Anda di halaman 1dari 38

1

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)


PT. KARSABUANA LESTARI
03 Agustus sampai dengan 13 september 2015

UJI KADAR SURFAKTAN ANIONIK DALAM AIR DAN AIR


LIMBAH
DENGAN SPEKTROFOTOMETER SECARA BIRU
METILEN

Oleh
Yoga Riyanto
135055

SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
BANDAR LAMPUNG
2015
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
2

PT. KARSA BUANA LESTARI


03 Agustus sampai dengan 13 september 2015

UJI KADAR SURFAKTAN ANIONIK DALAM AIR DAN AIR


LIMBAH
DENGAN SPEKTROFOTOMETER SECARA BIRU
METILEN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Di Sekolah Menengah Kejuruan SMTI
Bandar Lampung

Oleh

Yoga Riyanto
135055

SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
BANDAR LAMPUNG
2015
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora

dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.Lingkunganterdiri

dari komponen abiotik dan biotik.Komponen abiotik adalah segala yang tidak

bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.Sedangkan

komponenbiotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,

hewan, manusia danmikro-organisme (virus dan bakteri).Kerusakan lingkungan

bisa terjadi karena ulah manusia yang menjadikan ekosistem serta kehidupan

yang di eksploitasi secara berlebihan. Kerusakan lingkungan karena faktor

manusia bisa berupa adanya pembuangan limbah dari industri ke aliran sungai,

yaitu contohnya adanya Detergen/Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS).

Deterjen adalah senyawa dengan ujung hidrokarbon hidrofobik dan

ujung ion sulfat atau sulfonat.Sifat dari deterjen adalah memperkecil tegangan

permukaan dan menjaga agar kotoran teremulsi dalam pelarut air.Peningkatan

kualitas deterjen apabila tidak diimbangi dengan penanganan limbah deterjen

dalam lingkungan, dapat menimbulkan kerugian konsumen berupa kerusakan


4

kulit dan iritasi kulit lainnya. Kelebihan alkali dapat disebabkan karena

penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan detergen. Detergen

sulit diuraikan oleh organisme sehingga kandungan senyawa yang terlalu

banyak dalam detergen dapat mengganggu ekosistem makhluk hidup

disekitarnya dengan pencemaran lingkungan oleh limbah sisa detergen.

Penentuan kadar surfaktan anionik dalam air limbah dapat

menggunakan metode spektrofotometri. Spektrofotometri adalah salah satu

metode yang sering digunakan dalam analisis surfaktan yang ada di dalam

deterjen. Metode ini menggunakan Acuan Normatif SNI 06-6989.51-2005

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Kelas II.

1.2 PROFIL PERUSAHAAN

PT. Karsa Buana Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

jasa Konsultan Lingkungan dan Laboratorium Lingkungan yang telah

berpengalaman, didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional dan

berpengalaman dibidangnya.Didirikan pada tanggal 27 September 2002.PT.

Karsa Buana Lestari telah mendapat kepercayaan dari berbagai pihak/customer

baik instansi pemerintah maupun swasta (nasional dan internasional).Setiap

layanan jasa yang dipercayakan, senantiasa dilaksanakan dengan baik dan

penuh tanggung jawab sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good

coorporate governance), sehingga produk jasa yang dihasilkan dapat

memuaskan para customer.


5

Peraturan mengenai Menteri LH No.07 tahun 2010 tentang Sertifikasi

Kompetensi Lembaga Penyusun Dokumen AMDAL, telah mendapatkan

Registrasi sebagai Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Dokumen dengan

No.0012/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH dan memenuhi Peraturan Menteri LH

No.11 tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan

Dokumen AMDAL.

Selain berpengalaman dalam pengerjaan studi-studi lingkungan juga

telah memperoleh izin operasional dari BPLHD Propinsi DKI

JakartaNo.219/2007 sebagai laboratorium lingkungan yang telah menerapkan

Sistem Manajemen Mutu ISO 17025.Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

17025, dibuktikan dengan telah mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi

Nasional (KAN) No.LP-372-IDN tanggal 5 Oktober 2007.Selain Laboratorium

Lingkungan, PT. Karsa Buana Lestari juga telah mendapat rekomendasi dari

Pusarpedal KLH No.B-276/PS.VII/LH/10/2007 sebagai Laboratorium

Lingkungan.

1.2.1 VISI DAN MISI

Visi PT. Karsa Buana Lestari yaitu menjadi perusahaan

konsultanterdepan sebagai ujung tombak pembangunan yang berwawasan

lingkungan dengan mengutamakan profesionalisme sebagai tujuan dan dasar

falsafahkerja. Kemudian, Misi PT. Karsa Buana Lestari adalah menyediakan

layanan jasa konsultansi multidisplin dan laboratorium lingkungan yang


6

profesional, sehingga dapat memberikan layanan terbaik dan kepuasan kepada

mitra usaha/mitra kerja dengan berpegang teguh pada prinsip pelestarian fungsi

lingkungan hidup demi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan

bersama.

1.2.2 Lokasi Perusahaan

PT. Karsa Buana Lestari memiliki dua lokasi yang pertama terletak di

Perkantoran bintaro 8, Jl. Bintaro Permai Raya Kav. 8/III , Bintaro Jakarta

Selatan 12330. Selanjutnya kantor kedua terletak di Jalan Kesehatan IV Kav.

45 A. Bintaro, Jakarta Selatan12330.Telp (021) 7378020. Fax: (021) 7353319.

Website www.karsabuanalestari.com.

1.2.3 Struktur Organisasi PT. Karsa Buana Lestari

PT. Karsa Buana Lestari adalah sebuah perusahaan swasta

hasilpenanaman modal tunggal yaitu Bapak Ir. Zaherunaja, M.Si.Untuk

mempermudah seluruh kegiatan yang berlangsung, perusahaan dipimpin oleh

dewan komisaris yang membawahi langsung seluruh bagian.Struktur organisasi

PT. Karsa Buana Lestari terdiri dari:

1. Dewan Komisaris

2. Direktur Utama

3. Sekretaris Direksi

4. Direktur Operasional
7

5. Direktur Pengembangan Bisnis

6. Direktur Administrasi dan Keuangan

7. Direktur Laboratorium Lingkungan

8. Manajer Teknis

9. Manajer Mutu

10. Deputi Manajer Teknis

11. Penyelia Laboratorium

12. Staff atau Teknisi Laboratorium

1.2.4 Laboratorium Lingkungan

1.2.4.1 Layanan Jasa Dan Ruang Lingkup

a. Sampling dan Analisa Kualitas Air Bersih/Minum

b. Sampling dan Analisa Kualitas Air Sungai

c. Sampling dan Analisa Kualitas Air Limbah

d. Sampling dan Analisa Kualitas Air Laut

e. Sampling dan Analisa Kualitas UdaraAmbien

f. Sampling dan Analisa Kualitas Udara Dalam Ruang

g. Sampling dan Analisa Emisi Cerobong dan Emisi Kendaraan

h. Sampling dan Analisa Kebisingan

i. Sampling dan Analisa Kebauan

j. Sampling dan Analisa Getaran


8

k. Sampling dan Analisa Biota Perairan (Plankton, Benthos)

l. Sampling dan Analisa Mikrobiologi

m. Sampling dan Analisa Uji TCLP (Logam)

n. Sampling dan Analisa Uji TCLP (Organik/Anorganik)

o. Sampling dan Analisa Kualitas Kesuburan Tanah

1.2.4.2 Administrasi Laboratorium

Dalam melakukan kegiatan analisis, PT. Karsa Buana Lestari

menggunakan sarana laboratorium, yaitu:

1. Ruang Preparasi

1.1 Preparasi Sampel Udara

Sampel udara yangdianalisis meliputi analisis udara ambien (debu, H2S,

NO2, SO2, NH3, dan CO), dan udara emisi (NOx, SO 2, H2S, NH3, HCl, HF, Cl2,

debu, dan CO).

1.2 Preparasi Sampel Air

Sampel air yang dianalisismeliputi analisis terhadap air limbah, air

permukaan, air bersih, dan air tanah.Parameter yang dianalisis meliputi: Total

Padatan Tersuspensi, Total Padatan Terlarut, pH, Suhu, DHL, Fluorida, Klorida,

Nitrat, Nitrit, Sulfat, Fosfat Terlarut dan Total, Klorin, Sulfida, Amoniak, Besi,

Krom, Krom Heksavalen, Mangan, MBAS/Detergen, Minyak dan Lemak,


9

Fenol, Oksigen Terlarut, Kebutuhan Oksigen Kimiawi, Kebutuhan Oksigen

Biokimia dan lain-lain.

2. Laboratorium Instrumen dan Ruang Timbang

Analisis yang dilakukan di laboratorium ini adalah seluruh analisis yang

berkenaan dengan alat instrumen yaituSpektrofotometer Serapan Atom (SSA),

Spektrofotometer UV/Visible,Inductively Coupled Plasma-Optical Emmition

Spektrofotometry (ICP-OES), Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan

Kromatografi Gas (KG).

1.3 Ruang Lingkup


Praktek kerja lapangan ini dititikberatkan pada Pelaksanaan Kegiatan

Pengambilan Sampel airlimbahuntuk Analisis kadar surfaktan anionikdidalam

air limbah, mencakup ruang lingkup yaitu :

Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air

limbah secara biru metilen dan diukur menggunakan spektrofotometer dengan

kisaran kadar 0,025 mg/L sampai 2,0 mg/L pada panjang gelombang 652nm.
10

1.4 Tujuan penelitian

Praktik kerja industri ini bertujuan untuk menentukan kandungan surfaktan


anionik pada sampel air limbah industri berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001, Kelas II.
11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 TEORI UMUM

Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat anorganik, air dapat

dijumpai dalam tiga fase, yaitu gas, padat, dan cair. Pada ketiga fase tersebut

secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai rumus H2O (Alaerts,1984).Air

sangat berpengaruh terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia, binatang,

maupun tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, air merupakan bahan yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk hidup dan juga sumber dasar bagi

kelangsungan kehidupan makhluk hidup di atas bumi yang perlu mendapat

perhatian khusus.Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Air hujan, yaitu air yang berasal dari proses awal daur hidrologi.

b. Air tanah, yaitu air yang keluar dari tanah akibat adanya tekanan

dari bumi.

c. Air permukaan, yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah,

contohnya air sungai, danau, dan laut.

Ketiga sumber tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

mata rantai yang tidak putus-putusnya, sehingga merupakan suatu siklus yang

dikenal sebagai daur hidrologi.


12

GAMBAR 1. Daur Hidrologi Air

2.1.1 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat

penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas

manusia.Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus

kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus

hidrologi.Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan

polutan.Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.

Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi

pertanian, bahan baku air minum.

Menurut Alaerts, yang dimaksud pencemaran air adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan komponen lain ke dalam air
13

oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.Air yang

dipergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang

diakibatkan oleh ulah manusia juga.Beberapa bahan pencemar seperti

mikrobiologi, bahan organik dan beberapa bahan anorganik sudah banyak

ditemukan dalam air yang digunakan (Darmono, 2001).

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki

karakteristik yang berbeda-beda salah satu pencemaran air yaitu oleh deterjen.

Limbah rumah tangga seperti sabun dan detergen sepertinya menjadi salah satu

sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan dampak paling

kentara terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia. Limbah pemukiman

(rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air. Masyarakat

yang menggunakan detergen secara besar-besaran, sehingga pencemaran air

bersih oleh zat ini semakin hari semakin mengkawatirkan. Detergen atau

surfaktan sintetis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik

dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam

tubuh.Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam industri

tekstil dan pertambangan, baik sebagai lubrikan, emulsi, maupun

flokulan.Komposisisurfaktan dalam detergen berkisar antara 10%-30%, disamping

polifosfat danpemutih.Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan

terbentuknya busaperairan (Effendi, 2003).


14

2.1.2 Upaya Penanggulangan Pencemaran Air Oleh Deterjen/Surfaktan

Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktivitas kehidupan

manusia, baik dari rumah tangga, kegiatan pertanian, serta industri tidak dapat

dihindari. Namun pembuangan limbah dapat dicegah atau paling tidak

mengurangi dampak dari limbah tersebut, dengan cara diantaranya:

a.Setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen secukupnya dan

memilah sampah organik dengan sampah anorganik.

Mengurangi pemakaian deterjen dapat mengurangi dampak yang

ditimbulkannya dan menstabilkan ekosistem air. Sedangkan memilah sampah

anorganik yang dapat didaur ulang kembali dengan sampah organik yang dapat

dijadikan kompos.

b.Memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada pabrik atau kegiatan

industri

Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bertujuan untuk mengolah

limbah yang dihasilkannya sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan

demikian diharapkan dapat meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau

mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan.


15

2.2 TEORI KHUSUS

2.2.1 DETERJEN

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan

air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat (Ratna dkk, 2010).

Detergen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak

membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium

yang biasa terdapat dalam air sadah.Detergen sintetik mempunyai keuntungan

tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak

menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik

yang tidak nampak pada sabun (Lutfi, 2010).Produksi detergen sintetik

(kadang-kadang disebut syndet) di dunia sekarang melebihi produksi sabun

biasa. Pertama karena merupakan garam dari asam lemah, sabun menghasilkan

larutan yang agak basa dalam air ini karena hidrolisis parsial dari garam

natrium (Hart, 2003)

Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan detergen.Keduanya

merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah

senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat,

C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari detergen banyak dihasilkan dari kekuatan


16

pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari

air.Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion

sabun.Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil

sebagai kepala dengan hidrokarbon yang panjang sebagai ekor. Dengan

adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,

kecenderungan untuk ekor dari anion melarut dalam bahan organik,

sedangkan bagian kepala tetap tinggal dalam larutan air (Lutfi, 2010)

Pada proses pembentukan emulsi, bagian hidrofob molekul sabun

masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada pada

bagian luar. Oleh karena adanya gayatolak muatan listrik negatif ini maka

kotoran akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil dan membentuk emulsi.

Dengan demikian kotoran mudah terlepas dari kain maupaun benda lain

(Poedjiadi, 2007).

2.2.2 Kandungan Detergen

1.Surfaktan

Senyawa aktif permukaan (surface active agent atau surfaktan) adalah

suatu senyawa yang telah diketahui dapat menjadi penstabil emulsi.Surfaktan

memiliki dua gugus molekul yang berbeda kepolarannya.Satu jenis hidrofilik

(suka air) sedangkan gugus yang lainnya lipofilik (suka lemak) (Mulia dkk,

2008).
17

Komponen utama detergen adalah surfaktan, baik yang bersifat kationik,

anionik, maupun non ionik.surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang

termasuk bahan kimia organik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan

antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang

tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur

Amphiphilic yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang

bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk

air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air

(Lutfi, 2009).

Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan

molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per

molekul. Secara garis besar, terdapat empat katagori surfaktan yaitu:Anionik,

Katonik, Non ionic dan Amfoter. LAS termasuk kedalam kategori surfaktan

anionik.Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua

yaitu rantai bercabang (alkil benzen sulfanat atau ABS) dan rantai lurus (Linear

alkil sulfanat atau LAS.


18

Gambar 2. Struktur ABS & LAS

Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan

digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag berasal dari minyak bumi.

Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh bahan-bahan alami seperti

mikroganisme, matahari dan air.

LAS adalah surfaktan dalam deterjen yang bersifat toksik terhadap

organisme aquatik (Budiawan dkk, 2009). Banyaknya percabangan ABS ini

menyebabkan kadar residu ABS sebagai penyebabnya terjadi pencemaran air.

Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis surfaktan yang lebih murah

diuraikan oleh bakteri.Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa 10-30%

bahan organic aktif.LAS juga dapat menghilangkan busa yang dapat hilang

secara berangsur-angsur sehingga tidak menggangu lingkungan.Akan tetapi

bahan poliposfat dalam deterjen menghasilkan limbah yang mengandung fosfor

sehingga menyebabkan eutrofikasi (www.Muthadi 71 words proxs.com).

2.Buildier (Pembetuk)

Builder (Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan

degan cara menon-aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air. Senyawa

pembentuk tersebut adalah:

a.Garam-garam fosfat seperti : natrium tripolipfosfat

b.Senyawa-senyawa asetat seperti: Nitril triasetat (NTA), etilena Diamina

Tetraasetat (EDTA)
19

c. Silikat sepeti : Zeolth

d. senyawa-senyawa sitrat seperti : asam sitrat

3. Filler (Bahan Pengisi)

Filler (Bahan Pengisi) adalah bahan tambahan detergen yang tidak

meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh : Natrium Sulfat.

4. Additives (Bahan Tambahan)

Additives adalah bahan tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik,

misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, tidak berhubungan langsung

dengan daya cuci detergen.Additives ditambahkan lagi untuk komersialkan

produk. Contoh:Enzim, Boraks, Natrium Klorida, karboksi Methil

selulosa (CMC).

2.2.3Bahaya Detergen

Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan

pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh

kehidupan dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik

akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH 3 dan H2S dengan bau busuknya.

Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun

dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.

Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang

hijau dansisa detergen yang tidak terurai oleh gangganf hijau tersebut akan

menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida


20

(DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air.

Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air

pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan

tubuh makhluk yang memakan makanan itu.

Sulfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya

kelembapan alami yang ada pada permukaan kulit dan meningkatkan

permeabilitas permukaan luar.Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit

manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan

kandungan 1% LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit.Sulfaktan

bersifat toksik jika tertelan. Sisa bahan sulfaktan yang terdapat dalam detergen

dapat membentuk kloro benzena pada proses klorinasi pengolahan air minum

PDAM. Klorobenzena merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan

berbahaya bagi kesehatan. Kandungan detergen yang cukup tinggi dalam air

dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen (Dewi, 2010)

Sebenarnya kita tidak mengetahui bahwa Deterjen dapat merusak

lingkungan. Salah satunya adalah terjadinya proses eutrofikasi diperairan ini

terjadi karena Deterjen dengan menggunakan kandungan fosfor makin marak

digunakan dalam kalangan masyrakat. Akibatnya banyak sungai-sungai di kota

besar terjadinya peledakan enceng gondok. Terjadilah pendangkalan sungai,

pertanda kematian bagi kehidupan penghuni sungai.Untuk memecahkan

masalah ini, saat ini telah dikembangkan deterjen-deterjen dengan kandungan

fosfor yang rendah.


21

2.2.4 Uraian Spektrofotometer

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif

dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.

Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum atau sumber cahaya,

monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu

alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding. Dasar dari analisis spektrofotometri menggunakan hukum

Lambert Beer untuk radiasi


22

BAB III

Uji Kadar Surfaktan Anionik Dalam Air Dan Air Limbah

(Berdasarkan SNI No.06-6989.51-2005)

a. Prinsip Kerja

Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan

ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik intensitas warna biru yang

terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm.

Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.

b. Peralatan:

o Spektrofotometer
o Corong pisah 250 ml
o Labu ukur 100 ml; 500ml; dan 1000ml
o Beaker glass 200ml
o Pipet volumetrik 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; dan 5,0ml
o Pipet ukur 5ml dan 10ml

c. Bahan:

a) serbuk Alkil Sulfonat Linier (LAS) atau natrium lauril sulfat (C12H25OS3Na);

b) larutan indikator fenolftalin 0,5%;


23

Sebanyak 0,5 g fenolftalin dilarutkan dengan 50 mL alkohol 95% di dalam

gelas piala 250 mL. Kemudian ditambahkan 50mL aquadest danbeberapa tetes

larutan NaOH 0,02 N sampai warna merah muda.

c) larutan natrium hidroksida (NaOH) 1N;

Sebanyak 4,0 g NaOH dilarutkan dengan 50 mL aquadest di dalam labu ukur

100 mL, danditepatkan hingga tanda tera menggunakan aquadest lalu

homogenkan.

d) larutan sulfat (H2SO4) 1N;

2,8 mL H2SO4 pekatdimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang berisi 50 mL

aquadest, dan ditepatkan hingga tanda tera menggunakan aquadest lalu

homogenkan

e) larutan sulfat (H2SO4) 6N;

H2SO4 pekat 20mL dimasukkan ke dalam gelas piala 200 mL yang berisi 120

mL aquadest dan dihomogenkan.

f) larutan biru metilen;

Sebanyak 100 mg biru metilen dilarutkan dengan 100 mL air suling dan

dihomogenkan. Larutan induk biru metilen diambil 30 mL lalu masukkan ke

dalam labu ukur 1000 mL, tambahkan 500 mL air

suling, 41 mL H2SO4 6N dan 50 g natrium fosfat monohidrat (NaH 2PO4.H2O),

kocok hingga larut sempurna kemudian ditepatkan hingga tanda tera

menggunakan aquadest dan dihomogenkan.

g) kloroform (CHCl3) p.a;


24

h) larutan pencuci;

H2SO4 6N 41mL dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL yang berisi 500 mL

air suling. Tambahkan 50 g natrium dihidrogen fosfat monohidrat

(NaH2PO4.H2O), kocok hingga larut sempurna kemudian ditepatkan sampai

tanda tera menggunakan aquadest dan dihomogenkan.

i) hidrogen peroksida (H2O2) 30%;

j) isopropil alkohol (i-C3H7OH);

k) serabut kaca (glass wool).

d. Persiapan pengujian

Pembuatan larutan induk surfaktan anionik 1000 mg/L

Larutkan 1,000 g LAS 100% aktif atau natrium lauril sulfat (C12H25OSO3Na)

dengan 100 mL

air suling dalam labu ukur 1000 mL kemudian tambahkan air suling hingga

tepat tanda tera dan dihomogenkan.

CATATAN Simpan larutan induk surfaktan anionik di dalam lemari pendingin

untuk mengurangi biodegradasi. Bila terbentuk endapan, larutan ini tidak dapat

dipergunakan.

Pembuatan larutan baku surfaktan anionik 100 mg/L


25

Pipet 10 mL larutan induk surfaktan anionik 1000 mg/L dan masukkan ke

dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda

tera dan dihomogenkan.

Pembuatan larutan kerja surfaktan anionik

a) pipet 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL larutan baku surfaktan anionik 100

mg/L dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 250 mL;

b) tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar

surfaktan anionik 0,4; 0,8; 1,2 dan 2,0 mg/L MBAS.

CATATAN Larutan kerja dapat di buat dari larutan baku surfaktan siap pakai

yang diperdagangkan.

Pembuatan kurva kalibrasi

a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk

pengujian kadar surfaktan anionik;

b) ambil masing-masing 100 mL larutan blanko dan larutan kerja dengan kadar

surfaktan anionik 0,4 mg/L; 0,8 mg/L; 1,2 mg/L dan 2,0 mg/L kemudian

masing-masing masukkan ke dalam corong pemisah 250 mL;

c) tambahkan masing-masing larutan biru metilen sebanyak 25 mL;

d) tambahkan masing-masing 10 mL kloroform, kocok kuat-kuat selama 30

detik sekali-kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas;


26

e) biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, goyangkan corong pemisah perlahan-

lahan, jika terbentuk emulsi tambahkan sedikit isopropil alkohol sampai

emulsinya hilang

f) pisahkan lapisan bawah (fasa kloroform) dan tampung dalam corong pemisah

yang lain;

g) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah

3.4.4 d) sampai f) sebanyak 2 kali dan satukan semua fasa kloroform;

h) tambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam fasa kloroform gabungan dan

kocok kuatkuat selama 30 detik;

i) biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;

j) Keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke

dalam labu ukur pada langkah j);

k) tambahkan 10 mL kloroform ke dalam fasa air hasil pengerjaan pada langkah

j); kocok kuat-kuat selama 30 detik

l) biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;

m) keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke

dalam labu pada langkah j);

n) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah

3.4.4 k) sampai m) dan satukan semua fasa kloroform dalam labu ukur pada

langkah j);

o) cuci glass wool dengan kloroform sebanyak 10 mL dan gabungkan dengan

fasa kloroform dalam labu ukur pada langkah j);


27

p) tepatkan isi labu ukur pada langkah j) hingga tanda tera dengan kloroform;

q) ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat

serapannya.

CATATAN Pengukuran dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah ekstraksi;

r) buat kurva kalibrasi dari butir q) di atas atau tentukan persamaan garis

lurusnya.

e. Prosedur uji

a) ukur contoh uji sebanyak 100 mL secara duplo dan masukkan ke dalam

corong pemisah 250 mL;

b) tambahkan 3 tetes sampai dengan 5 tetes indikator fenoltalin dan larutan

NaOH 1N tetes demi tetes ke dalam contoh uji sampai timbul warna merah

muda, kemudian hilangkan dengan menambahkan H2SO4 1N tetes demi tetes;

c) selanjutnya lakukan langkah 3.4.4 c) sampai q).

CATATAN Bila kadar surfaktan anionik dalam contoh 0,08 mg/L - 0,4 mg/L,

maka volume contoh uji yang diambil 250 mL dan bila kadar surfaktan anionik

dalam contoh 0,025 mg/L - 0,08 mg/L, maka volume contoh uji yang diambil

400 mL.
28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penentuan kadar surfaktan anionik dalam sampel air limbah dengan

menggunakan metode MBAS secara spektrofotometri menggunakan panjang

gelombang 652 nm.Terlebih dahulu dilakukan pengukuran nilai kurva standar.

Ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi sampel. Kurva kalibrasi merupakan

grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan baku dengan hasil pembacaan

absorbansi larutan, yang biasanya merupakan garis lurus. Dalam pembuatan

kurva kalibrasi standar MBAS yang harus dilakukan adalah membuat beberapa

larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dari analit yang akan

ditentukan konsentrasinya dalam sampel. Fungsi dari larutan standar ini adalah

sebagai standar dalam pengukur analit yang nantinya hasilnya akan diplotkan

pada kurva standar untuk menentukan nilai regresi dari kurva.

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

0,00 0,000

0,40 0,094

0,80 0,185

1,20 0,269

2,00 0,433
29

Gambar 4.1. hasil data kurva standar

Berdasarkan pengukuran larutan standar MBAS, maka didapatkan kurva

kalibrasi pada gambar 4.1. Larutan standar MBAS yang telah diukur

mempunyai persamaan y = 0,2158x + 0,0063 dengan nilai koefisien korelasi (r)

sebesar 0,9989.

Absorbansi
0.500

0.400 f(x) = 0.22x + 0.01


R = 1
Absorbansi
0.300
Linear (Absorbansi)
0.200

0.100

0.000
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Absorbance

Hasil pengujian surfaktan anionik pada air limbah

Dari hasil pengujian kadar surfaktan anionik dalam air limbah, didapatkan data

hasil yaitu berupa absorbansi dan konsentrasi dari sampel air, sebagai berikut:
30

KODE SAMPEL ABSORBANSI KONSENTRASI


A 0,036 0,126
B 0,040 0,141
C 0,045 0,16
D 0,052 0,225
E 0,114 0,423
F 0,050 0,179
G 0,115 0,427
H 0,130 0,484
I 0,035 0,122
J 0,029 0,099

ya konsentrasi (x) =
B

PEMBAHASAN

Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena

pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan disaluran air

kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah

atau septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima

melalui saluran pengeluaran.Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat

tercampur dengan berbagai bahan pencemar salah satunya ialah

deterjen.Deterjen merupakan senyawa yang digunakan untuk tujuan

membersihkan pakaian, alat makan, dan lain-lain. Komponen utama dari


31

deterjen ialah surfaktan (surface active agent) yang dalam jumlah besar dapat

merusak lingkungan biota air.

Sebelum dilakukannya uji kadar surfaktan dilakukan pencucian alat

menggunakan aseton (CH3COCH3), aseton sendiri berfungsi sebagai pelarut

yang dapat mengangkat sisa-sisa bahan yang tertinggal pada alat seperti biru

metilen ataupun kloroform. Selanjutnya sampel ditambahkan fenolftalin untuk

mengetahui kondisi sampel dalam kondisi asam atau basa. Apabila sampel

tersebut berkondisi asam maka ditambahkan NaOH 1N sampai pH 7,kemudian

apabila sampel melebihi pH 7 maka ditambahkan H2SO4 1N sampai netral.

Methylen Blue( Metilen Biru) merupakan pewarna thiazine yang kerap


digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium.yakni mereaksikan/
menambahkan zat metilen biru yang akan berikatan dengan surfaktan sehingga
dihasilkan garam yang berwarna biru.Berikut struktur metylen blue

Inti dari metode MBAS ada 2 secara berurutan yaitu:

1. Ekstraksi metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke

dalam kloroform (CHCl3) dimana metilen biru dengan surfaktan anion

tidak larut dalam kloroform, tetapi larut dalam air, sedangkan garamnya

yang berwarna bru data diekstraksi dengan kloroform.


32

2. Diikuti terpisahnya antara fase air dan organik) dan terakhir

(pengukuran absorbansi pada warna biru dalam CHCl3. Berikut reaksi

Antara metilen blue dengan surfaktan anionik

Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometri

pada panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992). Konsentrasi yang terbaca

adalah kadar surfaktan anion pada sampel limbah yang berikatan dengan

metilen biru. Batas deteksi surfaktan anion menggunakan pereaksi pengomplek

metilen biru sebesar 0,026 mg/L, dengan rata-rata persen perolehan kembali

92,3% (Rudi dkk., 2004). Beberapa persenyawaan seperti sulfat, sulfonat,,

phosfat, fenol, dan zat organic seperti tiosianat, klorida, nitrat membentuk

ikatan kompleks dengan metilen blue serta memberkan kesalahan analisa positif

(menaikan kadar LAS).Sedangkan zat organic amina memberkan kesalahan

analisa negative, (menurunkan kadar LAS).


33
34

BAB V

5.1 SIMPULAN DAN SARAN

5.1.1 KESIMPULAN

Praktik Kerja Industri merupakan salah satu program pembelajaran di


SMK-SMTI BANDAR LAMPUNG , yang dilaksanakan oleh siswa kelas XII
pada suatu perusahaan maupun lembaga-lembaga penelitian guna
mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya. Kegiatan yang dilaksanakan
oleh penulis selama Praktik Kerja Industri di PT. Karsa Buana Lestari
diantaranya penentuankadar surfaktan anionik pada air limbah, serta
mengerjakan analisis rutin yang berhubungan dengan analisis terhadap air,
tanah dan udara.

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan terhadap metode pengujian kadar


surfaktan anionik sesuai SNI No.06-6989.51-2005, dapat disimpulkan
bahwa semua hasilmemenuhi syarat dan dapat diterima.Hal ini
menunjukkan bahwa metode pengujian tersebut memenuhi kriteria uji dan
dapat dipergunakan untuk analisis pada Laboratorium Lingkungan,PT.
Karsa Buana Lestari.

5.1.2 Saran

1. Keamanan dan keselamatan kerja lebih ditingkatkan untuk mengurangi


resiko kecelakaan, seperti mengenakan APD yang lengkap saat
bekerja di laboratorium.

2. Sistem rolling yang diterapkan untuk praktikan Prakerin tetap


dipertahankan karena sangat membantu praktikan dalam mengetahui
analisis setiap parameter yang ada di laboratorium lingkungan, PT.
Karsa Buana Lestari.
35

3. Koordinasi antara analis satu dengan yang lain lebih ditingkatkan


sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan kualitas kerja.

4. Hubungan yang telah terjalin dengan baik antara SMK-SMAK Bogor


dengan PT. Karsa Buana Lestari agar dapat dipertahankan di masa
yang akan datang.
36

DAFTAR PUSTAKA

A.J.Kirby dan S.G.Warren. 1967. The Organic Chemistry of Phosporous. New


York: Elsevier.

Alaerts.G, dan Sri Sumestri Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional.

Andrew D. Eaton, Lenore S. Clesceri, Eugene W. Rice, Arnold E. Greenberg.


2005. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater, 21th Edition. Washington DC: APHA, AWWA, WEF.

Anonim.2010. Instruksi Kerja Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air


Permukaan dan Tanah. Jakarta: PT. Karsa Buana Lestari.

Anonim. 2010. Instruksi Kerja Cara Uji Kadar Fosfat Terlarut dan Fosfat Total
dengan Spektrofotometer secara Asam Askorbat. Jakarta: PT. Karsa
Buana Lestari.

Aprilia, Lia. 2006. Penentuan Limit Deteksi Alat Pada Senyawa Amonia, Nitrat,
Nitrit, dan Sulfida. Tangerang: PUSARPEDAL

Buchari, I.Wayan Arka, dan K.G.Dharma Putra. Kimia Lingkungan. Tanpa


Tahun.

Darmono.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam.Jakarta: UI-Press.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.

Fajar, Syafarianto. 2010. Verifikasi Metode Fosfat Total dan Fluorida di Air.
Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
37

Hatiningsih, Fitriah. 2006. Uji Profisiensi Senyawa Fosfat. Tangerang:


PUSARPEDAL

Hutagalung dan Abdul Rozak. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan
Biota. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Petrucci, H. Ralph dan Suminar. Tanpa Tahun. Kimia Dasar, Prinsip dan
Terapan Modern Edisi Keempat-Jilid 2.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06.6989.31-2005.Cara Uji Kadar Fosfat


dengan Spektrofotometer Secara Asam Askorbat.Badan Standarisasi
Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.57-2008.Metode Pengambilan Contoh


Air Permukaan.Badan Standarisasi Nasional.

Sulistiowati. 2011. Kimia Lingkungan. Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia


Bogor.

Syakir, Muhammad. 2007. Studi Awal Degradasi Senyawa Fosfat secara


Fotokatalisis TiO2/UV untuk Analisis Organik Fosfat Terlarut. Depok:
Departemen Kimia FMIPA UI.

Widarsih, R. Wiwi, Rahman Arief, dkk. 2010. Spektrofotometer. Bogor: Sekolah


Menengah Analis Kimia Bogor.

Zulkifli, Hilda. 1997. Bologi Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
38

Lampiran 1Struktur Organisasi PT. Karsa Buana Lestari

Anda mungkin juga menyukai