lebih kompak, lebih tipis, dan lebih serbaguna.
Mortar ini dirancang khusus untuk memberikan ikatan yang lebih kuat jauh lebih
lama antara balok dan kekuatan perekat yang unggul. Parameter teknis sesuai
5
III.1. Observasi Pabrik
a. Peralatan
1) Mixer
2) Timbangan analitik
3) Pompa
5) Karung kemasan 40 kg
6) Glass Beaker
7) Spatula.
b. Proses Prosedural
Adapun prosedur atau langkah – langkah dalam proses produksi antara lain
6
6) Selanjutnya lakukan pencampuran pada Mixer melalui dua jalur yaitu
melalui atas mixer dan bawah yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
di QC ;
dengan mobil trek. Tapi hal ini tentu saja sangat bergantung pada cuaca
tetapi tentu saja hal itu tidak sama dibandingkan dengan dijemur di terik
7
2. Perlunya desain laboratorium yang sesuai standar (ISO 17025)
Dalam pengujian di lab diperlukan alat standar yang memadai juga ruang
gerak yang cukup. Di lab pengujian belum terdapat peralatan yang cukup
memadai untuk penyimpanan alat- alat pengujian serta di ruangan lab juga
gerak terbatas. Serta sirkulasi udara yang belum memadai membuat lab
cukup luas juga membuat ruang gerak dalam lab pengujian yang menjadi
sedikit. Selain itu sirkulasi udara yang belum memadai juga akan
memilih semen yang paling effisien dalam segi kualitas dan ekonomi.
8
IV. LANDASAN TEORI
mikroorganisme, enzim, dan insekta yang merusak. Secara lebih luas, pengeringan
merupakan proses yang terjadi secara simultan antara perpindahan panas dari
udara pengeringan ke bahan yang dikeringkan dan terjadi penguapan uap air dari
2006).
Pengeringan adalah pemisahan air dari bahan yang mengandung air dalam
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan
cara menguapkan sebagian air yang terkandung dalam bahan pangan dengan
menggunakan energi panas. Penghilangan kadar air dengan tingkat kadar air yang
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air
keseimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan
9
nilai aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi
(Treybal, 1981).
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau
zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di
dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan
biasanya siap untuk dikemas (Mc. Cabe, 1993). Secara umum, perbedaan
diuapkan dari material. Pada proses drying hanya mengurangi sejumlah kecil
kadar air dari material sementara evaporation mengurangi kadar air dari material
dalam jumlah yang besar. Pada beberapa kasus, kadar air dalam padatan dikurangi
secara mekanik dengan proses pemerasan, sentrifuging, dan berbagai cara lain
(Geankoplis, 1993).
Perhitungan teknis biasanya didasarkan pada satuan massa gas bebas uap.
Uap yang dimaksud adalah bentuk gas dari komponen yang juga terdapat dalam
fasa cair. Sedangkan gas adalah komponen yang hanya terdapat dalam bentuk gas
kontinyu (sinambung) dan batch. Operasi drying secara batch dalam kenyataannya
ditebarkan dalam suatu aliran udara yang kontinyu sehingga sebagian kandungan
air diuapkan. Dalam operasi secara kontinyu, bahan yang akan dikeringkan dan
10
udara mengalir secara kontinyu melewati suatu peralatan. Untuk mengurangi suhu
banyaknya macam peralatan yang digunakan orang, maka tidak ada satu teori pun
mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang
mekanisme aliran bahan pembasah tersebut, serta metode pemberian kalor yang
diperlukan dipilih sebagai variabel dalam proses pengeringan. Menurut Mc. Cabe
antara lain:
11
5. Perpindahan massa di dalam pengering
diperkirakan jumlah energi dan waktu proses optimum untuk tujuan pengawetan
berupa energi panas untuk meningkatkan suhu dan menambah tenaga pemindahan
air. Waktu proses erat kaitannya dengan laju pengeringan dan tingkat kerusakan
Air dalam padatan ada yang terikat baik atau tidak terikat. Metode untuk
tekanan uap dari kelembaban pada permukaan padat sama dengan tekanan
atmosfer. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan suhu kelembaban ke titik didih.
Fenomena semacam ini terjadi di pengering roller. Jika bahan kering adalah panas
sensitif, maka temperatur dimana penguapan terjadi yaitu, titik didih dapat
tripel, maka tidak ada fase cair dapat eksis dan kelembaban dalam produk beku.
melewatkan udara hangat di atas produk. Udara didinginkan oleh produk, dan
kelembaban ditransfer ke udara dengan produk dan dibawa pergi. Dalam hal ini
tekanan uap jenuh uap air di atas padatan kurang dari tekanan atmosfir. Sebuah
12
kebutuhan awal untuk pemilihan jenis pengering yang cocok desain dan ukuran
bahan terhadap suhu, bersama dengan batas-batas suhu dicapai dengan sumber
hilangnya kadar air sebagai fungsi dari waktu. Metode yang digunakan adalah
dengan kadar air mereka. Selama tahap pertama dari pengeringan laju
Dalam tahap laju pengeringan langkah untuk mengendalikan difusi uap air
pada antarmuka udara kelembaban dan tingkat dimana permukaan untuk difusi
akan dihapus. Menjelang akhir periode laju konstan, air harus diangkut dari
bagian dalam solid ke permukaan oleh gaya kapiler dan laju pengeringan mungkin
solid, laju pengeringan jatuh meskipun tarif per satuan luas permukaan basah
padat tetap konstan. Hal ini menimbulkan ke tahap pengeringan kedua atau bagian
pertama dari periode laju jatuh, periode pengeringan permukaan tak jenuh. Bagian
dari kurva mungkin hilang sepenuhnya, atau mungkin merupakan periode tingkat
13
Mekanisme pengeringan dapat dibagi dua (Gustof dan Cohen, 2016):
banyak air atau air di permukaan bahan yang dapat diuapkan dengan
mudah. Pengeringan kadar air ini terjadi dengan peningkatan laju yang
Umumnya terjadi pada bahan pertanian. Proses ini terdiri dari proses
pertama yaitu dengan drying rate yang konstant. Karena memakai kompor dengan
suhu yang konstan sehingga drying ratenya juga konstan. Namun pada simulasi
menggunakan wajan dengan suhu api yang tidak konstan maka memakai
panas.
14
2. Sistem Pengeringan Konveksi
Udara dipanaskan sampai level tertentu dan kemudian udara sebagai media
3. Sistem radiasi
Produk menjadi kering karena menyerap energi dari suatu sumber yang
pertama yaitu konduksi karena bahan langsung kontak dengan wajan atau pelat
1. Luas Permukaan
Menurut King (1971), makin luas permukaan bahan makin cepat bahan
15
a) Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan
bahan tersebut.
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat
pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang
bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi
dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
16
tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat
jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan
5. Kelembapan Udara
semakin kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke
atmosfer atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfer. Menurut
17
a) Air bergerak melalui tekanan kapiler.
bagian bahan.
tekanan uap.
B. Desain Laboratorium
bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan
atau bahan kimia berbahaya. Laboratorium juga harus menjaga keamanan dan
atau bahan kimia berbahaya itu sendiri agar tidak mencemari atau
18
mengkontaminasi lingkungan, lingkungan internal maupun eksternal. Hal ini
Untuk itu perlu ada standardisasi sarana/prasarana atau fasilitas yang harus
pentingnya status akreditasi laboratorium sebagai jaminan atas validitas dari hasil
Laboratorium yang mengikuti sistim manajemen mutu antara lain SNI ISO
IEC 17025:2008, SNI ISO 9001:2015, CWA 15793:2008 pasti harus memenuhi
teknis terkait dengan bahasan ini diantaranya adalah persyaratan terkait dengan
fasilitas sarana/prasarana baik secara fisik, proses dan jasa pendukung serta
19
1. Kondisi Akomodasi merupakan kondisi dari fasilitas yang bersifat fisik
yang ada dalam suatu organisasi yang diperlukan untuk berjalannya proses
furniture)
yaitu peralatan pengujian atau peralatan produksi, bahan uji atau bahan
kelembaban, daya listrik, suhu, pencahayaan atau cuaca dll (Mahendra dan
Rendi, 2016).
Laboratorium
diantaranya saling terkait satu dengan yang lain (sesuai dengan kebutuhan
20
Tabel III.1. Sistim Manajemen Mutu terkait Laboratorium.
Sumber: (Laboratoriy Quality Standards and their Implementation – WHO, 2011, hal. 3)
manajemen mutu yang diacu, dalam tulisan ini hanya membahas terkait dengan
metode dan prosedur yang relevan, yang dapat mempengaruhi keabsahan dan
21
Terkait dengan yang disebutkan dalam bagian 2 di atas, maka persyaratan
berikut:
agen penyakit dan jenis sampel yang ditangani, jumlah dan kompetensi
laboratorium).
22
jumlah alat, orang; perubahan tipe laboratorium yang mungkin juga berarti
lokasi, jarak laboratorium dari jalan umum, keadaan lalu lintas alat ternak,
atau peralatan elektronik dan atau peralatan besar yang hanya memiliki sedikit
pipa untuk melaksanakan pengujian. Yang termasuk ke dalam definisi ini adalah
laboratorium yang melakukan pengujian serta analisa atas bahan kimiawi, obat-
obatan atau bahan lain atau bahan biologi. Laboratorium basah membutuhkan air,
ventilasi. Suhu dan kelembaban dalam laboratorium harus tetap dijaga sesuai
dengan batas nilai yang diperlukan oleh setiap alat untuk melakukan uji dan
23
spesifikasi operasional alat yang disebutkan oleh pabrikan. Namun lingkungan
pekerjaan yang nyaman umumnya ada pada suhu 20-25 ºC dan kelembaban
tempat bekerja harus bebas dari suhu ekstrim yang berbahaya terhadap kesehatan
Area tempat bekerja, area persediaan bahan dan area tempat berisitirahat
harus bebas dari bau-bauan yang berbahaya. Harus ada prosedur untuk
bahan kimia. Namun lubang pasokan udara untuk alir udara tidak boleh lebih dari
50 feet per menit (FPM). Dan tidak boleh ada daur ulang udara di dalam
laboratorium.
pekerjaan dalam laboratorium dan disarankan pencahayaan ada pada tingkat 80-
pencahayaan yang lebih dari itu. Atau apabila diperlukan pencahayaan khusus di
pengaruh cahaya matahari yang dapat menyebabkan rusaknya sampel, reagen dan
media atau dapat mempengaruhi peralatan atau analisa (Mahendra dan Rendi,
2016).
24
C. Perbandingan spesifikasi semen
sehingga menjadikan semen sebagai komoditi yang strategis. Saat ini total
kapasitas produksi semen nasional mencapai 68,7 juta ton dengan kemampuan
produksi 59,9 juta ton. Pada 2014, jumlah ekspor semen asal Indonesia hanya
220.000 ton sementara impor sebanyak 2,4 juta ton. Total kebutuhan semen
Gresik Group (SGG) yang menguasai sekitar 45%, Indocement 30%, Holcim
Indonesia (15%), dan lainnya sebesar 10% dibagi kepada Semen Andalas, Semen
25
IV.9. Jenis-Jenis Semen
lain:
a. Portland Cement
universal di segala dunia sebab ialah bahan dasar beton, serta plesteran semen.
Semen ini lebih pas digunakan buat konstruksi perumahan gedung, jalur
serta irigasi yang struktur betonnya optimal K225. Bisa pula digunakan buat
bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick, paving block, tegel serta
Ialah semen spesial yang lebih pas digunakan buat pembuatan sumur
minyak bumi serta gas alam dengan konstruksi sumur minyak dasar permukaan
laut serta bumi. Buat dikala ini tipe OWC yang sudah dibuat merupakan class
Gram, HSR (High Sulfat Resistance) diucap pula bagaikan” BASIC OWC”.
temperatur.
26
d. Portland Pozzolan Cement
gypsum serta bahan pozzolan. Produk ini lebih pas digunakan buat bangunan
universal serta bangunan yang membutuhkan ketahanan sulfat serta panas ion
tetap dikelilingi dengan molekul lagi, semacam: jembatan, jalur raya, perumahan,
dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi serta fondasi pelat penuh.
e. Semen Putih
pengisi. Semen tipe ini terbuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
pemakaian OPC dengan kokoh tekan yang sama. PCC memiliki panas ion tetap
menciptakan permukaan beton/ plester yang lebih rapat serta lebih halus.
Komposisi bahan baku PCC adalah clinker, gypsum, dan zat tambahan
lainnya (additive). Bahan aditif yang digunakan yaitu batu kapur (limestone), abu
terbang (fly ash), dan trass. Trass merupakan hasil pelapukan endapan vulkanik,
sebagian besar mengandung silika, besi, dan alumina dengan ikatan gugus oksida.
Tidak seperti tipe OPC yang tidak menggunakan aditif fly ash dan trass, tipe PCC
menggunakan tambahan zat aditif fly ash dan trass dengan senyawa SiO2 yang
27
dapat meningkatkan kuat tekan. Bahan-bahan ini umumnya mengandung
komponen silika amorf reaktif, yang pada reaksinya dengan air dan Ca(OH)2 akan
Selain adanya zat aditif fly ash dan trass, ditambahkan pula limestone yang
berfungsi meningkatkan kuat tekan pada semen. Hal ini terjadi karena limestone
mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan
pengikatan. Semakin halus suatu semen maka semakin besar luas permukaannya,
sehingga air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal semakin tinggi.
Reaksi hidrasi dan waktu pengikatan semakin cepat, serta panas hidrasi dan kuat
tekan semakin tinggi, bila semen terlalu kasar maka kuat tekan, plastisitas, dan
butiran semen maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen
tertentu menjadi lebih besar sehingga jumlah air yang dibutuhkan juga
28
cepat sehingga semen mempunyai kekuatan awal tinggi. Selain itu butiran
Berat jenis semen berkisar antara 3,10 – 3,30 gram/cm dengan berat jenis
dengan mengetahui BJ semen akan dapat dilihat kualitas semen itu. Semen
tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen telah mengeras, ini
berarti kualitas semen turun. Berat isi gembur semen kurang lebih 1.1
kg/liter, sedang berat isi padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Di dalam
c) Waktu pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras mulai
semen bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan cukup kaku
untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen ada dua, yaitu waktu ikat awal
(initial setting time), adalah waktu dari pencampuran semen dengan air
sampai pasta semen hilang sifat keplastisannya, dan waktu ikat akhir final
setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen sampai beton
mengeras. Waktu ikat awal semen berkisar antara 1-2 jam tetapi tidak
boleh kurang dari 1 jam atau lebih dari 8 jam. Waktu ikat awal semen
29
tujuan tertentu kadang-kadang dibutuhkan waktu initial setting time lebih
dari 2 jam. Biasanya waktu yang lebih lama ini digunakan untuk
Waktu ikatan semen akan lebih pendek apabila temperaturnya lebih dari
30. Waktu ikat ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air dan lingkungan
sekitarnya.
d) Kekekalan bentuk
Kekekalan bentuk adalah sifat dari pasta semen yang telah mengeras,
dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah.
berlebihan dan magnesia yang terdapat pada semen. Kapur bebas yang
terdapat di dalam adukan akan mengikat air dan menimbulkan gaya yang
e) Kekuatan semen
Kuat tekan semen sangat penting karena akan sangat berpengaruh terhadap
pengikat. Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat benda uji terdiri
dari semen dan pasir standar ottawa dengan perbandingan tertentu dan
30
31
f) Pengikatan semu (false setting)
Yaitu pengikatan awal semen yang terjadi kurang dari 60 menit, dimana
setelah semen dicampur dengan air segera nampak adonan menjadi kaku.
Setelah pengikatan awal palsu ini berakhir, adonan dapat diaduk kembali.
Pengikatan ini sifatnya hanya mengacau saja dan tidak mempengaruhi sifat
semen yang lain. Pengikatan semu terjadi karena pengaruh gips yang
gips yang terdapat dalam semen terurai maka gips ini justru mempercepat
pengikatan awalnya
utamanya disebut mayor oksida, terdiri dari kalsium atau batu kapur
(CaCO3), aluminium oksida (AlO3), pasir silikat (SiO2), dan bijih besi
dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO, SO, K 2O
dan Na2O.
Empat unsur yang paling penting dalam semen adalah (Prasetyadi, 2018):
mencapai 15 hari.
32
2) Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
sekitar 14-28 hari. Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap
pengeringan.
33
V. METODOLOGI
Solusi permasalahan
yang dibuat dengan mekanisme seperti kompor gas dengan teknik manyangrai.
Prinsip kerjanya yaitu pasir akan disangrai di atas plat besi yang dipanaskan
dengan api dari kompor gas, sehingga akan menghilangkan kandungan air yang
a. Pelat besi
Pelat yang digunakan adalah pelat besi datar dengan ukuran panjang 1,5
34
b. Ukuran kompor mawar
c. Kayu/isolator
d. LPG 3kg/5 kg
e. Dudukan kompor
Dengan tinggi 70 cm
a. Tampak samping
35
b. Tampak atas
c. Tampak depan
b. Desain laboratorium
tataletak dalam lab sehingga dapat mengoptimalisasikan ruang lab agar dapat
36
Untuk alat yang ditambahkan sebagai berikut:
Lemari pentimpanan ini bertujuan untuk menyimpan alat dan bahan atau
sampel pengujian dalam lab. Dimensi dari lemari ini adalah 450 x 550 x
37
3. Air conditioner (AC)
Penambahan AC di lab agar suhu dalam lab menjadi lebih dingin dan
38
4. Simbol K3
kebakaran.
39
c. Perbandingan spesifikasi semen
didapatkan informasi yang diperlukan yaitu semen mana yang paling baik untuk
40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
( w 0−wt )
Water Content → X t ( % )=
wt
2 W t∗X t
Drying Rate → R ( g/s .m )=
A∗t
Dimana:
41
Dalam percobaan ini kami menggunakan wajan dengan ukuran diameter
23,5 cm tapi karena pasir tidak memenuhi wajan dengan penuh maka digunakan
permukaannya maka digunakan rumus luas elips yang dibagi dengan 2 karena
4
×a × b × π
2
Luas PermukaanWajan=2× a ×b × π
¿ 2 ×6 ×10,5 ×3,14
¿ 395,64 cm2
¿ 0,039564 m2
Dari data percobaan di atas kita dapat menghitung jika menggunakan luas
dengan waktunya.
3,01 23,31
=
0,039 x
42
x=¿ 0,3 menit
Jadi jika kita menggunakan alat pengeringan yang telah didisain maka
untuk pasir dengan berat 1 kg hanya membutuhkan waktu sekitar 0,3 menit. Hal
1. Suhu
konstan. Sehingga ini juga berpengaruh dengan waktu yang diperoleh. Jika
datar maka pasir akan lebih tersebar di permukaan pelat sehingga proses
43
VI.2. Desain Laboratorium
Desain yang dibuat untuk lab pengujian sepserti gambar di atas. Dasar
penyususan interior lab seperti gambar di atas adalah diperlukan ruangan yang
cukup luas untuk ruang gerak penguji dan sebagai tempat penyimpanan produk
liquid di dalam wadah yang lebih besar. Jika sesuai ketentuan dasar pembentukan
lab, ruangan lab dan ruang penyimpanan tidak boleh digabung. Tetapi karena
kekurangan lahan dan belum diperlukan ruang penyimpanan yang besar serta
listrik dan alat-alat yang memerlukan listrik untuk beroperasi. Penempatan meja
berbentuk L sebagai merja percobaan dan pengujian. Di atasnya akan terdapat alat
pengujian seperti timbangan dan ruang untuk pengujian dan juga ada oven yang
dekat dengan sumber listrik agar oven dapat beroperasi. Selain itu juga ada meja
dan kursi tepisah di sebelah kanan pintu masuk sebagai meja kerja penguji dan
diletakan dalam posisi tersebut agar ruang gerak praktikan menjadi lebih luas.
44
Penambahan alat yang disebutkan sebelumnya juga sebagai upaya untuk
memenuhi standar laboratoruim yang layak. Ada tempat penyimpana bahan dan
sampel juga ada kontroling suhu ruangan, selain itu juga ada penambahan simbol-
simbol dan alat keamanan K3 sesuai dangan standar K3 lab pada umumnya.
45
VI.3. Perbandingan spesifikasi semen
1. Semen Serang
Semen Serang Tipe PCC atau Portland Composite Cement adalah salah
satu tipe semen yang diproduksi oleh semen Jakarta. Semen PCC adalah tipe
semen yang termasuk dalam kategori semen campur. Semen campur ini dibuat
karena dibutuhkan sifat-sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh semen tipe I.
tersebut adalah seperti bahan aditif pozzolan, silica fume, dan fly ash.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh semen tipe PCC adalah: mempunyai panas
hindrasi yang rendah sampai sedang,tahan terhadap serangan sulfat, dan kekuatan
menawarkan kualitas semen PCC yang bisa disamakan dengan merk-merk semen
terkenal lainnya namun dijual dengan harga yang ekonomis. Semen Jakarta telah
memenuhi standar sertifikasi ISO 14001 : 2004, OHSAS 18001 : 2007, ISO
46
2. Semen Merah Putih
SNI 15–2049–2004, serta standar mutu Eropa CEM II/A-M 42.5N dan EN 197-
1:2000.
47
3. Semen Padang
umumnya, Semen Padang dapat digunakan pada pekerjaan pasangan batu kali,
pekerjaan struktur beton, pekerjaan pasangan dinding, pekerjaan plester aci, dan
lain-lain.
48
Kelebihan menggunakan semen padang antara lain adalah lebih mudah
tidak mudah retak, lebih tahan terhadap serangan sulfat, dan lebih kedap air.
49
Pembahasan syarat kimia:
tercampur dalam semen semakin tinggi. Jika nilai IR tinggi maka senyawa
kimia yang tidak diinginkan dalam semen dan bersifat sebagai pengotor
akan semakin banyak. Seperti besi dan MgO. Artinya kandungan ini
baik.
yang tercampur dalam semen, alhasil melebihi dari aturan SNI. Sedangkan
2. SO3
sifat pengikatan dari mortar dan juga kuat tekan. Kandungan SO 3 yang
berlebih juga akan menimbulkan kerugian pada sifat ekspansif semen dan
dapat menurunkan kekuatan tekan. Karena itu syarat kimia kandungan SO3
50
pada semen portland pozolan menurut SNI 15-0302-2004 dipersyaratkan
SO3 dari Semen Padang sebesar 2,18 %, sedangkan Merah putih sebesar
2,1 % dan Serang sebesar 3,5 %. Karena yang menjadi patokan adalah
nilai maksimal maka kandungan SO3 dari Semen Merah Putih lebih
dan FeO3 berperan sebagai pengotor dalam semen. Pada SNI 15-0302-
dari 2% akan berikatan dengan klinker, tetapi apabila lebih dari 2% maka
akan terbentuk MgO bebas (periclase) yang akan berikatan dengan air
dengan air ini relatif lebih lambat dibandingkan dengan pengerasan massa
semen, dimana volume Mg (OH)2 lebih besar dari volume MgO sehingga
semakin baik.
51
Kandungan MgO dari Semen Padang sebesar 0,55 % sedangkan dari
semen Merah Putih tidak tertera dan pada Semen Serang didapat 2 %
4. Al2O3
(AM). Jika kadar Al2O3 rendah maka nilai AM yang dihasilkan pun rendah.
Begitu pula sebaliknya, jika kadar Al2O3 tinggi maka nilai AM yang
mempengaruhi kuat tekan dari semen pada umur 3-7 hari. (Irfan
Purnawan dan Andi Prabowo, 2017). Disini hanya Semen Padang yang
2009)
dan kadnungan CaO sebesar 60,12 %. Sedangkan pada Semen Serang dan
Semen Merah Putih tidak tertera berapa persen kandungan dari CaO dan
SiO2
52
Tabel V.3. Perbandingan Syarat Fisika
Disini yang dibandingkan penulis adalah Semen Merah Putih dan Semen
1. Kehalusan
Pada aturan SNI nilai kehalusan minimal adalah 280 m2/Kg. Artinya
semakin besar nilai kehalusan maka semakin baik. Dari Semen Padang
didapatkan nilai sebesar 355 m2/Kg. Adapun kehalusan pada Semen Merah
Putih dan Serang berturut turut adalah 345 m 2/Kg; 260 m2/Kg. Sehingga
pada sisi kehalusan Semen Merah putih lebih unggul dari pada Semen
Serang
2. Pemuaian
semakin kecil nilai pemuaian maka semakin baik. Nilai pemuaian pada
Semen Padang sebesar 0,02 dan pada semen Serang Sebesar 0,80 %.
53
3. Penyusutan
penyusutan dari Semen Padang sebesar 0,00 % dan pada semen Merah
Dalam aturan SNI, kuat tekan dibatasi dibatasi dengan nilai minimal. Yaitu
berturut turut pada 3 hari, 7 hari dan 28 hari sebesar 125 Kg/cm 2 ; 200
Kg/cm2 ; 250 Kg/cm2. Semkain besar nilai kuat tekan maka makin
baik. Didapatkan nilai kuat tekan 3 hari pada Semen Padang sebesar 188
Kg/cm2, semen Merah putih sebesar 207 Kg/cm2 dan pada Serang sebesar
210 Kg/cm2. Sehingga pada kuat tekan 3 hari Semen Serang lebih
Untuk kuat tekan 7 hari didapatkan pada Semen Padang sebesar 260
Kg/cm2, pada Merah Putih sebesar 346 Kg/cm2 dan pada Semen Serang
sebesar 260 Kg/cm2. Jadi pada kuat tekan 7 hari Semen Merah Putih
Untuk kuat tekan 28 hari semen padang di dapat sebesar 345 Kg/cm 2,
sedangkan pada Semen Merah Putih sebesar 451 Kg/cm2 dan Semen
Serang sebesar 400 Kg/cm2. Sehingga untuk kuat tekan 28 hari Semen
54
Waktu pengikatan pada pasta semen ada 2 (dua) macam, yaitu waktu ikat
awal (setting time) dan waktu ikat akhir (final setting). Waktu ikat awal
adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari
kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir adalah
waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi
plastis menjadi “keras”. Yang dimaksud dengan keras pada waktu ikat
akhir adalah hanya bentuknya saja yang sudah kaku, tetapi pasta semen
tersebut belum boleh dibebani, baik oleh berat sendiri maupun beban dari
luar. Waktu ikat awal menurut standar SNI minimum adalah 45 menit,
nilai pengikatan awal maka semakin baik dan semakin rendah waktu
ikat akhir makak semakin baik. Didapatkan nilai pengikatan awal pada
Semen Padang sebesar 142 menit. Sedangkan pada Semen Merah Putih
sebesar 126 menit dan Semen Serang sebesar 60 menit. Jadi pada
pengikatan awal Semen Merah Putih lebih unggul dari Semen Serang
Untuk nilai pnegikatan akhir pada Semen Padang didapat 210 menit,
sedangkan Semen Merah putih 210 menit dan Semen Serang sebesar 300
menit. Jadi untuk pengikatan akhir Semen Merah Putih lebih unggul
55
6. Kandungan udara
tinggi nilai kandungan udara pada semen maka nilai kuat tekan
Merah Putih dan Serang secara berturut turut adalah 5,65 %; 6,95 %; 12
%. Dari nilai kandungan udara Semen Merah Putih lebih unggul dari
Harga Semen Serang, Merah Putih dan Semen Padang (50 Kg)
56
VII. PENUTUP
VII.1. Simpulan
2. Desain laboratorium
Dari desain ini maka lab ini diperlukan penambahan alat peralatan sebagai
upaya untuk membuat lab pengujiannya menjadi lebih baik dan nyaman dalm
melakukan pengujian.
Berdasarkan tabel perbandingan pada syarat kimia dan syarat fisika antara
Semen Merah Putih, Semen Serang dan Semen Padang, maka dapat disimpulkan
bahwa
1) Semen Merah Putih unggul dari Semen Serang dalam sifat kimia yaitu
2) Untuk sifat fisika Semen Merah Putih lebih unggul dari Semen Serang
pada kehalusan, kuat tekan 7 hari dan 28 hari, pengikatan awal dan
57
pengikatan akhir dan kandungan udara. Sementara Semenn Serang hanya
3) Dari sifat fisika dan kimia, Semen Merah Putih lebih unggul 7 poin dari
Semen Serang sedangkan Semen Serang hanya unggul pada sifat fisika
VII.2. Saran
ada
2. Desain laboratorium
membuat lab menjadi lebih baik lagi dan diharapkan dapat diwujidkan
yang dimiliki oleh Semen Merah Putih dari pada Semen Serang dan juga dilihat
dari harganya hanya selisih Rp.2000 dari Semen Serang. Namun Semen Padang
tetap lebih unggul dari segi kualitas dari Semen Serang Maupun Merah Putih.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Pratomo, Nurhadi. 2018. Asosiasi Semen Indonesia: Konsumsi Semen Tumbuh
Hingga 17% Januari 2018. (Diakses pada 27, Maret, 2021)
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180215/12/739174/asosiasi-semen-
indonesia-konsumsi-semen-tumbuh-hingga-17-januari-2018
Treybal, R.E. 1981. Mass Transfer Operations, Chapter: Humidification and
Drying. McGraw-Hill.
Vera, Roosyanto, dan Erry, 2000, Semen Portland Bahan Baku Sifat-Sifat dan
Pengujian. Industrial Relation Division Training and Development
Departement, Citeureup.
WHO. 2011. Laboratory Quality Standards and their Implementation. Hal. 3
60
LAMPIRAN
61
2. Berat pasir sebelum ditimbang
62
3. Simulasi pengeringan pasir
63
4. Berat pasir setelah dikeringkan
64