Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISA KUALITAS AIR

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KOTA MAKASSAR

OLEH :

Graciella Ayuningtias 331 18 011

Irene Witania Pakan 331 18 012

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

JURUSAN TEKNIK KIMIA

MAKASSAR

2020
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga kegiatan PKL yang kami laksanakan dapat

terlaksana dengan baik yang dilaksanakan di PDAM IPA I Ratulangi dan PDAM

IPA III Antang Kota Makassar serta kami dapat menyelesaikan laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL).

Praktek Kerja Lapangan ini kami lakukan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan program studi Diploma 3 di Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang dan agar kami mahasiswa dapat memperoleh

gambaran nyata yang selama ini kami dapatkan dari bangku perkuliahan.

Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) dan penyusunan laporan ini, kami mendapatkan banyak

bimbingan dan arahan sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan

ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Ir. M. Anshar, M. Si, .Ph.D. selaku Direktur Politeknik Negeri

Ujung Pandang.

2. Bapak Drs. Herman Bangngalino, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Muhammad Saleh S. T., M. Eng. Selaku Ketua Prodi D3 Teknik

Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

4. Ibu Yuliani HR, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing.

5. A. Arfar Ramli, S. ST, M. Adm SDA selaku Kepala Bagian Produksi dan

Instalasi PDAM Kota Makassar.


6. Ibu Ir. Hj. Purnama Sari, ST, IPM selaku KaSie Laboratorium Perumda

Air Minum PDAM Kota Makassar.

7. Ibu Ulyani. T selaku Pembimbing pada IPA I Ratulangi.

8. Bapak Abd. Asis, AS., S.T. selaku Pembimbing pada IPA III Antang.

9. Seluruh staf laboratorium yang telah membantu dan membimbing kami

selama melaksanakan PKL.

10. Kedua orangtua kami yang memberi dukungan moral dan material serta

restu yang tiada hentinya.

Kami menyadari selama melakukan Praktek Kerja Lapangan pada PDAM

Kota Makassar telah banyak melakukan kesalahan baik yang dilakukan secara

sengaja maupun yang tidak disengaja, pada kesempatan ini kami meminta maaf

yang sebesar-besarnya. Dan kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN........................................................i

LEMPAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Tujuan dan Manfaat PKL.............................................................................2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL..........................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Sejarah Singkat PDAM Kota Makassar.......................................................5


2.2 Letak Geografis............................................................................................7
2.3 Visi dan Misi................................................................................................8
2.4 Struktur Organisasi.......................................................................................9
2.5 Definisi dan Karakteristik Air Baku...........................................................10
2.6 Sumber Air Baku........................................................................................10
2.7 Prinsip Dasar Penyediaan Air Bersih.........................................................13

BAB III DESKRIPSI PROSES.............................................................................23

3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Air.........................................................23


3.2 Proses Pengolahan Air................................................................................24
3.3 Skema Gambar Proses Produksi.................................................................33

BAB IV METODE ANALISA.............................................................................36

4.1 Analisa Harian............................................................................................36


4.2 Penentuan Kadar Koagulan.......................................................................41
4.3 Analisa Lengkap.........................................................................................42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................50

5.1 Hasil Analisa..............................................................................................50


5.2 Pembahasan................................................................................................53

BAB VI PENUTUP...............................................................................................56

6.1 Kesimpulan.................................................................................................56
6.2 Saran...........................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57

LAMPIRAN...........................................................................................................58
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter Wajib.....................................................................................18

Tabel 2.2 Parameter Tambahan..............................................................................19

Tabel 3.1 Skema Gambar Proses Produksi IPA I Ratulangi..............................33

Tabel 5.1 Hasil Analisa Harian IPA I Ratulangi................................................52

Tabel 5.1 Hasil Analisa Harian IPA I Ratulangi................................................53


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Peta IPA I Ratulangi................................................................7

Gambar 2.2.2 Peta IPA III Antang.................................................................7


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang, dimana tingkat pertambahan

penduduk di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju. Mahasiswa

sebagai tonggak perubahan zaman dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya

sebagai sumber daya manusia yang kompetitif dan profesional. Tuntutan tersebut

tidak lepas dari tanggung jawab perguruan tinggi dan dunia kerja. Perguruan

tinggi merupakan tempat menuntut ilmu bagi para mahasiswa dan menjadi inisiasi

untuk melangkah ke dunia kerja. Ilmu dan teori yang diperoleh di perguruan

tinggi tidak cukup untuk menjadi modal mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja.

Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai salah satu perguruan tinggi

vokasi dalam rangka meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk menghadapi dunia

kerja dan dunia industry, maka setiap mahasiswa diharuskan untuk melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satu syarat dan penilaian untuk

memenuhi beban studi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Praktek Kerja

Lapangan (PKL) ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran nyata

tentang dunia kerja dan meningkatkan sklill serta sebagai orientasi awal bagi

mahasiswa sebelum menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

Teknik Kimia merupakan salah satu jurusan di Politeknik Negeri Ujung

Pandang yang bergerak pada disiplin ilmu pengolahan bahan baku menjadi

produk setengah jadi atau produk jadi, meliputi proses pengolahan dan analisa.

1
PDAM merupakan institusi pemerintah yang diberi tanggung jawab sebagai

wadah penyediaan air bersih untuk masyarakat, khususnya pada bagian Water

Treatment Plat (WTP) menjadi salah satu tempat yang tepat untuk melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Teknik Kimia untuk mempelajari

dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi.

1.2 Tujuan dan Manfaat PKL

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PDAM IPA I Ratulangi

dan IPA III Antang Kota Makassar, selama satu bulan dengan tujuan sebagai

berikut:

a. Tujuan Umum

1. Mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah

satu program wajib di Jurusan Teknik Kimia yang merupakan prasyarat

bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madia.

2. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui, memahami, dan

mengembangkan pelaksanaan aplikasi teoritis ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan ke dalam praktik nyata di dunia industri sehingga mahasiswa

mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.

3. Mahasiswa dapat mengembangkan pola fikir dan kreatifitas penerapan

teori dalam melakukan analisis terhadap mutu produksi.

4. Mahasiswa memperoleh gambaran mengenai situasi kerja pada instansi,

lembaga atau perusahaan tempat melakukan praktek.

5. Mahasiswa memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta menyesuaikan dengan kejuruan yang dimiliki.


b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui proses pengolahan air di IPA I Ratulangi dan IPA

III Antang PDAM Kota Makassar.

2. Mahasiswa mampu menganalisa air dengan metode analisa pH, kekeruhan

air dan alkalinity.

Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh

pihak yang terkait, antara lain:

a. Bagi Mahasiswa

1. Memberi pengalaman kerja serta gambaran kepada mahasiswa mengenai

pengaplikasian ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dengan dunia

kerja, khususnya di bidang teknik kimia.

2. Memberikan wawasan yang lebih luas mengenai ilmu yang berkaitan

dengan teknik kimia.

3. Memberikan wawasan berpotensi, kompetitif, dan professional yang siap

untuk memasuki era dunia kerja.

b. Bagi Perguruan Tinggi

1. Sebagai bahan evaluasi atas kurikulum yang selama ini diterapkan dengan

kebutuhan teori dan praktik di dunia kerja.

2. Untuk memperlihatkan kualitas para mahasiswa Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

c. Bagi Perusahaan

1. Merupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan

bidang pendidikan.
2. Memperoleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial untuk

perusahaan.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Ruang lingkup praktek di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

Makassar terkhusus pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi dan Instalasi

Pengolahan Air (IPA) III Antang yang dilaksanankan pada tanggal 10 September

sampai dengan 02 Oktober 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat PDAM Kota Makassar

Perusahaan Daerah Air Minum Makassar (PDAM Kota Makassar) dalam

keberadaannya melalui tahap-tahap perkembangan melalui perkembangan melalui

lintas sejarah yang panjang. Perkembangan PDAM Kota Makassar bergulir

melalui lintasan tahun-tahun penting yang sangat bersejarah. Tahun 1924, 1975,

1976, 1977, 1985, 1993, dan 1998 merupakan tahun-tahun penting dalam lintas

sejarah perkembangan PDAM Kota Makassar.

a. IPA I Ratulangi

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi dibangun pada tahun 1924 oleh

Pemerintah Hindia Belanda dengan debit awal 50 l/dtk. Kemudian pada jaman

pendudukan Jepang ditingkatkan menjadi 100 l/dtk. Sumber air baku untuk IPA

Ratulangi ini diambil dari Sungai Jeneberang yang terletak 7 Km disebelah

Selatan pusat kota. Air dari sungai tersebut dipompa melalui saluran tertutup ke

IPA Ratulangi. Seiring dengan usianya, IPA Ratulangi berangsur-angsur

mengalami penurunan kapasitas produksi. Pada tahun 1976, terjadi kebocoran

pada salah satu unit bak pengendap dan pada saat ini hanya bisa dioperasikan

dengan kapasitas 50 l/dtk. Instalasi Ratulangi merupakan Instalasi Pengolahan Air

dengan konstruksi beton.


b. IPA II Panaikang

Pemenuhan kebutuhan air penduduk Kota Makassar yang makin meningkat,

maka pada tahun 1977 dibangun Instalasi II Panaikang dengan kapasitas 500 l/dtk,

menggunakan air baku dari bendungan Lekopancing Sungai Maros sejauh ± 29,6

km dari Kota Makassar. Pada tahun 1989 IPA Panaikang ditingkatkan

kapasitasnya menjadi 1.300 l/dtk. Instalasi Panaikang dibangun dengan kanstruksi

beton dan sejak tahun 2007 instalasi pengolahan air ini dikelola oleh mitra swasta.

c. IPA III Antang

Pada tahun 1985 dibangun Instalasi Pengolahan Air III Antang dengan

kapasitas awal 20 l/dtk menggunakan air baku dari sungai Lekopancing.

Kemudian berturut-turut pada tahun 1992, 2003 dan tahun 2009 dibangun IPA

dengan kapasitas 20 l/dtk, 50 l/dtk, dan terakhir berkapasitas 35 l/dtk. Seluruh

instalasi ini merupakan IPA paket dengan konstruksi baja. Pada saat ini, IPA yang

dioperasikan hanya IPA yang berkapasitas 105 l/dtk.

d. IPA IV Maccini Sombala

Pada tahun 1993 di Maccini Sombala dibangun Instalasi Pengolahan Air IV

kapasitas 300 l/dtk (IPA paket 4x50 l/dtk- konstruksi baja), dengan suumber air

baku dari sungai Jeneberang. IPA ini mempunyai 2 intake, yaitu di Maccini dan di

Malengkeri. Pada kondisi normal digunakan intake Maccini, namun bila musim

kemarau intake Maccini ridak dapat digunakan karena terkontaminasi dengan air

laut, maka digunakan intake Malengkeri.


e. IPA V Somba Opu

Pada tahun 2001, dibangun Instalasi Pengolahan Air V yang berkapasitas

1.400 l/dtk di kabupaten Gowa, dibangun dengan konstruksi baja, dengan sumber

air baku dari Dam Bili-bili sejauh ± 16 km.

2.2 Letak Geografis

Letak PDAM IPA I Ratulangi berada di Jl. DR. ratulangi No.3, Mangkura,

Kecamatan Ujung Pandang. Letak PDAM IPA III Antang berada di Jl. Lasuloro

Raya Blok 1 Bumi Antang Permai (Perumnas Antang)

Gambar 2.2.1 Peta IPA I Ratulangi

Gambar 2.2.2 Peta IPA III Antang


2.3 Visi dan Misi

2.3.1 Visi

”Mewujudkan menjadi salah satu perusahaan air minum terbaik, mandiri,

dan professional berwawasan global”.

2.3.2 Misi

1. Memberikan pelayanan air minum sesuai standar kesehatan dengan

tersedianya air baku yang optimal

2. Menyediakan air minum yang berkualitas, kuantitas, dan kintinuitas.

3. Memenuhi cakupan layanan air minum yang maksimal kepada masyarakat

4. Menjadikan perusahaan yang profesionaldengan sumber daya yang

berkompetensi dan berdaya saing global

5. Memenuhi kinerja keuangan yang mandiri dan produktifitas yang efisien dan

efektif serta berdaya saing global.


2.4 Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi IPA I Ratulangi

Walikota Kota Makassar

Direktur Utama

Direktur Teknik

Kepala Bagian Produksi dan Instalasi

Kepala Seksi Kepala Seksi


Laboratorium

Staff Maintenance Staff Pengolahan/ Operator Staff Analis

b. Struktur Organisasi IPA III Antang

Kepala Seksi IPA III Antang

MaintenanceLaboratoriu m analis/Staff Staff Operator


OperatorIntake
1.Operator Chemical 2.Operator Kualitas
2.5 Definisi dan Karakteristik Air Baku

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini, fungsi air

bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang

utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama

untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Dalam usaha

mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya memenuhi

kebutuhan air yang cukup bagi dirinya sendiri misalnya untuk keperluan rumah

tangga seperti masak, mandi, mencuci dan pekerjaan lainnya.Selain itu air juga

diperlukan untuk kebersihan jalan dan pasar, tempat rekreasi, restoran, hotel,

keperluan industri, pertanian, peternakan dan lain-lainnya.

Kekurangan ketersediaan air bersih dapat mengakibatkan berbagai macam

dampak merugikan terhadap masalah kesehatan dan lingkungan, maka untuk

menghindarkan hal tersebut, ketersediaan kebutuhan air bersih pada masyarakat

harus dipenuhi sesuai dengan masyarakat yang menggunakannya atau

memakainya.

2.6 Sumber Air Baku

Dalam penyediaan air, terdapat beberapa proses-proses yang wajib dilakukan

demi mendapatkan kriteria kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang baik agar

layak untuk di konsumsi oleh manusia supaya tidak menimbulkan akibat-akibat

tertentu yang merugikan bagi tubuh manusia. Berikut ini adalah 5 macam sumber

air minum yang dapat digunakan yaitu:


a. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam NaCl

dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk

diminum apabila belum diolah terlebih dahulu.

b. Air Atmosfer (Air Hujan)

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan

langsung menampung air hujan saat hujan turun karena masih mengandung

banyak kotoran, sebaiknya air hujan mulai di tampung beberapa saat setelah hujan

turun. Selain hal tersebut, yang juga harus diperhatiakan adalah air hujan

mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur dan bak-bak

reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.

c. Air Permukaan

Air Permukaan 1adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,

misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah industri dan

lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai

yang digunakan sebagai air minum harus melalui pengolahan yang sempurna

karena mengingat air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran

yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada

umumnya dapat mencukupi. Air rawa ini berwarna disebabkan oleh adanya zat –

zat organis yang membusuk, misalnya asam umus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis

tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan
kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini akan

larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari

dan O2.

d. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone

jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam : Air tanah dangkal

terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan

bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih

tapi lebih banyak megandung zat kimia (garam – garam yang terlarut) karena

molekul lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk

masing – masing lapisan tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan

terkumpul yang merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan

untuk sumber air melalui sumur – sumur dangkal. Air tanah dangkal ini terdapat

pada kedalaman 15,00 m. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang

pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam

hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga

kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika

tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan

ini, sumur ini disebut sumur artesis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya,

maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena

penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. 5. Mata air Mata air
adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air

berasal dari air tanah dalam, hampir tak terpengaruh oleh musim serta kualitas dan

kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya

air kepermukaan tanah), mata air terbagi atas : 1. Rembesan, dimana air keluar

dari lereng – lerang. 2. Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu

dataran.

2.7 Prinsip Dasar Penyediaan Air Bersih


2.7.1 Kualitas Air

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi persyaratan bagi

sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan dari segi kualitas air yaitu

fisik, kimia, biologi dan radiologis sehingga ketika dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air.

a. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak

berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya

dibawah suhu udara atau kurang lebih 25 derajat celcius sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

1. Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat.

Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air


2. Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat

menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

3. Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah

keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.

Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara

alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya

orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor

dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat

berasal dari buangan industri.

4. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat

anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan

batuan dan logam, sedangkan yang organic dapat berasal dari lapukan tanaman

atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

Kekeruhan yang tinggi dapat melindungi mikroorganisme dari pengaruh proses

desifen.

5. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi

pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan

kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa,


mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air

dapat menghilangkan dahaga.

6. Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam

anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.

Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada

spesies kimia penyebab masalah tersebut.

b. Syarat Kimiawi

Air yang memenuhi persyaratan kimiawi biasanya dianalisa berdasarkan

kandungan unsur kimia apa saja yang ada di dalamnya yang melewati batas yang

telah ditentukan. Dapat pula dilihat melalui pH air tersebut, kesadahan, dan

klorida.

1. Tidak megandung unsur-unsur kimia dalam jumlah yang melampaui batas

dan bersifat beracun, seperti mengandung Besi (Fe), Aluminuium, mangan,

seng, sufat, tembaga, dan ammonia.

2. Klorin

Klor adalah desinfektan yang paling banyak digunakan dalam

pengolahan air. Klor dapat berwujud padat, cair, dan gas. Klor banyak

digunakan karena mudah didapat dan harganya lebih ekonomis, daya

desinfektasinya tahan sampai beberapa jam setelah pembubuhan. Sebagai

desinfektan pada air, klor juga dapat mendesinfeksi tangki penampung

(reservoir) air bersih, mengontrol pertumbuhan algae pada bak-bak

sedimentasi, filtrasi dan menghambat pertumbuhan lender dalam pipa. Tidak


dipungkiri bahwa selama proses distribusi, air memiliki kemungkinan untuk

dapat terkontaminasi oleh bakteri patogen. Oleh karena itu, dengan adanya

gas klor dapat menghindari adanya pencemaran kuman, zat organik, dan

organisme patogen lainnya pasca pengolahan sehingga air yang sampai ke

konsumen tidak berbahaya.

Sedangkan sisa klor yang yang terlalu dapat menimbulkan bau tidak

enak pada air dan berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, kebutuhan

klorin harus diperhitungkan secara cermat agar selain efektif mengoksidasi

bahan-bahan organic dan membunuh kuman patogen juga dapat

meninggalkan sisa klor bebas dalam air serta tidak menimbulkan masalah

baru bagi kesehatan.

3. pH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman menyatakan instansi keasaman dan alkalinitas dari

suatu larutan encer. Mewakili konsentrasi ion hidrogen, larutan elektolit bila

dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion negative dan ion positif. Dalam

penyediaan air, pH merupakan suatu faktor yang harus diperhatikan, pH air

sangat penting pengaruhnya terhadap proses koagulasi. Diperlukan netralisasi

untuk menghindari supaya air tidak menjadi agresif. Pengaruh yang

menyangkut aspek kesehatan, bahwa pH air yang terkecil dari 6,5 dan

lebihbesar dari 9,2 akan menyebabkan beberapa senya menjadi racun.

4. Kesadahan

Adanya ion kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) di dalam air akan

menyebabkan sifat kesadahan terhadapat air tersebut. Air dengan tingkat


kesadahan terlalu tinggi menyebabkan beberapa hal diantaranya dapat

menimbulkan karat/korosi pada alat, dan dapat menimbulkan endapan dan

kerak-kerak di dalam wadah pengolahan. Kesadahan dalam air disebabkan

oleh adanya kandungan garam-garam kalsium dan magnesium. Di dalam

analisa air, kandungan kesadahan dinyatakan sebagai g/l sebagai caCO3.

5. Akalinitas

Alkalinitas adalah gambaran lapasitas air untuk menetralkan asam atau

dikenal dengan acid neutralizing capacitiy (ANC) atau kuantitas anion dalam

air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga diartikan

sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH

perairan. Sebagai pembentuk alkalinitas utama adalah bikarbonat, karbonat,

dan hidroksida.

Air sangat bersifat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi

dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Alkalinitas

memegang peranan penting dalam kemampuan air untuk mendukung

pertumbuhan ganggang dan kehidupan perairan lainnya.

c. Syarat Bakteriologis

Aspek bakteriologis sangat penting untuk penyediaan air bersih yang

memenuhi syarat kesehatan. Paling ideal apabila air minum bebas dari kuman

patogen, dan bakteri e-coli.


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Tabel 2.1 Parameter Wajib


Kadar Maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 2 3 4

Parameter yang
1 berhubungan langsung
dengan kesehatan

Parameter
a.
Mikrobiologi
Jumlah per
1). E.Coli 100 mL 0
sampel
Jumlah per
2). Total bakteri
100 mL 0
Koliform
sampel
1 2 3 4
b. Kimia An-Organik
1). Arsen mg/l 0,01
2). Fluorida mg/l 1,5
3). Total kromiun mg/l 0,05
4). Kadmium mg/l 0,003
5). Nitrit
mg/l 3
(Sebagai NO2-)
6). Nitrat (Sebagai
mg/l 50
NO3-)
7). Sianida mg/l 0,07
8). Selenium mg/l 0,01
1 2 3 4
Parameteryang tidak
2 berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1). Bau Tidak berbau
2). Warna TCU 15
3). Total Zat Padat
mg/l
Terlarut 500
4). Kekeruhan NTU 5
5). Rasa Tidak berasa
Derajat
6). Suhu
Celcius Suhu udara ±3
1 2 3 4
b. Parameter Kimiawi
1). Aluminium mg/l 0,2
2). Besi mg/l 0,3
3). Kesadahan mg/l 500
4). Klorida mg/l 250
5). Mangan mg/l 0,4
6). pH mg/l 6,5 - 8,5
7). Seng mg/l 3
8). Sulfat mg/l 250
9). Tembaga mg/l 2
10). Amonia mg/l 1,5

Tabel 2.2 Parameter Tambahan


Kadar Maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 2 3 4
1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik
1). Air raksa mg/l 0,001
2). Antimon mg/l 0,02
3). Barium mg/l 0,7
4). Boron mg/l 0,5
5). Molybdenum mg/l 0,07
6). Nikel mg/l 0,07
7). Sodium mg/l 200
8). Timbal mg/l 0,01
9). Uranium mg/l 0,015
1 2 3 4
b. Bahan Organik
1). Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
2). Deterjen mg/l 0,05
3).Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
4). Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/l 0,05
Trichloroethene mg/l 0,02
Tetrachloroethene mg/l 0,04
5). Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/l 0,01
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3
Styrene mg/l 0,02
6). Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene
mg/l
(1,2-DCB) 1
1,2-Dichlorobenzene
mg/l
(1,4-DCB) 0,3
7). lain-lain
Di(2-
mg/l 0,008
ethyhexyl)phthalate
Acrylamide mg/l 0,0005
Epicchlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic
mg/l 0,6
acid (EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2
1 2 3 4
c. Pestisida
1). Alachlor mg/l 0,02
2). Aldicarb mg/l 0,01
3). Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003
4). Atrazine mg/l 0,002
5). Carbofuran mg/l 0,007
6). Chlordane mg/l 0,0002
7). Chlorotoluron mg/l 0,03
8). DDT mg/l 0,001
9). 1,2-Dibromo-3-
mg/l 0,001
chloropropane
10). 2,4-
Dichlorophenoxyacetic mg/l 0,03
acid (a,4-D)
11). 1,2-Dichloropropane mg/l 0,04
12). Isoproturon mg/l 0,009
13). Lindane mg/l 0,002
14). MCPA mg/l 0,002
15). Methoxychlor mg/l 0,002
16). Molinate mg/l 0,006
17). Pendimethalin mg/l 0,02
18). PCP mg/l 0,009
19). Permethrin mg/l 0,03
20).Simazine mg/l 0,002
21).Trifularin mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides
selain 2,4-D dan MCPA
1). 2,4-DB mg/l 0,090
2). Dichloroprop mg/l 0,10
3). Fenoprop mg/l 0,009
4). Mecoprop mg/l 0,001
5). 2,4,5-
Trichlorophenoxyacetic
acid mg/l 0,009
1 2 3 4

Disinfektan dan hail


d. sampingan
Disinfektan
Chlorine mg/l 5
Hasil sampingan
Bromate mg/l 0,01
Chlorate mg/l 0,7
Chlorite mg/l 0,7
Chlorohenols
2,4,6-TCP mg/l 0,2
Bromoform mg/l 0,1
DBCM mg/l 0,1
BDCM mg/l 0,06
Chloroform mg/l 0,3
Chlorinated Acetic Acid 0,05
Dischloroacetic acid mg/l 0,05
Trichloroacetic acid mg/l 0,02
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg/l 0,02
Dibromoacetonitrile mg/l 0,07
Cyanogen chloride mg/l 0,07
1 2 3 4
2 Radioaktivitas
Gross alpha activity mg/l 0,1
Gross beta activity mg/l 1

2.7.2 Kuantitas Air


Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada
keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

2.7.3 Kontinuitas Air


Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus-menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per
hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal
tersebut hampir tidak dapat dipenuhi disetiap wilayah di Indonesia, sehingga
untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas
pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada pukul 06.00 –
18.00.
BAB III

DESKRIPSI PROSES

3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Alir

Pengolahan Air IPA I Ratulangi


Pompa Air Pompa Air
Baku Bersih

Gas Klor

Intake Pemadam Kebakaran


Sedimentasi
Belalai Distribusi
Injeksi Gas Klor
Saringan Kasar Prasedimen
Koagulasi

Konsumen

Filtrasi
Penambahan PAC
Reservoir

Flokulasi

Pengolahan Air IPA III Antang


3.2 Proses Pengolahan Air
3.2.1 Intake

Intake merupakan bangunan atau konstruksi pertama untuk masuknya air dari

sumber air. Pada bangunan atau kontruksi intake ini terdapat bar screen yang

berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Kemudian

air akan di pompa ke bangunan atau konstruksi berikutnya, yaitu Water Treatment

Plant (WTP).

a. IPA I Ratulangi

Air baku diambil dari Jenneberang yang terletak di sekitaran Gunung

Bawakaraeng. Air penambungan intake milik PDAM yang terletak di dekat

Jembatan Kembar Sungguminasa mengalir dengan bantuan gaya gravitasi

menuju bak penampungan air baku yang terletak di IPA I Ratulangi. Saat air

mengalir menuju IPA I Ratulangi terjadi proses sedimentasi yang dibantu dengan

gaya gravitasi bumi.

b. IPA III Antang

Air baku diambil dari sungai Lekopaccing yang terletak di Maros yang

berjarak + 30 km dari Makassar. Air sungai Lekkopaccing dialirkan ke bendungan

Lekopaccing, air dari bendungan Lekopaccing dialirkan ke IPA III Antang

melalui instalasi terbuka sepanjang 1 km dan instalasi tertutup sepanjang 2 km

menuju bak intake.

3.2.2 Pra Sedimentasi

Proses menghilangkan benda-benda kasar, halus, pasir, dan lumpur kasar

dari air yang akan diproses. Penghilangan bahan olahan berupa sampah kasar dan
halus umumnya dihilangkan dengan saringan yang terdiri dari berbagai ukuran.

Sedangkan untuk menghilangkan pasir dan lumpur biasanya air di aliri lewat

bangunan perangkap pasir dan lumpur untuk mengendapkan material tersebut

berupa bak pra sedimentasi.

a. IPA I Ratulangi

Setelah air ditampung di bak penampungan air baku, air akan mengalir

menuju bak selanjutnya, dimana diantara bak terdapat saringan kasar untung

menyaring benda-benda padat berukuran besar yang ikut terbawa dari intake. Di

bak kedua inilah proses pra sedimen terjadi. Yang selanjutnya air akan di pompa

naik ke proses koagulasi.

b. IPA III Antang

Aliran saluran terbuka yang mempunyai kecepatan masuk ke dalam bangunan

pelengkap selanjutnya di pompa ke unit koagulasi lewat saluran pipa transmisi air

baku, dengan diameter 6 inci dengan panjang 2 km. Adapun fungsi dari saluran

transmisi adalah untuk mengantarkan air baku dari bangunan penyedap air ke

bangunan pengolahan (IPA) dan ke daeran pelayanan (jaringan distribusi) pada

intake pada pengurasan lumpur baik manual maupun menggunakan pompa.

3.2.3 Koagulasi

Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan menggunakan

system pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan bahan kimia (koagulan)

secara seragam ke seluruh bagian air baku sehingga dapat membentuk flok-flok

yang berukuran lebih besar dan dapat diendapkan di proses sedimentasi.

Koagulasi secara kimia, yaitu proses penjernihan air yang dilakukan dengan
penambahan bahan kimia koagulan berbentuk Poly Aluminium Clorida (PAC)

atau garam (aluminium sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan flok

yang dapat diendapkan.

Unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai

dengan kebutuhan (dosis yang tepat). Koagulan adalah bahan kimia yang

dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil

yang tak dapat mengendap secara gravitasi. Alat pembubuhan koagulan yang

digunakan, yaitu secara gravitasi atau dengan menggunakan pompa.

Untuk mengetahui dosis optimum bahan koagulan yang perlu

ditambahkan, ditentukan berdasarkan percobaan jar test di laboratorium. Dosis

yang ditambahkan, ditentukan bervariasi dengan dosis di bawah 100 mg/L dan

dilakukan pengadukan, setelah itu dilakukan pengukuran kekeruhan dan pH. Dari

hasil pengukuran diperoleh kekeruhan yang bervariasi, dimana kekeruhan di

bawah 100 NTU dan pH di bawah 10 dapat menjadi dosis optimum untuk

pengolahan air.

a. IPA I Ratulangi

Koagulan yang digunakan pada proses koagulan adalah PAC, yang

ditambahkan melalui pipa yang terletak di atas bak koagulasi, dimana koagulan

akan turun dengan gaya gravitasi melalui pipa. Air dari bak penampungan air

baku akan mengalir menuju bak koagulasi, dimana koagulasi berjalan secara

horizontal. Pada bak, pengadukan berjalanan dengan cara air mengalir secara zig-

zag agar larutan menjadi homogen. Yang selanjutnya air akan mengalir turun ke

bak flokulasi.
b. IPA III Antang

Koagulan yang akan digunakan pada proses koagulan berupa PAC, yang

ditambahkan ke dalam tabung silinder vertikal mealui pipa koagulan yang

dipompa masuk. Dimana di dalam tabung terdapat pengadukan cepat terjadi

dengan cara air masuk dari bawah dan naik ke atas secara berputar-putar lalu

tururrn kembali dengan dengan cara yang sama. Untuk proses koagulasi pada

Lapindo II, sebelum koagulasi terjadi pada tabung silinder vertikal, terlebih

dahulru air akan terkoagulasi pada tabung horizontal kecil dimana air yang telah

diinjeksi koagulan akan berputar secara horizontal dan naik ke dalam tabung

vertikal. Setelah proses koagulasi air akan dialirkan naik ke atas bak floakulasi.

3.2.4 Flokulasi

Flokulasi adalah proses pembentukan flok pada pengadukan lambat untuk

meningkatkan saling hubung antar partikel yang goyah sehingga meningkatkan

penyatuannya (aglomerasi). Tipe flokular terdiri dari tipe hidrolis, mekanis, dan

clarifier. Waktu kontak berkisar 20-100 menit.

a. IPA I Ratulangi

Air yang dialiran dari proses koagulasi akan mengalami pengadukan lambat

dengan cara air akan mengalir secara zig-zag pada bak flokulasi horizontal. Yang

kemidian akan dialirkan pada kolam sedimentasi.

b. IPA III Antang

Trearment IPA III Antang menggunakan flokulator buffle channel tipe ruang

bersekat dengan aliran vertikal (potong melintang). Dimana air dari proses

koagulasi yang ditampung pada bak akan mengalir ke ujung bak flokulasi, yang
kemudian air akan mengalir melalui lubang atas bak menuju bak kedua dan

mengalir melalui lubang bawah menuju bak ketiga.

3.2.5 Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel-partikel padatan tersuspensi dalam

air dengan pengendapan secara gravitasi. Bak sedimentasi sering disebut juga

sebagai clarifier, jika tujuan utama operasi sedimentasi untuk menghasilkan aliran

yang keluaran yang rendah padatan tersuspensi, maka bak sedimentasi disebut

sebagai clarifier. Sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi

dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi

lebih berat dan dapat mengendap dalam waktu yang lebih singkat serta dapat

mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit

penyaring selanjutnya.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan bervariasi tergantung dari tipe

atau model pengendapan, umumnya lebih dari 30 menit sampai dengan 4 jam.

Lumpur halus yang dapat diendapkan sekitar 90-95%.

a. IPA I Ratulangi

Air dari bak flokulasi di alirkan menuju kolam sedimentasi dari arah utara

kolam. Kolam sedimen berukuran sangat besar, yang mana pada bagian dasar

kolam berbentuk seperti perahu. Dimana air akan menuju ke kolam sedimen

pertama, dan setelah proses sedimentasi air akan menuju ke kolam sedimen kedua

dan kolam sedimen ketiga sehingga sedimentasi terjadi secara bersamaan pada

kolam sedimen kedua dan ketiga. Sedimentasi pada bak kedua dan ketiga terjadi

secara bersamaan dikarenakan kolam sedimentasi yang terhubung secara paralel.


Setelah melalui proses sedimentasi, air akan dialirkan menuju bak filtrasi melalui

instalasi terbuka.

Lumpur yang terdapat pada dasar kolam sedimen pertama akan dibuang

setiap 4 bulan sekali sedangkan untuk kolam sedimen kedua dan ketiga akan

dibuang setiap 6 bulan sekali. Jangka waktu pencucian yang lama diakibatkan

karena proses produksi yang tergolong cukup lama.

b. IPA III Antang

IPA III Antang menggunakan pengendapan berpelat miring (titled plate

settler) dengan waktu pengendapan + 80 menit dalam selang waktu tertentu.

Setelah air mengalami proses flokulasi kemudian masuk ke dalam unit

pengendapan, flok-flok cukup besar dan berat akan langsung mengendap ke dasar

bak kemudian dialirkan ke dalam unit filtrasi melalui proses pelimpaan.

Untuk meningkatkan efisiensi pengendapan, terhadap pipa pengendapan. Air

memasuki dasar tangki, mengalir melalui plat dan ditampung dalam tangki. Bak

sedimentasi berbentuk kerucut pada dasarnya dengan tujuan, agar pada saat

pembuangan lumpur lebih efisien dan lumpur dapat keluar dalam jumlah yang

banyak. Lumpur-lumpur yang telah mengendap di dasar bak dalam waktu tertentu

dibuang agar endapan yang terkumpul atau flok-flok yang terdapat di bagian atas

tidat terbawa oleh aliran. Pembuangan lumpur pada unit sedimentasi dilakukan

dengan membuka katub sekat pipa penguras, dengan demikian lumpur akan

mengalir ke saluran pembuangan menuju bak penampungan. Apabila kekeruhan

air melebihi 100 NTU maka pembuangan lumpur dilakukan setiap pergantian
shift. Hal ini dikarenakan kualitas air bersih dapat menurun dikarenakan

banyaknya lumpur yang mengendap di dasar bak.

3.2.6 Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses penjernihan dimana air yang akan diolah

dilewatkan pada suatu media porous dengan kecepatan yang relative tinggi

(kecepatan penyaringan 5-15 m/jam). Selama proses tersebut kualitas air membaik

karena terjadi pemisahan air dengan kotoran. Saringan pasir digunakan untuk air

dengan kandungan kekeruhan lebih dari 30 ppm. Akumulasi lumpur pada lapisan

atas media penyaringan akan menurunkan kecepatan fluktuasi sehingga tiap

selang waktu tertentu permukaan pasir dibersihkan (proses pencucian filter).

Tahap ini merupakan proses penjernihan air melalui media penyaringan pasir

cepat yang terdiri dari pasir kuarsa dengan ukuran butiran 0,4-1,2 mm dan kerikil

dengan ketebalan 7 mm-3 cm sehingga pori-pori filter relatif kecil, kotoran yang

terkandung dalam air berpenetrasi jatuh ke dalam lapisan pasir. Jadi kapasitas

lapisan pasir untuk menahan/menyimpan deposit (kotoran), dimanfaatkan dengan

efektifitas.

a. IPA I Ratulangi

Air dari kolam sedimentasi dialirkan melalui aliran terbuka menuju bak

penampungan yang selanjutnya akan di alirkan pada bak-bak filtrasi. Air yang

dialirkan ke bak filtrasi akan disaring dengan pasir kuarsa yang terdapat pada

dasar bak yang dimana dibawah pasir kuarsa terdapat kerikil yang disusun dari

ukutan besar hingga ke ukuran kecil. Pasir kuarsa akan menahan lumpur halus

sehingga air dapat mengalir ke bawah melalui pasir dan kerikil menuju ruangan
desinfeksi. Pencucian bak filtrasi dilakukan dengan menggunakan angin dari

mesin pompa.

b. IPA III Antang

Air yang melalui bak pengendapan dialirkan menuju bak penyaringan yang

ditampung dengan talang pengumpul, air umumnya sudah bebas dari flok. Sitem

penyaringa ini terdiri dari mixed media yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas air dari hasil penyaringan. Pada proses penyaringan ini, lumpur-lumpur

halus tertahan pada pasir kuarsa dan air akan mengalir melalui pasir kuarsa

menuju ke bawah. Pada dasar bak, tepatnya 30 cm dari dasar bak terdapat plat

yang menahan kerikil yang tersusun dari ukuran yang besar hingga ukuran yang

kecil. Diatas kerikil terdapat pasir kuarsa, kerikil yang menahan pasir kuarsa agar

tidak ikut mengalir bersama air ke dasar bak.

Pencucian filter menggunakan air yang tersedia, dimana air pencucian

membawa kotoran yang menyumbat keluar filter, pencucian filter pasir dapat

dilaksanakan dengan cepat, kira-kira 30 menit. Hal ini dapat dilakukan sesering

yang dikehendaki.

3.2.7 Disinfeksi

Air yang masuk pada proses ini berarti sudah bebas dari pengotor, namun

tidak menutup kemungkinan air tersebut masih mengandung kuman dan bakteri.

Desinfeksi merupakan penambahan klor aktif pada air minum dengan tujuan

untuk membunuh organisme bakteriologis khususnya organisme pathogen yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia.


a. IPA I Ratulangi

Air yang ditampung pada kamar disinfeksi, diinjeksi gas chlorine. Proses

injeksi gas chlorine dilakukan pada ruangan yang dimana gas yang diinjeksikan

mengalir melalui pipa dari ruangan gas chlorine. Gas chlorine yang digunakan

memiliki konsentrasi 99,8%. Jumlah injeksi gas chlorine pada air disesuaikan

dengan debit air yang datang dari bak filtrasi.

b. IPA III Antang

IPA III Antang menggunakan dosting gas chlorine system hydroejector untuk

proses desinfeksi air hasil pengolahan. Air yang mengalir menuju reservoir akan

diinjeksi gas chlorine, dimana gas chlorine masuk melalui pipa.

3.2.8 Reservoir

Reservoir adalah tempat penampungan air bersih sementara sebelum

didstribusikan kepada konsumen. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri.

a. IPA I Ratulangi

Air dari proses disinfeksi akan ditangpung pada reservoir yang tertanam di

dalam tanah dengan katup udara di bagian atasnya. Reservoir pada IPA I

Ratulangi berkapasitas 1.800 kubik air dengan total kapasitas produksi 50 – 70

l/s.

b. IPA III Antang

Air yang telah memalui proses Water Treatment Plant akan ditampung pada

masing-masing reservoir. Dimana pada Lapindo I, Lapindo II, dan Maswandi

memiliki reservoir masing-masing.


3.2.9 Distribusi

a. IPA I Ratulangi

Air yang ditampung pada reservoir akan disalurkan kepada konsumen di

masing-masing wilayah distribusi melalui pipa-pipa. Dan khusus untuk

konsumen berupa perusahaan dan instansi pemerintahan, air disalurkan

menggunakan truk bak air, dimana air disalurkan memalui belalai yang terhunung

pada reservoir. Untuk kantur pemadam kebakaran yang terletak di sampim IPA I

Ratulangi, air dari bak sedimentasi dialirkan melalui pipa menuju kantor

pemadam kebakaran.

b. IPA III Antang

Air yang ditampung pada reservoir masing-masing Lapindo I, Lapindo II, dan

Maswandi, disalurkan melalui masing-masing pipa kepada konsumen.

3.3 Skema Gambar Proses Produksi

Tabel 3.1 Skema Gambar Proses Produksi IPA I Ratulangi dan IPA 3 Antang
Proses
IPA I RAatulangi IPA III Antang
Produksi

Intake
Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi
Disinfeksi

Reservoir
BAB IV

METODE ANALISA

4.1 Analisa Harian


4.1.1 Pemeriksaan Kekeruhan

Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air

sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir

melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,

dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Turbidimetri 1. Sampel (air baku, air


2. Botol sampel sedimentasi, dan air bersih)
3. Tissue

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Membilas botol sampel dengan air bersih kemudian mengisi botol sampel
dengan sampel.
3. Menutup rapat botol sampel dan mengeringkan botol sampel dengan
menggunakan tissue.
4. Meletakkan botol sampel pada alat turbidimetri.
5. Menekan tombol baca untuk membaca kekeruhan sampel.

4.1.2 Pemeriksaan pH

Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air
sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir

melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,

dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Lovibond 1. Sampel (air baku, air


2. Tabung reaksi sedimentasi, dan air bersih)
2. Indikator BTB (Bromotimol
Biru)
3. Indikator MO (Metil Orange)

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memasukkan sampel sebanyak 10 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan 3 tetes indikator BTB (untuk IPA I Ratulangi) atau 2 tetes
indikator MO (untuk IPA III Antang).
4. Memasukkan tabung reaksi ke dalam alat lovibond.
5. Mencocokkan warna larutan dengan disk yang ada pada alat.

4.1.3 Pemeriksaan Alkalinity

Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air

sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir

melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,

dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.


a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Erlenmeyer 1. Sampel (air baku, air sedimentasi,


2. Buret dan air bersih)
3. Klem 2. Indikator PP (Phenolphthalein)
4. Pipet tetes 3. Indikator MO (Metil Orange)
4. H2SO4 0,02 N

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Menuangkan sampel sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer.
3. Menambahkan 2 tetes indikator PP dan 2 tetes indikator MO sehingga
larutan berwarna orange.
4. Menitrasi larutan dengan peniter H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna
seperti teh.

c. Rumus

1000 𝑥 𝑁 𝐻2𝑆04 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i 𝑥 50


Alkalinity = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4.1.4 Jartest

Air yang digunakan untuk jar test berupa air baku yang terdapat pada bak

koagulasi yang belum ditambahkan koagulan (untuk IPA I Ratulangi) atau air

baku yang mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium (untuk IPA III

Antang).

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Gelas kimia 1000 ml 1. Air baku


2. Pipet ukur 25 ml dan 10 ml 2. Indikator BTB (Bromotimol Biru)
3. Floctester 3. Indikator MO (Metil Orange)
4. Bulp 4. Indikator PP (Phenolphthalein)
5. Turbidimeter 5. PAC (Poly Aluminium Clorida)
6. Botol sampel 6. H2SO4 0,02 N
7. Tissue
8. Erlenmeyer
9. Buret
10. Lovibond
11. Tabung reaksi

b. Prosedur Kerja

1. Mengencerkan PAC menjadi 1 mg/L (untuk IPA III Antang).


2. Memasukkan air baku ke dalam 6 buah gelas kimia 1000 ml.
3. Menambahkan PAC dengan jumlah yang bervariasi.
4. Meletakkan masing-masing gelas kimia ke dalam floctester dan memasang
rangkaian alat.
5. Menyalakan alat floctester dengan pengaturan kecepatan putaran 120 rpm
selama 1 menit, lalu mengatur kembali pengaturan dengan kecepatan 40
rpm selama 20 menit (untuk IPA I Ratulangi) atau 10 menit (untuk IPA III
Antang).
6. Melepaskan rangkaian alat dan mengeluarkan gelas kimia, yang kemudian
mendiamkan larutan selama 10 menit.
7. Melakukan pengujian kekeruhan dan pH, serta alkalinity (untuk IPA I
Ratulangi) pada larutan dengan kekeruhan tertinggi.

4.1.5 Pemeriksaan Sisa Klor

Sampel diambil dari pipa yang terhubung dengan reservoir yang terdapat

pada ruangan pompa (untuk IPA I Ratulangi) atau dari pipa yang terdapat pada

laboratorium (untuk IPA III Antang).


a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air bersih)


2. Lovibond 2. DPD 4

b. Prosedur Kerja
1. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan DPD 4 sebanyak 1 buah lalu mengkocok tabung reaksi
hingga DPD 4 larut seluruhnya.
3. Memasukka tabung reaksi ke dalam alat lovibond.
4. Mencocokkan warna larutan dengan disk yang ada pada lovibond.
4.1.6 Pemeriksaan Chlorida

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu air baku yang terdapat pada

bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan air bersih yang mengalir

melalui kran di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Erlenmeyer 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Buret 2. Indikator PP (Phenolphthalein)
3. Klem 3. K2CrO4
4. Pipet tetes 4. AgNO3 0,014 N

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Menuangkan sampel sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer.
3. Menambahkan 2 tetes indikator PP dan 2 tetes K2CrO4 sehingga larutan
berwarna kekuningan.
4. Menitrasi larutan dengan peniter AgNO3 0,014 N hingga larutan berwarna
jingga.
c. Rumus

1000 𝑥 𝑁 𝐴g𝑁03 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i 𝑥 35,5


Chlorida = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4.2 Penentuan Kadar Koagulan

Sampel berupa Poly Aluminium Clorida (PAC) yang baru datang.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Erlenmeyer 1. Poly Aluminium Clorida (PAC)


2. Pipet ukur 25 ml dan 10 ml 2. EDTA 20 M
3. Pipet tetes 3. CH3COONa
4. Buret 4. Indikator XO
5. Klem 5. Zn 50 M
6. Hot plate

b. Prosedur Kerja

1. Menimbang PAC sebanyak 4 gr dan mengencerkannya dalam 250 ml


aquadest.
2. Memipet 20 ml larutan PAC yang telah diencerkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Menambahkan 20 ml EDTA 20 M kemudian memanaskannya hingga
mendidih.
4. Mendinginkan larutan.
5. Menambahkan 5 ml CH3COONa dan 4-5 tetes indikator XO.
6. Menitrasi dengan peniter Zn 50 M hingga larutan berwarna violet.
7. Melakukan prosedur 2 sampai 6 dengan mengganti PAC dengan aquadest.

c. Rumus

0,00102 𝑥 (𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛i𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛i𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


%Al2O3 = 5 𝑥 20
250
𝑥 100%
4.3 Analisa Lengkap
4.3.1 Total Kesadahan

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Water Hardness Tester 1. Sampel (air baku dan air bersih)

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memasukkan ujung alat Water Hardness Tester ke dalam wadah berisi
sampel.

4.3.2 Pemeriksaan Zat Padat Terlarut (TDS)

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Erlenmeyer 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Buret 2. EBT
3. Klem 3. NH4Cl
4. Pipet tetes 4. EDTA 0,01 N
b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Menuangkan sampel sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer.
3. Menambahkan pereaksi NH4Cl sebanyak 2 ml.
4. Menambahkan 3 tetes EBT hingga larutan berwarna ungu muda.
5. Menitrasi larutan dengan peniter EDTA 0,01 N hingga larutan berwarna
biru muda.

4.3.3 Pemeriksaan Cu

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen Cu-1
3. Kuvet 3. Reagen Cu-2
4. Spektrofotometer

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memipet sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen Cu-1 sebanyak 1 takaran sendok hijau.
4. Menambahkan 5 tetes reagen Cu-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
6. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
7. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
8. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.

4.3.4 Pemeriksaan Fe

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan air

bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air baku

dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen Fe-1
3. Kuvet 3. Reagen Fe-2
4. Spektrofotometer 4. Reagen Fe-3
5. Tissue

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memipet sampel sebanyak 8 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen Fe-1 sebanyak 1 tetes.
4. Menambahkan 0,5 ml reagen Fe-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
6. Menambahkan 1 tetes reagen Fe-3.
7. Mengkocok tabung reaksi dan mendiamkan larutan selama 10 menit.
8. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
9. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
10. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.
4.3.5 Pemeriksaan Cr

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen Cr-1
3. Kuvet 3. Reagen Cr-2
4. Spektrofotometer
5. Tissue

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Menuangkan reagen Cr-1 sebanyak 1 takaran sendok mikro abu-abu ke
dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan 6 tetes reagen Cr-2.
4. Menambahkan sampel sebanyak 5 ml.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 1 menit.
6. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
7. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
8. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.
4.3.6 Pemeriksaan NO2-

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan

dan air
bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air baku

dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen NO2-1
3. Kuvet
4. Spektrofotometer
5. Tissue

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memipet sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen NO2-1 sebanyak 1 takaran microspoon biru.
4. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 10 menit.
5. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
6. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
7. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.

4.3.7 Pemeriksaan NO3-

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen NO3-1
3. Kuvet 3. Reagen NO3-2
4. Spektrofotometer
5. Tissue

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memipet reagen NO3-1 sebanyak 4 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan 0,5 ml sampel.
4. Menambahkan 0,5 ml reagen NO3-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 10 menit.
6. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
7. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
8. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.

4.3.8 Pemeriksaan NH4+

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen NH4-1
3. Kuvet 3. Reagen NH4-2
4. Spektrofotometer 4. Reagen NH4-3
5. Tissue

b. Prosedur Kerja
1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.
2. Memipet sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen NH4-1 sebanyak 0,6 ml.
4. Menambahkan 1 takaran microspoon biru reagen NH4-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
6. Menambahkan 4 tetes reagen NH4-3.
7. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
8. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
9. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
10. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.

4.3.9 Pemeriksaan SO42-

Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air

baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan

air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air

baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Sampel (air baku dan air bersih)


2. Spoit 2. Reagen SO4-1
3. Kuvet 3. Reagen SO4-2
4. Spektrofotometer 4. Reagen SO4-3
5. Tissue 5. Reagen SO4-4

b. Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.


2. Memipet sampel sebanyak 2,5 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen SO4-1 sebanyak 2 tetes.
4. Menambahkan 1 takaran microspoon hijau reagen SO4-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
6. Menambahkan 2,5 ml reagen SO4-3.
7. Menambahkan 4 tetes reagen SO4-4
8. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 7 menit.
9. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
10. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
11. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisa


5.1.1 Analisa Harian

a. Pemeriksaan Kekeruhan

(Terlampir pada lampiran)

b. Pemeriksaan pH

(Terlampir pada lampiran)

c. Pemeriksaan Alkalinity

1000 𝑥 𝑁 𝐻2𝑆04 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i 𝑥 50


Alkalinity = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘 𝑚𝑔
1000 𝑥 0,02 𝑥 5 𝑚𝑙 𝑥 50
𝐿 𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘
= 100 𝑚𝑙

= 50 mg/l

d. Jartest

(Terlampir pada lampiran)

e. Pemeriksaan Sisa Klor

(Terlampir pada lampiran)

f. Pemeriksaan Chlorida

1000 𝑥 𝑁 𝐴g𝑁03 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i 𝑥 35,5


Chlorida = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘 𝑚𝑔
1000 𝑥 0,014 𝑥 2,1 𝑚𝑙 𝑥 35,5
𝐿 𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘
= 100 𝑚𝑙

= 10,4 mg/l
g. Penentuan Dosing

𝐷𝑜𝑠i𝑠 𝑥 𝐷𝑒𝑏i𝑡
Dosing = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠i
𝑚𝑔 𝑚𝑔
8 𝑥 45
𝑙 𝑑𝑒𝑡i𝑘
= 40
𝑔r
𝑙

= 0,009 l/detik

= 0,54 l/menit

5.1.2 Penentuan Kadar Koagulan

0,00102 𝑥 (𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛i𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛i𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


%Al2O3 = 5 𝑥 20
250
𝑥 100%

0,00102 𝑥 (56,2 𝑚𝑙−28,5 𝑚𝑙)


= 20 𝑚𝑙 𝑥 100 %
5 𝑚𝑙 𝑥 250 𝑚𝑙

=7%

5.1.3 Analisa Lengkap

a. Total Kesadahan

(Terlampir pada lampiran)

b. Pemeriksaan Zat Padat Terlarut (TDS)

(Terlampir pada lampiran)

c. Pemeriksaan Cu

(Terlampir pada lampiran)

d. Pemeriksaan Fe

(Terlampir pada lampiran)

e. Pemeriksaan Cr

(Terlampir pada lampiran)


f. Pemeriksaan NO2-

(Terlampir pada lampiran)

g. Pemeriksaan NO3-

(Terlampir pada lampiran)

h. Pemeriksaan NH4+

(Terlampir pada lampiran)

i. Pemeriksaan SO42-

(Terlampir pada lampiran)

Hasil Analisa Harian IPA I Ratulangi Tanggal 17 September 2020

Tabel 5.1 Hasil Analisa Harian IPA I Ratulangi

Turbidity (NTU) Sisa pH Alkalinity


Chlor
(ppm)
Jam
Air Air Air Air Air Air Air Air Air
Baku Sedimen Bersih Baku Sedimen Besih Baku Sedimen Bersih
8.00 3,39 1,62 0,264 0,1 7,1 7,0 7,1 73 68 65

10.00 3,37 0,941 0,224 0,1 7,1 7,0 7,1 73 68 65

12.00 3,11 0,892 0,217 0,1 7,1 7,0 7,1 73 68 65

Kadar Cholirada Air Baku : 150,16 mg/l

Kadar Chlorida Air Bersih : 175,19 mg/l


Hasil Analisa Jartest IPA III Antang Tanggal 30 September 2020

Tabel 5.2 Hasil Analisa Jartest IPA III Antang

Kekeruhan : 24,3 NTU Konsentrasi : 1%

pH : 6,9 Larutan Koagulan : PAC

Parameter 1 2 3 4 5 6

Koagulan Volume (ml) 3 3,5 4 4,5 5 5,5

Dosis (mg/l) 30 35 40 45 50 55

Kekeruhan (NTU) 8,19 4,48 6,97 4,68 2,84 5,55

pH 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9

5.2 Pembahasan

Air merupakan kebutuhan manusia yang mutlak diperlukan setiap waktu.

Manusia membutuhkan air bersih untuk beragam keperluan. Tingkat kebutuhan

air bersih tergantung kepada perkembangan penduduk. PDAM menjadi salah satu

penyalur air bersih layak konsumsi, salah satunya PDAM Kota Makassar.

Penyajian kebutuhan air bersih bagi masyarakat, diperlukan rangkaian proses

yang terkendali sehingga air yang sampai ke tangan konsumen layak untuk

digunakan. Untuk menjamin air yang diproduksi layak untuk digunakan bahkan

dapat dikonsumsi, diperlukan berbagai tahapan analisa terhadap air yang

diproduksi. Dimana tahapan analisa berupa analisa harian, penentuan kadar

koagulan, hingga analisa lengkap.

Pada analisa harian dilakukan pengukuran kekeruhan, pH, alkalinity,

jartest, sisa klor, dan chlorida. Hasil analisa tanggal 17 September 2020 pada tabel

5.1.1, nilai kekeruhan air baku berkisar antara 3,11-3,39 NTU, air sedimentasi
berkisar antara 0,892-1,62 NTU, dan air bersih berkisar antara 0,217-0,264 NTU.

Menurut PERMENKES/IV/2010, air bersih telah memenuhi persyaratan, bahwa

standar kekeruhan air bersih maksimal 5 NTU. pH air baku, air sedimen, dan air

bersih berkisar 7,0-7,1. Dimana pH air bersih telah memenuhi persyaratan

PERMENKES/IV/2010, yaitu pH berkisar antara 6,5-8,5. Pengentrolan pH ini

bertujuan untuk mengendalikan korosi pada pipa distribusi yang menjadikan air

bersifat racun. Desinfeksi air hasil olahan dilakukan dengan menggunakan gas

chlorine dengan konsentrasi 0,1 ppm dan telah memenuhi standar kandungan air

bersih menurut PERMENKES/IV/2010, yaitu 0,5 mg/l. Nilai kadar chlorida pada

air baku 150,16 mg/l dan air bersih 175,19 mg/l telah memenuhi persyaratan

PERMENKES/IV/2010, yaitu 250 mg/l. Kadar chlorida yang tinggi dapat

berbahaya bagi kesehatan karena bersifat merusak atau korosif pada kulit dan

peralatan, serta berpotensi merusak sistem pernafasan. Alkalinity air baku, air

sedimentasi, dan air bersih berkisar antara 61-64 mg/l. hal ini membuktikan

bahwa dalam air, alkalinity sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan

sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Jika kadar alkalinity terlalu tinggi, air

menjadi agresif dan menyebabkan korosi pada pipa. Sebaliknya jika kadar

alkalinity rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan, maka kalsium karbonat

pada dinding pipa dapat memperkecil penampang pipa.

Pengukuran Jartest dilakukan untuk menentukan dosis optimum dari

koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan ini dapat

dihilangkan dengan pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa

Poly Aluminium Chloride. Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan


sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil yang

terbentuk dan akhirnya bersama-sama mengendap. Seperti hasil analisa tanggal 30

September 2020 pada tabel 5.1.2, digunakan dosis yang bervariasi, yaitu 30 mg/l,

35 mg/l, 40 mg/l, 45 mg/l, 50 mg/l, dan 55 mg/l sehingga didapat nilai kekeruhan

berturut-turut, yaitu 8,19 NTU, 4,45 NTU, 6,97 NTU, 4,68 NTU, 2,84 NTU, dan

5,55 NTU dengan nilai pH keseluruhan sebesar 6,9. Nilai kekeruhan paling

rendah didapatkan pada dosis 55 mg/l, yaitu sebesar 2,84 NTU yang telah

memenuhi syarat air sedimentasi yang ditetapkan oleh PERMENKES/IV/2010.

Hal ini membuktikan bahwa PAC memiliki tingkat adsorpsi yang tinggi dengan

pembentukan flok-flok yang besar meski menggunakan dosis kecil. Pada

penggunaan PAC sebagai koagulan, pH air hasil pengolahan tidak mengalami

penurunan pH yang cukup tajam.

Pada penentuan dosing yang dilakukan pada IPA III Antang bertujuan

untuk mengetahui debit pembubuhan larutan Poly Aluminium Chlorida (PAC)

dalam setiap dosing. Dimana pada dosis optimum 8 mg/l, debit 45 l/detik, dan

konsentrasi larutan koagulan 40 gr/l, diperoleh dosing 0,54 l/menit.

Pada analisa lengkap yang diadakan satu bulan sekali, dilakukan

pengukuran fisik berupa bau, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa, suhu, dan

warna, serta pengukuran kimia berupa amoniak, besi, khlorida, chromium,

kesadahan total, nitrat, nitrit, pH, sulfat, tembaga, sisa chlor, dan zat organik.

Dimana air baku dan air bersih pada IPA I Ratulangi dan IPA III Antang

memenuhi standar PERMENKES/IV/2010.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dari tanggal 10

September sampai tanggal 2 Oktober 2020 pada PDAM IPA I Ratulangi dan IPA

III Antang, dimana proses produksi mulai dari intake air baku menuju pra

sedimen, koagulasi dengan penambahan PAC, flokulasi, sedimentasi yang

menghasilkan buangan lumpur, filtrasi, pemberian gas chlor dan berakhir pada

reservoir yang mana air bersih akan di distribusikan kepada konsumen.

Pengujian kualitas air dilakukan secara berkala, yaitu setiap dua jam sekali

berupa pengujian kekeruhan, pH, alkalinity, sisa klor, dan pengujian jartest yang

dilakukan setiap harinya. Serta pengujian chlorida dan analisa lengkap yang

dilakukan secara bertahap.

Hasil analisa jartest yang dimana menggunakan 6 variasi konsentrasi PAC

yang berbeda-beda bertujuan untuk mengetahui dosis PAC yang dibutuhkan untuk

menjernikan air baku dengan tingkat kekeruhan tertentu. Kualitas air bersih yang

diproduksi oleh PDAM IPA I Ratulangi dan IPA III Antang, rata-rata telah

memenuhi standar kualitas air bersihPERMENKESNO492/MENKO/Ptn/IV/2010.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari Praktek Kerja Lapangan ini, yaitu

perlunya perawatan pada peralatan laboratorium yang digunakan agar hasil

analisa lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Anton., dkk. 2008. Kinerja Koagulan Poly Aluminium Chloride


(PAC) dalam Penjernihan Air Sungai Kalimas Surabaya menjadi Air
Bersih.
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala.

Darnoto, Sri, dan Dwi, A. 2009. Pengaruh Penambahan Poly Aluminium


Chloride (PAC) Terhadap Tingkat Kekeruhan, Warna, dan Total
Suspened Solid (TSS) pada Leachate (Air Lindi) di TPAS Putri
Cempo Mojosongo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum.

Saputri, A. W. 2011 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA)


Babakan PDAM Tirta Kerja Raharja. Tangerang.

Sumantri B, dan Herwan, P.2017. Kualitas Pelayanan Perusahaan Daerah Air


Minum (PDAM) Kabupaten Sragen. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Yuniarti, B. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Menggunakan


Turbidimeter Berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan

A. Proses Produksi
a. IPA I Ratulangi

Pompa Air Baku Pompa Air Bersih

Tempat Penyimpanan Gas Klor Pengisian Mobil Pengangkut Air

b. IPA III Antang

Tabung Gas Klor Pompa Filtrasi


Pembuangan Lumpur Alat Ukur Debit Air Baku

B. Analisa

Turbidimeter Hasil Analisa Bakteriologi

Proses Jartest Lovibond


Analisa Kekeruhan Analisa Lengkap

Pengukuran ketinggian air pada bak


koagulasi

Anda mungkin juga menyukai