DISUSUN OLEH :
ROSITA HANDAYANI
G1A019067
UNIVERSITAS MATARAM
2022
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : G1A019067
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah Kerja
Praktik yang dilaksanakan di Balai Laboratorium Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Penyelia
Dr. Nur Indah Julisaniah, S.Si.,M.Si. Lalu Syamsu Rizal, SKM., M.M.
NIP. 19780702 200501 2 001 NIP. 19790512 199803 1 003
Mengetahui,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat penulis menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik yang berjudul “ANALISIS KUALITAS AIR DAN
UDARA DI BALAI LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN MATARAM PROVINSI NTB”.
Tujuan dilakukannya kerja praktik ini adalah untuk menambah wawasan
penulis dan sekaligus untuk penerapkan ilmu yang telah penulis dapatkan di
tempat PKL atau tempat dilakukannya praktik/uji.
Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini. Terutama kepada Dosen Pembimbing dan
Pembimbing Lapangan PKL yang telah membimbing dan mengajarkan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian laporan Kerja Praktik ini. Tanpa saran, kritik, dan
bantuan dari Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapangan penulis tidak dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Penulis menyadari akan ketidaksempurnaannya laporan ini karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Karenanya dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan dari
pembaca demi peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...………
1.3 Tujuan ................................................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................................
BAB II PROFIL INSTANSI………… .................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..………
BAB IV METODE KERJA……………………………………………..……….
4.1 Waktu dan Tempat Pengujian ............................................................................
4.2 Alat dan Bahan………………………………………………………….……..
4.3 Prosedur Kerja……………………………………………………………..…..
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
5.1 Hasil………………………………………………………………………..…..
5.2 Pembahasan…………………………………………………………………….
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
6.2 Saran…………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…
LAMPIRAN…………………………………………………………………..…..
DAFTAR TABEL
2) Volume
Volume tanpa pengenceran
Volume sampel yang disaring adalah 100 mL sampai dengan
minimal 10 mL.
Volume dengan pengenceran
Jika volume sampel kurang dari10 mL maka sampel harus
diencerkan dalam larutan buffer untuk memastikan pemerataan
bakteri dalam membran filter, misal: (1 mL diencerkan 9 mL
larutan buffer, 0,1 mL diencerkan dalam 9,9 mL larutan buffer).
3) Filtrasi
Diletakkan kertas saring dan filtration funnel steril pada
filterhead.
Difiltrasi sampel air pada alat filtrasi.
Diletakkan kertas saring+filtrat sampel pada media CCA.
Dipastikan kertas saring+filtrat sampel menempel dengan
sempurna pada media atau tidak ada rongga udara pada kertas
saring.
Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36 ± 2ºC salama 21 ± 3
jam.
Dihitung jumlah koloni total coliform dan E. Coli dalam satuan
CFU (Colony Forming Unit) per 100 mL berdasarkan rumus
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah koloni / volume sampel x 100
b. Pengujian Mikrobiologi
Air Hiegen dan Sanitasi
Hasil pengujian yang dilakukan sebagaimana dimuat pada tabel
3.1 dibawah ini
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Air Hiegen dan Sanitasi
No Parameter Satuan Hasil Metode
1 E. coli CFU 28 ISO 9308-1: 2014
2 Total coliform CFU 28 ISO 9308-1: 2014
Berdasarkan tabel 5.6 mengenai hasil pengujian air
hiegen dan sanitasi didapatkan data parameter E. coli sebanyak
28 CFU/100 mL dan parameter total coliform sebanyak 28
CFU/100 mL.
Air Sumur
Hasil pengujian yang dilakukan sebagaimana dimuat pada
tabel 5.7 dibawah ini.
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Air Sumur
5.2 Pembahasan
Praktikum kerja lapangan yang di laukan di balai laboratorium
lingkungan hidup dilakukan berbagai kegiatan, mulai dari sampling, serta
analisis pengujian. Berdasarkan hal tersebut didapati berbagai hasil dari air
maupun udara. Pertama, sampel udara ambien, pengambilan sampel udara
dilakukan pada koordinat −8°35’25,08”S 116°5’38,46”E ± 1,90 m 181°S.
Untuk pengambilan sampel udara ambien dilakukan dengan berbagai alat
salah satunya yaitu Portable Air Quality Monitoring System (AQMS),
Pengambilan sampel udara ambien perlu memperhatikan beberapa parameter
lapangan seperti temperature, kelembaban, kecepatan angin, arah angin, dan
tekanan. Parameter lapangan ini dapat mempengaruhi hasil dari pengambilan
sampel yang dilakukan. Untuk alat diposisikan berlawanan arah dengan arah
angin yang bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan sampel udara yang
diambil. Selain itu, penempatan alat juga berpengaruh pada saat pengambilan
sampel. Apabila alat diletakkan di bawah pohon maka akan menghalangi
penyerapan sampel udara dan hasil yang didapatkan tidak representatif.
Pengambilan sampel kebisingan dilakukan di Balai Laboratorium
Lingkugan Hidup dan Kehutanan Provensi Nusa Tenggara Barat
menggunakan alat Integrating sound level meter. Berdasarkan tabel 5.4 Hasil
Pengujian Parameter Lingkungan Kebisingan rata-rata hasil yang didapat
yaitu sebesar 73,5 dB. Sedangkan nilai hasil pada baku mutu lingkungan
untuk ampel kebisingan sebesar 65 dB. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa
nilai yang didapat mendekati nilai baku mutu. Sehingga, tingkat kebisingan
didaerah tersebut cukup baik.
Pengambilan sampel getaran dilakukan di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram, menggunakan alat Manual
Vibration Meter. Berdasarkan tabel 5.3 Hasil Pengujian Parameter
Lingkungan Getaran didapatkan getaran pada rentang nilai 0-7 dengan nilai
rata- rata 63,4 dB. Sedangkan nilai hasil baku mutu tingkat getaran <37 mm
yang artinya tingkat getaran di daerah tersebut termasuk dalam kategori tidak
mengganggu.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium pada tabel 5.5, didapatkan
hasil TSS dari beberapa sampel air, diantaranya air sungai, air limbah, air
mata air dan air sumur. Nilai TSS untuk hasil air limbah antara lain sampel
pertama (AL1) sebesar 117,5 mg/L, sampel kedua (AL2) sebesar 27,5 mg/L.
Berdasarkan Lampiran XVIII Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai, maka kelima sampel air limbah di
atas baku mutu yang ditetapkan, yakni 200 mg/L. Sementara RPD atau
presisinya sebesar 4,96%. Rendahnya nilai TSS yang dihasilkan dapat
mengindikasikan bahwa kualitas air pada lokasi pengambilan sampel adalah
tidak terlalu rendah. Kadar TSS tersebut akan mengakibatkan beberapa
perubahan, seperti meningkatnya kekeruhan air karena bertambahnya padatan
zat organik atau anorganik, penurunan penetrasi cahaya matahari yang akan
mengganggu proses fotosintesis tumbuhan air, serta turunnya suplai oksigen
terlarut yang dapat membuat badan air menjadi anaerob dan menyebabkan
kematian bagi makhluk aerob seperti biota air lainnya (Lestari dan Samsunar,
2021).
Bakteri coliform adalah organisme yang ada di lingkungan dan
dalam kotoran hewan berdarah panas dan manusia. Kehadiran bakteri ini
dalam air menunjukkan bahwa organisme penyebab penyakit (patogen) bisa
berada di sistem air. Sebagian besar patogen yang dapat mencemari
persediaan air berasal dari kotoran manusia atau hewan. Jika bakteri coliform
ditemukan dalam sampel air, operator sistem air bekerja untuk menemukan
sumber kontaminasi dan memulihkan air minum yang aman. Adanya bakteri
Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan
adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti, 2004).
Air sumur merupakan salah satu sumber air untuk keperluan rumah
tangga. Beberapa sumber pencemaran air sumur yaitu seperti limbah yang
berasal dari kegiatan-kegiatan industri baik yang bersifat padat atau pun cair,
limbah yang berasal dari kegiatan perikanan dan pertanian. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan industry ini jika tidak ditangani dengan tepat akan
sangat berbahaya bagi lingkungan, terutama kualitas air sumur (Ginting,
2007).
Dari analisis yang didapat terhadap jumlah bakteri coliform pada air
keran Balai Laboratorium Lingkungan Provinsi NTB dapat disajikan pada
tabel 5.8 berikut:
Perhitungan Koloni
Ungu 28
Biru 0
Merah 0
E. coli 28
Total Coli 28
Tabel 5.8 Perhitungan Koloni
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah cemaran bakteri coliform
dengan jumlah rata rata dari total Coliform sebesar 28 CFU/mL dan jumlah
bakteri E. Coli 28 CFU/mL, yang berarti jumlah total coliform yang diteliti
positif mengandung bakteri coliform, seperti halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diana dan Konsukartha, (2007) yang menyatakan bahwa
jumlah cemaran mikroba pada air di daerah pemukiman padat penduduk
lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan, pada metode membran filter
dalam permukaan kertas saring bakteri E. Coli ditunjukkan dengan titik titik
ungu dan biru pada kertas saring, dan untuk fecal coli ditunjukkan dengan
titik berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa total coliform yang
diperoleh sesuai dengan baku mutu Permenkes No. 32 Tahun 2017 yang
berarti apabila sesuai maka air tersebut dapat digunakan sebagai
pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta
untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.
Sedangkan E. coli yang diperoleh berada diatas baku mutu Permenkes No.
32 Tahun 2017 yang apabila berada diatas baku mutu tidak dapat digunakan
sebagai baku air minum.
Dalam pengujian mengenai kualitas air sumur SM APHA 23rd Ed,
9221: 2017 dilakukan tiga tahap pengujian. Tahap pertama yaitu Uji
perkiraan menggunakan medium LTB (Lauryl tryptose broth). Uji perkiraan
ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroorganisme pada air
dengan indikator ada atau tidaknya gelembung pada medium dalam waktu
1x24 jam. Berdasarkan data yang diperoleh dalam uji ini, diketahui terdapat
tiga seri tabung yang tampak adanya gelembung. Dimana tabung A
merupakan memiliki masing-masing volume sampel air 10 mL dengan hasil
positif sebanyak 5 tabung, tabung B memiliki volume sampel air 1 mL
dengan hasil positif sebanyak 5 tabung, dan tabung C memiliki volume
sampel 0,1 mL dengan hasil positif sebanyak 2 tabung.
Dapat diambil kesimpulan untuk uji perkiraan pada sampel air pada
tabung A, B, dan C ditemukan mikroba yang mampu memfermentasi laktosa
yang menandakan mikroba tersebut menghasilkan gas pada tabung Durham.
Terbentuknya gelembung gas dalam tabung Durham disebabkan karena
adanya mikroba pembentuk gas. Timbulnya gas disebabkan karena
kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air dalam
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48
jam dan pada suhu 35ºC.
Tahap kedua adalah uji konfirmasi, dalam uji ini digunakan medium
BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth). Berdasarkan data yang
diperoleh dalam uji ini, diketahui terdapat tiga seri tabung yang tampak
adanya gelembung. Dimana tabung A merupakan memiliki masing-masing
volume sampel air 10 mL dengan hasil positif sebanyak 5 tabung, tabung B
memiliki volume sampel air 1 mL dengan hasil positif sebanyak 5 tabung,
dan tabung C memiliki volume sampel 0,1 mL dengan hasil positif sebanyak
2 tabung.
Berdasarkan hasil pengujian air sumur dengan metode SM APHA 23rd
Ed, 9221: 2017 didapatkan indeks nilai MPN sebesar 540 MPN/100 mL,
dimana nilai tersebut sesuai dengam baku mutu yang diatur dalam PP no. 22
tahun 2021. Oleh karena itu, air sumur dapat digunakan prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
samadengankegunaantersebut.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
Balai laboratorium sangat berperan dalam melakukan pengujian parameter
lingkungan di Nusa Tenggara Barat, selain memiliki peralatan yang medukung
juga terdapat sumber daya manusia yang ahli dibidangnya. Pengujian parameter
lingkungan di balai laboratorium diantaranya pemantauan, pengujian kualitas air
seperti air sumur, air sungai, danau, laut dan limbah industry yang meliputi
parameter fisika, kimia, dan mikrobiologis. Pengujian udara meliputi udara
ambient.
6.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pihak Balai Laboratorium Lingkungan
Provinsi NTB agar mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang kualitas
air maupun udara yang telah diuji kualitasnya serta dampaknya apabila
masyarakat mengkonsumsi dan menggunakan kebutuhan air untuk keperluan
sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA