Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH DI PT. SARASWANTI


INDO GENETECH

Laporan Kerja Praktik ini disusun sebagai salah satu

Syarat untuk mengambil Tugas Akhir

DISUSUN OLEH:

ALVIAN BAYU HARTANTO

4417215027

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH DI PT. SARASWANTI


INDO GENETECH

DI PT. SARASWANTI INDO GENETECH

Jakarta, Januari 2021

Mengetahui Menyetujui

Ketua Jurusan Teknik Industri Dosen Pembimbing,

FT-UP,

(Nur Yulianti ST., MT.) (Dr. Dino Rimantho ST. MT.)


LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH DI PT. SARASWANTI


INDO GENETECH

DI PT. SARASWANTI INDO GENETECH

Jakarta, Januari 2021

Menyetujui

Pembimbing Lapangan,

(Amri Jamal)
LEMBAR PENYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa isi yang terkandung dalam laporan Kerja Praktik
dengan judul :

PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH DI PT. SARASWANTI


INDO GENETECH

DI PT. SARASWANTI INDO GENETECH

merupakan hasil penelitian dan pemikiran saya sendiri.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya siap menerima konsekuensi apapun di
masa yang akan datang bila ternyata laporan Kerja Praktik ini merupakan salinan ataupun
mencontoh karya-karya yang pernah dibuat/diterbitkan.

Jakarta, Januari 2021

Penulis,

( Alvian Bayu Hartanto )


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja
Praktik ini dengan judul “Pengendalian Kualitas Air Limbah Di PT. Saraswanti Indo
Genetech”.

Kerja Praktik ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Laporan Kerja Praktik ini disusun
sebagai pelengkap kerja praktik yang telah dilaksanakan lebih kurang 1 bulan di PT.
Saraswanti Indo Genetech.

Selesainya laporan kerja praktik ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan
ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. JK. Kristiyono selaku Direktur PT. Saraswanti Indo Genetech.

2. Nur Yulianti ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pancasila.

3. Dr. Dino Rimantho ST.,MT. selaku dosen pembimbing.

4. Dr. Dino Rimantho ST.,MT. selaku koordinator kerja praktik.

5. Amri Jamal, selaku pembimbing lapangan yang membimbing dan mengarahkan


untuk pengambilan data.

6. Orang tua tercinta dan adik yang selalu memberikan doa dan dukungan tiada henti
baik moril maupun materil.

7. Teman-teman seangkatan di Universitas Pancasila yang telah bersedia menjadi


teman berbagi pendapat.

8. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan Universitas Pancasila juga staff dan
karyawan PT. Saraswanti Indo Genetch.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktik kerja dan
penyusunan laporan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk peningkatan laporan di
masa yang akan datang.
Sebagai akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya di bidang teknik industri serta pembaca secara umum.

Jakarta, Januari 2021

Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Dengan semakin berkembangannya dunia industri di Indonesia, maka semakin
banyak pula perusahaan-perusahaan baru yang ikut andil dalam meningkatkan kemajuan
perekonomian negara. Namun peningkatan tersebut justru menimbulkan masalah baru
yaitu perihal kelestarian lingkungan di masa yang akan datang. Hal ini terjadi lantaran
banyaknya perusahaan yang terlalu mengedepankan nilai-nilai produktivitas untuk
menjaga daya saing tanpa memikirkan dampak tersebut terhadap lingkungan. Setiap
perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, pangan maupun jasa akan
berpotensi menghasilkan limbah salah satunya limbah cair.
Cairan dan limbah-limbah yang masuk ke aliran sungai akan mencemari dengan
virus-virus penyakit. Banyak ikan akan mati, sehingga lama-kelamaan akan punah. Tidak
jarang manusia mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari,
sehingga manusia juga akan terkena dampak limbah, baik secara langsung maupun tidak
langsung [1].
Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1998,
pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhlup hidup ke dalam air/udara,
dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu akibat dari aktivitas manusia.
Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah limbah cair. Sebagian besar dari
limbah cair industri menghasilkan BOD (Biologycal Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand), zat organik dan berbagai pencemar beracun. Hal ini sangat
membahayakan lingkungan apabila limbah tersebut belum dikelola dan dibuang ke
[2]
lingkungan begitu saja . Pencemaran ini jika di biarkan terus-menerus akan
mengakibatkan turunnya angka Kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi ataupun
tinggal di lingkungan yang terpapar limbah tersebut. Sebagai contoh yaitu sungai Citarum
telah telah tercemar berat, sehingga daya dukung lingkungan atau daya tamping beban
pencemaran airnya telah terlampaui. Hal ini dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh tingginya
[3]
konsentrasi air limbah domestic dan industri . Dengan kondisi demikian, kualitas air
menurun dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan
sampai sedang) sehingga diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air
secara tepat. Hal itu telah diatur dalam Peraturan Pemerintahan No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas air dan Pengendalian pencemaran air. Dalam aturan

1
tersebut dijelaskan bahwa pengendalian pencemaran air adalah kewenangan dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerinta Daerah Kabupaten/Kota.
Setiap perusahaan pasti memiliki proses atau hasil samping berupa limbah cair
yang nantinya apabila hendak di buang ke lingkungan, limbah tersebut harus melalui
proses pengolahan terlebih dahulu. Air limbah outlet (hasil pengolahan limbah) harus
dilakukan pengujian pada beberapa parameter uji sesuai dengan regulasi tentang
Pengendalian pencemaran air limbah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
air limbah yang dihasilkan. Parameter baku mutu pengujian air limbah yang dilakukan ini
mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 tahun 2014 mengenai
baku mutu limbah cair.
PT. Saraswanti Indo Genetech merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
indsutri laboratorium jasa sertifikasi dan pengujian pangan dan obat-obatan. Perusahaan
ini menghasilkan karakteristik limbah cair yang berasal dari bahan-bahan kimia dari hasil
proses pengujian. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dan melakukan penelitian dengan judul “Pengendalian Kualitas
Limbah Cair di PT. Saraswanti Indo Genetech”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Pengolahan limbah cair dengan sistem yang baik di perusahaan laboratorium jasa
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang nantinya
akan berdampak buruk terhadap lingkungan terutama masyarakat sekitar. Oleh karena itu
perlu dilakukannya pengontrolan kualitas pada limbah cair yang sebelumnya telah di
proses sebelum nantinya di buang ke sungai tanpa menimbulkan pencemaran baik
secara langsung atau di masa yang akan datang.
1. Bagaimana kualitas air limbah dari hasil proses dari laboratorium pengujian?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghasilkan kualitas air tidak terkendali secara
statistik?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan adalah :
1. Mengidentifikasi kualitas limbah cair yang berasal dari proses laboratorium.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghasilkan kualitas air tidak terkendali
secara statistik?
1.4 PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan dalam penulisan laporan ini perlu dilakukan terkait banyaknya
parameter pengujian pencemaran air yang dijadikan standar dalam pengendalian kualitas.
1. Proses Pengontrolan Kualitas Air limbah dilakukan di PT. Saraswanti Indo
Genetech.
2. Pengujian kualitas air limbah menggunakan alat pH meter, COD meter, BOD
meter.
3. Penelitian kerja praktek diambil dari data Air Limbah selama tahun 2018-2020

1.5 MANFAAT PENULISAN


1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman awal, berfikir kritis dan
melatih keterampilan sikap, serta mampu mengembangkan kemampuan
diri dalam dunia kerja.
b. Mampu menganalisis permasalahan di lingkungan kerja secara sederhana
dan memberikan solusi berdasarkan teori yang telah didapatkan di
perkuliahan.
c. Mendapatkan gambaran tentang kondisi nyata dunia industri dan memiliki
pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri, serta mendapatkan
kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di
perkuliahan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Dapat menjalin kerjasama antara pihak Kampus dengan pihak
PT.Saraswanti Indo Genetech
b. Laporan Kerja Praktek dapat menjadi literatur dilingkungan pendidikan
Kesehatan Masyarakat.
c. Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
di Indonesia melalui proses dan teknologi yang dapat digunakan bagi
pihak – pihak yang memerlukan
3. Bagi PT.Saraswanti Indo Genetech
a. Dapat menjalin kerjasama antara pihak PT.Saraswanti Indo Genetech
dengan Universitas Pancasila.
b. Hasil analisa dan penelitan yang dilakukan selama kerja praktek dapat
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan
kebijaksanaan perusahaan dimasa yang akan datang.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan merupakan salah satu langkah pemikiran yang dilakukan
oleh penulis dari awal penelitian, pengumpulan data, identifikasi masalah, pengolahan
data, analisa masalah hingga diselesaikannya menjadi satu kesimpulan. Adapun
sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang penulisan laporan kerja praktek, perumusan
masalah yang dilihat penulis pada PT.Semen Indonesia Beton,tujuan penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan yaitu urutan penulisan laporan
kerja.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan sejarah perusahaan, visi ,misi, dan motto perusahaan, makna
logo perusahaan, budaya perusahaan, struktur organisasi batching plant, dan
proses analisa di PT.Saraswanti Indo Genetech.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini mengemukakan teori–teori yang berkaitan dengan analisis yang dilakukan
pada laporan kerja praktek.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan hasil analisa dan pembahasan hasil pengolahan data dari
pengamatan kerja praktek.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan dan
saran yang disampaikan.
Berikut ini adalah diagram alur penulisan laporan kerja praktek :

Mulai

Latar Belakang

Identifikasi
Masalah

Studi Literatur Studi Lapangan

Pengumpulan Data
Jumlah Limbah B3 Cair

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1. 1 Diagram Alur Penulisan Laporan


BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Saraswanti Indo Genetech

PT Saraswanti Indo Genetech Bogor merupakan salah satu bisnis unit dari
Kelompok Usaha Saraswanti Group yang berpusat di Surabaya. PT Saraswanti Indo
Genetech Bogor merupakan kolaborasi antara PT Saraswanti Anugerah Makmur
Surabaya dengan Yayasan Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB)
Bogor.

Bisnis unit lainnya antara lain yaitu PT Saraswanti Anugerah Makmur di bidang
produsen Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT), PT Saraswanti Mekar Agung di
bidang produsen rokok, PT Arya Supra Nugraha di bidang trading, PT Saraswanti Sawit
Makmur di bidang perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur dan PT Saraswanti
Hasil Makmur di bidang properti di Yogyakarta.

Pada tanggal 07 juli 2001 PT Saraswanti Indo Genetech didirikan di Bogor, yang
merupakan laboratorium jasa deteksi produk hasil rekayasa genetika atau transgenik
atau GMO (Genetically Modified Organism) dan jasa identifikasi bakteri menggunakan
PCR, yang berkantor di Ruko Taman Yasmin Sektor 6 Nomor 150 Bogor.

Pada tanggal 10 Oktober 2003 PT Saraswanti Indo Genetech Bogor diakreditasi


Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan ISO/IEC 17025:2000, yang merupakan
laboratorium pertama di Indonesia yang terakreditasi KAN untuk ruang lingkup uji
analisis produk hasil rekayasa genetika atau transgenik atau GMO secara kualitatif dan
kuantitatif (The First Indonesian Molecular Biotechnology Company).

Pada bulan Maret 2003 PT Saraswanti Indo Genetech Bogor telah lolos uji
profisiensi GMO Analysis yang diadakan oleh GeMMA Scheme Proficiency Testing
Group, Central Science Laboratory, Sand Hutton York,United Kingdom dengan
predikat “Satisfication Performance”

Pada tanggal 8-9 Februari 2007, telah dilakukan proses reakreditasi terhadap PT
Saraswanti Indo Genetech Bogor oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan
ISO/IEC 17025:2005 dengan penambahan ruang lingkup, antara lain: uji analisis GMO,
uji mikrobiologi, uji vitamin, uji asam lemak, uji logam berat, dan lain-lain. Proses
reakreditasi untuk Laboratorium uji dilaksanakan kembali setiap 4 tahun sekali oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN).
2.2 Gambaran Umum Perusahaan
PT Saraswanti Indo Genetech merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
jasa uji analisis laboratorium, terutama uji analisis keamanan pangan dan uji analisis
produk pertanian serta lingkungan hidup. Selama kurang dari
Enam tahun PT Saraswanti Indo Genetech turut berperan dalam memberikan
pelayanan segala kebutuhan uji analisis lainnya. Bagian administrasi laboratorium dan
pengawas laboratorium di PT Saraswanti Indo Genetech sangat berperan dalam
mengkoordinasi data yang masuk dari pelanggan.
Uji analisis yang dilakukan adalah deteksi produk transgenic atau GMO
(Genetically Modified Organism), talenta yang ada dikembangkan dengan melakukan uji
analisis lainnya seperti uji bakteri menggunakan PCR, uji analisis logam berat dan uji
analisis mikroba.
PT Saraswanti Indo Genetech ini pernah meraih predikat akreditasi berdasarkan
ISO/IEC 17025:2000 Oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) nomor LP-184-IDN.
Pengakuan internasional diperoleh pula karena telah berhasil mengikuti uji profisiensi
yang dikelola oleh FAPAS Central Science Laboratory (CSL) United Kingdom dan
APLAC dengan predikat “Satisfactory Performance”.
Laboratorium pengujian swasta independent pertama di Indonesia yang memiliki
kompetensi handal dan meyakinkan dalam uji analisis produk hasil rekakayasa genetika
atau transgenic atau GMO (Genetically Modified Organism) secara kualitatif, semi
kuantitatif dan kuantitatif.
Pada bulan Agustus 2006, laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech telah
menempati Graha SIG yang berlokasi di Jalan Rasamala No. 46 Taman Yasmin
Bogor dengan kantor yang berlokasi di Gedung Alumni IPB, Jl. Pajajaran No. 54
Baranangsiang Bogor. Sejak tanggal 7 November 2011, PT Saraswanti Indo Genetech
resmi menempati gedung baru di Jalan Rasamala No. 20, dimana kantor dan
laboratorium digabung.
Gambar 1. Lokasi PT Saraswanti Indo Genetech (PT.Saraswanti Utama, 2012)
Sumber : Google Maps
Visi PT Saraswanti Indo Genetech yaitu sebagai “One Stop Food
Laboratory” yang kredibel, sehingga dapat mengaplikasikan talenta yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan negeri tercinta Indonesia dan menjadikan sebagai
laboratorium uji analisis yang memiliki kompetensi handal dalam menghasilkan data
pengujian yang akurat dan presisi tinggi.
Misi PT Saraswanti Indo Genetech yaitu:
1. Berorientasi pada pemenuhan kepuasan pelanggan (customer satisfactory).
2. Menerapkan dan mengembangkan “Good Professional Practice”.
3. Menerapkan prinsip kerja “benar sejak awal” sesuai sistem manajemen mutu
ISO/IEC 17025:2005 dan meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu secara
berkelanjutan.
2.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan hubungan antara karyawan dan aktifitas satu
sama lain serta terhadap keseluruhan, pertanggungjawaban, wewenang, melalui tujuan
perusahaan pada pencapaian sasarannya
Uraian fungsi serta tanggung jawab masing-masing bagian berdasarkan struktur
organisasi pada PT Saraswanti Indo Genetech secara umum dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Manajer Puncak / General Manager
General manager merupakan pucuk pimpinan laboratorium PT Saraswanti
Indo Genetech yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap semua
kegiatan laboratorium serta memimpin organisasi untuk mencapai tingkat
prestasi yang paling baik.
General manager dalam memimpin organisasi laboratorium dibantu oleh
para manajer lain. General manager mempunyai wewenang membuat
keputusan terhadap kebijakan maupun sumber daya laboratorium untuk
mencapai mutu data pengujian sesuai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Manajer Mutu
Manajer mutu adalah personil yang mempunyai akses langsung ke
general manager serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk
memastikan bahwa sistem manajemen mutu yang sesuai dengan ruang lingkup
kegiatan laboratorium dikomunikasikan, dimengerti, diterapkan dan dipelihara
oleh seluruh personil pada semua tingkatan organisasi laboratorium dalam
setiap waktu.
3. Manajer Laboratorium
Manajer laboratorium bertanggung jawab kepada general manager atas
semua aspek operasional teknis dan kelengkapan sumber daya yang dibutuhkan
untuk memastikan bahwa mutu data hasil pengujian tercapai sesuai kebutuhan
dan kepuasan pelanggan.
4. Manajer Penelitian dan Pengembangan
Manajer penelitian dan pengembangan bertanggung jawab kepada
general manager dalam hal penelitian dan pengembangan yang diterapkan oleh
PT Saraswanti Indo Genetech.
5. Manajer Umum
Manajer umum bertanggung jawab kepada general manager dalam hal
merencankan, menerapkan, dan mengevaluasi semua aspek yang berkaitan
dengan pengembangan personil serta pemeliharaan peralatan dan fasilitas
laboratorium.
6. Manajer Pemasaran
Manajer pemasaran bertanggung jawab kepada general manager dalam
hal merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi semua aspek yang berkaitan
dengan pemasaran, administrasi penerimaan contoh uji serta laporan hasil
pengujian.
7. Manajer Keuangan
Manajer keuangan bertanggung jawab kepada general manager dalam hal
merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi semua aspek yang berkaitan
dengan keuangan.
8. Pengendali Dokumen
Pengendali dokumen bertanggung jawab kepada manajer mutu dalam hal
mengendalikan seluruh dokumentasi sistem manajemen mutu yang diterapkan
di laboratorium.
9. Tim Audit Internal
Tim audit internal bertanggung jawab kepada manajer mutu dalam hal
pelaksanaan audit internal laboratorium.
10. Penyelia Laboratorium
Penyelia laboratorium bertanggung jawab kepada manajer laboratorium
dalam pelaksanaan pengujian di laboratorium.
11. Penyelia Pengambil Contoh
Penyelia pengambil contoh bertanggung jawab kepada manajer
laboratorium dalam hal pelaksanaan pengambilan contoh uji
2.4 Prosedur Sistem Berjalan
Prosedur pengolahan data uji laboratorium pada PT Saraswanti Indo Genetech
adalah menyangkut tentang penerimaan contoh, pengujian contoh, pembuatan laporan
hasil uji, dan bagian keuangan. Beberapa prosedur yang harus dijalankan adalah:
1. Prosedur Penerimaan Contoh (kontrak uji)
Seorang pelanggan membawa contoh dan surat pengantar (lampiran)
kepada petugas penerimaan contoh dan mengisi Formulir Kontrak Pengujian
FR.26.3/FPP yang diberikan oleh petugas penerimaan contoh mengisi Formulir
Spesifikasi Pengujian (FSP) FR.26.3/FPP dan Formulir Kendali Mutu (FKM)
FR.26.3/FPP untuk diberikan ke administrasi laboratorium.
2. Prosedur Penyelia
Setelah administrasi laboratorium menerima Formulir Spesifikasi Pengujian
(FSP), Formulir Kendali Mutu (FKM), dan contoh uji maka dilakukan pemisahan
contoh uji, lalu diberikan ke pengawas laboratorium untuk dicek sebelum
diserahkan ke analis laboratorium.
3. Prosedur Pengujian Analisis Contoh
Contoh uji, FSP, dan FKM diberikan kepada analis laboratorium untuk
dilakukan pengujian analisa/contoh, setelah mendapatkan Data Hasil Analisis
Contoh (DHAS) lalu diarsipkan dan diberikan kembali ke pengawas laboratorium
untuk diverifikasikan.
4. Prosedur Verifikasi Hasil Analisis
Pengawas laboratorium memberikan DHAS acc beserta FSP, FKM ke
administrasi laboratorium, lalu Administrasi laboratorium membuatkan Draft Hasil
Uji (DHU) dan akan diserahkan kepada pengawas laboratorium untuk diverifikasi
ulang, setelah data-data tersebut telah disetujui oleh pengawas QC (Quality
Control) maka dikembalikan lagi ke administrasi laboratorium dan diarsipkan
5. Pembuatan LHP
Administrasi laboratorium memberikan DHU dan FKM ke petugas
pembuatan LHP untuk dibuatkan LHP lalu memberikannya kepada pelanggan
dan mengarsipkannya.

Struktur Organisasi PT Saraswanti Indo Genetech

Gambar 2. Struktur Organisasi PT Saraswanti Indo Genetech


Sumber : PT. SIG
2.5 Layanan Jasa Analisis
PT Saraswanti Indo Genetech menerima segala layanan jasa analisis produk
pangan dan uji analisis produk pertanian serta lingkungan hidup. Berikut adalah daftar
layanan jasa analisis yang ditawarkan oleh PT Saraswanti Indo Genetech :
1. GMO Qualitative Analysis Package. Mendeteksi apakah contoh mengandung
GMO atau tidak.
2. GMO Semi Quantitative Analysis Threshold Screening.
3. GMO Quantitative Analysis: Menentukan kandungan GMO dalam contoh
secara kuantitatif
4. Residu Pestisida. Deteksi terhadap golongan pestisida Organoklorin,
Organofosfat, Karbamat dan Piretroid; batas deteksi / Limit of
Detection (LOD) = 0,002 ppm.
5. Cemaran Mikroba. Metode uji SNI 01-2897-1992 meliputi uji bakteri
bentuk koli, kapang khamir, Salmonella, E.coli, B.Cereus, dan lain-lain.
6. Identifikasi Bakteri.
7. Vitamin: vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, C, D, E, dan K dengan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8. Logam Berat dan Mineral: analisis Pb, Cu, Hg, As, Ca, Mg, Na, K, Zn, Fe,
Se, Sn, Cd, Al, Mn, dan lain-lain secara Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA) dan Inductively Coupled Plasma (ICP).
9. Asam Lemak
10. Asam Amino metoda KCKT.
11. Proksimat: Kadar Air, Kadar Abu, Protein, Lemak, Karbohidrat, Energi.
12. Antioksidan.
13. Pewarna Makanan: Sunset Yellow Brown HT, Brilliant Blue, Tartrazine,
Carmoizine, dan lain-lain.
14. Pemanis Buatan: Aspartam, Asesulfam, Siklamat, Sakarin, dan lain- lain.
15. Pengawet: Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat.
16. Aflatoxin
17. Sianida
18. Alkohol
19. Inulin
20. Isoflavon
21. Kolesterol
22. Gula: Gula Total, Sakarosa, Glukosa
23. Formalin
24. Uji Nutrition Facts
25. Uji Keamanan Pangan lainnya.
2.6 Disiplin Kerja
Berikut ini adalah beberapa peraturan yang harus dipatuhi di lokasi laboratorium
PT Saraswanti Indo Genetech:
1. Karyawan atau non karyawan yang melakukan kegiatan di dalam ruang
laboratorium harus menggunakan prasarana yang disediakan (jas lab, sepatu
lab, dan lain-lain).
2. Karyawan tidak diperkenankan makan, minum, main ponsel, dan merokok di
ruangan laboratorium.
3. Penggunaan peralatan dan atau bahan yang ada harus seizin manajer
laboratorium.
4. Penggunaan dan penyimpanan bahan kimia yang dibawa sendiri dari luar
harus seizin manajer laboratorium.
5. Pemakaian alat dan bahan harus mengikuti instruksi kerja yang ada.
6. Harus menjaga kebersihan alat dan ruangan, kerapian, ketenangan
bekerja, kesopanan, serta keamanan alat yang digunakan.
7. Harus peduli terhadap efesiensi penggunaan peralatan, bahan, listrik, air,
dan sebagainya.
8. Selain karyawan PT SIG, dilarang keras masuk dan bekerja di dalam
ruang laboratorium kecuali atas izin manajer puncak
2.7 PROSES ANALISA
Sebagai laboratorium pengujian PT. Saraswanti Indo Genetech memiliki alur
pengujian yang dimulai dari permintaan penawaran harga pengujian dari calon customer
kepada marketing atau sales yang kemudian dibuatkan penawaran harga uji oleh
marketing atau sales PT. SIG yang dikirimkan melalui email kepada calon customer.
Kemudian customer dapat langsung mengirimkan sampel langsung ke kantor PT. SIG
yang terletak di Bogor, Jakarta, ataupun Surabaya untuk dibuatkan kontrak pengujian dan
melakukan pembayaran DP sesuai dengan harga yang tertera pada kontrak uji.
Sampel yang telah diterima oleh PT. SIG kemudian diberikan nomor sampel untuk
dilakukan pengujian dilaboratorium sesuai dengan parameter yang akan diuji. Setelah
dilakukan pengujian, hasil yang dikeluarkan terlebih dahulu diverifikasi oleh bagian data
kolektor yang kemudian diberikan ke manager QC untuk dilakukan ACC hasil dan
diteruskan ke bagian sertifikat untuk selanjutnya diterbitkan sertifikat hasil uji yang dapat
di unduh oleh customer melalui website e-cert yang telah di sediakan oleh PT.SIG, namun
sebelum mengunduh e-cert, customer harus terlebih dahulu melakukan pelunasan harga
uji dengan cara membayar langsung melalui kasir di kantor PT.SIG atau dengan cara
mentransfer ke rekening PT. SIG kemudian melampirkan bukti transfer ke marketing atau
sales melalui pesan singkat atau email.

Gambar 2. 1 Alur Pengujian PT. SIG


Sumber : PT. SIG
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 PENCEMARAN AIR
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat di-perbarui, tetapi air
akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan
oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat
kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga
listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang
ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan
sebagainya.Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida
pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air
pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan
dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan.
Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya
akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya[4].
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu
Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang alau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya (pasal 1 ).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/peruntukkannya digolongkan
menjadi :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai
air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C,yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk
dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami
pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri maka kategori sumur
tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah
tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih
dahulu. Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang / tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
3.2 PENGERTIAN AIR LIMBAH
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan
pemukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartment
dan asrama (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003).
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan pencemar yang terbawa
oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber
domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada saat
tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan [5].
Adapun air limbah dapat dibagi menjadi 4 golongan [5]
1. Air kotor / air buangan domestik
Air buangan yang berasal dari toilet, peturasan dan air buangan yang mengandung
kotoran manusia.
2. Air bekas
Air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur dan bak cuci tangan.
3. Air hujan
Air buangan dari atap rumah atau halaman yang berasal dari hujan.
4. Air buangan khusus atau air buangan non-domestik
a. Air buangan yang mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya.
b. Air buangan yang bersifat radio aktif atau mengandung bahan radio aktif yang
dibuang ke bawah air penerima.
c. Air buangan yang mengandung banyak lemak, biasanya berasal dari restoran.
3.3 KARAKTERISTIK PENCEMARAN DAN JENIS-JENIS BAHAN PENCEMAR
Karakter fisik air limbah ditentukan oleh polutan yang masuk kedalam air limbah
dan memberikan perubahan fisik pada air limbah tersebut. Karakteristik fisik tersebut
adalah suhu, kekeruhan, warna dan bau yang disebabkan oleh adanya bahan tersuspesi
dan terlarut didalamnya. Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh
adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan
zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.
3.3.1 Suhu
Fluktuasi suhu dalam air akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam.
Peningkatan dan penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat,
komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu limbah dan reaksi-reaksi kimia
yang terjadi dalam air. Kenaikan suhu sebesar 10 oC dapat mengakibatkan ikan tertekan
dan laju metabolisme meningkat dua kali lipat. Suhu optimal beberapa jenis moluska
adalah 20oC, dan apabila melampaui batas tersebut akan mengakibatkan berkurangnya
aktivitas kehidupannya[6].
3.3.2 Padatan Terlarut dan Tersuspensi
Besarnya padatan tersuspensi dalam suatu perairan akan menurunkan penetrasi
cahaya, sehingga akan dapat menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan algae.
Pada dasar perairan, padatan tersuspensi secara perlahan akan menutupi organisme
bentos dan dapat mempengaruhi jaring-jaring pangan. Padatan tersuspensi dalam suatu
perairan disebabkan oleh banyak faktor seperti lumpur, bahan organik, detritus, plankton,
dan limbah domestik, sehingga menimbulkan kekeruhan yang tinggi dalam suatu
perairan.
Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan
total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian
besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi
menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas – gas lain yang menghilang
pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total [6].Padatan yang terdapat di
perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel.
Padatan tersuspensi total (total suspended solid atau TSS) adalah bahan dasar
tersuspensi yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 mikrometer.
TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah erosi tanah yang terbawa ke dalam air [7].
Padatan yang mudah mengendap (Settable solid) adalah jumlah padatan
tersuspensi yang dapat diendapkan selama periode waktu tertentu dalam wadah yang
berbentuk kerucut terbalik. Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah
bahan – bahan terlarut (diameter <10-6mm) dan koloid (diameter 10-6 – 10-3) yang berupa
senyawa-senyawa kimia bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter
[6]
0,45mikrometer . TDS biasanya disebabkan oleh bahan organik yang berupa ion – ion
yang biasa ditemukan di perairan.
Berdasarkan sifat volatilitas (penguapan) pada suhu 60000C, padatan tersuspensi
dan terlarut dibedakan menjadi volatile solids dan non volatile atau fixed solids. Volatile
solid adalah bahan organik yang teroksidasi pada pemanasan dengan suhu 60000C,
sedangkan non volatile solid adalah fraksi bahan organik yang tertinggal sebagai abu
pada suhu tersebut [6].
Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari
tanah, dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domistik dan industri). Bahan – bahan
tersuspensi yang terlarut dalam perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika
berlebihan, terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap
fotosintesis di perairan [7].
Rasio antara padatan terlarut dan kedalaman rata– rata perairan merupakan salah
satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Perbandingan antara TDS dan kedalaman
rata – rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI).
3.4 Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan dengan adanya polutan dari bahan bahan
kimia (chemical). Chemical tersebut terdapat dalam bentuk terlarut dalam bentuk ion-ion
dan tersuspensi dalam bentuk senyawanya. Kandungan bahan kimia yang ada di dalam
air limbah sebagai polutan akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan melalui
berbagai kemungkinan reaksi biokimia. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan
oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada
penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut
merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air
limbah pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut [8]:
1. Bahan organik
2. pH
3. Klorida
4. Kebasaan
5. Sulfur
6. Zat beracun
7. Protein
8. Karbohidrat
9. Minyak& Lemak
10. Fenol
11. Bahan anorganik
12. Logam berat
13. Metan
14. Nitrogen
15. Fosfor
16. Gas
3.4.1 Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen (O2) terlarut merupakan hal yang paling penting bagi
kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar O2 terlarut dalam air
dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Analisis O 2 terlarut merupakan kunci
yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan maupun jenis penggolongan
limbah yang diperlukan.
Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah adalah banyak
tergantung pada kadar O2 terlarut dan organisme pengurai. Jika tidak ada senyawa
beracun, maka kandungan O2 terlarut minimum sebesar 2 mg/l sudah cukup mendukung
kehidupan organisme perairan secara normal. Kandungan O2 terlarut erat kaitannya
dengan karbondioksida (CO2), karena CO2 merupakan salah satu gas yang penting untuk
kehidupan organisme fotosintetik yang akan dipergunakan dalam pembentukan senyawa
organic [6].
3.4.2 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) merupakan ukuran banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh jasad pengurai untuk merombak bahan organik yang ada dalam perairan
dalam volume air tertentu. Secara umum BOD diukur dalam jangka waktu lima hari,
sehingga dikenal sebagai BOD5, artinya banyaknya oksigen yang dipergunakan oleh
mikro-organisme pengurai dalam menguraikan bahan organik baik yang terlarut maupun
yang tersuspensi selama lima hari pada suhu konstan 20oC [6]
Peningkatan nilai BOD5 merupakan petunjuk adanya penurunan kandungan
oksigen terlarut yang disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi organisme pengurai
dan meningkatnya laju penguraian. Perairan yang memiliki nilai BOD tinggi dan tidak
mempunyai kemampuan meningkatkan kandungan oksigen terlarutnya akan sangat
berbahaya bagi kehidupan biota akuatik yang ada [6].
3.4.3 Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi seluruh bahan kimia dalam air. Nilai COD selalu lebih besar atau
sama dengan kebutuhan oksigen biokimia suatu perairan, hal ini karena jumlah senyawa
kimia yang dapat dioksidasi secara kimia lebih besar dibandingkan dengan secara
biokimia. Kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi seluruh bahan organik secara kimia dengan menggunakan oksidator kalium
bikromat (K2Cr2O7) dengan katalis perak sulfat (Ag2SO4). Parameter BOD dan COD
adalah dua parameter yang saling melengkapi, yakni BOD biasanya digunakan sebagai
indikator parameter limbah yang mudah terurai seperti limbah domestik, sedangkan COD
biasanya digunakan sebagai indikator pencemaran limbah yang tidak dapat terurai oleh
bantuan mikroorganisme seperti limbah industri [6].
3.4.4 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari perairan dapat berasal dari kendaraan
bermotor pada perairan, buangan industri, maupun dari buangan domestik. Adanya
minyak dan lemak dalam suatu perairan dapat mengakibatkan berkurangnya penetrasi
sinar matahari ke dalam air, menurunnya konsentrasi oksigen terlarut karena meng
hambat difusi udara dengan permukaan air. Hal tersebut akan dapat mengganggu
kehidupan.
Minyak dan lemak membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam
gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini berupa cairan dalam keadaan biasa dikenal sebagai
minyak dan apabila dalam bentuk padat dan kental dikenal sebagai lemak. Minyak dan
lemak tergolong benda yang tidak mudah diuraikan oleh bakteri. Bahan-bahan asam
dapat menghancurkannya untuk menghasilkan gliserin dan asam gemuk [8].
3.5. LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun pada pasal satu mendefinisikan limbah bahan
berbahaya dan beracun adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang terkena sifat
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Berdasarkan PP No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, sumber limbah B3 dapat dibagi seperti limbah B3 dari sumber
tidak spesifik yaitu limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor
korosif) pelarut kerak dan pengemasan, limbah B3 dari sumber spesifik yaitu limbah B3
sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan,
sedangkan limbah B3 lain seperti bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan,
dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi [9]. Berdasarkan karakteristiknya,
limbah B3 di bagi menjadi 6 kategori yaitu :
1. Mudah meledak
2. Mudah menyala
3. Reaktif
4. Infeksius
5. Korosi dan/atau
6. Beracun

Gambar 3. 1 Simbol-simbol B3
Sumber : BAPEDAL (1995)

3.6. METODE SEVEN TOOLS


Metode seven tools adalah alat statistik sederhana yang digunakan untuk suatu
pemecahan masalah. Girish (2013) menjelaskan cakupan seven tools adalah sebagai
berikut [10]:

3.6.1. Check Sheet


Check sheet (lembar pemeriksaan) adalah langkah pertama yang harus diambil
dalam metode seven tools, dimulai dari pengambilan dan pengumpulan data secara
sistematis sehingga mempermudah dalam proses perhitungan dan pembuatan diagram.
Adapun contoh dari dari lembar pemeriksaan terdapat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. 2 Contoh Check Sheet


Sumber : Heizer and Render (2001)

3.6.2. Diagram Alir

Gambar 3. 3 Contoh Diagram Alir


Sumber : Heizer and Render (2001)
Diagram alir adalah sebuah diagram yang menggambarkan langkah-langkah dari
suatu proses. Diagram ini biasa digunakan sebagai alat bantu komunikasi dan
dokumentasi yang sederhana dan mudah dipahami. Biasanya digambarkan dengan
menggunakan kotak dan garis panah yang saling menghubungkan. Adapun hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menggambarkan sebuah diagram alir adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya digambarkan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
2. Menggambarkan secara singkat dan jelas jenis kegiatan yang dilakukan dari
awal hingga akhir proses.
3. Menggunakan simbol-simbol standar yang biasa digunakan untuk membuat
diagram alir. Contoh simbol yang biasa digunakan dalam pembuatan
diagram alir dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3. 4 Simbol-simbol pada diagram alir


Sumber : Dorothea (2004)
3.6.3. Histogram
Histogram adalah representasi grafis dari distribusi data dalam satu set persegi
panjang denga sumbu X merupakan interval kelas dan sumbu Y merupakan nilai
frekuensi (Kian, 2016). Histogram atau biasa di sebut diagram batang umumnya
digunakan untuk mempermudah melihat distribusi frekuensi suatu data karna disajikan
dalam bentuk gambar (visual). Manfaat dari histogram adalah sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran populasi.


2. Memperlihatkan variabel dalam susunan data.
3. Mengembangkan pengelompokkan yang logis.
4. Pola-pola variasi mengungkapkan fakta-fakta produk tentang proses.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan histogram :
1. Mengatur semua nilai dalam urutan kemunculan.
2. Menentukan kisaran yang merupakan perbedaan antara nilai tertinggi dan
nilai terendah .
3. Mendistribusikan kisaran ke sejumlah kelompok (interval kelas).
4. Menentukan tabulasi frekuensi nilai (titik tengah kelas).
5. Menentukan batas kelas .
6. Menghitung frekuensi dari setiap kelas.

Gambar 3. 5 Contoh Histogram


Sumber : Dorothea (2004)
3.6.4. Diagram Tebar
Diagram Tebar adalah suatu alat yang digunakan untuk menggambarkan pola
hubungan atau korelasi antara dua variabel tersebut kuat atau tidak dan menentukan
jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada
hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik
kuat dan faktor yang mempengaruhinya. Jika poin mendekati membuat garis lurus scatter
plot, kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang tinggi. Namun jika keduanya
berpencar korelasinya rendah atau nol.
Gambar 3. 6 Contoh Diagram Tebar
Sumber : Amitava Mitra (2008)

3.6.5. Diagram Pareto


Ekonom Italia yang bernama Alfredo Pareto adalah orang pertama yang
memperkenalkan diagram pareto. Prinsip yang di kemukakan oleh Alfredo Pareto adalah
80% masalah disebabkan oleh 20% penyebab. Maka dari itu prinsip ini sering disebut
aturan 80-20. Ide ini di adopsi oleh ahli mutu bernama professor J. M. Juran sebagai
“asumsi yang diperkenalkan sebagai instrumen untuk mengklasifikasi masalah kualitas.
Seperti hanya 20% dari masalah yang diidentifikasi menyebabkan 80% dari
kerusakan/kesalahan/kecacatan.
Adapun pengertian dari analisis pareto adalah proses untuk meranking peluang
potensial yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Dengan begitu, dapat secepatnya
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi dan berfokus pada masalah-
masalah yang kritis dan berdampak besar terhadap jalannya suatu proses. Maka dari itu
diagram pareto sering digunakan sebagai alat untuk interpretasi :
1. Frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah atau penyebab
2. Memprioritaskan masalah-masalah kritis dan penting dengan membuat rangking
dari masalah-masalah yang terjadi dan penyebabnya dalam bentuk yang
signifikan.
Adapun langkah-langkah pembuatan diagram pareto sebagaimana Bestfield menjelaskan,
diantaranya ;
1. Tentukan klasifikasi atau kategori kejadian untuk pembuatan grafik. Informasi
dapat diambil atau dirancang dari data lembaran pemeriksaan dan lembaran
buku harian.
2. Tentukan kejadian total misalnya proporsi kecacatan, jenis kecacatan, tingkat
kecacatan dan lain-lain.
3. Hitung jumlah cacat pada setiap klasifikasi dan hitung jumlah cacat komulatif
dengan menambah jumlah setiap klasifikasi sebelumnya.
4. Hitung persentase untuk setiap klasifikasi dengan cara membagi jumlah cacat
dengan keseluruhan total dan dikalikan dengan 100, kemudian hitung
persentase komulatif dengan menambah jumlah presentase setiap klasifikasi
sebelumnya.
5. Urutkan peringkat dan kejadian total terbesar sampai terkecil.
6. Buat bagan diagram dengan sumbu vertikal kiri atau horizontal bawah bernilai 0
sampai sedikitnya total keseluruhan.
7. Beri label pada sumbu vertikal dengan nama proporsi kecacatan dan sumbu
horizontal dengan nama klasifikasi kecacatan. Klasifikasi paling kiri harus lebih
tinggi sesuai dengan data yang telah diurutkan.
8. Gambar dalam batang mewakili setiap klasifikasi kecacatan.
9. Gambar suatu garis menunjukkan kolom komulatif dari tabel diagram pareto.

Gambar 3. 7 Contoh Diagram Pareto


Sumber : Wikipedia (2019)

3.6.6. Peta Kontrol


Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew pada tahun 1924
dengan tujuan menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang
disebabkan oleh penyebab khusus dan penyebab umum.
Peta kontrol adalah suatu alat secara grafis yang digunakan untuk memonitor
[11]
suatu aktivitas apakah dapat diterima sebagai proses yang terkendali . Dengan
membuat peta kontrol. Dalam peta control selalu terdiri dari 3 garis utama, yaitu :
1. Garis batas atas (UCL), garis ini menunjukan batas kendali atas data. Rumus
dari UCL adalah ú + 3 σ
2. Garis tengah (CL), garis ini menunjukan nilai tengah atau nilai rata-rata daridata.

x
Rumus dari CL adalah CL ( ú) =
n
3. Garis batas bawah (LCL), garis ini menunjukan batas kendali bawah data.
Rumus dari LCL adalah ú - 3 σ
Garis-garis tersebut ditentukan berdasarkan data historis, dengan adanya peta kontrol
maka dapat disimpulkan apakah variasi proses masih dalam batas kendali atau tidak.
Adapun manfaat dari peta kontrol adalah untuk :
1. Memberikan informasi apakah suatu proses masih berada di dalam batas-batas
kendali kualitas atau tidak terkendali.
2. Memantau proses secara terus- menerus agar tetap stabil.
3. Menentukan kemampuan proses (capability process).
4. Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan
proses.

Gambar 3. 8 Contoh Peta Kontrol


Sumber : Dorothea (2004)

3.6.7. Diagram Sebab-Akibat


Diagram sebab-akibat atau biasa disebut juga diagram tulang ikan adalah suatu
diagram yang biasa digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi sebab potensial dari
suatu masalah. Menurut Dr. Kiran (2016) diagram sebab akibat menunjukan penyebab
suatu peristiwa tertentu dengan analisa yang lebih lanjut.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan diagram ini merupakan hubungan
sistematis antara efek (hasil) dengan kemungkinan penyebabnya sehingga dapat diambil
tindakan perbaikannya. Diagram sebab akibat umumnya memiliki 5 kategori utama
penyebab, yaitu :
1. Material
2. Metode
3. Mesin
4. Manusia
5. Lingkungan
Adapun manfaat dari diagram sebab akibat adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah.
2. Menentukan penyebab permasalahan.
3. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-sumber variasi.

Gambar 3. 9 Contoh Diagram Sebab Akibat


Sumber : Dorothea (2004)
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 PENGUMPULAN DATA
PT. Saraswanti Indo Genetech (SIG) yang bergerak pada bidang jasa pengujian
makanan dan obat-obatan setiap hari melakukan pengujian di laboratorium dan
menghasilkan limbah sisa proses pengujian, baik limbah padat maupun limbah cair. Hampir
90% limbah yang dihasilkan merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun karena
mengandung bahan kimia dengan kandungan yang cukup tinggi. Adapun limbah cair yang
dihasilkan merupakan limbah yang sudah diolah melalui IPAL :
a. Quechers

b. Spuit
4.2 PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Check Sheet
Tabel 4. 1 Laju timbulan limbah padat B3 di PT. Saraswanti Indo Genetech

No pH TDS TSS COD BOD


1 6,65 325 101,3 24,8 11,04
2 7,25 381 55,1 193,97 57,64
3 6,7 409 78,5 36,7 17,52
4 6,72 234 2,2 66,26 30,6
5 6,36 127 114,6 133,46 63
6 7,37 480 75,4 768,97 378
7 7,37 480 75,4 758,97 378
8 7,1 190 4,5 89,1 40,56
9 6,9 114 45,6 94,3 48,48
10 6,8 322,5 47,1 407,1 190,8
11 7,1 266 35,4 91,57 45,6
12 6,8 276 198,9 48,6 14,58
13 6,9 507 121,6 599,64 213
14 6,3 305 8 14,48 4,84
15 7,2 175,7 33,2 8,81 3,03
16 7,5 109 2,4 3,29 1,83
17 6,9 122 2,4 42,47 14,04
18 7,4 198 6,2 81,09 27,12
19 7,8 232 12,4 97,68 42,4
20 7,6 273 7,2 28,74 9,84
21 7,5 191 19,2 30,45 10,92
22 7,1 318 33,2 40,79 13,8
23 7,3 362 13,6 10,52 5,28
  162,62 6397,2 1093,4 3671,76 1621,92
Sumber : Pengumpulan Data
Tabel di atas adalah table laju timbulan limbah padat B3 sisa proses pengujian
laboratorium periode September – Desember 2019. Terdapat enam jenis kategori limbah
padat B3, yaitu Quechers, spuit, jarum spuit, vial, sarung tangan dan lain-lain. Limbah lain-
lain tersebut diantaranya adalah tisu yang mengandung bahan kimia, tube bekas pereaksi
kimia, tip pipet, kemasan bahan kimia dan limbah limbah yang mengandung bahan kimia.

4.2.2 Diagram Alir

Gambar 4. 1 Diagram Alir Pengujian PT. Saraswanti Indo Genetech


Sumber : Pengumpulan Data

Diagram alir diatas merupakan diagram alir pengujian dilaboratorium PT. SIG dari
mulai sampel di terima oleh sales atau marketing PT. SIG hingga menghasilkan sertifikat
pengujian dan hasil samping dari pengujian tersebut berupa limbah B3. Karena di PT. SIG
sumber limbah B3 hanya berasal dari sisa proses laboratorium pengujian sampel.
4.2.3 Peta Kontrol
Peta kontrol digunakan untuk melihat apakah data masih dalam batas kendali atau
tidak. Umumnya terdapat tiga garis dalam peta kontrol, yaitu garis tengah (CL), garis batas
atas (UCL) dan garis batas bawah (LCL). Adapun perhitungan untuk menentukan garis-
garis tersebut ialah sebagai berikut :

Mean =
∑ xi
n
CL = Mean
UCL = mean + 3σ
LCL = mean - 3σ

Keterangan :
CL = Centre Line
UCL = Upper Control Limit
LCl = Lower Control Limit
n = Banyaknya Data
Dengan menggunakan data yang telah diambil selama kerja praktek maka data tersebut
dimasukkan ke dalam rumus untuk membuat peta kontrol.
1. Menghitung garis tengah
6 . 65 +7 . 25 +6 . 70 +6 . 7 2+…+7 . 30
CL =
23
162 .6 2
CL =
23
CL = 7.07
2. Menghitung garis batas
SD (σ) = 0.290
UCL = 3.408 + (3 x 0.290)
UCL = 4.278
LCL = 3.408 – (3 x 0.290)
LCL = 2.538
Sumber : Pengumpulan Data

Sumber : Pengumpulan Data


Sumber : Pengumpulan Data

Sumber : Pengumpulan Data


Sumber : Pengumpulan Data

Dari gambar peta kontrol diatas, semua limbah B3 yang dihasilkan masih dalam
batas kontrol dan cenderung stabil (berada dekat garis tengah), hanya terdapat beberapa
hari untuk beberapa variable limbah yang dihasilkan lebih banyak dari biasanya, seperti
pada limbah quechers pada hari ke-14 pengambilan data, data yang dihasilkan mendekati
garis batas atas. Hal ini dikarenakan beberapa factor salah satunya jumlah sampel yang
diterima laboratorium berbeda setiap harinya.
4.2.4 Diagram Pareto

Sumber : Pengumpulan Data

Dengan menggunakan diagram pareto dapat melihat limbah mana yang paling
banyak dihasilkan. Dari hasil pengambilan data, kemudian dipersentasikan dalam diagram
pareto seperti pada gambar 4.15 sehingga di peroleh hasil limbah yang paling dominan
adalah limbah quechers dengan persentase sebesar 44.3%, kemudian selanjutnya adalah
limbah lain-lain sebesar 26.3%, spuit sebesar 17.1%, Vial sebesar 7.2%, sarung tangan
sebesar 3% dan jarum spuit sebesar 2.2%.

4.2.5 Diagram Sebab Akibat

Meninggkatnya
Man limbah B3 Machine Environment
Kesalahan Lokasi TPS
dalam Error pada yg menyatu
preparasi alat didalam lab
Limbah
Menggunakan Material yg di gunakan Padar B3
metode yang adalah yg sekali pakai
menggunakan Meningkatnya
bahan sekali pakai limbah B3 bahan
Method Material sekali pakai

Gambar 4. 2 Diagram Sebab Akibat


Sumber : Pengumpulan Data
Pada diagram sebab akibat diatas, di gambarkan ada 5 faktor yang diidentifikasi
menghasilkan limbah B3. Lima faktor tersebut adalah Man (manusia), Machine
(mesin/alat), Method (metode), Material (bahan yang digunakan), dan Environment
(lingkungan). Berikut adalah penjelasan dari kelima faktor tersebut
a. Man (Manusia)
Faktor manusia sangat penting karena yang paling berperan dalam menghasilkan
limbah B3 adalah SDMnya. Penyebab kontribusi manusia dalam menghasilkan
limbah B3 adalah :
1. Penggunaan bahan dan metode yang sesuai.
2. Meminimalisir kesalahan dalam preparasi sampel sehingga tidak menyebabkan
preparasi ulang yang membuat penggunaan bahan meningkat.
b. Machine (Mesin/Alat)
Mesin adalah salah satu faktor yang cukup berpengaruh menghasilkan limbah B3,
contohnya seperti alat yang digunakan error dan sampel yang telah dipreparasi tidak
tahan lama sehingga harus dilakukan preparasi ulang ketika alat sudah dapat
digunakan kembali.
c. Method (Metode)
Metode berhubungan dengan material yang digunakan. Jika menggunakan metode
yang diharuskan menggunakan bahan sekali pakai maka limbah B3 yang dihasilkan
akan meningkat. Hal ini dapat diminimalisir dengan mencoba metode yang
menggunakan bahan tidak sekali pakai. Contohnya seperti penggunaan tabung
quechers yang di pakai berulang agar mengurangi limbah B3 yang dihasilkan.
Namun harus dilakukan uji coba terlebih dahulu apakah penggunaan quechers
bekas pakai tidak berpengaruh pada hasil kadar sampel.
d. Material (Bahan yang digunakan)
Bahan yang digunakan kebanyakan adalah bahan yang sekali pakai seperti
quechers dan spuit. Dikarenakan metode yang digunakan mengharuskan
menggunakan bahan atau material sekali pakai, maka dari itu limbah B3 dari bahan
sekali pakai cukup banyak
e. Environment (Lingkungan)
Lingkungan sedikit banyak berpengaruh dalam menghasilkan limbah B3 dan juga
berpengaruh pada kesehatan manusianya. Seperti penempatan TPS yang menyatu
di dalam lab dan pembuangannya tidak di lakukan setiap hari melainkan menunggu
TPS penuh terlebih dahulu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

[1] Muhammad Arief, Latar, 2016, Pengolahan Limbah Industri, Yogyakarta, Penerbit Andi
[2] Wagini, R. dkk. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Susu. Manusia dan Lingkungan,
Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, vol IX no 1 : 23-31.
[3] Iskandar A. Yusuf. 2017. Analisis Pengendalian Pencemaran Air Di Zona Hulu Sungai
Citarum Dengan Model Multi Dimensional Scalling. Jurnal Sumber daya air Balai
Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
[4] Irianto, Ketut. 2015. Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Bali. Universitas
Warmadewa
[5] Puji Lestari, Riya. 2011. Pengujian Kualitas Air Limbah (IPAL) Mojosongo Surakarta.
Surakarta. Perpus UNS
[6] Suyasa, Wayan Budiarsa. 2015. Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Bali.
Udayana Universiti Press
[7] Sulistyanto, E dan H. W. Swarnam. 2003. Tecno Limbah. Majalah Pusat Pengembangan
Teknologi Limbah Cair, Volume 7 tahun 2003, Penerbit Pusat Pengembangan
Teknologi Limbah Cair, Yogayakarta.
[8] Sugiaharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air limbah, Universitas Indonesia, Jakarta.
[9] Anonim. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah B3
[10] Girish, B. (2013). 7 Advanced QC Tools. Chennai : D L Shah Trust Publication.
[11] Prihantoro, Rudy, 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai