KOTA MAKASSAR
OLEH :
MAKASSAR
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kegiatan PKL yang kami laksanakan dapat
terlaksana dengan baik yang dilaksanakan di PDAM IPA I Ratulangi dan PDAM
IPA III Antang Kota Makassar serta kami dapat menyelesaikan laporan Praktek
Praktek Kerja Lapangan ini kami lakukan untuk memenuhi salah satu
Politeknik Negeri Ujung Pandang dan agar kami mahasiswa dapat memperoleh
gambaran nyata yang selama ini kami dapatkan dari bangku perkuliahan.
bimbingan dan arahan sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan
ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ir. M. Anshar, M. Si, .Ph.D. selaku Direktur Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
5. A. Arfar Ramli, S. ST, M. Adm SDA selaku Kepala Bagian Produksi dan
8. Bapak Abd. Asis, AS., S.T. selaku Pembimbing pada IPA III Antang.
10. Kedua orangtua kami yang memberi dukungan moral dan material serta
Kota Makassar telah banyak melakukan kesalahan baik yang dilakukan secara
sengaja maupun yang tidak disengaja, pada kesempatan ini kami meminta maaf
yang sebesar-besarnya. Dan kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB VI PENUTUP...............................................................................................56
6.1 Kesimpulan.................................................................................................56
6.2 Saran...........................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN...........................................................................................................58
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
sebagai sumber daya manusia yang kompetitif dan profesional. Tuntutan tersebut
tidak lepas dari tanggung jawab perguruan tinggi dan dunia kerja. Perguruan
tinggi merupakan tempat menuntut ilmu bagi para mahasiswa dan menjadi inisiasi
untuk melangkah ke dunia kerja. Ilmu dan teori yang diperoleh di perguruan
tinggi tidak cukup untuk menjadi modal mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja.
kerja dan dunia industry, maka setiap mahasiswa diharuskan untuk melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satu syarat dan penilaian untuk
memenuhi beban studi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Praktek Kerja
tentang dunia kerja dan meningkatkan sklill serta sebagai orientasi awal bagi
Pandang yang bergerak pada disiplin ilmu pengolahan bahan baku menjadi
produk setengah jadi atau produk jadi, meliputi proses pengolahan dan analisa.
1
PDAM merupakan institusi pemerintah yang diberi tanggung jawab sebagai
wadah penyediaan air bersih untuk masyarakat, khususnya pada bagian Water
Treatment Plat (WTP) menjadi salah satu tempat yang tepat untuk melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Teknik Kimia untuk mempelajari
dan IPA III Antang Kota Makassar, selama satu bulan dengan tujuan sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh
a. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai bahan evaluasi atas kurikulum yang selama ini diterapkan dengan
c. Bagi Perusahaan
bidang pendidikan.
2. Memperoleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial untuk
perusahaan.
Makassar terkhusus pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) III Antang yang dilaksanankan pada tanggal 10 September
TINJAUAN PUSTAKA
melalui lintasan tahun-tahun penting yang sangat bersejarah. Tahun 1924, 1975,
1976, 1977, 1985, 1993, dan 1998 merupakan tahun-tahun penting dalam lintas
a. IPA I Ratulangi
Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Ratulangi dibangun pada tahun 1924 oleh
Pemerintah Hindia Belanda dengan debit awal 50 l/dtk. Kemudian pada jaman
pendudukan Jepang ditingkatkan menjadi 100 l/dtk. Sumber air baku untuk IPA
Selatan pusat kota. Air dari sungai tersebut dipompa melalui saluran tertutup ke
pada salah satu unit bak pengendap dan pada saat ini hanya bisa dioperasikan
maka pada tahun 1977 dibangun Instalasi II Panaikang dengan kapasitas 500 l/dtk,
menggunakan air baku dari bendungan Lekopancing Sungai Maros sejauh ± 29,6
beton dan sejak tahun 2007 instalasi pengolahan air ini dikelola oleh mitra swasta.
Pada tahun 1985 dibangun Instalasi Pengolahan Air III Antang dengan
Kemudian berturut-turut pada tahun 1992, 2003 dan tahun 2009 dibangun IPA
instalasi ini merupakan IPA paket dengan konstruksi baja. Pada saat ini, IPA yang
kapasitas 300 l/dtk (IPA paket 4x50 l/dtk- konstruksi baja), dengan suumber air
baku dari sungai Jeneberang. IPA ini mempunyai 2 intake, yaitu di Maccini dan di
Malengkeri. Pada kondisi normal digunakan intake Maccini, namun bila musim
kemarau intake Maccini ridak dapat digunakan karena terkontaminasi dengan air
1.400 l/dtk di kabupaten Gowa, dibangun dengan konstruksi baja, dengan sumber
Letak PDAM IPA I Ratulangi berada di Jl. DR. ratulangi No.3, Mangkura,
Kecamatan Ujung Pandang. Letak PDAM IPA III Antang berada di Jl. Lasuloro
2.3.1 Visi
2.3.2 Misi
5. Memenuhi kinerja keuangan yang mandiri dan produktifitas yang efisien dan
Direktur Utama
Direktur Teknik
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini, fungsi air
bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang
utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama
untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Dalam usaha
kebutuhan air yang cukup bagi dirinya sendiri misalnya untuk keperluan rumah
tangga seperti masak, mandi, mencuci dan pekerjaan lainnya.Selain itu air juga
diperlukan untuk kebersihan jalan dan pasar, tempat rekreasi, restoran, hotel,
memakainya.
demi mendapatkan kriteria kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang baik agar
tertentu yang merugikan bagi tubuh manusia. Berikut ini adalah 5 macam sumber
dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
langsung menampung air hujan saat hujan turun karena masih mengandung
banyak kotoran, sebaiknya air hujan mulai di tampung beberapa saat setelah hujan
turun. Selain hal tersebut, yang juga harus diperhatiakan adalah air hujan
reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
c. Air Permukaan
Air Permukaan 1adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai
yang digunakan sebagai air minum harus melalui pengolahan yang sempurna
karena mengingat air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran
yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada
umumnya dapat mencukupi. Air rawa ini berwarna disebabkan oleh adanya zat –
zat organis yang membusuk, misalnya asam umus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis
tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan
kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini akan
larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari
dan O2.
d. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone
jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam : Air tanah dangkal
terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan
bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih
tapi lebih banyak megandung zat kimia (garam – garam yang terlarut) karena
molekul lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk
masing – masing lapisan tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan
terkumpul yang merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air melalui sumur – sumur dangkal. Air tanah dangkal ini terdapat
pada kedalaman 15,00 m. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang
pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam
hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga
kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika
tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan
ini, sumur ini disebut sumur artesis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya,
maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.
Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. 5. Mata air Mata air
adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air
berasal dari air tanah dalam, hampir tak terpengaruh oleh musim serta kualitas dan
air kepermukaan tanah), mata air terbagi atas : 1. Rembesan, dimana air keluar
dari lereng – lerang. 2. Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu
dataran.
sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan dari segi kualitas air yaitu
a. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya
dibawah suhu udara atau kurang lebih 25 derajat celcius sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
1. Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat.
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
3. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya
orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor
4. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan
batuan dan logam, sedangkan yang organic dapat berasal dari lapukan tanaman
desifen.
5. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam
anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.
b. Syarat Kimiawi
kandungan unsur kimia apa saja yang ada di dalamnya yang melewati batas yang
telah ditentukan. Dapat pula dilihat melalui pH air tersebut, kesadahan, dan
klorida.
2. Klorin
pengolahan air. Klor dapat berwujud padat, cair, dan gas. Klor banyak
dapat terkontaminasi oleh bakteri patogen. Oleh karena itu, dengan adanya
gas klor dapat menghindari adanya pencemaran kuman, zat organik, dan
Sedangkan sisa klor yang yang terlalu dapat menimbulkan bau tidak
enak pada air dan berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, kebutuhan
meninggalkan sisa klor bebas dalam air serta tidak menimbulkan masalah
3. pH (Derajat Keasaman)
suatu larutan encer. Mewakili konsentrasi ion hidrogen, larutan elektolit bila
dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion negative dan ion positif. Dalam
menyangkut aspek kesehatan, bahwa pH air yang terkecil dari 6,5 dan
4. Kesadahan
Adanya ion kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) di dalam air akan
5. Akalinitas
dikenal dengan acid neutralizing capacitiy (ANC) atau kuantitas anion dalam
dan hidroksida.
Air sangat bersifat alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi
c. Syarat Bakteriologis
memenuhi syarat kesehatan. Paling ideal apabila air minum bebas dari kuman
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
Parameter yang
1 berhubungan langsung
dengan kesehatan
Parameter
a.
Mikrobiologi
Jumlah per
1). E.Coli 100 mL 0
sampel
Jumlah per
2). Total bakteri
100 mL 0
Koliform
sampel
1 2 3 4
b. Kimia An-Organik
1). Arsen mg/l 0,01
2). Fluorida mg/l 1,5
3). Total kromiun mg/l 0,05
4). Kadmium mg/l 0,003
5). Nitrit
mg/l 3
(Sebagai NO2-)
6). Nitrat (Sebagai
mg/l 50
NO3-)
7). Sianida mg/l 0,07
8). Selenium mg/l 0,01
1 2 3 4
Parameteryang tidak
2 berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1). Bau Tidak berbau
2). Warna TCU 15
3). Total Zat Padat
mg/l
Terlarut 500
4). Kekeruhan NTU 5
5). Rasa Tidak berasa
Derajat
6). Suhu
Celcius Suhu udara ±3
1 2 3 4
b. Parameter Kimiawi
1). Aluminium mg/l 0,2
2). Besi mg/l 0,3
3). Kesadahan mg/l 500
4). Klorida mg/l 250
5). Mangan mg/l 0,4
6). pH mg/l 6,5 - 8,5
7). Seng mg/l 3
8). Sulfat mg/l 250
9). Tembaga mg/l 2
10). Amonia mg/l 1,5
DESKRIPSI PROSES
Gas Klor
Konsumen
Filtrasi
Penambahan PAC
Reservoir
Flokulasi
Intake merupakan bangunan atau konstruksi pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada bangunan atau kontruksi intake ini terdapat bar screen yang
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Kemudian
air akan di pompa ke bangunan atau konstruksi berikutnya, yaitu Water Treatment
Plant (WTP).
a. IPA I Ratulangi
menuju bak penampungan air baku yang terletak di IPA I Ratulangi. Saat air
mengalir menuju IPA I Ratulangi terjadi proses sedimentasi yang dibantu dengan
Air baku diambil dari sungai Lekopaccing yang terletak di Maros yang
dari air yang akan diproses. Penghilangan bahan olahan berupa sampah kasar dan
halus umumnya dihilangkan dengan saringan yang terdiri dari berbagai ukuran.
Sedangkan untuk menghilangkan pasir dan lumpur biasanya air di aliri lewat
a. IPA I Ratulangi
Setelah air ditampung di bak penampungan air baku, air akan mengalir
menuju bak selanjutnya, dimana diantara bak terdapat saringan kasar untung
menyaring benda-benda padat berukuran besar yang ikut terbawa dari intake. Di
bak kedua inilah proses pra sedimen terjadi. Yang selanjutnya air akan di pompa
pelengkap selanjutnya di pompa ke unit koagulasi lewat saluran pipa transmisi air
baku, dengan diameter 6 inci dengan panjang 2 km. Adapun fungsi dari saluran
transmisi adalah untuk mengantarkan air baku dari bangunan penyedap air ke
3.2.3 Koagulasi
secara seragam ke seluruh bagian air baku sehingga dapat membentuk flok-flok
Koagulasi secara kimia, yaitu proses penjernihan air yang dilakukan dengan
penambahan bahan kimia koagulan berbentuk Poly Aluminium Clorida (PAC)
dengan kebutuhan (dosis yang tepat). Koagulan adalah bahan kimia yang
yang tak dapat mengendap secara gravitasi. Alat pembubuhan koagulan yang
yang ditambahkan, ditentukan bervariasi dengan dosis di bawah 100 mg/L dan
dilakukan pengadukan, setelah itu dilakukan pengukuran kekeruhan dan pH. Dari
bawah 100 NTU dan pH di bawah 10 dapat menjadi dosis optimum untuk
pengolahan air.
a. IPA I Ratulangi
ditambahkan melalui pipa yang terletak di atas bak koagulasi, dimana koagulan
akan turun dengan gaya gravitasi melalui pipa. Air dari bak penampungan air
baku akan mengalir menuju bak koagulasi, dimana koagulasi berjalan secara
horizontal. Pada bak, pengadukan berjalanan dengan cara air mengalir secara zig-
zag agar larutan menjadi homogen. Yang selanjutnya air akan mengalir turun ke
bak flokulasi.
b. IPA III Antang
Koagulan yang akan digunakan pada proses koagulan berupa PAC, yang
dengan cara air masuk dari bawah dan naik ke atas secara berputar-putar lalu
tururrn kembali dengan dengan cara yang sama. Untuk proses koagulasi pada
Lapindo II, sebelum koagulasi terjadi pada tabung silinder vertikal, terlebih
dahulru air akan terkoagulasi pada tabung horizontal kecil dimana air yang telah
diinjeksi koagulan akan berputar secara horizontal dan naik ke dalam tabung
vertikal. Setelah proses koagulasi air akan dialirkan naik ke atas bak floakulasi.
3.2.4 Flokulasi
penyatuannya (aglomerasi). Tipe flokular terdiri dari tipe hidrolis, mekanis, dan
a. IPA I Ratulangi
Air yang dialiran dari proses koagulasi akan mengalami pengadukan lambat
dengan cara air akan mengalir secara zig-zag pada bak flokulasi horizontal. Yang
Trearment IPA III Antang menggunakan flokulator buffle channel tipe ruang
bersekat dengan aliran vertikal (potong melintang). Dimana air dari proses
koagulasi yang ditampung pada bak akan mengalir ke ujung bak flokulasi, yang
kemudian air akan mengalir melalui lubang atas bak menuju bak kedua dan
3.2.5 Sedimentasi
air dengan pengendapan secara gravitasi. Bak sedimentasi sering disebut juga
sebagai clarifier, jika tujuan utama operasi sedimentasi untuk menghasilkan aliran
yang keluaran yang rendah padatan tersuspensi, maka bak sedimentasi disebut
lebih berat dan dapat mengendap dalam waktu yang lebih singkat serta dapat
mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit
penyaring selanjutnya.
atau model pengendapan, umumnya lebih dari 30 menit sampai dengan 4 jam.
a. IPA I Ratulangi
Air dari bak flokulasi di alirkan menuju kolam sedimentasi dari arah utara
kolam. Kolam sedimen berukuran sangat besar, yang mana pada bagian dasar
kolam berbentuk seperti perahu. Dimana air akan menuju ke kolam sedimen
pertama, dan setelah proses sedimentasi air akan menuju ke kolam sedimen kedua
dan kolam sedimen ketiga sehingga sedimentasi terjadi secara bersamaan pada
kolam sedimen kedua dan ketiga. Sedimentasi pada bak kedua dan ketiga terjadi
instalasi terbuka.
Lumpur yang terdapat pada dasar kolam sedimen pertama akan dibuang
setiap 4 bulan sekali sedangkan untuk kolam sedimen kedua dan ketiga akan
dibuang setiap 6 bulan sekali. Jangka waktu pencucian yang lama diakibatkan
pengendapan, flok-flok cukup besar dan berat akan langsung mengendap ke dasar
memasuki dasar tangki, mengalir melalui plat dan ditampung dalam tangki. Bak
sedimentasi berbentuk kerucut pada dasarnya dengan tujuan, agar pada saat
pembuangan lumpur lebih efisien dan lumpur dapat keluar dalam jumlah yang
banyak. Lumpur-lumpur yang telah mengendap di dasar bak dalam waktu tertentu
dibuang agar endapan yang terkumpul atau flok-flok yang terdapat di bagian atas
tidat terbawa oleh aliran. Pembuangan lumpur pada unit sedimentasi dilakukan
dengan membuka katub sekat pipa penguras, dengan demikian lumpur akan
air melebihi 100 NTU maka pembuangan lumpur dilakukan setiap pergantian
shift. Hal ini dikarenakan kualitas air bersih dapat menurun dikarenakan
3.2.6 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses penjernihan dimana air yang akan diolah
dilewatkan pada suatu media porous dengan kecepatan yang relative tinggi
(kecepatan penyaringan 5-15 m/jam). Selama proses tersebut kualitas air membaik
karena terjadi pemisahan air dengan kotoran. Saringan pasir digunakan untuk air
dengan kandungan kekeruhan lebih dari 30 ppm. Akumulasi lumpur pada lapisan
Tahap ini merupakan proses penjernihan air melalui media penyaringan pasir
cepat yang terdiri dari pasir kuarsa dengan ukuran butiran 0,4-1,2 mm dan kerikil
dengan ketebalan 7 mm-3 cm sehingga pori-pori filter relatif kecil, kotoran yang
terkandung dalam air berpenetrasi jatuh ke dalam lapisan pasir. Jadi kapasitas
efektifitas.
a. IPA I Ratulangi
Air dari kolam sedimentasi dialirkan melalui aliran terbuka menuju bak
penampungan yang selanjutnya akan di alirkan pada bak-bak filtrasi. Air yang
dialirkan ke bak filtrasi akan disaring dengan pasir kuarsa yang terdapat pada
dasar bak yang dimana dibawah pasir kuarsa terdapat kerikil yang disusun dari
ukutan besar hingga ke ukuran kecil. Pasir kuarsa akan menahan lumpur halus
sehingga air dapat mengalir ke bawah melalui pasir dan kerikil menuju ruangan
desinfeksi. Pencucian bak filtrasi dilakukan dengan menggunakan angin dari
mesin pompa.
Air yang melalui bak pengendapan dialirkan menuju bak penyaringan yang
ditampung dengan talang pengumpul, air umumnya sudah bebas dari flok. Sitem
penyaringa ini terdiri dari mixed media yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas air dari hasil penyaringan. Pada proses penyaringan ini, lumpur-lumpur
halus tertahan pada pasir kuarsa dan air akan mengalir melalui pasir kuarsa
menuju ke bawah. Pada dasar bak, tepatnya 30 cm dari dasar bak terdapat plat
yang menahan kerikil yang tersusun dari ukuran yang besar hingga ukuran yang
kecil. Diatas kerikil terdapat pasir kuarsa, kerikil yang menahan pasir kuarsa agar
membawa kotoran yang menyumbat keluar filter, pencucian filter pasir dapat
dilaksanakan dengan cepat, kira-kira 30 menit. Hal ini dapat dilakukan sesering
yang dikehendaki.
3.2.7 Disinfeksi
Air yang masuk pada proses ini berarti sudah bebas dari pengotor, namun
tidak menutup kemungkinan air tersebut masih mengandung kuman dan bakteri.
Desinfeksi merupakan penambahan klor aktif pada air minum dengan tujuan
Air yang ditampung pada kamar disinfeksi, diinjeksi gas chlorine. Proses
injeksi gas chlorine dilakukan pada ruangan yang dimana gas yang diinjeksikan
mengalir melalui pipa dari ruangan gas chlorine. Gas chlorine yang digunakan
memiliki konsentrasi 99,8%. Jumlah injeksi gas chlorine pada air disesuaikan
IPA III Antang menggunakan dosting gas chlorine system hydroejector untuk
proses desinfeksi air hasil pengolahan. Air yang mengalir menuju reservoir akan
3.2.8 Reservoir
didstribusikan kepada konsumen. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri.
a. IPA I Ratulangi
Air dari proses disinfeksi akan ditangpung pada reservoir yang tertanam di
dalam tanah dengan katup udara di bagian atasnya. Reservoir pada IPA I
l/s.
Air yang telah memalui proses Water Treatment Plant akan ditampung pada
a. IPA I Ratulangi
menggunakan truk bak air, dimana air disalurkan memalui belalai yang terhunung
pada reservoir. Untuk kantur pemadam kebakaran yang terletak di sampim IPA I
Ratulangi, air dari bak sedimentasi dialirkan melalui pipa menuju kantor
pemadam kebakaran.
Air yang ditampung pada reservoir masing-masing Lapindo I, Lapindo II, dan
Tabel 3.1 Skema Gambar Proses Produksi IPA I Ratulangi dan IPA 3 Antang
Proses
IPA I RAatulangi IPA III Antang
Produksi
Intake
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
Disinfeksi
Reservoir
BAB IV
METODE ANALISA
Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air
sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir
melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
4.1.2 Pemeriksaan pH
Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air
sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir
melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari tiga tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi, air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan, air
sedimentasi yang terdapat pada kolam sedimentasi, dan air bersih yang mengalir
melalui kran di laboratorium. Dan untuk IPA III Antang, air baku, air sedimentasi,
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
c. Rumus
4.1.4 Jartest
Air yang digunakan untuk jar test berupa air baku yang terdapat pada bak
koagulasi yang belum ditambahkan koagulan (untuk IPA I Ratulangi) atau air
baku yang mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium (untuk IPA III
Antang).
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari pipa yang terhubung dengan reservoir yang terdapat
pada ruangan pompa (untuk IPA I Ratulangi) atau dari pipa yang terdapat pada
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
1. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan DPD 4 sebanyak 1 buah lalu mengkocok tabung reaksi
hingga DPD 4 larut seluruhnya.
3. Memasukka tabung reaksi ke dalam alat lovibond.
4. Mencocokkan warna larutan dengan disk yang ada pada lovibond.
4.1.6 Pemeriksaan Chlorida
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu air baku yang terdapat pada
bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan air bersih yang mengalir
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
c. Rumus
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
4.3.3 Pemeriksaan Cu
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
4.3.4 Pemeriksaan Fe
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan air
bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air baku
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan
dan air
bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air baku
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
1. Mengambil sampel dengan menggunakan wadah yang telah disediakan.
2. Memipet sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan reagen NH4-1 sebanyak 0,6 ml.
4. Menambahkan 1 takaran microspoon biru reagen NH4-2.
5. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
6. Menambahkan 4 tetes reagen NH4-3.
7. Mengkocok tabung reaksi dan mediamkan larutan selama 5 menit.
8. Memindahkan larutan ke dalam kuvet.
9. Memasukkan kuvet ke dalam wadah pada alat spektrofotometer.
10. Menekan tombol pengukuran pada alat spektrofotometer.
Sampel diambil dari dua tempat berbeda, yaitu untuk IPA I Ratulangi air
baku yang terdapat pada bak koagulasi yang belum ditambahkan koagulan dan
air bersih yang mengalir melalui kran di laboratorium. Untuk IPA III Antang air
baku dan air bersih mengalir melalui kran yang terletak di laboratorium.
Alat : Bahan :
b. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Kekeruhan
b. Pemeriksaan pH
c. Pemeriksaan Alkalinity
𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘 𝑚𝑔
1000 𝑥 0,02 𝑥 5 𝑚𝑙 𝑥 50
𝐿 𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘
= 100 𝑚𝑙
= 50 mg/l
d. Jartest
f. Pemeriksaan Chlorida
𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘 𝑚𝑔
1000 𝑥 0,014 𝑥 2,1 𝑚𝑙 𝑥 35,5
𝐿 𝑚𝑙 𝑚𝑔r𝑒𝑘
= 100 𝑚𝑙
= 10,4 mg/l
g. Penentuan Dosing
𝐷𝑜𝑠i𝑠 𝑥 𝐷𝑒𝑏i𝑡
Dosing = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠i
𝑚𝑔 𝑚𝑔
8 𝑥 45
𝑙 𝑑𝑒𝑡i𝑘
= 40
𝑔r
𝑙
= 0,009 l/detik
= 0,54 l/menit
=7%
a. Total Kesadahan
c. Pemeriksaan Cu
d. Pemeriksaan Fe
e. Pemeriksaan Cr
g. Pemeriksaan NO3-
h. Pemeriksaan NH4+
i. Pemeriksaan SO42-
Parameter 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/l) 30 35 40 45 50 55
5.2 Pembahasan
air bersih tergantung kepada perkembangan penduduk. PDAM menjadi salah satu
penyalur air bersih layak konsumsi, salah satunya PDAM Kota Makassar.
yang terkendali sehingga air yang sampai ke tangan konsumen layak untuk
digunakan. Untuk menjamin air yang diproduksi layak untuk digunakan bahkan
jartest, sisa klor, dan chlorida. Hasil analisa tanggal 17 September 2020 pada tabel
5.1.1, nilai kekeruhan air baku berkisar antara 3,11-3,39 NTU, air sedimentasi
berkisar antara 0,892-1,62 NTU, dan air bersih berkisar antara 0,217-0,264 NTU.
standar kekeruhan air bersih maksimal 5 NTU. pH air baku, air sedimen, dan air
bertujuan untuk mengendalikan korosi pada pipa distribusi yang menjadikan air
bersifat racun. Desinfeksi air hasil olahan dilakukan dengan menggunakan gas
chlorine dengan konsentrasi 0,1 ppm dan telah memenuhi standar kandungan air
bersih menurut PERMENKES/IV/2010, yaitu 0,5 mg/l. Nilai kadar chlorida pada
air baku 150,16 mg/l dan air bersih 175,19 mg/l telah memenuhi persyaratan
berbahaya bagi kesehatan karena bersifat merusak atau korosif pada kulit dan
peralatan, serta berpotensi merusak sistem pernafasan. Alkalinity air baku, air
sedimentasi, dan air bersih berkisar antara 61-64 mg/l. hal ini membuktikan
bahwa dalam air, alkalinity sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan
sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Jika kadar alkalinity terlalu tinggi, air
menjadi agresif dan menyebabkan korosi pada pipa. Sebaliknya jika kadar
alkalinity rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan, maka kalsium karbonat
koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan ini dapat
September 2020 pada tabel 5.1.2, digunakan dosis yang bervariasi, yaitu 30 mg/l,
35 mg/l, 40 mg/l, 45 mg/l, 50 mg/l, dan 55 mg/l sehingga didapat nilai kekeruhan
berturut-turut, yaitu 8,19 NTU, 4,45 NTU, 6,97 NTU, 4,68 NTU, 2,84 NTU, dan
5,55 NTU dengan nilai pH keseluruhan sebesar 6,9. Nilai kekeruhan paling
rendah didapatkan pada dosis 55 mg/l, yaitu sebesar 2,84 NTU yang telah
Hal ini membuktikan bahwa PAC memiliki tingkat adsorpsi yang tinggi dengan
Pada penentuan dosing yang dilakukan pada IPA III Antang bertujuan
dalam setiap dosing. Dimana pada dosis optimum 8 mg/l, debit 45 l/detik, dan
pengukuran fisik berupa bau, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa, suhu, dan
kesadahan total, nitrat, nitrit, pH, sulfat, tembaga, sisa chlor, dan zat organik.
Dimana air baku dan air bersih pada IPA I Ratulangi dan IPA III Antang
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
September sampai tanggal 2 Oktober 2020 pada PDAM IPA I Ratulangi dan IPA
III Antang, dimana proses produksi mulai dari intake air baku menuju pra
menghasilkan buangan lumpur, filtrasi, pemberian gas chlor dan berakhir pada
Pengujian kualitas air dilakukan secara berkala, yaitu setiap dua jam sekali
berupa pengujian kekeruhan, pH, alkalinity, sisa klor, dan pengujian jartest yang
dilakukan setiap harinya. Serta pengujian chlorida dan analisa lengkap yang
yang berbeda-beda bertujuan untuk mengetahui dosis PAC yang dibutuhkan untuk
menjernikan air baku dengan tingkat kekeruhan tertentu. Kualitas air bersih yang
diproduksi oleh PDAM IPA I Ratulangi dan IPA III Antang, rata-rata telah
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari Praktek Kerja Lapangan ini, yaitu
A. Proses Produksi
a. IPA I Ratulangi
B. Analisa