i
Laporan ini mengangkat tentang “Analisis
Kadar COD Limbah Industri di Laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Sumatera Selatan”. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui kadar COD pada suatu
limbah industri.
Susunan Laporan KP ini dibuat dengan sebaik-
baiknya, namun tentu masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat menghargai kritik dan
saran untuk menyempurnakan laporan ini. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu kimia.
Palembang, Oktober
2019
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
(Dosen Penguji I)
NIP/NIDN
iii
Mengetahui,
Dekan FST
UIN Raden Fatah Palembang Ketua Program Studi
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................I
LEMBAR PENGESAHAN.............................III
DAFTAR ISI....................................................V
DAFTAR GAMBAR.......................................VII
DAFTAR TABEL............................................VIII
BAB I................................................................1
GAMBARAN UMUM KP..............................1
1.1 Waktu dan Tempat......................................1
1.2 Profil Perusahaan........................................2
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan..................6
1.4 Profil Pembimbing KP................................7
1.5 Deskripsi Kegiatan......................................12
1.6 Denah Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan..................................................16
BAB II...............................................................17
STUDI KASUS.................................................17
2.1 Latar Belakang...........................................17
2.2 Rumusan Masalah......................................21
2.3 Tujuan dan Manfaat...................................21
2.4 Tinjauan Pustaka........................................22
v
2.4.1 Air Limbah...........................................22
2.4.2 Chemical Oxygen Demand (COD)......25
2.5 Metode Analisa..........................................30
2.5.1 Alat......................................................30
2.5.2 Bahan...................................................30
2.5.3 Sampel.................................................30
2.5.4 Flowchart Uji COD..............................31
2.5.5 Prosedur Analisis.................................32
2.6 Hasil dan Pembahasan...............................35
2.6.1 Hasil.....................................................35
2.6.2 Pembahasan.........................................37
BAB III.............................................................42
PENUTUP........................................................42
3.1 Kesimpulan................................................42
3.2 Saran..........................................................43
DAFTAR PUSTAKA......................................44
LAMPIRAN.....................................................46
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
GAMBARAN UMUM KP
1
Gambar 1.1 Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi
Sumatera Selatan (dokumentasi pribadi).
2
Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Laboratorium Lingkungan yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
pada Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Selatan nomor 14 Tahun 2016
tanggal 04 Nopember 2016 mempunyai
tugas dan fungsi membantu Kepala Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan
Provinsi Sumatera Selatan dalam
pengujian parameter kualitas lingkungan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
UPTD Laboratorium Lingkungan
dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang
bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan juga
bertindak sebagai Pembina Laboratorium.
Dalam operasionalnya Kepala UPTD
dibantu oleh 3 pejabat setingkat eselon IV
3
(Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala
Seksi Mutu dan Kepala Seksi Teknis).
1.2.2. Visi dan Misi UPTD Laboratorium
Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan
1. Visi
Sebagai Laboratorium Rujukan untuk
Pengujian Kualitas Lingkungan di Provinsi
Sumatera Selatan yang berkualitas, terpercaya
dan independen.
2. Misi
a. Menerapkan cara berlaboratorium yang
baik dan benar dan sistem manajemen
mutu yang sesuai ISO/ IEC 17025: 2005.
b. Melaksanakan pengujian kualitas
lingkungan yang berbasis kompetensi,
profesional, dengan menggunakan
standar yang diakui nasional, regional
maupun internasional untuk mencapai
kepuasan pengguna jasa.
c. Menghasilkan data pengujian yang cepat,
tepat, akurat dan terpercaya.
4
1.2.3. Lokasi
UPTD Laboratorium Lingkungan
Provinsi Sumatera Selatan berpusat di Jalan
POM IX, Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat
I, Kota Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan.
Gambar 1.2 Lokasi Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan
(www.googlemaps.com)
5
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
6
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan
7
PNS
Jabatan Sumsel Analis (Staf UPTD
Laboratorium
Lingkungan DLHP
Provinsi Sumsel)
Tanggal lahir 14 Agustus 1987
Tempat lahir Palembang
Alamat Rumah Jl. Pengadilan Kom.
Pulo Gadung NO. 02
RT 45 RW 07 KM 09
Telp / help 0823721577
Pendidikan SMK Kimia Yanitas
1.4.2 KURSUS/LATIHAN
8
Data kursus/pelatihan Pembimbing KP dapat
dilihat di tabel 1.2.
Tabel.1.2 Kursus/Latihan Pembimbing KP
No Nama Lamany Tempat
Kursus/Latihan a
(Tgl/Bln
/Thn s/d
Tgl/Bln/
Thn)
1 Peserta Pelatihan 1 Hari Palembang
TSI Dustrak II Tanggal
Aerosol Monitor 07
Septemb
er 2016
2 Inhouse Training 3 Hari Palembang
Jaminan Mutu Tanggal
dan pengendalian 23 s/d 25
mutu Pengujian Novemb
Air er 2015
3 Pelatihan Horiba 1 Hari Palembang
U-52 G Multi Tanggal
Parameter Water 16
Checker Desembe
r 2014
4 Pelatihan Teknik 2 Hari Palembang
Sampling Air Tanggal
16 s/d 17
Juli 2013
5 Pelatihan Teknik 2 Hari Palembang
Sampling Udara Tanggal
16 s/d 17
9
Juli 2013
6 Pelatihan 2 Hari Palembang
Estimasi Ketidak Tanggal
Pastian Pengujian 12 s/d 11
Air Novemb
er 2015
7 Pelatihan 3 Hari Palembang
Pengujian dan Tanggal
Jaminan Mutu 09 s/d 11
pengujian Udara Novemb
Ambient, Emisi er 2015
sumber bergerak
dan emisi sumber
tidak bergerak
8 Bimbingan teknis 3 Hari Palembang
Peningkatan Tanggal
Kapasitas SDM 1 s/d 03
Kabupaten / Kota Oktober
dalam rangka
Optimalisasi
Laboratorium
Lingkungan
Hidup Daerah
Tahun 2014
9 Peserta Pelatihan 2 Hari Palembang
Flue Analyzer Tanggal
J2KN Pro-Ecom 14 s/d
sound Pro-Quest Novemb
Hing Volume air er 2013
sampler PM 10 &
PM 2,5-Tich
10 Pelatihan 2 Hari Palembang
10
Estimasi ketidak Tanggal
pastian pengujian 12 s/d 13
Air Novemb
er 2015
11 Esco Frontier Desembe Palembang
Acela Fume r
Hoods Type
EFA-4 UDRVW-
8 Training
12 Pelatihan 2 Hari 24 Palembang
ISO/IEC 17025 s/d 25
Versi 2016 Oktober
Pengantian 2017
ISO/IEC 17025 :
2005
13 Pelatihan Teknik 1 Hari Palembang
Sampling dan Tanggal
Emisi Sumber 22
Tidak Bergerak Septemb
er 2017
14 Pelatihan 1 Hari Palembang
Pengendalian Tanggal
Mutu Pengujian ; 21
Verifikasi dan Septemb
Validasi Metode er 2017
15 Sosialisasi SNI 1 Hari Palembang
ISO/IEC 17025 : Tanggal
2008 dan 18
awareness Fdis Novemb
ISO/IEC 17025 er 2017
/2017
11
1.5 Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Kerja Praktik di Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan meliputi
kegiatan pengenalan sistem administrasi dan
analisis di Laboratorium. Pengenalan sistem
administrasi dan dilakukan selama satu hari dan
kegiatan selanjutnya kegiatan analisis di
Laboratorium.
1. Pengenalan Sistem Administrasi
Sistem administrasi Laboratorium Lingkungan
DLHP Provinsi Sumatera Selatan dibagi dalam
beberapa tahap.
a. Penerimaan sampel masuk.
Pada tahapan ini sampel masuk didata
dengan membuat Surat Permohonan
Pengujian Contoh (SPPC). Setelah
proses pendataan dilakukan proses
pemasangan kode analisis.
b. Pendataan sampel
Sampel masuk secara komputerisasi
dan manual. Data manual ditulis di
12
papan analisis untuk memudahkan
analis melihat sampel mana yang sudah
atau belum dianalisis.
c. Analisis sampel
Sampel yang telah diberi kode analisis
kemudian dianalisis oleh para analis
sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
d. Mengkaji hasil
Data hasil analisis kemudian dikaji
Penyelia dan kemudian di kaji oleh
Kasi Teknis/Manajer Teknis. Hasil
analisis berupa sartifikat hasil uji
Laboratorium.
e. Penyimpanan data
Data akhir disimpan oleh analisis dan
dilakukan pemendaharaan biaya
analisis.
f. Hasil uji
Sertifikat hasil uji Laboratorium
diberikan kepada pengirim sampel
lewat petugas SPPC.
13
2. Analisis di Laboratorium
Laboratorium Lingkungan, DLHP
Provinsi Sumatera Selatan memiliki lima
tempat pengujian.
a. Ruang timbang dan Instrumen UV-Vis
Ruangan ini dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama terdapat neraca dan desikator
sedangkan bagian kedua terdapat instrument
UV-Vis yang digunakan untuk menganalisa
sampel nitrit, nitrat, nitrogen total, MBAS, dan
COD.
b. Lab A
Di dalam ruangan ini digunakan untuk analisis
sampel udara, total nitrogen, dust fall, nitrit,
nitrat, analisis mikroba, plankton dan Benthos
c. Lab B
Di dalam ruangan ini digunakan untuk analisis
TSS, TDS, BOD, analisis logam, klorida,
surfaktan anionik, dan KMNO4.
d. Lab C
14
Di dalam Lab ini digunakan untuk analisis
minyak dan lemak, COD, uji warna, total
ammonia, dan pengujian pH.
e. Lab Instrumen
Lab ini merupakan ruangan instrumen yang
steril. Intrumen yang ada di ruangan ini adalah
AAS, UV-Vis, dan GC.
f. Lab Mikrobiologi
Lab ini digunakan untuk analisis mikrobiologi
seperti bakteri E. Coli dengan instrumen
Laminar Air Flow.
15
Pintu Masuk
Beranda Depan
Ruang
administrasi Ruang Tunggu
Ruang SPPC
Ruang
Ruang
analis
Tim
Lab
A
Analis
Ruang
Lab
B
Lab
C
instrum
Lab
Toilet
en
Toilet
Analis
Ruang
Mikro
Mik
Lab
Mi
BAB II
STUDI KASUS KP
2.1 Latar Belakang
16
Kerja Praktik merupakan pembelajaran secara
langsung di industri maupun lembaga penelitian
terkait proses-proses kimia maupun analisis
permasalahan di industri atau lembaga penelitian
ilmiah.
Kerja Praktik juga merupakan salah satu mata
kuliah wajib dalam kurikulum Program Studi S-1
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden
Fatah Palembang.
Kami melaksanakan Keja Praktik di Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP)
Sumatera Selatan karena DLHP merupakan salah
satu tempat yang memiliki laboratorium yang
menganalisis berbagai jenis limbah industri dan
air sungai. Analisis yang dilakukan pada
laboratorium tersebut sangat berkaitan erat
dengan ilmu kimia.
Menurut Hidayat Nur 2016 Limbah cair
merupakan cairan yang dihasilkan dari proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Limbah cair ini umumnya akan
dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan
17
mengalami proses pengolahan ataupun
kadangkala langsung dibuang keperairan atau
lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke
lingkungan akan sangat membahayakan karena
kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan
beracun maupun kandungan limbah yang ada
tidak mampu dicerna oleh mikroorganisme.
Karakteristik limbah umumnya dikelompokkan
dalam karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan
karakteristik biologis. Karakteristik fisik
mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan.
Karakteristik kimia mencakup BOD, COD,
kesadahan, pH dan sebagainya sedangkan
karakteristik biologis adalah ragam organisme
yang ada pada limbah tersebut.
Salah satu parameter yang di uji pada
laboratorium DLHP ialah Chemical Oxygen
Demand (COD). COD pada limbah industri perlu
diuji dan diketahui kadarnya karena jika telah
melebihi standar yang ditetapkan, senyawa-
senyawa pencemar yang terkandung dapat
membahayakan lingkungan.
18
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
salah satu parameter untuk pemantauan kualitas
air. Ini mencerminkan tingkat polusi organik yang
terjadi di ekosistem alami, termasuk sungai,
danau, dan laut. Nilai COD yang diizinkan, sangat
bervariasi dalam standar debit yang berbeda
sesuai dengan penggunaan dan sifat air (Yu,
Xiaodong. 2016).
Menurut Santoso Dwi Arif 2018 pada
pengukuran COD yang menggunakan oksidator
kuat kalium dikromat pada kondisi asam dan
panas dengan katalisator perak sulfat sehingga
segala macam bahan organik, baik yang mudah
urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Prinsipnya pengukuran COD adalah
penambahan sejumlah kalium dikromat (K2Cr2O7)
tertentu sebagai oksidator pada sampel yang telah
ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat,
kemudian dipanaskan selama 120 menit.
Pada pengujian kadar COD ini akan
dilakukan pada tiga sampel limbah industri di
Sumatera Selatan diantaranya adalah limbah
19
Industri makanan (biskuit), industri karet dan
industri minyak sawit. Beberapa contoh senyawa
organik yang terdapat pada limbah tersebut
diantaranya adalah politerpen, nitrogen dan fosfat
yang terdapat dalam limbah industri karet,
trigliserida dan lumpur yang mengandung bahan
organik tinggi yang terdapat dalam limbah
industri minyak sawit, dan amilum yang terdapat
dalam limbah industri biskuit. (Hasil analisis akan
disesuaikan dengan standar yang diberlakukan
oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan Nomor 8 Tahun 2012, baku
mutu limbah industri makanan (Kopi, permen,
dan biskuit) adalah 200 mg/l, baku mutu limbah
industri minyak sawit adalah 350 mg/l, sedangkan
baku mutu limbah industri karet adalah 250 mg/l.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menentukan kadar COD, diantaranya yaitu
analisis COD secara elektrokimia, analisis COD
dengan prinsip fotokatalitik menggunakan
partikel TiO2, analisis COD dengan refluks secara
spektrofotometri dan metode dengan bantuan
20
ultrasound. Dalam analisis COD ini digunakan
metode analisis dengan refluks secara
spektrofotometri berdasarkan SNI 6989.2:2009.
Metode ini dipilih karena merupakan prosedur
kuantitatif standar, memberikan akurasi tinggi,
dan presisi yang baik.
Menurut Vony wicheisa Fransisca 2018
Prinsip dari metode refluks tertutup adalah untuk
mempercepat reaksi organik dengan pemanasan
tanpa mengurangi volumenya dimana refluks
melibatkan kondensasi uap dengan berbaliknya
kondensat ke dalam sistem asalnya.
2.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari analisis ini
diantaranya adalah
a. Bagaimana cara mengukur kadar COD ?
b. Bagaimana kesesuaian kadar COD pada
industri biskuit, industri minyak sawit, dan
industri karet dengan standar yang telah
ditetapkan pemerintah ?
2.3 Tujuan dan Manfaat
2.3.1 Tujuan
21
Adapun tujuan dari analisis ini
yaitu untuk mengetahui cara penentuan
kadar COD pada limbah industri dan
mengetahui batas minimum dari kadar COD
yang diperbolehkan pada limbah industri
biskuit, industri minyak sawit, dan industri
karet
2.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dari analisis ini
yaitu dapat mengetahui cara penentuan kadar
COD pada limbah industri dan mengetahui
batas minimum dari kadar COD yang
diperbolehkan pada limbah industri biskuit,
industri minyak sawit, dan industri karet
2.4 Tinjauan Pustaka
2.4.1 Air Limbah
Air limbah adalah cairan atau buangan
dari rumah tangga, industri maupun tempat-
tempat umum lain yang mengandung bahan
– bahan yang dapat membahayakan
kehidupan manusia maupun makhluk hidup
22
lain serta mengganggu kelestarian
lingkungan. (Nurul Hidayah, Euis. 2017 )
2.4.1.1. Karakteristik Limbah
23
adanya hidrogen sulfide yang
dihasilkan oleh permukaan zat-zat
organik dalam kondisi anaerobik.
24
lebih dari dua juta jenis senyawa
organik yang telah diketahui.
Senyawa anorganik terdiri atas
semua kombinasi elemen yang bukan
tersusun dari karbon organik. Karbon
anorganik dalam air limbah pada
umumnya terdiri atas sand, grit, dan
mineral-mineral, baik suspended
maupun dissolved. Misalnya : klorida,
ion hidrogen, nitrogen, fosfor, logam,
berat, dan asam. Elemen-elemen yang
terdapat dalam jumlah berlebihan akan
bersifat toksik dan menghalangi proses-
proses biologis.
c. Karakter Biologis
Mikroorganisme ditemukan
dalam jenis yang sangat bervariasi
hampir dalam semua bentuk air limbah ,
biasanya dengan konsentrasi 105-108
organisme/ml. kebanyakan mrupakan
sel tunggal yang bebas ataupun
25
berkelompok dan mampu melakukan
proses-proses kehidupan (tumbuh,
metabolisme, dan reproduksi).
26
menggunakan oksidator kuat kalium dikromat
pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat sehingga segala macam bahan
organik, baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi.
Metode standar melibatkan penggunaan K2Cr2O7
dengan katalis (Ag2SO4) untuk oksidasi senyawa
organik di bawah kondisi asam (H2SO4)
(Santoso, Dwi Arif.2018).
27
Tabel 2.1 Baku mutu limbah cair untuk industri
minyak sawit
28
BOD 75
COD 200
Residu Tersuspensi 100
Minyak dan Lemak 20
pH 6-9
BOD 100
COD 250
Residu Tersuspensi 100
Amonia Total 15
Nitrogen Total 25
(sebagai N)
pH 6,0-9,0
Debit Limbah 40 m3 per ton produk karet
Maksimum
2.4.2.2 Dampak Kadar COD tinggi
29
kehidupan biota air serta menimbulkan bau
yang tidak sedap dan merusak pemandangan.
Selain itu kandungan oksigen terlarut dalam air
menjadi rendah bahkan habis sama sekali yang
menyebabkan oksigen sebagai kehidupan bagi
makhluk air tidak dapat terpenuhi (Islamawati
Diana, Dkk.2018).
30
merupakan warna yang diteruskan atau warna
yang terlihat oleh mata manusia.
Tabel perkiraan panjang gelombang
warna-warna dalam daerah cahaya tampak
dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Perkiraan panjang gelombang
warna-warna dalam daerah cahaya tampak.
Warna Warna Panjang
asli komplementer gelombang
Ungu Kuning-hijau 400-435
Biru Kuning 435-480
Hijau-biru Jingga 480-490
Biru-hijau Merah 490-500
Hijau Ungu 500-560
Kuning- Ungu 560-580
hijau
Kuning Biru 580-595
Oranye Hijau-biru 595-610
Merah Biru-hijau 610-750
31
(Chemical Oxygen Deman/COD) dengan refluks
tertutup secara spektrofotometri.
2.5.1 Alat
Alat yang digunakan adalah
Spektrofotometer sinar tampak, kuvet, tabung
kultur, pemanas dengan lubang-lubang
penyangga tabung, labu ukur, pipet volumetrik
5 ml, gelas piala, magnetic stirrer dan
timbangan analitik.
2.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air bebas
organik, digestion solution pada kisaran
konsentrasi tinggi, digestion solution pada
kisaran konsentrasi rendah, dan larutan
pereaksi asam sulfat.
2.5.3 Sample
Sampel yang digunakan adalah sampel
air limbah yang berasal dari tiga industri di
Sumatera Selatan dan diuji di laboratorium
lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan
32
Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumatera
Selatan, Jln Aerobik No.4 Kampus POM IX
Palembang.
33
Persiapan Sample
34
1,022 g K2Cr2O7
- Dimasukkan
dalam 500 ml air
suling
- Ditambahkan 167
ml H2SO4 pekat
dan HgSO4
- Diencerkan
hingga 1000 ml
Hasil
- Dimasukkan
dalam 1000 ml
H2SO4
- Diaduk hingga
larut
Hasil
3. Analisis Sampel
35
Sample air limbah
- diambil sebanyak
2,5 ml dengan
pipet volumetric
(dilakukan
pengenceran jika
sample pekat)
- dimasukkan
dalam tabung
kultur
Sample dalam tabung kultur
- Ditambahkan
digestion
solution
(K2Cr2O7 +
Ag2SO4) 1,5 ml
- Ditambahkan
3,5 ml larutan
pereaksi asam
sulfat ( HgSO4
+ H2SO4)
36
- Dipanaskan dengan
pemanas selama
120 menit pada
suhu 105º C
- Dibaca dengan
spektrofotometri
Ya ✓ ✓ ✓
Memenuh
i Tidak - - -
standar
2.6.3 Pembahasan
39
Tingkat polusi bahan organik dalam badan air
diperkirakan dengan menganalisis Chemical
Oxygen Demand (COD).
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai
seluruh bahan organik yang terkandung dalam
air. COD merupakan salah satu parameter untuk
memonitor kualitas air. Uji COD menggunakan
oksidan kimia yang kuat dalam larutan untuk
mengoksidasi senyawa organik.
Analisis kadar COD limbah di Dinas
Lingkungan Hidup Sumatera Selatan (DLHP)
menggunakan metode refluks dengan
spektrofotometri. Sampel yang diuji adalah
sampel limbah industri minyak sawit, limbah
industri karet, dan limbah industri biskuit.
Prinsip dari metode refluks tertutup adalah
untuk mempercepat reaksi organik dengan
pemanasan tanpa mengurangi volumenya.
Langkah pertama adalah preparasi
sampel. Sebanyak 2,5 ml sampel diambil
menggunakan pipet ukur dan dimasukkan
40
kedalam tabung kultur. Langkah kedua yaitu
penambahan digestion solution 1,5 ml. digestion
solution adalah campuran antara K2Cr2O7 ,
H2SO4 dan HgSO4. Kemudian ditambahkan 3,5
ml larutan pereaksi asam sulfat dan
dihomogenkan. Larutan pereaksi asam sulfat
adalah campuran antara Ag2SO4 dan H2SO4.
Langkah selanjutnya yaitu menutup tabung
kultur dengan tutupnya, lalu sampel dipanaskan
pada pemanas dengan lubang-lubang (heating
block) selama 120 menit pada suhu 105º C.
Limbah organik akan dioksidasi oleh
kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai sumber
oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta
sejumlah ion Chrom. Pada uji COD material
organik diwakilkan menggunakan CaHbOc,
dengan K2Cr2O7 dan katalis Ag2SO4 dalam asam
kuat selama 2 jam diikuti dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
K2Cr2O7 + H2SO4 H2Cr2O7 + K2SO4
H2Cr2O7 2H+ + Cr2O72-
CaHbOc + Cr2O72- + 2H+ CO2 +H2O + Cr3+
Ag2SO4
41
Ion dikromat K2Cr2O7 membentuk larutan
berwarna kuning. Ketika dikromat direduksi
menjadi ion kromat (Cr+3), larutan berubah
menjadi hijau. Dikromat menghasilkan oksidasi
lengkap bila digunakan dengan katalis dan
periode digestion selama dua jam. Dikromat
stabil pada suhu kamar ketika dilindungi dari
paparan cahaya. Senyawa perak ditambahkan
sebagai katalis untuk meningkatkan oksidasi
senyawa organik kelas tertentu. Misalnya
senyawa alifatik rantai lurus yang tidak
teroksidasi secara efektif tanpa katalis.
Langkah terakhir yaitu sampel dibaca
menggunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 400 nm hingga 700 nm. Cr2O72-
mengadsorbsi pada panjang gelombang 420 nm
sedangkan Cr3+ mengadsorbsi pada panjang
gelombang 600 nm. Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen
(O2 mg/L).
42
Hasil analisis menunjukkan kadar COD yang
diperoleh dari sampel limbah industri Minyak
sawit sebesar 315,4835 O2 mg/L, limbah industri
karet 204,628 O2 mg/L , dan insdustri biskuit
sebesar 166,9387 O2 mg/L.
BAB III
PENUTUP
43
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik yang
dilaksanakan di Laboratorium Dinas Lingkungan
Hidup dan pertanahan Sumatera Selatan dapat
disimpulkan bahwa kadar COD yang diperoleh
dari sampel limbah industri Minyak sawit sebesar
315,4835 O2 mg/L, limbah industri karet 204,628
O2 mg/L , dan insdustri biskuit sebesar 166,9387
O2 mg/L.
Menurut Peraturan Gubernur Sumatera
Selatan Nomor 8 Tahun 2012 kadar COD pada
limbah industri minyak sawit, limbah karet, dan
limbah industry berturut-turut adalah 350 O2
mg/L, 250 O2 mg/L dan 200 O2 mg/L. Sehingga
kadar COD yang diperoleh dari sampel yang diuji
tidak melebihi nilai ambang batas.
3.2 Saran
1. Digunakan metode lain lain sebagai
pembanding seperti analisis COD secara
44
elektrokimia dan analisis COD dengan prinsip
fotokatalitik menggunakan partikel TiO2
2. Pengawasan ketat dari pemerintah perlu
diterapkan agar air buangan industri tidak
mencemari lingkungan.
3. Kadar COD dapat diturunkan dengan beberapa
metode salah satunya adalah metode
fitoremediasi dengan menggunakan eceng
gondok.
DAFTAR PUSTAKA
45
A Siregar, Sakti.2005. Instalasi Pengolahan
Limbah. Yogyakarta : Kanisius.
47
LAMPIRAN 1
48
49