Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERUM JASA TIRTA I MOJOKERTO

Oleh:
1. Martinus Sabiyantus Tes Loe (30213016)
2. Putri Hamidha M (30213017)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Menyetujui/Mengesahkan :
Hasil Laporan Praktek Kerja Lapangan
LABORATORIUM LINGKUNGAN PERUM JASA TIRTA I,
MOJOKERTO

Nama Siswa :
Martinus Sabiyantus Tes Loe (30213016)
Putri Hamidah M (30213017)

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing Laboratorium


Analis Farmasi dan Makanan

Sony Andika Saputra., S.Farm. Rifda Churnia P. Amd.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Berkehendak, berkat rahmat-Nya kami dapat melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I
Mojokerto selama 1 bulan dan kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan pengamatan saat
praktik dan studi pustaka. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberi semangat dan membantu
selama pelaksanaan PKL. Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Imam Buchori, ST, M.Sc, selaku Manager Laboratorium Lingkungan


Perum Jasa Tirta I.
2. Ibu Rifda Churnia Purwanti selaku Deputi Manager Laboratorium Lingkungan
Perum Jasa Tirta I.
3. Bapak Sony Andika Saputra S.Farm selaku Ketua Program Studi Analis
Farmasi dan Makanan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. Seluruh karyawan dan karyawati Perum Jasa Tirta I umumnya dan analis LL
PJT I Mojokerto khususnya, yang dengan sabar membimbing dan memberikan
ilmu serta teknik menganalisa kualitas air.
5. Kedua orang tua kami yang senatiasa memberikan dukungan baik moral
maupun material.
6. Teman-teman yang sedang melaksakan Praktik Kerja Lapangan bersama yang
selalu memberikan semangat dan berbagi ilmu bersama. Serta semua pihak
yang turut membantu.

iii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini. Harapan penulis semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mojokerto , 29 Februari 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Sejarah ............................................................................................... 3
B. Visi dan Misi Perum Jasa Tirta I ....................................................... 3
C. Tugas Pokok Perum Jasa Tirta I ........................................................ 4
D. Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I ................................. 4
E. Struktur Organisasi Perum Jasa Tirta I .............................................. 5
F. Wilayah Kerja Laboratorium Lingkungan ......................................... 9
G. Lingkup Pelayanan Laboratorium Lingkungan PJT I........................ 9
H. Air .................................................................................................... 10
I. Kuallitas Air ..................................................................................... 10
J. Pencemaran Lingkungan.................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 14
A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 14
B. Teknik Kegiatan ............................................................................... 14
1. Pengambilan Sampel ................................................................ 14
2. Analisa kimia ............................................................................ 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 44
A. Kesimpulan ...................................................................................... 44
B. Saran ................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN...46

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,
sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas
belum mencukupi dapat memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada
kesehatan maupun social. Untuk memenuhi kebutuhan air, manusia harus
memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Semakin meningkatnya kepadatan
penduduk, perkembangan 1aud an1, dan aktivitas di bidang lain, dapat
meningkatkan pencemaran air.
Masalah pencemaran lingkungan terutama pencemaran lingkungan perairan
yang disebabkan oleh air limbah, baik limbah 1aud an1, pertanian maupun limbah
rumah tangga di Indonesia semakin meningkat. Menurut Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur No. 2 tahun 2008, yang dimaksud dengan pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, 1aud a dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
Lingkungan yang bermasalah, pada umumnya berdampak pada kualitas air
yang menurun akibat pencemaran. Kondisi lingkungan yang bermasalah akan
menyebabkan kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang ada di
lingkungan tersebut. Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, dan uji kenampakan
(1aud an warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam
kondisi alamiahnya. Kegiatan pemantauan kualitas air harus dilakukan oleh suatu
laboratorium yang mempunyai kompetensi hal tersebut, seperti LL PJT I
Mojokerto.

1
B. Tujuan
1. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
2. Mengetahui dan memahami parameter kualitas air.
3. Mengetahui dan memahami teknik analisa air.

C. Manfaat
1. Memperoleh pengalaman bekerja dalam tim di sebuah Instansi.
2. Menambah wawasan tentang analisa air di Laboratorium Lingkungan.
3. Melatih ketrampilan dan kemampuan dalam menerapkan ilmu serta
mengimplementasikan IPTEK yang diperoleh dari perguruan tinggi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah
Perusahaan Umum Jasa Tirta I sebagai Badan Usaha Milik Negara dibentuk
berdasarkan PP No. 5 tahun 1990 dan diperbaharui melalui PP No. 46 tahun 2010
untuk mengelola sumber daya air (SDA) dan prasarana pengairan di Wilayah
Sungai Brantas dan Bengawan Solo.
Dalam rangka peran serta untuk mewujudkan kondisi kualitas air sungai
Brantas sesuai dengan peruntukannya, maka PJT I sebagai Badan Pengelola
Daerah Pengaliran Sungai Brantas dan Bengawan Solo mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam pengolahan pencemaran air dan pengawasan mutu. Tugas
dan tanggung jawab tersebut meliputi :
1. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air pada sumber-sumber air
2. Pengumpulan dan evaluasi data pencemaran air pada sumber air
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi limbah cair yang dibuang kesumber-
sumber air pada daerah sempadan atau pada tempat-tempat yang ditentukan

Laboratorium Lingkungn PJT I telah memperoleh akreditasi dari Komite


Akreditasi Nasional (KAN) untuk penerapan Sistem Mutu SNI ISO/IEC
17025:2008 No. LP-227-IDN sebagai Laboratorium Penguji sejak 20 Agustus
2004 dan Laboratorium Lingkungan di Propinsi Jawa Timur sejak 16 Februari
2005 (Kep. Gub. Jatim No. 188/28/KPTS/013/2005).

B. Visi dan Misi Perum Jasa Tirta I


Visi dari Perum Jasa Tirta adalah menjadi salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air terbaik di Asia Pasifik
pada tahun 2025.
Misi dari Perum Jasa Tirta adalah menyelenggarakan kegiatan di bidang
Pengelolaan Sumber Daya Air dan sumber air sesuai penugasan Pemerintah yang

3
memuaskan semua pemangku kepentingan berdasarkan prinsip korporasi yang
sehat dan akuntabel.

C. Tugas Pokok Perum Jasa Tirta I


Perum Jasa Tirta I mempunyai beberapa tugas pokok, yang sesuai dengan
peraturan pemerintah Nomor 93 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta
1 pasal 8 menyebutkan kegiatan usaha sebagai berikut :
1. Menyediakan air baku untuk perusahaan air minum, listrik, usaha-usaha,
perkotaan, kawasan permukiman, perikanan, perkebunan, industri, dan
penggunaan lainnya.
2. Usaha pariwisata, jasa konsultasi, jasa konstruksi, usaha pemanfaatan
lahan, dan usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya tujuan
bersama.

D. Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I


Laboratorium Lingkungan merupakan salah satu sarana yang dimiliki oleh
Perum Jasa Tirta I untuk menunjang pelaksanaan pemantauan sumber daya air.
Dalam rangka mendukung pemerintah untuk mengndalikan pencemaran, LIPI
bekerjasama dengan PJT I melalui proyek eliminasi polusi sungai kali brantas
(Brantas River Water and Pollution Management/ BRWQPM) membangun sistem
telemetri untuk memonitoring kualitas air di DPS kali Brantas baik secara offline
maupun online.

4
MANAJEMEN PUNCAK
Direktur Pengembangan

Kepala Divisi SPAM & PLTA/PLTM

Manajer Laboratorium Quality Assurance (QA)


Lingkungan

Deputi Manajer
Laboratorium Lingkungan

Lab. Lingkungan Malang Tim Kalibrasi Lab. Laboratorium Mojokerto


& Verifikator
- Quality Control - Quality Control (QC)
- Petugas Administrasi - Petugas Administrasi :
- Perkantoran - Perkantoran
- Pergudangan - Pergudangan
- Petugas Pengambil Contoh Uji - Petugas Pengambil Contoh Uji
- Analis - Analis

Gambar Struktur Organisasi Perum Jasa Tirta

E. Struktur Perum Jasa Tirta 1


Struktur Organisasi Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I, adalah
sebagai berikut :
1. Direktur Pengembangan
a. Mengesahkan kebijakan mutu dan pedoman mutu LL
b. Memastikan pengembangan, penerapan, pemeliharaan, dan
peningkatan sistem manajemen mutu berjalan secara efektif
c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan pihak luar
untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan

5
d. Mengarahkan dan memastikan sumber daya LL mampu
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi LL dibidang
pengujian
e. Mengesahkan rencana anggaran pendapatan dan biaya LL

2. Kepala Divisi SPAM dan PLTA/PLTM Perum Jasa Tirta I


a. Memastikan bahwa setiap sistem meanajemen mutu telah ditetapkan,
diterapkan, dipelihara, dan dikembangkan sesuai dengan persyaratan
SNI ISO/IEC 17025 : 2008
b. Melaporkan kepada Direktur Pengembangan tentang perikerja sistem
manajemen mutu laboratorium
c. Memprakarsai peningkatan sistem manajemen mutu secara
berkelanjutan
d. Mengkoordinasi Rapat Tinjauan Manajemn Laboratorium (RTML) /
kaji ulang manajemen
e. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan pihak luar
untuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu
laboratorium
f. Membuat rencana anggaran pendapatan dan biaya LL bersama-sama
dengan manager laboratorium
g. Mengusulkan rencana anggaran pandapatan dan biaya LL kapada
Direksi
h. Mengesahkan/menyetujui prosedur laboratorium
i. Membina staf laboratorium

3. Quality Assurance
a. Merencanakan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
b. Memeriksa kesesuaian dokumen yang dibuat, terutama dalam bidang
manajemen
c. Mengkoordinasi pelaksanaan audit internal dan membuat laporan hasil
audit
d. Mengendalikan dokumen Sistem Manajemen Mutu
6
e. Mengontrol kegiatan pengendalian mutu
f. Bersama Manajer Laboratorium membuat dan mengevaluasi sasaran
mutu LL
g. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan
dokumen Sistem Manajeman Mutu dan melaporkan kepada kepala
Divisi SPAM dan PLTA / PLTM
h. Membantu mengkoordiansikan kaji ulang mamajemen yang dilakukan
oleh Kepala Divisi SPAM dan PLTA / PLTM

4. Manager Laboratorium Lingkungan


a. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan realisasinya
b. Merencanakan anggaran laboratorium berkoordinasi dengan Kepala
Divisi SPAM dan PLTA / PLTM
c. Mengkoordinaskan operasional LL
d. Bersama QA membuat dan mengevaluasi sasaran mutu LL
e. Memastiakn bahwa seluruh personel LL bertanggang jawab terhadap
pemenuhan persyaratan pelanggan dibidang laboratorium pengujian
f. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium.
g. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama di bidang
teknis
h. Mengeluarkan dan mengesahkan sertifikat hasil uji
i. Memeriksa hasil analisa dan QC nya
j. Melakukan koordinasi dengan manager mutu untuk permasalahan
sistem jaminan mutu laboratorium
k. Memasarkan laboratorium kepihak luar
l. Pembinaan kepada pelanggan

5. Deputi Manager Laboratorium


a. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan realisasinya
b. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium
c. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama dalam
bidang teknis
7
d. Mengeluarkan dan mengesahkan Sertifikat Hasil Uji
e. Memeriksa data hasil analisa dan QC nya
f. Memasarkan laboratorium ke pihak luar
g. Pembinaan kepada pelanggan

6. Analis
a. Mempersiapkan dan melakukan analisa contoh uji air untuk parameter-
parameter yang dianalisis
b. Bertanggung jawab terhadap ketelitian dan kecermatan dalam proses
analisis
c. Memelihara peralatan (termasuk kebersihannya)
d. Memasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia
e. Mendokumentasikan dan memelihara hasil analisis
f. Melakukan validasi metode dan perhitungan ketidakpastian analisis
sesuai denagn parameter yang dianalisis
g. Membuat intruksi kerja analisis dan alat
h. Melaksanakan verifikasi peralatan LL dan membuat jadual kalibrasi
eksternal

7. Petugas Lapangan/ Pengambil Contoh Uji


a. Melakukan pengecekan alat sebelum digunakan analisis lapangan
b. Melakukan pengambilan contoh uji di lapangan
c. Menganalisis contoh uji untuk parameter-parameter lapangan
d. Memberi kode contoh uji lapangan
e. Memelihara peralatan lapangan (termasuk kebersihannya)
f. Mamasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia
g. Melaksanakan verifikasi peralatan lapangan

8. Petugas Administrasi
a. Mendistribusikan dan melakukan pengarsipan surat menyurat
b. Membantu manajer mutu dalam pengendalian dokumen

8
c. Menyiapkan informasi dan kualitas air untuk bahan penyusunan
laporan internal dan Sertifikat Hasil Uji sampel eksternal
d. Menyimpan data hasil analisis dan backup data laboratorium
lingkungan dalam bentuk hard copy dan soft copy
e. Memelihara computer dan perangkat lunaknya serta menginstal
software
f. Menerima dan memberi kode contoh uji eksternal

9. Teknisi
a. Mengelolah administrasi peralatan dan bahan kimia laboratorium
b. Mengelolah limbah/ sisa buangan di ruang penyimpanan atau gudang
c. Menerima dan memverifikasi contoh uji intern
d. Memelihara peralatan / sarana pendukung laboratorium
e. Memverifikasi pengambilan bahan kimia dan peralatan dari pengadaan
bersama analisis

F. Wilayah Kerja Laboratorium Lingkungan


Wilayah kerja pembagian sampel untuk LL Mojokerto meliputi Wilayah
Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Selain Air Badan Air (air sungai),
LL Mojokerto juga memantau hasil buangan (limbah) dari industri dan rumah
sakit yang langsung berhubungan dengan badan sungai.

G. Lingkup Pelayanan Laboratorium Lingkungan PJT I


LL PJT I mempunyai kompetensi dalam pengujian air, udara ataupun
padatan, dimana lingkup pelayanan yang ada antara lain :
1. Pengambilan contoh uji air sungai, air limbah, air bendungan/waduk
dengan variasi kedalaman, dan air bersih maupun air minum.
2. Parameter-parameter yang dapat dianalisa oleh LL PJT I adalah :
a. Parameter Organik, misalnya Pestisida Organo Clorine, BTX,
Aliphatic Hydrocarbon, Polynuclear Hydrocarbon, Minyak Lemak,
Deterjen dan lain-lain
9
b. Parameter Anorganik, misalnya kation (ion Ca, Mg, Na, K) dan
anion (ion Cl, NO3, F, SO4 )
c. Parameter Logam, misalnya Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Mn, Ca, Sb,
Al, Ba, Co, Mg, Se, Si, Ni, As, Fe, K, Mo, dan Na
d. Parameter Wet Chemistry, misalnya pH, COD, NO3, DO, PV
(KmnO4), Boron, Alkalinitas, Asiditas, PO4, Phenon, Sulfida, NO2,
dan lain-lain
e. Parameter Biologi, misalnya : BOD, Total Coliform, Total Coli
tinjadan lain-lain
f. Parameter Fisika, misalnya :Temperatur, Daya Hantar Listrik
(DHL), Kekeruhan, TDS, TSS, FSS, VSS dan lain-lain.
g. Parameter udara ambient, (H2S, NOx, NH3, O3 dan SO2)

H. Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
merupakan komponen alam yang dapat melakukan siklus air untuk menjaga
keberadaan air dialam agar tetap dalam keadaan bersih.
Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih,
tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini
tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar (Wardhana, 1995).
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 2 tahun 2008, yang dimaksud
dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

I. Kuallitas Air
Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organisme
air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas perairan
seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.

10
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditentukan oleh banyak faktor,
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
di dalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air dapat ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologis. Kualitas limbah
menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan
pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari
berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil
konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk terjadinya
pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah ke dalam lingkungan :
1. Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam
limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah :


1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002).
Kualitas suatu perairan ditentukan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan
biotik maupun lingkungan abiotik yang berupa faktor fisik, kimia dan biologi
(Kristanto, 2002). Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi
komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja sering
tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sastrawijaya (1991)
menyatakan bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya akan
memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan
hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu penggunaan
komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat
mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan.
11
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2008 pasal 13 tentang
Pengelolaan Kualitas Air, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4
kelas yaitu:
1. Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau
peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
2. Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,
budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
3. Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,
peternakan dan pertanian
4. Kelas 4 : air yang dapatdigunakanuntukmengairitanaman/ pertanian

J. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Sedangkan fenomenaalam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi
dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air,
namun hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
3. Industri menghasilkan berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya
seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air
limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh
pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
4. Pencemaran perairan terbuka berupa danau, situ, rawa, dan sungai oleh
limbah industri maupun rumah tangga merupakan masalah yang serius.
Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi
yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan
12
kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri
(Odum, 1971).

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 01 Februari
29 Februari 2016, mulai hari Senin sampai Jumat, pukul 07.00-16.00 WIB.
Kegiatan PKL dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Perum Jasa Tirta I
Mojokerto.

B. Teknik Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama PKL/ magang di Laboratorium
Lingkungan Perusahaan Umum Jasa Tirta I adalah :
1. Pengambilan Sampel
Sebelum dilakukannya analisa kualitas air, terlebih dahulu dilakukan
pengambilan sampel.
a. Metode-metode pengambilan sampel antara lain:
1) Pengambilan sampel metode grab
Pengambilan contoh uji air yang mewakili keadaan air pada suatu
waktu tertentu dari suatu tempat.
2) Pengambilan sampel metode composite
Pengambilan contoh uji air yang diambil pada tempat yang sama
dengan waktu yang berbeda.
3) Pengambilan sampel metode integrated
Pengambilan contoh uji air yang diambil pada tempat yang
berbeda dengan waktu yang sama.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi
Penentuan lokasi sampling berdasarkan pada tujuan analisanya,
dimana lokasi dapat berasal dari sungai, waduk, air laut, air limbah dan
lain-lain.

14
Pengambilan air sungai dan air laut, didasarkan pada :
a) sumber yang tidak tercemar,
b) sumber tercemar, dan
c) sumber yang dimanfaatkan.
Sedangkan untuk waduk didasarkan pada :
a) tempat masuknya sungai ke waduk (hulu),
b) tengah waduk,
c) akan keluar (hilir).
Air limbah diambil pada inlet ataupun outlet (tergantung tujuan sampling
yang dipakai).
2. Penentuan titik sampling
a) Penentuan titik sampling di sungai :
1) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada
satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan
air;
2) Sungai dengan debit antara 0,5 150 m3/detik, contoh diambil
pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air;
3) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3.detik, contoh diambil
minimum pada enam titik masing-masing pada jarak , dan
lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.
b) Penentuan titik sampling di danau/waduk :
1) Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh
diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk;
2) Danau/waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, contoh diambil
pada tiga titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin dan di
dasar danau/waduk;
3) Danau/waduk dengan kedalaman antara 30-100 m, contoh diambil
pada empat titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin
(metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar danau/waduk;
4) Danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
15
3. Frekuensi pengambilan sampel
Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air
adalah sifat-sifat badan air yang akan diambil sampelnya untuk dianalisa
dan tujuan yang hendak dicapai. Frekuensi pengambilan sampel
bergantung dari faktor-faktor sebagai berikut :
a) Perubahan beban pencemaran yang tidak bisa diabaikan, khususnya
parameter air yang akan diteliti, misal adanya industri kota,
perubahan debit air sungai, dan sebagainya.
b) Maksud dan tujuan analisa, misal air sungai tersebut digunakan
sebagai air baku air minum, harus diawasi kualitasnya dengan lebih
teliti, karena menyangkut kesehatan masyarakat.
c) Peralatan dan dana yang tersedia, pengambilan sampel cukup
murah, tetapi perlu dipikirkan biaya pengangkutan dan analisanya.
4. Parameter yang dapat dianalisa di lapangan :
a) Temperatur/suhu
b) pH
c) Kekeruhan (turbidity)
d) DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut
e) DHL (daya hantar listrik)
f) Kondisi fisik air (bau, buih, warna dan lain-lain)
Alat yang dibutuhkan untuk analisa di lapangan adalah termometer,
pH meter, DHL meter, DO meter, dan Turbidimeter.
5. Penyimpanan dan Pengawetan Sampel
a) Sampel sebaiknya dimasukkan dalam botol penyimpanan sampai
penuh dan botol harus tertutup rapat untuk menghindari kontak
dengan udara.
b) Salah satu cara pengawetan yang umum adalah suasana dingin,
sampel diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa
atau es kering (CO2) lalu disimpan di kulkas atau lemari es.
c) Gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan
pengangkutan sehingga dapat merubah keadaan asli sampel, antara
lain:
16
1) Gas O2 dan CO2 dapat diserap sampel atau menguap ke udara.
2) Zat tersuspensi dapat mengendap bila ada endapan lumpur, botol
sampel sebelum dianalisa harus dikocok agar merata.
3) Zat cair yang ringan (lemak, minyak) dapat mengapung di
permukaan.
4) Beberapa zat terlarut dapat mengendap bila teroksidasi dengan
O2 sehingga senyawanya berubah.
5) Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang
tidak disimpan pada tempat dingin atau pH rendah.
6) Zat organik (BOD, COD) juga akan terus dicerna oleh bakteri
yang aktif bila tidak diawetkan.
6. Pengepakan dan Pengiriman Sampel
Sampel yang telah dimasukkan kedalam wadah dan telah diberi label,
ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang khusus
agar sampel tidak tumpah dan pecah selama pengiriman ke laboratorium.
7. Jaminan Kualitas Sampling
Program sampling merupakan suatu proses sistematik untuk menjamin
tingkat kebenaran datanya maka jaminan kualitas terdiri dari :
a) Perlindungan sampel yang benar
b) Penggunaan wadah sampel yang benar
c) Pengerjaan parameter lapangan dikerjakan dilapangan
d) Penggunaan blanko untuk menunjukkan ada tidaknya kontaminasi
dari peralatan yang digunakan
e) Penggunaan metode analisa yang valid
8. Prosedur Penanganan Contoh Uji.
Untuk memperoleh hasil analisis yang sesuai dan kondisi yang
sebenarnya dibutuhkan sampel yang mampu mewakili badan air yang
diperiksa. Pengambilan sampel dilakukan dari periode waktu tertentu dan
beberapa tempat sampel yang berlainan. Contoh uji air yang tidak
langsung dianalisis disimpan dalam Coldroom ( 4oC ) untuk menjaga
kondisi dan mempertahankan sifatnya. Tetapi beberapa unsur dapat
mengalami perubahan pada waktu penyimpanan, maka sampel air untuk
17
analisis logam dipisahkan dalam botol tersendiri dan diasamkan dengan
HNO3 pekat sampai pH sekitar 3,5 untuk mencegah pengendapan atau
adsorbsi oleh dinding wadah. Sedangkan untuk analisis PO4 digunakan
botol gelas yang diasamkan dengan HNO3 pekat 1 : 1.

2. Analisa kimia
Analisa kimia yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisa Suhu
Prinsip analisa :

Prinsip kerja alat ini adalah untuk mengukur temperatur dalam air
atau air limbah dalam satuan oC / oK. Cara penggunaan alat ini adalah
dengan menekan tombol ON/OFF dimana sebelumnya alat tersebut
telah dilakukan kalibrasi. Bagian pelindung sensor suhu dimasukkan
kedalam air yang akan diukur temperaturnya. Pengukuran pada aliran
air yang mengalir minimal mempunyai kecepatan 0,3 m/detik.

Alat :

1. Termometer
2. Gelas beker
3. Botol semprot

Prosedur Analisa :

1. Menyiapkan alat yang sudah terkalibrasi.


2. Memasukkan sampel kedalam botol kaca dan memasukkan
kedalam alat.
3. Tunggu hasil muncul pada layar dan catat hasil.

b. Analisa pH
Prinsip analisa :

Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe


berupa elektrode kaca dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+.

18
Alat :

1. pH Meter
2. Gelas beker
3. Botol semprot

Prosedur Analisa :

1. Menyiapkan contoh uji


2. Menyiapkan alat yang sudah terkalibrasi
3. Ukur nilai pH pada sampel

c. Analisa Kekeruhan dengan Turbidimeter


Turbidimeter : alat untuk mengukur kekeruhan air

Prosedur Analisa :

1. Masukkan 5 mL contoh uji kedalam kuvet dan tutup. Bersihkan


bagian luar kuvet dengan kain pembersih. Lakukan dengan
hati-hati agar tidak menimbilkan goresan.
2. Masukkan kuvet dalam tempat pembacaan (sample
compartement). Untuk hasil terbaik gunakan kuvet yang sama
dengan yang digunakanl pada saat kalibrasi.
3. Tekan tombol READ dan tahan beberapa saat sampai
pembacaan stabil (kurang lebih 5 detik). Lepaskan tombol dan
catat hasil pembacaan contoh uji. Hasil pembacaan akan
ditampilkan selama kurang lebih 1 menit, setelah itu layar akan
kembali kosong.
4. Jika muncul FFF pada layar maka hal ini menunjukkan
bahwa nilai turbidity dari contoh uji lebih dari 440 NTU atau
ada cahaya yang masuk melalui sampel kompartemen.
Encerkan contoh uji sampai masuk pada range pengukuran dan
lakukan pengukuran ulang. Pastikan kompartemen tertutup
sempurna.

19
d. Analisa kesadahan total
Jumlah dari kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium sebagai
kalsium karbonat dalam miligram per liter.
Prinsip :
Logam Kation (Ca&Mg) dengan indikator EBT pada pH 100.1
akan membentuk warna merah anggur jika ditambahkan titran EDTA
akan membentuk kalsium dan magnesium komplek dan akan berubah
warna dari merah anggur menjadi biru.
Alat :
1. Pipet ukur 5 mL
2. Erlenmeyer 100 mL
3. Gelas ukur 50 mL
Bahan :
1. Larutan Na-EDTA
2. Larutan Buffer pH 10
3. Indikator EBT
4. Air Suling atau demineralisasi
Prosedur Analisa Sampel :
1. Ukur 50mL contoh uji air, masukkan dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 1-2 mL.
3. Tambahkan indikator EBT sebanyak 0,1-0,2 g (sepucuk
sendok).
4. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan
warna dari merah anggur menjadi biru (limit waktu titrasi 5
menit dari penambahan larutan buffer untuk memperkecil
terjadi pengendapan CaCO3).
Untuk menghitung konsentrasi kesadahan total
3 1000
x P
=

Keterangan :

20
A = mL larutan titrasi EDTA yang digunakan untuk titrasi contoh uji
B = mg CaCO3 setara dengan 1 mL latutan titran EDTA
P = Pengenceran

e. Analisa Klorida Metode Argentometri Mohr


Prinsip :
Titrasi contoh uji dengan AgNO3, AgCl yang terbentuk
merupakan titik equivalent yang sesuai dengan kandungan klorida.
Ag+ + Cl AgCl
2Ag+ + CrO4 Ag2CrO4
Alat :
1. Labu ukur 100 dan 1000 mL
2. Gelas ukur 50 dan 100 mL
3. Pipet ukur 5 dan 10 mL
4. pH meter
5. Erlenmeyer 100ml
Bahan :
1. Larutan NaCl 0,0141 N
2. Larutan indikator K2CrO4 5%
3. Larutan AgNO3
Prosedur Standarisasi larutan baku AgNO3 :
1. Pipet 10 mL larutan NaCl 0,0141 N, masukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL. Buat larutan blanko menggunakan
blanko 10 mL air suling.
2. Tambahkan 0,5 mL larutan indikator K2CrO4 5% kocok
hingga merata.
3. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah
kecoklatan.
4. Catat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk contoh
uji (a) dan blanko (b).

21
5. Lakukan pengukuran duplo. Apabila standar deviasi (SD)
kadar klorida secara duplo lebih besar dari 5% maka
dilakukan titrasi yang ketiga.
6. Catat volume yang digunakan kemudian di rata-ratakan,
7. Hitung normalitas larutan baku AgNO3 dengan perhitungan
1 1
N AgNO3 =

Dengan penjelasan
N AgNO3 = normalitas larutan AgNO3
Va = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi NaCL (mL)
Vb = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
N1 = normalitas larutan NaCl yang digunakan
V1 = volume larutan NaCl yang digunakan (mL)

Prosedur Analisa Sampel :


1. Ukur 50 mL contoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 0,5 mL larutan indikator K2CrO4 5% kocok
hingga merata.
3. Titrasi dengan larutan indikator AgNO3 0,0141 N sampai
terjadi warna merah kecoklatan.
4. Catat mL larutan AgNO3 yang digunakan.
5. Perhitungan kadar klorida di dalam contoh uji sebagai
berikut :
() 35450 1000
Cl- =

Dengan penjelasan
A= mL larutan AgNO3 yang digunakan untuk titrasi contoh uji
B = mL larutan AgNO3 yang digunakan untuk titrasi blanko
N = Normalitas larutan AgNO3

22
f. Analisa Fenol Metode 4-Aminoantipyrine
Prinsip :
Fenol dipisahkan dari bahan-bahan pengganggu/kotoran yang
tidak mudah menguap dengan proses destilasi. Penguapan fenol sedikit
demi sedikit maka volume hasil destilasi harus sama dengan jumlah
volume semula

Prosedur analisa :
1. Ukur 100 mL contoh ujir air, blanko & standar dalam beaker,
ukur pH dan atur menjadi 3,90-4,10 dengan penambahan ;
untuk menaikkan pH dengan NaOH 1 N , untuk menurunkan
pH Asam Phospat.
2. Ukur 50 mL & pindah dalam tabung kjedahl dan di destilasi.
3. Tampung hasil destilasi sebanyak 50 mL.
4. Jika hasil destilasi keruh, diasamkan dengan Asam Phospat
sampai pH 4,0 0,1 dan dilakukan destilasi ulang.
5. Siapkan 50 mL contoh uji air, blanko dan standar yang telah di
destilasi,
6. Dipipet 1,25 mL NH4OH dan tambah NaOH 1 N menaikkan
pH atau tambah Buffer Phospat menurunkan pHsampai
contoh uji air pH 7,90,1 (7,90-8,10) , kocok.
7. Pipet 0,5 mL larutan 4-aminoantipyrine, kocok dan tambah 0,5
mL larutan K4Fe(CN)6 kocok dan tunggu 15-20 menit.
8. Ukur konsentrasi sampel dengan spektrofotometer UV-Vis
panjang gelombang 500 nm.

g. Analisa Logam Pb dengan metode destruksi basah menggunakan


Spektrofotometer Serapan Atom
Prinsip :
Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan media
penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel

23
tersuspensi tersebut didestruksi dengan menggunakan pelarut asam,
kemudian diukur dengan alat AAS.

Alat :
1. Atomic 6. Pengambil contoh
Absorbtion uji air (ASC-6100)
Spectrophotomete 7. Lampu katoda
r (AAS). dengaan masing-
2. Alat penyaring masing logam.
udara dan 8. Komputer dengan
kompresor udara. software AA-
3. Automatic pipet. Wizard.
4. Beaker glass. 9. Timbangan
5. Labu ukur 100 analitik.
mL. 10. Alat pemanas.

Bahan :
1. HNO3 pekat (pa) 6. Gas Nitrous Oxide
2. HCl 1:2 (UHP)
3. H2O2 30% 7. Gas Synthtetic Air
4. Larutan induk 8. Larutan Standart
Timbal 1000 mg/L Logam
5. Gas acetyline

Prosedur Analisa Sampel :


1. Siapkan kertas filter yang berasal dari pengujian total
partikular tersuspensi dan kertas filter baru yag digunakan
untuk pengujian blanko filter (sebagai jaminan hasil analisa).
2. Ukur dan cata panjang dan lebar filter, hitung luasnya.
3. Potong kertas filter menjadi 4 bagian yang sama kemudian
ukur dan hitung luasnya.

24
4. Masukkan kertas filter tersebut sebagai contoh uji dan
masukkan dalam beaker gelas.
5. Tambahkan 60 mL HCl 1:2
6. Tambahkan 5 mL H2O2 pekat dan tutup dengan gelas arloji.
7. Letakkan beker gelas diatas pemanas listrik dan panaskan
contoh uji sampai kurang lebih 1 jam.
8. Turunkan dari pemanas listrik, tambahkan 5 mL H2O2 pekat
dan lanjutkan pemanasan selama kurang lebih 30 menit.
9. Dinginkan contoh uji dan saring.
10. Tampung filtrat dari contoh uji, masukkan dalam beker gelas
dan tambahkan HCl 1:2 sebanyak 50 mL dan lanjutkan
pemanasan selama 30 menit, didinginkan dan saring kembali.
11. Panaskan filtrat sampai mendektai kering atau membentuk
kristal garam.
12. Tambahkan 10 mL HNO3 dan panaskan sampai seluruh residu
larut.
13. Dinginkan dan saring, tampung dalam labu ukur 50 mL dan
tepatkan sampai tanda batas contoh uji siap unutk dianalisa di
AAS.

h. Analisa Sianida
Prosedur Analisa Sampel :
1. Sampel 50 mL ditambahkan NaOH 1N sebanyak 1 mL.
2. Tambahkan 0,2 gram kristal Sulfamid Acid, kocok.
3. Tambahkan Asam Sulfat (1:1) sebanyak 5 mL, tunggu 2-3
menit.
4. Tambahkan MgCl2 sebanyak 2 mL.
5. Didestilasi dan destilat ditampung dalam tabung kultur.
6. Destilat dipipet 5 mL dimasukkan dalam labu ukur 50 mL.
7. Tambahkan NaOH 0,04 Nsebanyak 35 mL.
8. Tambahkan Buffer Asetat sebanyak 1 mL.
9. Tambahkan Chloramine-T sebanyak 2 mL.
25
10. Tambahkan Pyridine Barbituric Acid sebanyak 5 mL.
11. Tambahkan aquadest sampai ad 50 mL.
12. Dibaca dengan Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 578 nm.

i. Analisa BOD (Biology Oxygen Demand)


Alat :
1. Botol Winkler 150 4. Gelas Ukur 250 500
mL mL & pipet ukur 10
2. Inkubator dengan mL
temperatur 20C 5. Aerator
1C 6. Tabung airasi
3. DO Meter

Bahan :
1. Larutan Buffer 9. Larutan Glukose
Phospat Asam glutamat
2. Larutan MgSO4 (larutan standar BOD
3. Larutan FeCl3 194 mg/l)
4. Larutan CaCl2 10. Air laut buatan,
5. Larutan H2SO4 1 N Salinitas 19%
6. Larutan NaOH 1 N 11. Larutan penghambat
7. Air pengencer Proses Nitrifikasi
8. Larutan Seed (senyawa piridin)

Prosedur Analisa Sampel :


1. Tanpa pengenceran
a. Kocok sampel, masukkan sampel kedalam botol inkubasi
b. Analisa konsentrasi DO 0 hari sampel dengan DO meter,
kemudian catat hasil pembacaannya
c. Setelah selesai dianalisa tambhakan sampel hingga penuh
(meluber) kemudian tutup dengan hati-hati
26
d. Masukkan botol winkler ke dalam inkubator pada suhu 20C
1C selama 5 hari
e. Setelah 5 harri keluarkan botol inkubasi dari inkubator
kemudian biarkan pada suhu kamar
f. Analisa konsentrasi DO5 hari dengan DO meter, kemudian catat
hasil pembacannya
g. Hitung kadar BOD nya.
Contoh uji tanpa diencerkan:
BOD mg/l = DO0 DO5
Menggunakan pengenceran
h. Masukkan sejumlah volume sampelke dalam gelas ukur 250 mL
(volume sampel tergantung dari pengenceran)
i. Tambahkan air pengencer sampai 150 mL
j. Aduk hingga homogen, setelah homogen tuangkan dalam botol
inkubasi yang bervolume 100 mL sampai penuh
k. Analisa konsentrasi DO 0 hari sampel dengan DO meter,
kemudian catat hasil pembacaannya
l. Setelah selesai dianalisa tambhakan sampel hingga penuh
(meluber) kemudian tutup dengan hati-hati
m. Masukkan botol winkler ke dalam inkubator pada suhu 20C
1C selama 5 hari
n. Setelah 5 harri keluarkan botol inkubasi dari inkubator
kemudian biarkan pada suhu kamar
o. Analisa konsentrasi DO 5 hari dengan DO meter, kemudian
catat hasil pembacannya
p. Hitung kadar BOD nya
Contoh uji yang diencerkan (tanpa seed)
( 0 5)
BOD mg/l =

Contoh uji yang diencerkan (dengan seed)


( 0 5) (( 0 5 ))
BOD mg/l =

27
j. Analisa TSS
Prinsip :
Zat padat tersuspensi dalam air akan tertahandalam saringan
membran berdiameter 47 mm. Kemudian dipanaskan pada suhu 103-
105C selama minimal 1 jam hingga diperoleh berat tetap.

Alat :
1. Oven untuk 4. Kertas Saring
pemanasan 103- Whattman 934 AH
105C (atau sejenis)
(VENTICELL/222) 5. Alat penyarring yang
2. Timbangan analitik dilengkai dengan
3. Cawan penguap penghisap
berkapasitas 50 mL 6. Penjepit cawan
dan 100mL 7. Deksikator
8. Alat ukur gelas

Persiapan alat
1. Kertas saring
a. Masukkan kertas saring ke dalam alat penyaring
b. Operasikan alat penyaring dan bilas dengan air suling sebanyak
20 mL
c. Ulangi pembilasan kertas saring dengan 20 mL air suling hingga
bersih dari partikel halus
d. Keringkan kertas saring dalam oven 103-105C selama 1 jam
e. Dinginkan dan simpan dalam desikator selama sebelum
digunakan
f. Timbang dengan timbangan analitik sesegara mungkin sebelum
digunakan

28
2. Cawan
a. Cuci cawan dengan air kran dan bilas dengan air suling
b. Keringkan cawan berkapasitas 50 mL dalam oven 103-105C
selama 1 jam
c. Dinginkan dalam desikator
d. Timbang dengan timbangan analitik sesegara mungkin sebelum
digunakan

Prosedur Analisa sampel :


1. Letakkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya pada alat
penyaring
2. Contoh uji aor dalam botol dikocok, kemudian masukkan
sejumlaah volume contoh uji air ke dalam alat penyaring.
Contoh uji yang disaring diperkirakan memiliki konsentrasi
residu kering tertimbang antara 2,5 s/d 200 mg (dilihat kondisi
dari contoh uji dalam botol contoh uji, jernih, keruh, kental, dll)
3. Saring contoh uji(operasikan alat penyaring)
4. Ambil kertas saring dan letakkan diatas cawan yang sudah
diketahui berat tetapnya
5. Keringkan kertas saring dan cawan tersebut dalam oven pada
suhu 103-105C selama minimal 1 jam
6. Dinginkan kertas saring dan cawan dalam desikator hingga suhu
ruang
7. Timbang dengan timbangan analitik
8. Ulangi (minimal 1x) langkah pengeringan, pendinginan dan
penimbangan(e s/d g) hingga diperoleh berat tetap (selisih berat
tidak lebih dari 4%atau 0,5 mg)
9. Catat beratnya dan hitung jumalh zat padat tersuspensi
Perhitungan :
() 1000
Jumlah Zat Padat Tersuspensi (mg/L) = . ()

29
Dimana :
A : berat cawan, kertas saring dan residu (g)
B : berat kertas saring dan cawan kosong (g)

k. Analisa Minyak Lemak


Prinsip :
Sampel air yang mengandung minyak dan lemak diasamkan
dengan penambahan HCl 1:1 dan diekstrak dengan N- Hexane hingga
terjadi pemisahan fase organik ( Minyak dan Lemak) dan fase air.
Selanjutnya fase organik dipisahkan dengan cara destilasi yang mana
teknik pemisahanya didasarkan pada perbedaan titik didih yaitu antara
N Hexane 690C dengan minyak dan lemak. Gangguan dalam analisa
ini adalah N Hexane tidak hanya dapat melarutkan minyak dan
lemak tetapi bahan organik lain (standart metode, 1980). Selain itu
diperkirakan masih terdapat air yang ikut terekstrak, sehingga untuk
mengantisipasinya ditambahkan dengan Natrium Sulfat.Pemberian
Natrium Sulfat dilakukan hingga menutupi ujung kertas saring,
pengekstrakan dilakukan dengan hati hati agar Natrium Sulfat tidak
ikut masuk ke dalam labu alas bulat yang siap di destilasi.

Bahan :
1. HCl / H2SO4 1 : 1 4. Aseton
2. N-hexane 5. Asam stearat
3. Serbuk Na2SO4 6. Kertas saring
anhidrat

Alat :
1. Neraca analitik 5. Gelas ukur
2. Kondensor, klem 6. Labu destilasi
dan statif 7. Hot plate
3. Desikator
4. Labu pisah

30
8. Pipet ukur 10 ml 100 -1000 l
dan pipet otomatis

Prosedur Analisa :
1. Labu Di Oven pada suhu 1800 C selama 1 jam.
2. Diletakkan dalam desikator selama 1 jam.
3. Ditimbang dengan menggunakan neraca analitik labu destilasi
kosong.
4. Dimasukkan 200 ml contoh uji air dalam labu pisah.
5. Ditambahkan HCl 1:1 sebanyak 0,2 ml.
6. Ditambah 6 ml n-Hexana.
7. Dikocok sampai homogen selama 2 menit.
8. Ditunggu sampai fase pemisahan.
9. Fraksi air (bagian bawah) dibuang
10. Fraksi organik (bagian atas) disaring dengan serat kaca glass
wool dan ditampung dalam labu destilasi.
11. Dibilas labu pisah dengan 6 ml n-Hexane.
12. Disaring kembali ke dalam labu destilasi dengan hot plate.
13. Diangkat dan didinginkan labu destilasi berisi contoh uji air
dalam desikator dan didinginkan minimal 30 menit dengan
suhu 700 0C (dioven).
14. Diletakkan di dalam desikator selama 1 jam.
15. Ditimbang dengan neraca analitik yang sudah distabilkan.
Perhitungan:

(AB) 1000 1000


Minyak dan lemak (mg/L) = V sampel

Keterangan:
A = bobot labu + residu dalam gram
B = bobot labu kosong dalam gram

31
l. Analisa Mikrobiologi ( E.Coli dan Coliform)
Prinsip :
Suatu metode perhitungan Mikroorganisme berdasarkan data
kualitatif hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair
spesifik dalam seri tabung untuk memperoleh kisaran data kuantitatif
jumlah mikroorganisme tersebut.

Bahan :
1. BGLB
2. Lactose Broth

Alat :
1. Tabung reaksi 6. Bunsen
2. Tabung durham 7. Korek
3. Mikro pipet 8. Autoclave
4. Pipet ukur 9. Inkubator
5. Filler
Prosedur :
1. Persiapan alat dan bahan yang sudah disterilkan
2. Persiapan tabung reaksi yang sudah berisi tabung durham
dengan media 10 ml dan 5 ml dengan sesuai dengan banyaknya
sampel yang akan dianalisa
3. Sampel yang akan dianalisa terdiri terdiri dari tiga jenis. Yaitu
sampel air bersih, air sungai, dan air limbah
4. Untuk air bersih dibutuhkan 5 tabung dengan volume media
lactose broth 5 ml dan 2 media yang berisi 10 ml lactose broth
dimana dengan volume media 5 ml pemipetan sampel sebesar
10 ml, 1 media dengan volume 10 ml pemipetan sampel
sebesar 1 ml, dan 1 media dengan volume 10 ml pemipetan
sampel sebesar 0,1 ml
5. Untuk air sungai, dibutuhkan 3 tabung dengan volume media 5
ml dan 6 tabung dengan volume media 10 ml. Untuk tabung

32
dengan volume media 5 ml, pemipetan sampel sebesar 10 ml. 3
tabung dengan volume media 10 ml, pemipetan sampel sebesar
1 ml. 3 tabung dengan volume media 10 ml, pemipetan sampel
sebesar 0,1 ml.
6. Uji air limbah membutuhkan 5 tabung dengan volume media 5
ml, 10 tabung dengan volume media 10 ml. 5 tabung dengan
volume media 5 ml, pemipetan sampel sebesar 10 ml. 5 tabung
dengan volume media 5 ml pemipetan sampel sebesar 1 ml. 5
tabung dengan volume media 10 ml, pemipetan sampel sebesar
0,1 ml
7. Setlah semua sampel selesai, inkubasi selama 48 jam pada suhu
350C
8. Setelah sampel diinkubasi selama 2 hari, selanjutnya akan
dilakukan uji penegasan, yaitu uji kandungan coliform. Pada uji
kandungan coliform perlakuanya hampir sama seperti pada uji
E Coli, hanya saja media yang digunakan berbeda. Pada uji
coliform, tabung yang berisi media lactose broth dan berisi
bakteri sudah diinkubasi dipipet dengan volume pemipetan
sama seperti pemipetan pada tiap jenis air yang akan dianalisa
9. Setelah semua sampel selesai dipipet, sampel diinkubasi selama
24 jam.
10. Uji Penegasan dan perhitungan

m. Analisa COD (Chemycal Oxygen Demand)


Prinsip analisa

Analisa COD dengan alat spectrofotometer adalah bahan organik


dioksidasi oleh kalium dikromat dan asam sulfat pada kondisi
mendidih dengan katalis perak sulfat warna kuning yang terbentuk dari
ion Cr2O72-sampai dengan warna hijau yang terbentuk dari Cr3+
sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan
organik dan digunakan sebagai pengukuran pada spectrophotometer.

33
Bahan :

1. H2SO4 AgSO4 3. Aquadest


2. K2Cr2O4 HgSO4
Alat :

1. Gelas ukur 5. Botol semprot


2. Pipet ukur 6. Kuvet
3. Reaktor 7. Spektrofotometer
4. Lemari asam

Prosedur Analisa :

1. 2,5 ml sampel dan blanko analisa


2. Ditambah 1,5 ml K2Cr2O7 sebagai oksidator
3. Diberi 3,5 ml H2SO4 pekat sebagai katalisator
4. Dipanaskan pada reaktor pada suhu 1500C selama 2 jam
5. Didinginkan pada suhu kamar
6. Diukur konsentrasinya pada spektrofotometer pada panjang
gelombang 444nm.

n. Analisa Ammonia Metode Phenat


Prinsip analisa

Reaksi antara Ammonia dengan NaOCl (Sodium Hypochloride)


dan fenol serta menggunakan katalisator sodium nitroprusite
menghasilkan indofenol yang berwarna biru pucat sehingga dapat
diukur pada panjang gelombang 640 nm dengan spectrofotometer.

Bahan :

1. NaOH 6N 4. Larutan sodium


2. H2SO4 0,04N nitroprusite 0,5N
3. Larutan Phenol 5. Larutan alkali citrat
6. Larutan NaOCl

34
7. Larutan standar 8. Larutan oksida
ammonia alkali citrat :sodium
hypochlorite (4:1)

Alat :

1. Spektrofotometer 3. pH meter / Indikator


UV-Vis universal
2. Kuvet 4. Vapodest
5. Pipet ukur

Prosedur Analisa :

1. Disaring contoh uji dengan kertas saring dengan pori-pori 0,45

2. Jika contoh uji air keruh atau berwarna :


a. Dipipet 50 contoh uji air
b. Ditambahkan 2,5 ml buffer borat
c. Ditambahkan beberapa tetes NaOH 6 N sampai pH 9,5
d. Didestilasi kemudian tampung destilat ke wadah yang berisi
10 ml H2SO4 0,04 N hingga volume 50 ml (bila kurang dari
50 ml tepatkan dengan aquadest bebas ammonia)
3. Dipipet 10 ml filtrat/destilat contoh uji air
4. Ditambahkan 0,4 ml larutan phenol dan kocok
5. Ditambahkan 0,4 ml sodium nitroprusite dan 1 ml larutan oksida
kemudian dikocok
6. Dibiarkan campuran selama 5 jam (stabil 24 jam)
7. Diukur konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 640 nm

35
o. Analisa Logam Metode Spektrofotometer Serapan Atom Secara
Langsung
Prinsip analisa

Analisa logam dengan metode SSA secara langsung adalah


analisa logam menggunakan flame dengan nyala api. Setiap logam
dalam contoh uji air akan dirubah dari bentuk ion menjadi bentuk
unsur melalui proses atomisasi atau nebulasi. Setelah terbentuk unsur
dari logam logam tersebut, maka logam tersebut dapat menyerap
sinar dengan panjang gelombang tertentu. Detektor akan secara
otomatis akan terbaca sebagai absorbansi. Konsentrasi logam tersebut
berbanding lurus dengan absorbansi dari detector.

Bahan :

1. HNO3 pekat (pa) 3. Gas Nitrous Okside


2. Gas Acetyline (UHP)
(UHP) 4. Gas Synthetic Air
5. Larutan standar logam

Alat :

1. Spektrofotometer 4. Automatic pipet


serapan atom 5. Erlenmeyer
(AA-6800) 6. Timbangan analitik
2. Kertas saring 7. Labu ukur 100 ml
berpori 0,45 nm 8. Alat pemanas
3. Alat penyaring
dan kompresor
udara

36
Prosedur Analisa :

a. Persiapan Contoh Uji


Untuk logam terlarut
1. Kocok contoh uji air, kemudian saring
2. Asamkan sampai pH dibawah 2 dengan HNO3 (pa) pekat

Untuk logam total


1. Kocok contoh uji air, ukur 100ml dan masukkan ke dalam
gelas piala
2. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat, panaskan perlahan-lahan
sampai volumenya kurang lebih 10-20ml.
3. Tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan tutup gelas piala
dengan gelas arloji, kemudian panaskan.
4. Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai
semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam
contoh uji air menjadi agak putih atau contoh uji air
menjadi jernih. Pada waktu pemanasan jangan sampai
contoh uji habis.
5. Tuang dalam labu ukur 100ml, bilas erlenmeyer dengan
aquadest dan masukkan bilasannya ke dalam labu ukur
tersebut, tepatkan sampai tanda.

b. Prosedur Analisa
1. Pipet larutan standar sesuai konsentrasi yang diinginkan
dan dimasukkan dalam labu ukur 100ml
2. Tambah aquadest sampai tanda
3. Optimalkan AAS sesuai petunjuk penggunaan
4. Ukur serapan dari masing-masing larutan standar pada
panjang gelombang yang sesuai
5. Buat kurva kalibrasi untuk mendapat persamaan garis
regresi

37
6. Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah
disiapkan
7. Catat dan simpan hasil pengukuran
8. Hasil pengukuran AAS langsung dinyatakan sebagai hasil
logam, kecuali contoh uji yang diencerkan dihitung
dengan rumus.
Perhitungan : mg/l = hasil pengukuran (mg/l) x
pengenceran

p. Analisa Sulfida Metode Methilen Biru


Prinsip analisa

Analisa sulfida dengan metode methilen biru yang berdasarkan


reaksi dari sulfida, ferriklorida & dimethyl-p-phenylene diamine yang
menghasilkan metilen biru, dimana warna ferriklorida dapat
dihilangkan dengan penambahan larutan diamonuim hydrogen
phospat.
Bahan :

1. Larutan asam sulfat- 3. H2SO4


amina 4. Larutan (NH4)2HPO4
2. Larutan FeCl3

Alat :

1. Spektrofotometer 3. Labu ukur


UV-Vis 4. Pipet ukur
2. Kuvet

Prosedur Analisa :

1. Disiapkan labu ukur A dan B dengan 7,5 ml sampel


2. Pada labu A ditambah 0,5 ml Asam sulfat-amina dan 0,15 ml
FeCl3

38
3. Pada labu B ditambah 0,5 ml H2SO4 dan 0,15 ml FeCl3, adanya
ion sulfida ditandai dengan warna biru pada labu A.
4. Setelah 3-5 menit ditambah 1,6 ml (NH4)2HPO4 pada masing-
masing labu dan tunggu 3-15 menit
5. Larutan dimasukkan dalam kuvet (10 mm), dibaca pada
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 664nm,
sebagai blanko digunakan laurutan pada labu B.

q. Analisa Deterjen Metode Biru Metilena


Prinsip Analisa:

Reaksi surfaktan anionic termasuk ABS (Alkil Benzen Sulfonat),


LAS (Linier Alkilat Sulfonat), Alkil Sulfat dan Alkil PoliektosilSulfat
dengan metilin biru membentuk garam berwarna biru yang larut dalam
CHCl3. Metilen biru dan surfaktan anionic sendiri larut dalam air tapi
tidak dalam CHCl3 sedang garamnya yang berwarna biru dapat
diekstraksi dengan CHCl3 yang kemudian ABS diukur pada panjang
gelombang 652nm.

Bahan :

1. Indikator PP 4. Larutan metilen biru


2. NaOH encer 5. Kloroform
3. H2SO4 encer 6. Larutan pencuci

Alat :

1. Corong pisah 4. Pipet ukur


2. Labu ukur 5. Pipet tetes
3. Erlenmeyer

39
Prosedur Analisa :

1. Ukur 25 ml contoh uji air yang sudah disaring dengan kertas


saring dan masukkan dalam corong pisah 100 ml
2. Ditambah 1-3 tetes indikator PP
3. Ditambah NaOH encer tetes per tetes supaya larutan basa
4. Ditambah H2SO4 encer hanya untuk menghilangkan warna
merah
5. Ditambah larutan metilen biru 6,3ml
6. Ditambah 2,5ml kloroform (CHCl3) kemudian kocok 30 detik,
sesekali dibuka tutup corong untuk mengeluarkan gas
7. Biarkan hingga terjadi pemisahan, goyangkan corong perlahan,
jika terbentuk emulsi tambahkan 2,5ml isopropyl alcohol,
keluarkan lapisan bawah dan tamping
8. Ulangi ekstraksi sebanyak 3 kali dengan penambahan 2,5ml
kloroform setiap kalinya dan kumpulkan semua larutan ekstrak
9. Pipet 12,5ml larutan pencuci dan tambahkan dalam ekstrak,
kocok selama 30 detik, biarkan terjadi pemisahan fase, goyang
perlahan dan keluarkan lapisan bawah (kloroform) dan tamping
dalam labu ukur 25ml dan jaga agar lapisan air tidak terbawa.
10. Tambah kloroform sampai tanda batas volume
11. Ukur konsentrasi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 652nm. Pembacaan dilakukan tidak lebih dari 3 jam
setelah ekstraksi.

r. Analisa TOC (Total OrganiC Carbon) Metode Oksidasi Persulfat


Prinsip Analisa

Oksidasi CO2 dari sampel oksidasi CO2.


Detector CO2 mendeteksi CO2 setelah dioksidasi.
TOC = TC IC.
TOC = NPOC POC. Karena POC = 0 maka TOC = NPOC.

40
Bahan :

1. Larutan Standar Kalium Hidrogen Phtalate (KHP)


2. Acid (Asam Phospat 6M atau HCl 3M)
3. Oksid (Persulfat Oksiding Solution)
4. Dilution water (aquadest)
Alat :

1. TOC Analyser
Prosedur Analisa :

a. Inorganik Karbon (IC)

sampel Diasamkan (asam phospat) Mixing sampel

Tidak ada SCWO (Super Critical Water Reaktor


Oxidising) atau oksidasi

Separator Selain CO2 dibuang

CO2 masuk NDIR (Non Dispusive Infra Red) untuk


dideteksi CO2 nya dan dapat dibaca sebagai peak

41
b. Total Karbon (TC)

sampel Diasamkan (asam phospat) + oksidator ( Persulfat


oxidizing solution)

Mixing sampel

Reaktor

SCWO (Super Critical Water Oxidising).


- Dipanaskan pada suhu 375oC/ tekanan 3200 Psi.
- Terjadi proses pelepasan inorganic carbon.
- Ada proses oksidasi (memerlukan oksidator).

Selain CO2 dibuang Separator

CO2 masuk NDIR (Non Dispusive Infra Red)


untuk dideteksi CO2 nya dan dapat dibaca
sebagai peak

42
c. Non Purge Organic Carbon (NPOC)

sampel Diasamkan (asam phospat) + oksidator ( Persulfat


oxidizing solution)

Mixing sampel. Terjadi pelepasan CO2 yang


menguap (pelepasan POC (Purge Organic Carbon))
CO2 yang tidak menguap masuk dalam SCWO.

Reaktor

SCWO (Super Critical Water Oxidising).


- Dipanaskan pada suhu 375oC/ tekanan 3200 Psi.
- Terjadi proses pelepasan inorganic carbon.
- Ada proses oksidasi (memerlukan oksidator).

Selain CO2 dibuang Separator

CO2 masuk NDIR (Non Dispusive Infra Red)


untuk dideteksi CO2 nya dan dapat dibaca
sebagai peak

43
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan contoh uji air atau sampling dilakukan dengan menggunakan
bebrapa teknik, diantaranya adalah teknik grab, composite dan integrated.
Teknik sampling, penyimpanan, dan pengawetan sampel adalah hal yang
harus diperhatikan karena dapat menyebabkan sampel menjadi tidak
representatif. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu teknik
pengambilan sampel yang salah, wadah yang digunakan salah, jenis
pengawetan yang salah sehingga mengakibatkan sifat sampel berubah atau
rusak.
Kualitas air dapat dianalisa dengan parameter-parameter yang mendukung,
seperti analisa pH, temperatur, kekeruhan, kesadahan, klorida, fenol, logam,
timbale, sianida, BOD, COD, TSS, TOC, deterjen, sulfida, ammonia, minyak
lemak, dan mikrobiologi.

B. Saran
Laboratorium Lingkungan Perusahaan Umum Jasa Tirta I sebagai salah
satu perusahaan yang menerima siswa maupun mahasiswa untuk
melaksanakan praktik kerja lapangan agar hubungan kerja sama dengan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri umumnya serta khususnya
dengan jurusan Analis Farmasi dan Makanan dapat dipertahankan dan
berjalan dengan baik, sehingga didapatkan kualitas lulusan yang siap bersaing
dan berkompetensi untuk kemajuan teknologi industri di Indonesia.

44
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts dan Sumestri, Sri. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.

Anonim. Instruksi Kerja. Perum jasa Tirta I: Mojokerto

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Yogyakarta : Kanisius

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta : Kanisius

Greenberg, Arnold E., Clesceni, Lenore S., dan Eaton, Ander D. 1992. Standart
Methods for the Examination of Water and Wastewater.18th
Editon.Washington, DC: American Public Health Association

Odum, E.P. 1971.Fundamental of Ecology 3. Ed. Wb Sauders Company.


Philadelpia

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Sawyer & Mc Couty. 1978. Chemistry for Environment Engineering. Toronto :


Mc Graw-Hill Book Company.

Sugiharto. 1987. Dasar dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press

Sutrisno, C. Totok, dkk. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta : Rineka


Cipta

Wardana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta.:


Andi Offset.
4544
LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Contoh Uji Air.

Lampiran 2 Foto Autoclave

Lampiran 3 Foto Turbidimeter

45
46
Lampiran 4 Foto Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS/AA-6800)

Lampiran 5 Foto Corong buchner

Lampiran 6 Foto DO Meter

4746
Lampiran 7 Foto Vapodest

Lampiran 8 Foto Timbangan Kern

Lampiran 9 Foto pH Meter

47
48
Lampiran 10 Foto UV-Visible Spectrophotometer (UV-Vis 1601dan UV-Vis
1800)

Lampiran 11 Foto Spectrofluorometry

49
48

Anda mungkin juga menyukai